Sehingga didapatkan jumlah sampel sebagai berikut:
Sampel yang didapatkan sebanyak 57 responden. Untuk menghindari dropout apabila ada responden yang tidak bisa menjadi sampel maka
sampel ditambahkan 10 dari sampel yang ada menjadi 63 responden. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan Stratified
Random Sampling.
3.4.3. Kriteria Inklusi
Sampel penelitian sebanyak 63 responden adalah sebagian dari
populasi yang ditentukan dengan kriteria inklusi sebagai berikut:
a. Bersedia mengikuti penelitian.
b. Usia produktif.
c. Melakukan medical check-up di Rumah Sakit Advent
3.4.4. Kriteria eksklusi
Sampel penelitian sebanyak 63 responden disesuaikan dengan kriteria eksklusi dalam penelitian ini. Kriteria ekslusi yang diajukan
adalah: a.
Mengkonsumsi obat yang toksik terhadap telinga dari golongan antibiotika dan diuretik seperti streptomisin, kanamisin,
kloramfenikol dan furosemid secara terus - menerus dan dalam jangka waktu yang lama.
b. Pernah menderita atau sedang menderita gangguan pendengaran
telinga luar seperti serumen obturans dan benda asing di telinga. c.
Pernah menderita atau sedang menderita gangguan pendengaran telinga tengah seperti otitis media akut atau kronik.
3.5. Instrumen Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
3.5.1. Instrumen Penelitian
a.
Formulir Informed Consent
Merupakan formulir yang berisi kesediaan dari responden dalam mengikuti penelitian yang akan dilakukan.
b.
Kuesioner Penelitian
Kuesioner dipakai untuk mencatat dan sebagai pedoman penelitian untuk mendapatkan data-data mengenai umur, jenis
kelamin, durasi paparan, masa kerja dan pemakaian alat
pelindung diri saat bekerja. Bagi para pekerja sebagai responden, disusun daftar pertanyaan untuk memperoleh data pendukung
tersebut oleh peneliti yang dibuat peneliti dan dilakukan uji validitas dan realibilitas menggunakan uji statistik.
c. Audiometer
Audiometer adalah alat untuk mengukur daya dengar tenaga kerja. Prinsip penggunaan audiometer sebagai berikut:
- Pekerja yang akan diperiksa atau diukur harus terbebas dari
paparan bising selama 16 jam agar didapatkan gambaran audiogram yang dapat dipercaya.
- Pemeriksaan Air Conduction AC tes pendengaran melalui
udara. -
Pemeriksaan Bone Conduction BC melalui tulang. -
Pengenalan nada kepada pekerja yang diperiksa atau diukur dan diminta menekan tombol apabila mendengar nada.
- Pemeriksaan pendengaran dilaksanakan berturut-turut dari
frekuensi 1000 Hz pada 40 dB kalau tidak mendengar dinaikkan menjadi 60 dB, kemudian diturunkan setiap 10 dB
sampai tidak mendengar sama sekali kemudian dinaikkan 5 dB, catat di audiogram.
- Berikutnya frekuensi 2000 Hz, 4000 Hz, 8000 Hz, lalu
kembali ke frekuensi 1000 Hz, 500 Hz, 250 Hz. -
Pemeriksaan dilakukan pada telinga kanan baru telinga kiri.
- Nilai ambang dicatat pada audiogram sampai selesai semua
frekuensi Arini EY, 2005.
d. Sound Level Meter
Sound Level Meter adalah alat untuk mengukur intensitas kebisingan. Prinsip penggunaan Sound Level Meter adalah:
- Alat di kalibrasi dengan menempatkan kalibrator pada
mikrofon alat dengan posisi kalibrasi pada frekuensi 1 kHz dalam intensitas 114 dB. Kemudi
an “ON”kan, putar sekrup “CAL” pada alat sampai mendapatkan angka 114.
- Alat ditempatkan setinggi telinga tenaga kerja yang diukur.
- Alat dihidupkan dan diarahkan ke sumber suara pada posisi
“SLOW”. -
Angka yang muncul pada “display” dicatat setiap 10-15 detik.
- Pengukuran dilakukan selama 5-10 menit untuk setiap titik
sampling dengan pembacaan intensitas kebisingan yang muncul pada Sound Level Meter sebanyak 120 kali.
- Matikan alat.
