BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Seiring dengan bergulirnya arus reformasi, maka birokrasi pun tak luput dari sasaran reformasi, hal ini dipertegas dengan bergesernya paradigma
pemerintah dari penguasa menjadi pelayan. Pemerintah dituntut untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Kalau di era orde baru
birokratpemerintah merupakan suatu hal yang sangat disegani dan hampir diharuskan memberikan pelayanan terbaik padanya, tapi di era reformasi sekarang
ini keadaannya berbalik, justru pemerintahlah yang harus memberikan pelayanan kepada masyarakat. Salah satu yang menjadi latar belakang bergulirnya reformasi
adalah masyarakat merasa kecewa kepada pemerintah. Pemerintah dianggap tidak mampu lagi memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat. Rakyat sebagai
pemilik kedaulatan sudah tidak mendapatkan haknya lagi. Gagasan pelayanan yang diberikan oleh pemerintah kepada rakyat terus
mengalami pembaruan baik dari sisi paradigma maupun format pelayanan seiring tuntutan rakyat dan perkembangan di dalam pemerintah itu sendiri. Namun
demikian, pembaruan dari kedua sisi tersebut sampai saat ini masih tetap belum memuaskan arti posisi Negara - masyarakat dan pemerintah – rakyat masih belum
menguntungkan dipihak rakyat sebagai pihak yang lemah dan termajinalisasi dalam kerangka pelayanan. Oleh karena itu, dibutuhkan pembaruan makna, bahwa
pemerintah dibentuk bukan untuk melayani dirinya sendiri ataupun dilayani oleh
Universitas Sumatera Utara
rakyat, melainkan untuk melayani kebutuhan rakyat. Distorsi pelayanan kepada rakyat terjadi manakala keberadaan pemerintah dianggap dapat mengatur segala
segi kehidupan manusia, yang dilandasi asumsi bahwa pada dasarnya rakyat tidak mampu mengatur kehidupannya sendiri. Yang pada akhirnya asumsi tersebut
berkembang menjadi pengekangan pemerintah terhadap rakyatnya, kontrol yang berlebihan dan rakyat melayani keinginan pemerintah agar kebutuhannya dapat
terpenuhi. Kurniawan, 2005:2 Hingga sampai saat ini, kualitas pelayanan publik di Indonesia masih
diwarnai berbagai masalah seperti pelayanan yang sulit untuk diakses, prosedur yang berbelit-belit ketika harus mengurus suatu perijinan tertentu, biaya yang
tidak jelas, serta terjadinya praktek pungutan liar pungli, merupakan indikator rendahnya kualitas pelayanan publik. Dimana hal ini juga sebagai akibat dari
berbagai permasalahan pelayanan publik yang belum dirasakan eksistensinya oleh rakyat. Disamping itu, terdapat pula kecenderungan adanya ketidakadilan dalam
pelayanan publik dimana masyarakat yang tergolong miskin akan sulit mendapatkan pelayanan. Sebaliknya, bagi mereka yang memiliki “uang“, dengan
sangat mudah bisa mendapatkan apapun yang diinginkan. Apabila ketidakmerataan dan ketidakadilan ini terus-menerus terjadi, maka
pelayanan yang diskriminatif ini akan berpotensi menimbulkan konflik laten dalam kehidupan berbangsa. Potensi ini antara lain memungkinan terjadinya
disintegrasi bangsa, perbedaan yang lebar antara yang kaya dan miskin dalam konteks pelayanan, peningkatan ekonomi yang lamban, dan pada tahapan tertentu
dapat meledak dan merugikan bangsa Indonesia secara keseluruhan. Kemudian,
Universitas Sumatera Utara
terdapat kecenderungan di berbagai instansi pemerintah pusat yang enggan menyerahkan kewenangan yang lebih besar kepada daerah otonom, akibatnya
pelayanan publik menjadi tidak efektif, efisien dan ekonomis, dan tidak menutup kemungkinan unit-unit pelayanan cenderung tidak memiliki responsibilitas,
responsivitas, dan tidak representatif sesuai dengan tuntutan masyarakat. Melihat dari fungsi utama pemerintah yang merupakan penyelenggara
pelayanan publik dan seiring dengan tuntutan perkembangan sudah menjadi seharusnya pemerintah melakukan perbaikan dalam pelayanan publik tersebut.
Akan tetapi dewasa ini, kepercayaan masyarakatpublik terhadap kinerja pemerintah atau birokrasi mengalami degradasi yang semakin parah oleh akibat
dari lemahnya kinerja aparat-aparat pemerintahanbirokrasi. Kepercayaan dan kehidupan masyarakat menjadi semakin sengsara ketika pemerintahbirokrasi
yang seharusnya berperan menghadirkan pelayanan prima kepada publik menjadi didominasi dan ditentukan oleh rezim yang berkuasa sehingga menyebabkan
kebalikan daripada pelayanan publik menjadi publiklah yang menjadi pelayan bagi birokrasi.
