1. Hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi
sasaran dakwah dengan menitikberatkan pada kemampuan mereka, sehingga di dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam selanjutnya mereka
tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan.
2. Mauidhah hasanah, adalah berdakwah dengan memberikan nasihat-
nasihat atau menyampaikan ajaran Islam dengan rasa kasih sayang, sehingga nasihat dan ajaran Islam yang disampaikan itu dapat
menyentuh hati mereka.
3. Mujadalah, yaitu berdakwah dengan cara bertukar pikiran dan
membantah dengan cara sebaik-baiknya dengan tidak memberikan tekanan-tekanan dan tidak pula dengan menjelekkan yang menjadi
mitra dakwah.
12
Menyadari untuk dapat mencapai
keberhasilan sebuah pembelajaran,
pembinaan agama khususnya di lingkungan penjara bukanlah hal yang mudah dilakukan, mengingat komunitas napi memiliki karakteristik, tingkat
religiusitas serta kultur yang relatif berbeda dengan masyarakat di luar penjara. Konsekuensinya, untuk membangun konsep tersebut tidak hanya berdasar atas
perspektif dari luar, tetapi sangat perlu memperhatikan perspektif dari dalam. Artinya, untuk mencapai keberhasilan konsep pembinaan atau pembelajaran
yang akan diterapkan hendaknya merujuk atau menyesuaikan dengan kondisi internal Napi dan pemasyarakatan itu sendiri.
12
Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah..., hal. 22
Menurut Harsono dalam kaitannya dengan pembinaan bagi narapidana “Pembinaan yang terbaik bagi keberhasilan narapidana dalam menjalani pidana
dan dapat kembali ke masyarakat serta tidak mengulangi lagi perbuatannya, adalah pembinaan yang berasal dari dalam diri narapidana itu sendiri.
”Pembinaan agama di Lembaga Pemasyarakatan merupakan hal yang penting, karena sesuai dengan fitrahnya nilai-nilai agama adalah nilai yang baik. Karena
tidak ada agama satupun yang ingin pemeluknya menjadi orang yang berperilaku menyimpang. Dalam arti lain, nilai keagamaan disini adalah berfungsi untuk
menata kehidupan seseorang untuk menjadi orang yang tertata menurut agama, serta menjadi orang yang berperilaku baik. Dengan pembinaan ini, diharapkan
seorang narapidana bisa sadar akan perbuatannya yang salah dan tidak mengulangi kejahatannya
lagi, sehingga warga binaan narapidana bisa menambah wawasan agamanya, dan mengaplikasikanya dalam kehidupan
ditengah-tengah masyarakat setelah napi keluar dari Lembaga Pemasyarakatan itu.
13
Berdasarkan fenomena mengenai pembelajaran agama bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan, maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian di
Lembaga Pemasyarakatan Kecamatan
Kedungwaru-Tulungagung tentang
pembelajaran agama Islam bagi narapidana dengan mengambil tema atau judul “Pembelajaran Agama Islam Bagi Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan
Kelas II B Kabupaten Tulungagung”.
13
Harsono, Sistem Baru Pembinaan Narapidana, Jakarta: Djambatan, 1995, hal. 36
B. Fokus Penelitian