- Interpretasikan hasil pengukuran Arini EY, 2005.
3.5.2. Cara Pengumpulan Data
a. Proses pengumpulan data penelitian dengan pengukuran
langsung, kuesioner dan hasil medical check up.
- Surat pengantar pada FK Unila untuk melakuan penelitian
setelah proposal disetujui oleh pembimbing. -
Mengajukan surat permohonan ijin kepada PT. Bukit Asam PERSERO Tbk Bandar Lampung.
- Mengajukan surat permohonan ijin kepada calon responden
terkait penelitian. -
Mendatangkan responden untuk menjelaskan tentang manfaat penelitian, tujuan penelitian dan kerahasiaan
informasi serta meminta kerja sama responden untuk menjawab semua pertanyaan dalam kuesioner denga jujur
dan sesuai dengan keadaan yang dialami oleh responden. -
Memberikan kuesioner pada responden dan meminta responden untuk menandatangani informed consent pada
lembar paling depan kuesioner. -
Memberikan kesempatan pada responden untuk mengajukan pertanyaan bila ada pertanyaan dalam kuesioner yang kurang
jelas. -
Memberikan waktu 15-20 menit kepada responden untuk mengisi kuesioner.
- Responden menyerahkan kembali kuesioner kepada peneliti
sehingga data yang ada dapat diproses dan dianalisis.
3.6. Definisi Operasional
Tabel 4. Definisi Operasional
Variabel Definisi
Alat Ukur Hasil Ukur
Skala Variabel
Terikat
Gangguan pendengaran
akibat bising Gangguan
pendengaran tipe sensorineural yang
disebabkan oleh pajanan bising yang
cukup keras dalam jangka waktu yang
lama, biasanya akibat bising lingkungan
kerja ditentukan dengan hasil
pemeriksaan audiometri.
Audiometer , dokumen
1: normal 2: ada
gangguan pendengaran
tipe sensorineural
Nominal
Variabel Bebas
Intensitas kebisingan
Bunyi yang tidak diinginkan dari usaha
atau kegiatan dalam tingkat dan waktu
tertentu yang dinyatakan dalam
dB. Sound
Level Meter
1: ≤85 dB 2: 85 dB
Nominal
Durasi paparan
waktu yang dihabiskan seseorang
berada dalam lingkungan bising
dalam sehari. Kuesioner
1: ≤ 8 jam 2: 8 jam
Nominal
Penggunaan APD
peralatan dan perlengkapan
pelindung diri yang digunakan karyawan
berupa ear plug saat bekerja.
Kuosioner 1: tidak
memakai APD
2: memakai APD
rutintidak rutin
Nominal
3.7. Pengolahan dan Analisis Data
3.7.1. Pengolahan data
Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan diubah ke dalam bentuk tabel-tabel, kemudian data diolah menggunakan
perangkat lunak komputer. Proses pengolahan data menggunakan program komputer ini terdiri dari beberapa langkah:
a. Coding, untuk mengkonversikan menerjemahkan data yang
dikumpulkan selama penelitian ke dalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis.
b. Data entry, memasukkan data ke dalam komputer.
c. Verifikasi, melakukan pemeriksaan secara visual terhadap data
yang telah dimasukkan ke komputer. d.
Output, hasil analisis yang telah dilakukan komputer kemudian dicetak.
3.7.2. Analisis data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji statistik dengan menggunakan metode :
a. Analisis Univariat
Hasil penelitian akan dideskripsikan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi Dahlan MS, 2013.
b. Analisis Bivariat
Dilakukan untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat dengan menggunakan uji statistik.
Uji statistik yang digunakan untuk membantu analisis adalah uji Chi Square, dengan tabulasi silang 2x2 untuk mengetahui
distribusi frekuensi antar variabel yang diteliti, meliputi: -
Hubungan intensitas kebisingan dengan gangguan pendengaran tipe sensorineural.
- Hubungan durasi paparan dengan gangguan pendengaran
tipe sensorineural. -
Hubungan penggunaan Alat Pelindung Diri APD dengan gangguan pendengaran tipe sensorineural.
Menurut Sastroasmoro S Ismael S tahun 2008, interpretasi hasil faktor risiko dengan menggunakan tabulasi silang 2x2
adalah : -
Jika nilai Odds Ratio OR = 1, berarti intensitas kebisingan dB, durasi paparan jam dan penggunaan APD bukan
merupakan faktor risiko gangguan pendengaran tipe sensorineural di PT. Bukit Asam PERSERO Tbk.
