b. Membebaskan manusia dari segala analisis yang dapat merendahkan martabat manusia fitrah manusia, baik yang datang dari dalam dirinya
sendiri maupun dari luar. c. Mengembalikan ilmu pengetahuan untuk menopang dan memajukan
kehidupan baik individu maupun sosial.
59
E. Materi Pembelajaran Agama Islam
Materi pembelajaran agama Islam adalah segala sesuatu yang hendak diberikan kepada peserta didik, dicerna, diolah, dihayati serta diamalkan oleh
peserta didik dalam proses kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran agama Islam. Pada dasarnya materi yang diberikan kepada peserta
didik sangatlah universal dan mengandung aturan berbagai aspek kehidupan manusia, baik yang berhubungan dengan sesama manusia maupun dengan
lainnya. Pembelajaran agama Islam berdasarkan pada Al- Qur’an dan As- Sunnah, sehingga jangkauannya sangatlah luas.
Islam memiliki tiga ajaran yang merupakan inti dasar dalam mengatur kehidupan. Secara umum, dasar Islam yang dijadikan materi pokok pembelajaran
agama Islam adalah: a. Keimanan Aqidah
Pembelajaran yang utama dan harus dilakukan pertama kali adalah pembentukan
keyakinan kepada Allah
yang diharapkan
dapat melandasi sikap, tingkah laku, serta kepribadian peserta didik. Sebagaimana firman Allah
dalam Surat Luqman ayat 13:
59
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet II: 2007, hal. 334
Artinya: ”Dan ingatlah ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan
Allah sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kelaliman yang besar”.
60
Ayat di atas menyebutkan bahwa Luqman mengajarkan kepada anaknya agar tidak menyekutukan Allah. Hal ini dilakukan agar keimanan anak kepada
Allah bisa teguh, sehingga tidak akan menyekutukan Allah dengan yang lainnya. Adapun langkah dasar yang dapat diambil untuk membentuk tingkah laku anak
yang berkepribadian Islam adalah memberikan pemahaman kepada anak tentang tujuan hidupnya, yaitu beribadah kepada Allah.
Adapun hakikat keimanan dapat dijabarkan sebagai berikut: 1.
Secara etimologis, keimanan seseorang pada suatu hal dibuktikan dengan pengakuan bahwa sesuatu itu merupakan kebenaran dan keyakinan.
Sedangkan menurut syara, keimanan adalah suatu perkara yang diakui oleh hati dan dibenarkan dengan amaliah.
61
2. Jika keimanan seseorang telah kuat, maka segala tindak tanduk orang itu
akan didasarkan pada pikiran-pikiran yang telah dibenarkannya dan hatinyapun akan tenteram. Keimanan yang benar merupakan landasan yang
kokoh bagi konsep pembelajaran yang berkualitas. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa sistem pada pembelajaran agama Islam yang berpijak pada
60
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya Juz 1-30..., hal. 581
61
Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat Jakarta: Gema Insani Press, 1995, hal. 84.
dasar-dasar keimanan akan mendatangkan hasil yang lebih berkualitas baik lahir maupun batin.
3. Keimanan yang di dalamnya terdapat pembenaran dan keyakinan, kadang-
kadang dijalankan secara tidak tepat. Oleh karena itu, seorang mukmin memerlukan pengontrol yang dapat memelihara daya pikirnya dari pengaruh
keyakinan yang dikotori khurafat.
62
4. Ruang lingkup pengajaran keimanan meliputi rukun iman yang enam,
yaitu percaya kepada Allah, kepada para rasul Allah, kepada para malaikat, kepada Kitab-Kitab suci yang diturunkan kepada para rasul Allah,
kepada Hari Akhirat dan kepada Qadha dan Qadar.
63
b. Islam Syari’ah Syari’ah adalah semua aturan Allah dan hukum-hukum-Nya yang mengatur
hubungan manusia dengan Tuhannya, hubungan manusia dengan sesama dan hubungan manusia dengan alam sekitar. Namun ada pengertian syari’ah yang
lebih dekat dengan fiqih, yaitu tatanan, peraturan, perundang-undangan dan hukum yang mengatur segala aspek kehidupan. Dalam Al Quran surat Al Baqarah
ayat 21 disebutkan:
Artinya: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan
62
Ibid., hlm.85
63
Zakiyah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam Jakarta: Bumi Aksara, Cet III: 2004, hal. 67.
orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.”
64
Materi syari’ah dalam pembelajaran agama Islam diharapkan dapat menjadi fungsional dalam hidup manusia. Manusia yang telah menerima pembelajaran
agama Islam
diharapkan memahami
bentuk dan
aturan yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya, hubungan manusia
dengan sesamanya dan hubungan antara manusia dengan alam sekitar berlandaskan
nilai-nilai Islam. c. Ihsan Akhlak
Sejalan dengan usaha pembentukan keyakinan atau keimanan, juga diperlukan pembentukan akhlak yang mulia. Akhlak merupakan jiwa dalam
proses pembelajaran agama Islam. Akhlak sendiri adalah amalan yang bersifat pelengkap dan penyempurna bagi kedua amalan di atas, serta mengajarkan tata
cara pergaulan hidup manusia. Pembelajaran akhlak adalah pembelajaran untuk mengarahkan peserta didik
agar berperilaku, bermoral dan beretika baik. Pembelajaran akhlak sangat penting bagipeserta didik. Apabila peserta didik telah diajarkan keimanan aqidah, maka
selanjutnya peserta didik diajari untuk berakhlakul karimah. Tanpa akhlak yang baik, maka tidak akan sempurna keimanan seseorang.
Sebagaimana tertuang dalam hadits:
64
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya Juz 1-30..., hal. 4
Dari Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah SAW bersabda: Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang lebih baik akhlaknya.HR. Bukhari
Muslim
65
Pembelajaran akhlak sangat penting bagi peserta didik agar dapat dijadikan bekal dalam mencapai pribadi muslim yang mendekati kesempurnaan. Salah satu
kewajiban utama
bagi guru
kepada peserta didik adalah membentuk
kepribadian peserta didik yang didasarkan pada aqidah Islam dan tata aturan syari’ah Islam.
Sasaran pembelajaran akhlak adalah keadaan jiwa, tempat berkumpul segala rasa, pusat yang menghasilkan segala karsa. Tempat terwujudnya kepribadian dan
keimanan.
66
F. Komponen-Komponen Pelaksanaan Pembelajaran Agama Islam