Uji Asumsi Klasik Hasil Penelitian

4.2.2 Uji Asumsi Klasik

Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data penelitian terdistribusi secara normal. Penilaian normalitas dengan menggunakan perbandingan skewness kemencengan dan kurtosis keruncingan. Standar sebuah data dikatakan memiliki distribusi normal adalah jika hasil skewness adalah 0 dan kurtosis adalah 3 Gujarati, 2006. Jika suatu observasi memiliki nilai kurtosis lebih besar dari +3 atau lebih kecil dari -3 berarti observasi tersebut mempunyai nilai yang ekstrim outliers atau tidak berdistribusi normal. Hasil uji normalitas pada variabel independen dan dependen disajikan pada tabel 4.5. Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Variabel Min Max Mean Skew Kurt Hasil Likuiditas 0,20 4,79 1,723 0,90 0,74 Normal Leverage 0,08 0,96 0,542 -0,34 -0,26 Normal Dekom 0,29 0,70 0,409 1,51 4,66 Tidak normal Manajemen Laba -0,58 0,66 -0,03 0,16 0,60 Normal ETR 0,029 0,813 0,312 1,52 4,24 Tidak normal CETR 0,016 0,989 0,298 1,41 5,72 Tidak normal Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012 Pada tabel 4.5 terlihat bahwa beberapa variabel memiliki kurtosis diatas +3, yaitu dekom dewan komisaris independen dengan nilai kurtosis sebesar 4,656, ETR dengan nilai kurtosis sebesar 4,239 dan CETR dengan nilai kurtosis sebesar 5,719. Sedangkan variabel likuiditas, leverage dan manajemen laba memiliki nilai kurtosis secara berturut-turut adalah 0,740, -0,264 dan 0,604. Nilai kurtosis pada variabel-variabel tersebut berada diantara +3 dan -3, sehingga dapat disimpulkan variabel likuiditas, leverage dan manajemen laba memiliki distribusi data yang normal. Untuk mendapatkan hasil pengujian yang lebih baik dan valid maka dilakukan tranformasi variabel penelitian yang tidak berdistribusi normal kedalam bentuk akar kuadrat sqrt. Hasil uji normalitas setelah dilakukan transformasi dapat dilihat pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Setelah Transformasi Variabel Min Max Mean Skew Kurt Hasil Likuiditas 0,20 4,79 1,723 0,90 0,74 Normal Leverage 0,08 0,96 0,542 -0,34 -0,26 Normal sqrtDekom -1,70 -0,37 -0,95 0,15 -0,43 Normal Manajemen Laba -0,58 0,66 -0,03 0,16 0,60 Normal sqrtETR 0,17 0,90 0,55 0,10 0,57 Normal sqrtCETR 0,03 0,99 0,51 0,03 0,48 Normal Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012 Berdasarkan tabel 4.6 terlihat bahwa setelah dilakukannya transformasi variabel dewan komisaris independen, ETR dan CETR kedalam bentuk akar kuadrat sqrt, nilai kurtosis pada variabel sqrtDekom, sqrtETR dan sqrtCETR secara berturut- turut adalah -0,433, 0,572 dan 0,483. Nilai kurtosis pada variabel-variabel tersebut berada pada kisaran nilai ±3 sehingga dapat dinyatakan bahwa sqrtDekom, sqrtETR dan sqrtCETR berdistribusi normal. Uji Multikolonieritas dilakukan dengan matriks korelasi dengan melihat besarnya nilai VIF Variance Inflation Factor dan nilai tolerance. Suatu model regresi yang bebas dari multikolinearitas memiliki nilai VIF yang tidak melebihi dari 10 dan nilai tolerance tidak ada yang kurang dari 0,10. Hasil uji multikolonieritas dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.7. Berdasarkan hasil uji multikolinearitas, nilai VIF pada variabel-variabel penelitian berada pada kisaran angka 1,028 hingga 1,146. Sedangkan nilai tolerance terendah adalah 0,873 dan tertinggi 0,976. Berdasarkan nilai VIF dan tolerance dapat disimpulkan bahwa tidak terdapatnya multikoloniearitas. Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Tolerance VIF Kesimpulan Likuiditas 0,973 1,028 Tanpa multikoloniearitas Leverage 0,900 1,112 Tanpa multikoloniearitas sqrtDekom 0,873 1,146 Tanpa multikoloniearitas Manajemen Laba 0,942 1,062 Tanpa multikoloniearitas Size 0,961 1,041 Tanpa multikoloniearitas Tarif 0,931 1,075 Tanpa multikoloniearitas Saham 0,873 1,145 Tanpa multikoloniearitas Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012 Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear yang digunakan terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 sebelumnya. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi, digunakan uji Durbin- Watson. Sebuah data dikatakan tidak memiliki masalah autokorelasi jika nilai Durbin-Watson berada diantara nilai du upper bound dan 4-du. Berdasarkan tabel dengan nilai n = 195 dan k = 4 didapat angka dl lower = 1,724 dan du upper = 1,808. Hasil uji Durbin Watson dengan sqrtETR dan sqrtCETR sebagai variabel dependen terlihat pada tabel 4.8. Tabel 4.8 Hasil Uji Autokorelasi Dependen Variabel Durbin- Watson lower bound upper bound Kesimpulan sqrtETR 1,876 1,724 1,808 Tanpa autokorelasi sqrtCETR 1,937 1,724 1,808 Tanpa autokorelasi Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012 Berdasarkan tabel 4.8, diketahui nilai Durbin Watson dengan menggunakan sqrtETR sebagai variabel dependen sebesar 1,876. Oleh karena nilai Durbin Watson hitung dengan menggunakan sqrtETR sebagai variabel dependen adalah 1,876 yang berada diantara nilai du dan 4 –du, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi positif maupun negatif. Sedangkan nilai Durbin Watson dengan menggunakan sqrtCETR sebagai variabel dependen adalah 1,937 yang berada diantara nilai du dan 4 –du, maka dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi antar residual dimana CETR sebagai variabel dependen. Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap. Untuk menguji heteroskedastisitas dalam penelitian ini dengan menggunakan Uji Glejser. Dari hasil pengujian sebagaimana pada tabel 4.9, hasil masing-masing variabel indpenden dengan tingkat signifikansi tidak ada yang lebih kecil dari 0,05, sehingga varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas atau bebas heteroskedastisitas dalam penelitian ini. Tabel 4.9 Hasil Uji Glejser Variabel abresid : sqrtETR abresid : sqrtCETR t Sig. t Sig. Likuiditas 0,544 0,587 0,013 0,590 Leverage 0,896 0,104 0,484 0,064 sqrtDekom -0,723 0,470 -0,843 0,400 Manajemen Laba 0,802 0,424 0,073 0,242 Size -1,505 0,134 -1,977 0,059 Tarif 0,735 0,463 -0,365 0,716 Saham -0,573 0,568 1,537 0,126 Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012