- Jika nilai OR 1, berarti intensitas kebisingan dB, durasi
paparan jam dan penggunaan APD merupakan faktor risiko gangguan pendengaran tipe sensorineural di PT. Bukit
Asam PERSERO Tbk.
- Jika nilai OR 1, berarti intensitas kebisingan dB, durasi
paparan jam dan penggunaan APD merupakan faktor protektif gangguan pendengaran tipe sensorineural di PT.
Bukit Asam PERSERO Tbk.
Apabila nilai p 0.05 maka hipotesis mengenai adanya hubungan antara intensitas kebisingan, durasi paparan dan
penggunaan alat pelindung diri dengan gangguan pendengaran akibat bising pada karyawan PT. Bukit Asam PERSERO Tbk
diterima.
c. Multivariat
Analisis multivariat dilakukan dengan menggunakan regresi logistik, untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel
yang dilakukan secara bersama-sama Santosa S, 2000. Berdasarkan hasil analisis multivariat dapat menentukan variabel
mana yang mempunyai pengaruh dan seberapa besar pengaruhnya terhadap kejadian gangguan pendengaran tipe
sensorineural pada pekerja di PT. Bukit Asam PERSERO Tbk Bandar Lampung.
3.8. Alur Penelitian
Survey pendahuluan dan pembuatan proposal
Menentukan sampel sesuai dengan kriteria inklusi
Seminar proposal
Permohonan izin untuk pengambilan data pasien
Izin ke bagian manager PT. Bukit Asam PERSERO Tbk
Pemberian kuesioner
Pengolahan data
Analisis data
Interpretasi penelitian
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di PT. Bukit Asam Persero Tbk, Tarahan Bandar Lampung tentang hubungan intensitas kebisingan, durasi paparan
dan penggunaan alat pelindung diri dengan gangguan pendengaran akibat bising pada karyawan PT. Bukit Asam Persero Tbk dapat disimpulkan
sebagai berikut: 1.
Karyawan yang mengalami gangguan pendengaran akibat bising di PT. Bukit Asam sebanyak 18 responden 31. Dari 18 responden yang
mengalami gangguan pendengaran, terdapat 9 responden 50 yang memiliki gangguan pendengaran ringan, 8 responden 44,4 memiliki
gangguan pendengaran sedang dan 1 responden 0,6 dengan
gangguan pendengaran berat.
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kebisingan dengan
gangguan pendengaran akibat bising pada karyawan PT. Bukit Asam
persero Tbk.
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara durasi paparan dengan
gangguan pendengaran akibat bising pada karyawan PT. Bukit Asam
Persero Tbk.
4. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan alat
pelindung diri dengan gangguan pendengaran akibat bising pada
karyawan PT. Bukit Asam Persero Tbk
5. Intensitas kebisingan dan durasi paparan secara bersama-sama memiliki
hubungan yang signifikan dengan gangguan pendengaran akibat bising. Dan durasi paparan menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap
kejadian gangguan pendengaran akibat bising dibandingkan dengan
intensitas kebisingan.
5.2 Saran
1. Diharapkan untuk karyawan PT. Bukit Asam agar menggunakan alat pelindung diri berupa sumbat telinga pada saat bekerja, terutama saat
bekerja di lingkungan memiliki tingkat kebisingan melebihi ambang batas.
2. PT. Bukit Asam Persero Tbk melakukan perputaran karyawan yang sudah mengalami gangguan pendengaran atau berisiko mengalami
gangguan pendengaran lebih cepat. 3. Diharapkan kepada PT. Bukit Asam agar memberikan penyuluhan
mengenai definisi dan pencegahan gangguan pendengaran akibat kebisingan.
4. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi gangguan
pendengaran akibat bising pada orang yang terpapar kebisingan melebihi ambang batas.
DAFTAR PUSTAKA
American College of Occupational and Environmental Medicine ACOEM. 2003. Noise-induced Hearing Loss. Journal of Occupational and Enviromental
Medicine JOEM.456: 579-681. American Speech-Language Hearing Association ASHA. 2011. Type, Degree,
and Configuration of Hearing Loss. Audiology Information Series: ASHA. Arini EY. 2005. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Pendengaran
Tipe Sensorineural Tenaga Kerja Unit Produksi di PT. Kurnia Jati Utama Semarang. Tesis. Semarang: Program Pasca Sarjana Magister Kesehatan
Lingkungan Universitas Diponegoro.
