Perang Yang Mencekam KRISIS KAPITALISME AKIBAT PERANG

91

BAB VI KRISIS KAPITALISME AKIBAT PERANG

1914-1945

A. Perang Yang Mencekam

Dowd 2000: 95 beranggapan bahwa tidak mungkin tidak terjadi hubungan antara proses sosial fungsional kapitalisme, industrialisme, nasionalisme dengan imperialisme. Hakikat dan pengertian kapitalisme itu sendiri tidak menemukan rumah dalam literatur teori ekonomi. Sejarah kapitalis menunjukkan bahwa kemajuan kapitalisme bergantung pada ekspansi ekonomi di dalam dan luar negeri. Ekspansi pada gilirannya penting untuk bergantung pada perkembangan teknologi. Perang Dunia I tidak mungkin terjadi tanpa kapitalisme industri yang hanya memikirkan perang yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam skala dan kekuasaan destruktif. Dowd 2000: 95 menyatakan bahwa kapitalisme telah berhenti untuk berfungsi dengan baik secara global, sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik dalam satu bangsa. Hal itu berarti kapitalisme merusak lembaga- lembaga politik negara-bangsa, dalam hubungan internal dan eksternal. Perekonomian Eropa berlangsung tegang selama perang dan bagi sebagian besar dari mereka, ketegangan semakin meningkat setelah perang. Inflasi 92 menyerang hampir semua negara. Inflasi dan percepatan kelemahan ekonomi dunia saling dipengaruhi oleh satu sama lain. Kesulitan yang jauh lebih tinggi dari semua itu adalah meningkatnya kerapuhan sosial. Perang Dunia I 1914-1918 sungguh menggoncang tradisi ekonomi klasik. Perang tersebut memporakporandakan pembayaran dan perdagangan internasional serta memaksa pemerintah untuk campur tangan dalam kehidupan ekonomi. Perang memaksa pemerintah untuk memusatkan produksi pada barang- barang kebutuhan perang dan menciptakan hutang negara yang besar Soule, 1994: 143. Inggris dan hampir seluruh negara Eropa lainnya menghadapi keadaan gawat yang belum pernah dialami sebelumnya setelah Perang Dunia I. Inflasi yang ditandai dengan kenaikan harga yang demikian cepat terjadi selama dan setelah perang di hampir setiap negara. Inflasi tersebut disusul dengan depresi yang ditandai dengan kemerosotan harga yang drastis pada tahun 1920-1921. Depresi kemudian disusul dengan kemunduran ekspor dan pengangguran kronis di sektor industri ekspor Soule, 1994: 143. Para penganut tata masyarakat kapitalis mulai menerima kecaman dari luar. Gerakan serikat pekerja menjadi kuat dan tidak dapat diremehkan. Kaum Marxis 93 menggerakkan revolusi di Rusia dan mengancam akan terjadinya hal yang serupa di negara-negara lain. Partai- partai politik yang menganut ideologi sosialis memiliki pengaruh yang besar dan semakin luas. Salah satu depresi terhebat dan terparah yang pernah dialami dunia kapitalis menimpa Amerika yang segera menjalar ke negara-negara lain pada tahun 1929 Soule, 1994: 143-144. Kondisi demikian pada masa-masa krisis itu memunculkan dua masalah pokok yang bersifat teknis ekonomis. Persoalan pertama berkaitan dengan teori uang. Uang memiliki hubungan yang erat dengan inflasi dan deflasi yang disertai dengan perubahan harga besar- besaran. Uang juga terkait dengan persoalan valuta asing dan pembayaran internasional. Persoalan kedua berkaitan dengan upaya yang harus dilakukan pemerintah suatu negara untuk mengurangi pengangguran Soule, 1994: 144. Sehubungan kedua masalah itu, maka muncullah sosok pemikir ekonomi baru pada masa itu diantaranya yaitu Irving Fisher dan John Maynard Keynes.

B. Teori Stabilitas Harga Irving Fisher