Semangat reformasi telah mewarnai pendayagunaan aparatur negara dengan tuntutan untuk mewujudkan administrasi negara yang mampu mendukung
kelancaran dan keterpaduan pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan negara dan pembangunan dengan mempraktekkan prinsip Good
Governance. Terselenggaranya Good governance merupakan prasyarat utama untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita-cita bangsa
negara. Dalam rangka hal tersebut, diperlukan pengembangan dan penerapan
Universitas Sumatera Utara
sistem pertanggung jawaban yang tepat, jelas, dan nyata sehingga penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan dapat berlangsung secara efektif,
efisien, transparansi dan akuntabilitas. Untuk mengembangkan pelayanan publik yang mencirikan praktek Good
Governance tentu ada banyak aspek yang perlu dibenahi dalam birokrasi publik. Bad Governance yang selama ini terjadi dalam birokrasi publik merupakan hasil
dari sebuah proses interaksi yang kompleks dari akumulasi masalah yang telah lama melekat dalam kehidupan birokrasi publik. Mindset yang salah selama ini
telah mengilhami perilaku birokrasi publik. Mindset yang salah selama ini menyangkut misi dari keberadaan birokrasi publik itu sendiri, jati diri, fungsi dan
aktivitas yang dilakukan birokrasi dalam kegiatannya sehari-hari. Perilaku yang buruk dari birokrasi pemerintah sering muncul karena mindset yang salah yang
mendorong para pejabatnya melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan aspirasi dan keinginan masyarakat. Dwiyanto, 2005:27
Tata laksana pemerintahan yang baik adalah seperangkat proses yang diberlakukan dalam organisasi baik swasta maupun negeri untuk menentukan
keputusan. Tata laksana pemerintahan yang baik ini walaupun tidak dapat menjamin sepenuhnya segala sesuatu akan menjadi sempurna. Namun, apabila
dipatuhi jelas dapat mengurangi penyalahgunaan kekuasaan dan korupsi. Tata laksana pemerintahan yang baik ini dapat dipahami dengan memberlakukan
karakteristik dasarnya yaitu: partisipasi, penegakan hukum, transparasi, kesetaraan, daya tanggap, wawasan ke depan, akuntabilitas, pengawasan, efesiensi
Universitas Sumatera Utara
dan efektifitas serta profesionalisme.
http:thamrin.wordpress.com2006111710-prinsip-good-governance Pemerintahan yang baik good governance merupakan isu sentral yang
paling mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Tuntutan gencar yang dilakukan oleh masyarakat kepada pemerintah untuk melaksanakan
penyelenggaraan pemerintahan yang baik adalah sejalan dengan meningkatnya tingkat pengetahuan dan pendidikan masyarakat, selain adanya pengaruh
globalisasi. Pola lama penyelenggaraan pemerintah, kini sudah tidak sesuai lagi dengan tatanan masyarakat yang telah berubah. Oleh karena itu, tuntutan ini
merupakan hal yang wajar dan sudah seharusnya direspon oleh pemerintah dengan melakukan perubahan yang terarah pada terwujudnya penyelenggaraan
pemerintah yang baik. Banyaknya keluhan dan pengaduan dari masyarakat terhadap pelayanan
dari pemerintah baik yang secara langsung maupun melalui media massa, seperti keluhan terhadap prosedur yang berbelit-belit, tidak adanya kepastian jangka
waktu penyelesaian, besaran biaya yang harus dikeluarkan, persyaratan yang tidak adanya transparansi, dan sikap petugas ataupun pegawai yang kurang responsif.
Hal-hal inilah yang menimbulkan citra yang buruk kepada pemerintah. Padahal di sisi lainnya masyarakat merindukan pelayanan publik yang baik dengan adanya
keseimbangan antara kekuasaan power yang dimiliki dengan tanggung jawab yang mesti diberikan kepada masyarakat yang dilayani. Pegawai Negeri sebagai
aparat birokrasi selain sebagai aparatur negara dan abdi negara, memiliki peran sebagai abdi masyarakat. Sehingga kepada kepentingan masyarakatlah aparat
Universitas Sumatera Utara
birokrasi harusnya mengabdikan diri. Aparat birokrasi diharapkan memiliki jiwa pengabdian dan pelayanan kepada masyarakat.
Untuk mengatasi kondisi tersebut perlu dilakukan upaya perbaikan kualitas penyelenggaraan pelayanan publik yang berkesinambungan demi
mewujudkan pelayanan publik yang prima sebab pelayanan publik merupakan salah satu fungsi utama pemerintah yang wajib diberikan sebaik-baiknya oleh
penyelenggaraan negara. Salah satu upaya Pemerintah adalah dengan melakukan penerapan prinsip-prinsip Good Governance pemerintahan yang baik, yang
diharapkan dapat memenuhi pelayanan yang prima terhadap masyarakat ataupun publik.
