Tabel 4.1 Lanjutan
No Jenis Industri
Jumlah Persentase
11 Automotive and allied
products 5
12,82 12
Pharmaceuticals 2
5,13 13
Consumer goods 2
5,13 14
Telecommunication 2
5,13 15
Whole sale and retail trade 3
7,69 16
Tobacco manufacturers 1
2,56
Jumlah 39
100
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012
Berdasarkan pengklasifikasian pada tabel 4.1, sampel berasal dari 16 jenis industri yang bergerak
dibidang manufaktur. Jumlah sampel terbesar berada pada industri food and beverager yang
berjumlah 6 perusahaan 15,38. Disusul dengan industri chamical serta automotive and allied
products yang masing masing berjumlah 5 sampel 12,38. Sedangkan jumlah sampel terkecil berasal
dari 6 jenis industri yaitu paper and allied product; adhesive; plastics and glass products; stone, clay,
glass and concrete products; electronic and office equipment, dan tobacco manufacturers yang masing-
masing berjumlah 1 perusahaan 2,56.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif
digunakan untuk
memberikan gambaran atas variabel-variabel yang
digunakan dalam
penelitian, yaitu
likuiditas, leverage, dewan komisaris independen, manajemen
laba, ukuran
perusahaan, ETR
dan CETR.
Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah mean, standar deviasi, nilai minimum, dan
nilai maximum. Ringkasan statistik deskriptif dari variabel-variabel penelitian tersebut disajikan pada
tabel 4.2.
Tabel 4.2 Deskripsi Variabel Penelitian Tahun 2006-2010
Variabel Min
Max Mean
Std. Deviasi
Likuiditas 0,20
4,79 1,72
0,79 Leverage
0,08 0,96
0,54 0,20
Dekom Independen 0,29
0,70 0,41
0,10 Manajemen Laba
-0,57 0,66
-0,03 0,14
Ukuran Perusahaan 10,56
18,54 14,30
1,72 ETR
0,030 0,813
0,312 0,089
CETR 0,016
0,989 0,298
0,150 Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012
Likuiditas yang dihitung dengan rasio lancar
memiliki nilai
rata-rata sebesar
1,72 yang
menunjukkan bahwa rata-rata sampel mampu menutup
setiap Rp.
1,00 kewajiban
lancar perusahaan dengan Rp. 1,72 aset lancar yang
dimilikinya. Nilai likuiditas tertinggi sebesar 4,79 dimiliki oleh PT. Lion Mesh Prima Tbk. pada tahun
2008 yang mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut dapat menutup setiap Rp. 1,00 kewajiban
lancar dengan Rp. 4,79 aset lancar. Akan tetapi PT.
Excelcomindo Pratama Tbk. pada tahun 2006 hanya dapat menutup Rp. 1,00 kewajiban lancar dengan
Rp. 0,20 aset lancar yang dimilikinya. Nilai standar deviasi sebesar 0,79 menunjukkan bahwa sampel
memiliki sebaran likuiditas yang hampir sama antar masing-masing sampel.
Leverage yang dihitung dengan rasio total
utang, mengindikasikan bahwa rata-rata sampel memiliki Rp. 0,54 utang untuk setiap Rp. 1,00 aset
yang dimiliki perusahaan. Nilai maksimum leverage dimiliki oleh PT. Tri Polyta Indonesia Tbk. pada
tahun 2006, dimana perusahaan tersebut memiliki Rp. 0,96 utang untuk setiap Rp. 1,00 aset. Nilai
rasio utang minimum sebesar 0,08 dimiliki oleh PT. Mandom Indonesia Tbk. pada tahun 2007. Sehingga
perusahaan tersebut hanya memiliki Rp. 0,08 utang untuk setiap Rp. 1,00 aset yang dimilikinya. Untuk
nilai standar deviasi sebesar 0,20 menunjukkan bahwa leverage sampel memiliki sebaran yang
hampir sama antar masing-masing sampel.
Komisaris independen diukur berdasarkan
jumlah komisaris independen dibagi dengan total dewan komisaris. Nilai rata-rata dewan komisaris
independen perusahaan sampel sebesar 0,41 yang menunjukkan
bahwa rata-rata
porsi dewan
komisaris independen sebesar 41. PT. Tri Polyta Indonesia Tbk dan PT. Multi Bintang Indonesia Tbk.
selama periode
2005 hingga
2010 memiliki
persentase dewan komisaris independen sebesar 29 yang menjadi nilai minimum dari variabel
dewan komisaris independen. Namun terdapat perusahaan
yang memiliki
dewan komisaris
independen sebesar
70 yakni
PT. Arwana
Citramulia Tbk. pada tahun 2010. Nilai standar deviasi sebesar 0,10 menunjukkan bahwa rasio
dewan komisaris independen sampel memiliki sebaran yang hampir sama pada tiap sampel. Dapat
disimpulkan bahwa mayoritas sampel memiliki komisaris independen lebih besar atau sama dengan
30, yang berarti mayoritas sampel sudah memiliki komisaris independen diatas batas minimal dari
peraturan yang
telah ditetapkan
yaitu sekurangkurangnya 30 dari jumlah seluruh
anggota komisaris.
Manajemen laba diukur dengan menggunakan
nilai discretionary accruals DA. Nilai rata-rata DA adalah -0,03 yang menunjukkan bahwa rata-rata
sampel secara umum melakukan manajemen laba dengan
melakukan kebijakan
akrual yang
menurunkan laba sebesar 3 dari total aset t-1.
