BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET
3.1 SEJARAH SINGKAT KABUPATEN MANDAILING NATAL
3.1.1 Latar Belakang Terbentuknya Kabupaten Mandailing Natal
Pada tanggal 23 November 1998, Pemerintah Repuplik Indonesia menetapkan Undang-undang No.12 Tahun 1998 yaitu Undang-Undang tentang Pembentukan
Pemerintahan Kabupaten Mandailing Natal menjadi daerah otonom yang berhak mengatur rumah tangganya sendiri dengan Bupati yang pertama H. Amiru
Daulay, SH dan Wakil Bupati Ir. Masruddin Dalimunthe. Beliau- H. Amiru Daulay,SH-memerintah Kabupaten Mandailing Natal dari tahun 1998 hingga
tahun 2009 dibantu oleh Drs. H. Azwar Indra Nasution yang menjabat sebagai Sekretaris Daerah.
Kabupaten Mandailing Natal merupakan pemecahan dari Kabupaten Tapanuli Selatan dengan wilayah administrasi terdiri dari atas 8 kecamatan, yakni:
1. Kec. Batahan dengan 12 desa;
2. Kec. Batang Natal dengan 40 desa;
3. Kec. Koya Nopan dengan 85 desa;
4. Kec. Muara Sipongi dengan 16 desa;
Universitas Sumatera Utara
5. Kec. Panyabungan dengan 61 desa;
6. Kec. Natal dengan 19 desa;
7. Kec. Muara Batang Gadis dengan 10 desa;
8. Kec. Siabu dengan 30 desa;
Pada tanggal 29 Juli 2003 Kabupaten Mandailing Natal mengeluarkan Perda No. 7 dan 8 mengenai Pemekaran Kecamatan dan Desa. Dengan
dikeluarkannya Perda tersebut maka Kabupaten Mandailing Natal memiliki 17 kecamatan dengan jumlah desa sebanyak 322 desa dan kelurahan sebanyak 7
kelurahan. Kecamatan hasil pemekaran tersebut terdiri atas: 1.
Kecamatan Batahan; 2.
Kecamatan Batang Natal; 3.
Kecamatan Lingga Bayu; 4.
Kecamatan Kotanopan; 5.
Kecamatan Ulu Pungkut; 6.
Kecamatan Tambangan; 7.
Kecamatan Lembah Sorik Merapi; 8.
Kecamatan Muara Sipongi; 9.
Kecamatan Panyabungan; 10.
Kecamatan Panyabungan Selatan; 11.
Kecamatan Panyabungan Barat; 12.
Kecamatan Panyabungan Utara; 13.
Kecamatan Panyabungan Timur; 14.
Kecamatan Natal;
Universitas Sumatera Utara
15. Kecamatan Muara Batang Gadis;
16. Kecamatan Siabu;
17. Kecamatan Bukit Malintang;
Pada tanggal 15 Februari 2007 pemerintah Kabupaten Mandailing Natal mengeluarkan Perda Tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan di Kabupaten
Mandailing Natal, yaitu Kecamatan Ranto Baek, Kecamatan Huta Bargot, Kecamatan Puncak Sorik Merapi, Kecamatan Pakantan dan Kecamatan
Sinunukan. Pada tanggal 7 Desember 2007 pemerintah Kabupaten Mandailing Natal mengeluarkan Perda Tahun 2007 tentang Pemecahan Desa dan
Pembentukan Kecamatan Naga Juang Kabupaten Mandailing Natal.
Dengan demikian, Kabupaten Mandailing Natal kini memiliki 23 kecamatan dengan jumlah desa sebanyak 353 dan kelurahan sebanyak 32
kelurahan dengan 10 Unit Pemukiman Transmigrasi UPT. Kecamtan hasil pemekaran tersebut terdiri atas:
1. Kecamatan Batahan;
2. Kecamatan Batang Natal;
3. Kecamatan Lingga Bayu;
4. Kecamatan Kotanopan;
5. Kecamatan Ulu Pungkut;
6. Kecamatan Tambangan;
7. Kecamatan Lembah Sorik Merapi;
8. Kecamatan Muara Sipongi;
Universitas Sumatera Utara
9. Kecamatan Panyabungan;
10. Kecamatan Panyabungan Selatan;
11. Kecamatan Panyabungan Barat;
12. Kecamatan Panyabungan Utara;
13. Kecamatan Panyabungan Timur;
14. Kecamatan Natal;
15. Kecamatan Muara Batang Gadis;
16. Kecamatan Siabu;
17. Kecamatan Bukit Malintang;
18. Kecamatan Ranto Baek;
19. Kecamatan Huta Bargot;
20. Kecamatan Puncak Sorik Merapi;
21. Kecamatan Pakantan;
22. Kecamatan Sinunukan;
23. Kecamatan Naga Juang;
Perihal urusan rumah tangga daerah dimulai sebelum pembentukan pemerintah Kabupaten Mandailing Natal, dengan Peraturan Undang-Undang No.