Terwujudnya pelayanan publik public service yang berkualitas prima merupakan salah satu ciri kepemerintahan yang baik good governance sebagai
tujuan dari pendayagunaan aparatur negara. Untuk itu, aparatur negara diharapkan semakin secara efisien dan efektif melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
dalam menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan, dan pengayoman kepada masyarakat public untuk mewujudkan terselenggaranya pemerintahan yang baik
good governance, serta memberikan pelayanan prima kepada masyarakat dan diharapkan melalui penerapan tata pemerintahan yang baik dapat mengembalikan
dan membangun kembali kepercayaan masyarakat kepada penyelenggara pemerintahan.
Selain itu, untuk mewujudkan pelayanan yang berkualitas, transparan dan akuntabel antara lain telah ditetapkan Keputusan Menteri PAN
No.26KEPM.PAN22004 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan
Universitas Sumatera Utara
Publik. Maksud ditetapkannya petunjuk teknis ini adalah sebagai acuan bagi seluruh penyelenggara pelayanan publik untuk meningkatkan kualitas transparansi
dan akuntabilitas pelayanan, sementara tujuan ditetapkannya petunjuk teknis ini adalah untuk memberikan kejelasan bagi seluruh penyelenggara pelayanan publik
dalam melaksanakan pelayanan publik agar berkualitas sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat.
Penyelenggaraan Pelayanan Publik yang dilaksanakan oleh aparatur pemerintah dalam berbagai sektor pelayanan, terutama yang menyangkut
pemenuhan hak sipil dan kebutuhan dasar masyarakat, kinerjanya masih jauh dari yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat antara lain dari banyaknya pengaduan dan
keluhan dari masyarakat dan dunia usaha, baik melalui surat pembaca maupun media pengaduan lainnya, seperti menyangkut prosedur dan mekanisme kerja
pelayanan yang berbelit-belit, tidak transparan, kurang informatif, kurang akomodatif, dan terbatasnya fasilitas, sarana, dan prasarana sehingga tidak
menjamin kepastian hukum, waktu, dan biaya, serta masih banyak praktek pungutan liar serta tindakan-tindakan yang berindikasikan penyimpangan dan
KKN. Buruknya kinerja pelayanan publik disebabkan karena belum
terlaksananya tranparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Oleh karena itu, pelayanan publik harus dilaksanakan secara transparan
dan akuntabel oleh setiap unit pelayanan instansi pemerintah karena kualitas kinerja birokrasi pelayanan publik belum memiliki implikasi yang luas dalam
mencapai kesejahteraan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Kampung Sungai Liput Kecamatan Kejuruan Muda yang dalam hal ini sebagai pelaksana pelayanan publik yang langsung bersinggungan dengan
masyarakat diharapkan mampu menerapkan prinsip-prinsip good governance antara lain akuntabilitas dan transparansi. Kampung sebagai tingkat paling rendah
dalam struktur pemerintahan, harus dapat memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat. Para aparatur harus dapat memperlihatkan kinerja yang baik.
Namun kenyataan di lapangan sering dijumpai adanya berbagai keluhan dari masyarakat atas pelayanan yang diberikan oleh para aparatur pemerintah di
kampung. Hal ini juga terjadi di Kampung Sungai Liput. Kurangnya keramahan pegawai dalam pengurusan berbagai keperluan administrasi menyebabkan
masyarakat merasa tidak dilayani dengan baik. Selain itu pengurusan surat-surat seperti Kartu Tanda Penduduk KTP dan Kartu Keluarga KK yang seharusnya
gratis dan selesai dalam jangka waktu seminggu, tidak terlaksana dengan baik. Pegawai Kampung terkadang mengutip dana dari masyarakat dalam hal
pengurusan KTP dan KK agar cepat siap. Kurangnya transparansi dalam hal biaya administrasi sangat dikeluhkan masyarakat. Masyarakat juga mengeluhkan
prosedur dan mekanisme kerja pelayanan yang berbelit-belit, kurang informatif, kurang akomodatif, dan terbatasnya fasilitas, sarana, dan prasarana sehingga tidak
menjamin kepastian hukum, waktu, dan biaya, serta tindakan-tindakan yang berindikasikan penyimpangan dan KKN.
Kampung Sungai Liput juga tidak pernah menginformasikan suatu bentuk laporan pertanggungjawaban atas kinerja mereka kepada masyarakat. Sehingga
masyarakat tidak mengetahui apa-apa saja yang menjadi program kerja kampung
Universitas Sumatera Utara
dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Transparansi dalam hal pelaksanaan kegiatan dan pemberian informasi juga sangat terbatas. Hal ini tentu saja membuat
masyarakat kurang simpati dan kurang percaya atas kinerja para pegawai kampung.
Atas dasar itulah penulis tertarik untuk mengambil judul studi tentang
“Akuntabilitas dan Transparansi dalam Pelayanan Publik Studi Kasus Pelayanan Pengurusan Kartu Tanda Penduduk KTP dan Kartu Keluarga
KK di Kampung Sungai Liput Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang.”
I.2. Perumusan Masalah