Nilai minimum DA sebesar -0,57 yang dimiliki oleh PT. Indospring Tbk. pada tahun 2009 menunjukkan
bahwa perusahaan tersebut menurunkan laba sebesar 57 dari total aset tahun 2008. Sedangkan
nilai maksimum yakni 0,66 dimiliki oleh PT Ekadharma International Tbk. pada tahun 2008
yang mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut melakukan manajemen laba dengan meningkatkan
laba sebesar 66 dari total aset tahun 2007.
Ukuran perusahaan dihitung berdasarkan
nilai natural algoritma dari total aset perusahaan. Ukuran perusahaan terbesar adalah 18,54 yang
dimiliki oleh PT. Astra International Tbk. pada tahun 2010 dengan total aset Rp. 112.857 milyar. Nilai
terendah adalah 10,56 yang dimiliki oleh PT. Akbar Indo Makmur Stimec Tbk. pada tahun 2007 dengan
total aset Rp. 38,5 milyar. Sedangkan perusahaan memiliki rata-rata total aset senilai Rp. 6.827,5
milyar. Nilai standar deviasi ukuran perusahaan sebesar 1,72 yang lebih kecil dari nilai rata-rata
ukuran perusahaan
yang sebesar
14,30 menunjukkan bahwa setiap sampel memiliki ukuran
perusahaan yang hampir sama.
Agresivitas pajak
perusahaan dihitung
dengan menggunakan dua cara, yaitu effective tax
rate ETR dan cash effective tax rate CETR. Nilai rata-rata effective tax rate ETR adalah 0,312, hal ini
menandakan bahwa
beban rata-rata
pajak perusahaan sampel adalah 31,2 dari laba sebelum
pajak. Nilai minimum sebesar 0,03 yang dimiliki oleh PT Fajar Surya Wisesa Tbk. pada tahun 2008,
menunjukkan bahwa beban pajak perusahaan hanyalah 3 dari laba sebelum pajak. Nilai
maksimal ETR sebesar 0,813 yang dimiliki oleh PT Akbar Indo Makmur Stimec Tbk. pada tahun 2006,
menunjukkan bahwa
beban pajak
perusahan tersebut adalah 81,3 dari laba sebelum pajak. Nilai
standar deviasi sebesar 0,089 yang lebih kecil dari nilai rata-rata menunjukkan bahwa sampel memiliki
sebaran effective tax rate yang hampir sama antar masing-masing sampel.
Berdasarkan nilai cash effective tax rate diperoleh nilai rata-rata CETR sebesar 0,298
menunjukkan bahwa besarnya pembayaran pajak adalah 29,8 dari laba sebelum pajak. PT SMART
Tbk. pada tahun 2007 memiliki nilai cash effective tax rate paling rendah yaitu sebesar 0,016,
menunjukkan bahwa besarnya pembayaran pajak perusahaan tersebut hanya 1,6 dari laba sebelum
pajak. Nilai maksimum cash effective tax rate
sebesar 0,989 dimiliki oleh PT. Sorini Tbk. pada tahun
2010, menunjukkan
bahwa besarnya
pembayaran pajak perusahaan tersebut adalah 98,9 dari laba sebelum pajak. Sedangkan nilai
standar deviasi adalah 0,150 yang menunjukkan bahwa sampel memiliki sebaran cash effective tax
rate yang hampir sama antar masing-masing sampel.
Tarif pajak diukur dengan menggunakan
variabel dummy, yaitu 1 jika dalam waktu pengamatan sampel telah menerapkan tarif pajak
tetap sesuai dengan Undang-undang No. 36 Tahun 2008 dan 0 jika dalam waktu pengamatan sampel
menggunakan tarif pajak progresif sesuai Undang- undang No. 17 Tahun 2000. Tarif pajak progresif
yang diatur dalam Undang-undang No. 36 Tahun 2008
mulai diberlakukan
tahun 2009
guna menggantikan Undang-undang No. 17 Tahun 2000.
Tabel 4.3
mendiskripsikan jumlah
periode pengamatan pada sampel yang menggunakan tarif
pajak progresif maupun tetap. Jumlah pengamatan sampel yang telah menerapkan tarif pajak tetap
adalah 78 pengamatan atau 60. Sedangkan 117 sampel atau 40 berada pada periode pengamatan
sebelum tahun 2009 sehingga masih menerapkan tarif pajak progresif.
Tabel 4.3 Deskripsi Variabel Tarif Pajak Tahun 2006-2010
Keterangan Jumlah
Persentase
Menggunakan tarif pajak progresif
78 40
Menggunakan tarif pajak tetap 117
60
Jumlah 195
100
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012
Saham publik diukur dengan menggunakan
variabel dummy, yaitu 1 jika lebih dari 40 saham perusahaan dimiliki oleh publik dan 0 jika saham
perusahaan yang dimiliki publik kurang dari 40. Tabel 4.4 memberikan gambaran bahwa jumlah
sampel yang 40 dari saham dimiliki oleh publik berjumlah 110 sampel atau 56,41. Sedangkan 85
sampel atau 43,59, minimal 40 atau lebih sahamnya dimiliki oleh publik. Persentase saham
publik terendah terdapat pada Intraco Penta Tbk. pada tahun 2008 yaitu sebesar 9,56. Sedangkan
persentase saham publik tertinggi dimiliki oleh PT. Metrodata Electronics Tbk pada tahun 2007 dengan
jumlah saham publik sebesar 85,36.
Tabel 4.4 Deskripsi Variabel Kepemilikan Saham Tahun 2006-2010
Keterangan Jumlah
Persentase
Jumlah saham publik kurang dari 40
110 56,41
Jumlah saham publik lebih dari 40
85 43,59
Jumlah 195
100
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012
4.2.2 Uji Asumsi Klasik