Arlinger S. 2003. Negative Consequences of Uncorrected Hearing Loss-A Review. Int J Audiol. Jul; 42 Suppl 2:2S17-20.
Asriyani. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Penggunaan Alat Pelindung Diri APD pada Pekerja Bagian Sistem Telepon Otomatis STO
di PT. Telekomunikasi, Tbk Riau-Daratan Kota Pekan Baru. Skripsi. Jakarta: Universitas Pembangunan Nasional Veteran.
Ballenger JJ. 1996. Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher 13
th
. Jakarta: FK UI.
Bashiruddin J. 2009. Program Konservasi Pendengaran pada Pekerja yang Terpajan Bising Industri. Maj Kedokteran Indonesia.591: 14- 19.
Brookhouser PE. 2006. Sensorineural Hearing Loss. In: Head and Neck Surgery Otolaryngology. Philadelphia: Bailey BJ, Lippincotty Williams Wilkins
Company. Buchari. 2007. Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Terkait Kerja. Medan:
Universitas Sumatera Utara. Chadambuka A, Musosa F, Muteti S. 2013. Prevalence of Noise Induced Hearing
Loss Among Employees Mining Industry in Zimbabwe. African Health Sciences.134: 899- 906.
Dahlan MS. 2013. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatanedisi 5. Jakarta: Salemba Medika.
Dickinson D dan Hansia MR. 2009. Hearing Protection Device Usage at a South African Gold Mine. Occupational Medicine.601:72-74
Direktorat Jenderal Mineral, Batubara dan Panas Bumi. 2009. WARTA Mineral, Batubara dan Panas Bumi Edisi 4. Jakarta: Direktorat Jenderal Mineral,
Batubara dan Panas Bumi. Dobie RA. 2006. Noise Induced Hearing Loss. In: Bailey, B.J. Head and Neck
Surgery Otolaryngology 4
th
ed. Philadelphia: Lippincot Company. Energi dan Sumber Daya Mineral ESDM. 2007. Pertumbuhan Indsutri Batubara
Semakin Pesat. Dipetik Maret 22, 2015, dari http:www.esdm.go.idberita44-batubara809-pertumbuhan-industri-
batubara-semakin-pesat.html?tmpl=componentprint=1page= Feidihal. 2007. Tingkat Kebisingan dan Pengaruhnya Terhadap Mahasiswa di
Bengkel Teknik Mesin Politeknik Negeri Padang. Politeknik Negeri Padang. Jurnal Teknik Mesin. 4 1: 31-41.
Fox S. 2011. Human Physiology 12
th
Ed. New York: McGraw-Hill Education. Gabriel JF. 2009. Fisika Lingkungan. Jakarta: EGC.
Gubata ME, Packnett ER, Feng X , Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan dan
Kesehatan Kerja Hiperkes. Jakarta: CV Sagung Seto. Guyton AC, Hall JE. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
Penterjemah: Irawati, Ramadani D, Indriyani F. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jumali, Sumadi, Andriani S, Subhi M, Suprijanto D, Handayani WD, et al. 2013. Prevalensi dan Faktor Risiko Tuli Akibat Bising pada Operator Mesin Kapal
Feri. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 7 12: 545- 550. Kaneshiro NK. 2014. Ear Anatomy. National Library of Medicine: MedlinePlus.
Dipetik pada Agustus 13, 2015. Website: http:www.nlm.nih.govmedlineplusencyimagepages1092.htm
Kementerian Kesehatan Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar Riskesdas 2013. Jakarta: Kemenkes RI.
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. 2008. Nomor PER.25MENXII2008 tentang Pedoman Diagnosis dan Penilaian Cacat
Karena Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja. Jakarta: Kemenaketrans RI. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. 2010. Nomor
Per.08MenVII2010 tentang Alat Pelindung Diri. Jakarta: Kemenaketrans RI.
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. 2011. Nomor 13MENX2011 tentang Nilai Ambang Batas Fisika dan Faktor Kimia di
Tempat Kerja. Jakarta: Kemenaketrans RI.