15 Tahun 1950 yang kemudian diubah dengan Undang-Undang Darurat No. 16 Tahun 1955. Seiring dengan tuntutan daerah di era reformasi tahun 1998, maka
Pemerintah RI mengeluarkan Undang-Undang No. 21 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Otonomin Daerah di KabupatenKota. Sampai saat ini
Pemerintahan Kabupaten Mandailing Natal terdapat 12 dinas otonom yakni: 1.
Dinas Pendidikan;
Universitas Sumatera Utara
2. Dinas Perhubungan dan Informatika;
3. Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata;
4. Dinas Pertanian;
5. Dinas Kelautan dan Perikanan;
6. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, UKM dan Pasar;
7. Dinas Kehutanan dan Perkebunan;
8. Dinas Kesehatan;
9. Dinas Pekerjaan Umum;
10. Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah;
11. Dinas Pertambangan dan Energi;
12. Dinas Kependudukan, Catatan Sipil, Sosial, Tenaga Kerja dan
Transmigrasi;
3.1.2 Lokasi dan Keadaan Geografis
Kabupaten Mandailing Natal berada di bagian selatan wilayah Propinsi Sumatra Utara, berbatasan langsung dengan Propinsi Sumatra Barat. Wilayah kabupaten
ini berada pada ketinggian 0-1.315 m di atas permukaan laut, dengan topografi datar hingga pegunungan.
Secara geografis Kabupaten Mandailing Natal terletak antara 00°10’ hingga 10°50’LU dan 98°50’ hingga 100°10’BT. Batas-batas wilayah Kabupaten
Mandailing Natal sebagai berikut: Sebelah utara
: Kabupaten Padang Lawas Sebelah selatan : Propinsi Sumatra Barat
Universitas Sumatera Utara
Sebelah timur : Propinsi Sumatra Barat
Sebelah barat : Samudra Hindia
Beragam bentang alam terdapat di Kabupaten Mandailing Natal. Mulai dari dataran rendah dengan kemiringan 0-2, hingga daerah perbukitan dengan
kemiringan 2-15. Sebagian dataran rendah di kabupaten ini berada di pesisir Pantai Natal dan Sikara-Kara, sementara daerah perbukitan terdapat di Bukit
Barisan yang membentang di beberapa kecamatan.
3.1.3 Penduduk
Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk di Kabupaten Mandailing Natal tercatat 403.894 jiwa. Jumlah penduduk tersebut terdiri atas
198.623 laki-laki dan 205.271 perempuan. Dari seluruh kecamatan yang ada, Kecamatan Panyabungan memiliki jumlah penduduk terbanyak, yaitu 77.417
jiwa. Sementara itu, Kecamatan Naga Juang memiliki jumlah penduduk terendah di Kabupaten Mandailing Natal, yaitu 3.650 jiwa. Dengan luas wilaah 6.620,70
, rata-rata kepadatan penduduk di kabupaten ini berada pada kisaran 499 jiwa per
3.1.4 Sumber Daya Alam Perkebunan
Kabupaten Mandailing Natal memiliki beragam potensi alam yang sangat potensial untuk dikembangkan. Potensi tersebut meliputi sektor pertanian,
perkebunan, peternakan, perikanan, kehutanan, hingga pertambangan.
Universitas Sumatera Utara
Topografi wilayah Kabupaten Mandailing Natal yang terletak di dataran tinggi dan bergunung-gunung sangat potensial untuk pengembangan sektor
perkebunan. Jenis tanaman perkebunan yang dikembangkan di wilayah Kabupaten Mandailing Natal ialah karet, sawit, kopi robusta, kopi arabika, kelapa,
kakao, cengkih, kulit manis, aren, kemiri, dan jarak pagar. Sebagian besar perkebunan yang ada di kabupaten ini ialah perkebunan rakyat. Bahkan,
berdasarkan Kabupaten Mandailing Natal dalam Angka 2010, hanya terdapat 28.567,65 ha perkebunan yang dikembangkan oleh perusahaan besar. Angka
tersebut terdiri atas 28.666,65 ha perkebunan kelapa sawit, 60 ha perkebunan kopi, dan 441 perkebunan cengkih.
Berdasarkan kuantitas produksi, komoditas unggulan perkebunan di Kabupaten Mandailing Natal ialah karet. Dari 23 kecamatan yang ada, Kecamatan
Panyabungan memiliki luas dan produksi karet tertinggi di Kabupaten Mandailing Natal, yaitu 9.213,76 ha dengan produksi 4.298,93 ton. Sementara itu, Kecamatan
Bukit Malintang memiliki luas lahan dan produksi terendah di Kabupaten Mandailing Natal yaitu 1.545,78 ha dengan produksi 69,60 ton.
3.2 Sejarah Singkat BPS Badan Pusat Statistik