4.3 Pemilihan Model Regresi Panel Data

Dokumen yang terkait

PENGARUH LIKUDITAS, LEVERAGE, CAPITAL INTENSITY DAN KOMISARIS INDEPENDEN TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK PERUSAHAAN (PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI).

14 66 31

Pengaruh Likuiditas, Leverage, dan Komisaris Independen terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan.

6 32 19

Pengaruh Likuiditas, Leverage, dan Ukuran Perusahaan terhadap Agresivitas Pajak.

0 0 19

PENGARUH PROPORSI KOMISARIS INDEPENDEN, KOMITE AUDIT, MANAJEMEN LABA, LIKUIDITAS, UKURAN PERUSAHAAN DAN PROFITABILITAS TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK.

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Likuiditas, Leverage, Komisaris Independen dan Manajemen Laba Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Likuiditas, Leverage, Komisaris Independen dan Manajemen Laba Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan T2 912010028 BAB I

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Likuiditas, Leverage, Komisaris Independen dan Manajemen Laba Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan T2 912010028 BAB II

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Likuiditas, Leverage, Komisaris Independen dan Manajemen Laba Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan T2 912010028 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Likuiditas, Leverage, Komisaris Independen dan Manajemen Laba Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan

0 0 21

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Magister Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana FKIPUKSW T2 BAB IV

0 0 34