Pendidikan Agama Islam
1 1 8 1 1 8
1 1 8 1 1 8
1 1 8
Jika ada kemauan kita bisa terus berkarya walau dengan segala keterbatasan
Sumber: www.surabaya_detik.com
Belajar dengan tekun untuk bisa berkarya di kelak kemudian hari
Sumber: www.indosiana.or.id
A. Ma kna Ka rya
Ada peribahasa, ’harimau mati meninggalkan belang, dan manusia
mati meninggalkan jasa”. Peribahasa ini menunjukkan bahwa salah satu
ukuran manusia hidup di dunia adalah karya nyata yang diberikan
kepada hidup dan kehidupan masyarakat. Semakin besar jasanya,
semakin besar pula peluang untuk dikenang oleh masyarakat.
Untuk meninggalkan kesan dan jasa itu, maka setiap manusia me-
nunjukkan karya-karya nyata dalam kehidupan. Dalam bahasa Indonesia,
istilah “karya” dapat diartikan ’buah kerja” dari manusia. Dengan kecer-
dasannya, manusia bisa melahirkan banyak karya. Orang yang berbakat
bermain musik melahirkan karya
musik, orang yang ahli dalam menulis melahirkan karya tulis, orang yang ahli dalam melukis melahirkan lukisan, orang yang ahli dalam mematang atau
memahat melahirkan karya arsiktur, dan masih banyak lagi.
Dengan demikian, dalam kehidupannya seorang muslim dapat
berkarya sesuai dengan minat, bakat, hobi dan atau kemampuannya.
Karena ada perbedaan kemampuan atau minat-bakat, sudah tentu akan
mengasilkan perbedaan hasil karya. Orang yang sudah terlatih, akan
berbeda hasil karyanya dengan mereka yang baru belajar. Seorang
pelukis profesional, akan berbeda hasil karyanya dengan mereka yang
baru berlatih.
Terhadap kenyataan, adanya perbedaan kualitas karya itu, seorang
muslim tidak boleh menunjukkan sikap memperolok-olok karya orang
lain. Perhatikan firman Allah Swt, dalam Surah Al-Hujurat ayat 11.
untuk SMA Kelas XI
1 1 9 1 1 9
1 1 9 1 1 9
1 1 9
Terjemahan: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-
laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan
merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan
memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah panggilan yang buruk sesudah iman dan
Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim. Qs. Al-Hujurat : 11
Dalam Surah Al-Hujurat tersebut, larangan untuk melakukan sikap memperolok-olok ini dapat berlaku umum. Artinya, seorang muslim tidak
boleh memperolok-olok, mengejek, baik fisik seseorang maupun karya seseorang. Karena sesungguhnya, bisa jadi orang yang diolok-olok itu adalah
lebih baik dari orang yang memper- olok-olok itu sendiri. Para ulama pun,
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan “jangan mencela dirimu
sendiri”, artinya seorang muslim jangan mencela sesama mukmin
karena orang-orang mukmin seperti satu tubuh. Kalau seorang muslim
mencela orang mu’min lagi, ibaratnya memperolok diri sendiri.
Ketika memberikan nama sebutan pun, seorang muslim dilarang meng-
gunakan panggilan yang buruk yaitu gelar yang tidak disukai oleh orang yang
digelari. Menyebut orang lain bodoh atau buruk terhadap karyanya adalah
sesuatu hal yang kurang baik untuk dilakukan oleh seorang muslim. De-
ngan kata lain, antar sesama muslim dan
Akibat saling mengolok-olok sebab bisa menimbulkan pertengkaran yang berahkhir
pada perkelahian
Sumber : www.kompas
Pendidikan Agama Islam
1 2 0 1 2 0
1 2 0 1 2 0
1 2 0
juga umat manusia yang lainnya, seorang muslim harus mampu menunjukkan sikap yang santun dan mampu menghargai karya orang lain. Bagaimana pun
kualitas karya yang sudah dibuatnya, mereka masih tetap memiliki hak untuk dihargai, dan tidak untuk diejek, diolok-olok atau dihina. Dengan kata lain,
seorang muslim yang menghargai karya orang lain berarti telah mampu menunjukkan satu nilai ibadah terhadap sesama manusia.
Bila diperhatikan secara cermat, sesungguhnya baik menghargai karya orang lain atau membuat karya yang positif, kedua-duanya merupakan bagian
dari ibadah. Islam memberikan penghargaan yang tinggi terhadap seorang muslim yang produktif, dan mampu menghargai karya orang lain.
B. Muslim ya ng produktif