Karakteristik ciri - ciri dan Asumsi Kurikulum Berbasis Kompetensi.

13

2. Karakteristik ciri - ciri dan Asumsi Kurikulum Berbasis Kompetensi.

Departemen Pendidikan Nasional dalam Mulyasa 2002: 42 menyatakan bahwa Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a. Menekankan pada katercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun secara klasikal. b. Berorientasi pada hasil belajar learning outcomes dan keberagaman. c. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi. d. Sumber belajar bukan hanya guru tetapi juga sumber belajar yang memenuhi unsur edukatif. e. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. Mulyasa 2002: 43 – 53 mengatakan bahwa terdapat 6 enam ciri-ciri Kurikulum Berbasis Kompetensi, yaitu : a. Sistem belajar dengan modul Kurikulum berbasis kompetensi menggunakan modul sebagai sistem pembelajaran. Dalam hal ini modul merupakan paket belajar mandiri yang meliputi serangkaian pengalaman belajar yang direncanakan dan dirancang secara sistematis untuk membantu peserta didik mencapai tujuan belajar. Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang disusun sistematis, operasional dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru. Tujuan utama sistem modul adalah untuk 14 meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran di sekolah, baik waktu, dana, fasilitas maupun tenaga guna mencapai tujuan secara optimal. b. Menggunakan keseluruhan Sumber Belajar Dalam kurikulum berbasis kompetensi guru tidak lagi berperan sebagai aktor aktris utama dalam pembelajaran, karena pembelajaran dapat dilakukan dengan mendayagunakan aneka ragam sumber belajar. Sumber belajar dapat dirumuskan sebagai sesuatu yang dapat memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam memperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan dalam proses belajar mengajar. c. Pengalaman Lapangan Kurikulum berbasis kompetensi lebih menekankan pada pengalaman lapangan untuk mengakrabkan hubungan antara guru dengan peserta didik. Pengalaman lapangan dapat secara sistematis melibatkan masyarakat yang berperan sebagai pemakai produk pendidikan dalam pengembangan program, aktivitas dan evaluasi pembelajaran. d. Strategi Belajar Individual Personal Belajar individual adalah belajar berdasarkan tempo belajar peserta didik, sedangkan belajar personal adalah interaksi edukatif berdasarkan keunikan peserta didik. Individualisasi dan personalisasi dalam kurikulum berbasis kompetensi tidak hanya sekedar individualisasi dalam pembelajaran. Untuk memenuhi kebutuhan kognitif peserta didik, tetapi mencakup respon terhadap perasaan pribadi dan kebutuhan pertumbuhan psikososial peserta didik. 15 e. Kemudahan Belajar Kemudahan belajar diberikan melalui kombinasi antara pembelajaran individual personal dengan pengalaman lapangan dan pembelajaran secara tim. Hal ini dilakukan melaui berbagai saluran komunikasi yang dirancang untuk itu seperti : video, televisi, radio, bulletin, jurnal dan surat kabar. f. Belajar tuntas Belajar tuntas merupakan srategi pembelajaran yang dapat dilaksanakan dalam kelas, dengan asumsi bahwa dalam kondisi yang tepat semua peserta didik akan mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil belajar secara maksimal terhadap seluruh bahan yang dipelajari. Agar semua peserta didik memperoleh hasil maksimal, pembelajaran harus dilakukan secara sistematis. Di dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi asumsi merupakan parameter untuk menentukan tujuan dan kompetensi yang akan dispesifikasikan, konsistensi dan validitas setiap kompetensi harus sesuai dengan asumsi meskipun tujuannya selalu diuji kembali berdasarkan masukan yang memungkinkan terjadinya perubahan. Mulyasa 2002: 56 - 57 mengemukakan sedikitnya terdapat tujuh asumsi yang mendasari Kurikulum Berbasis Kompetensi, ketujuh asumsi tersebut adalah sebagai berikut : a. Banyaknya sekolah yang memiliki guru tidak professional dan tidak mampu melakukan proses pembelajaran secara optimal, oleh karena itu penerapan Kurikulum berbasis kompetensi menuntut peningkatan kemampuan profesional guru. 16 b. Banyak sekolah yang hanya mengkoleksi sejumlah mata pelajaran dan pengalaman sehingga mengajar diartikan sebagai kegiatan manyajikan materi yang terdapat dalam setiap pelajaran. c. Peserta didik bukanlah tabung kosong atau kertas putih bersih yang dapat diisi atau ditulis sekehendak guru melainkan individu yang memiliki sejumlah potensi yang perlu dikembangkan. Pengembangan potensi tersebut memerlukan iklim kondusif yang dapat mendorong peserta didik belajar bagaimana learning how to learn serta menghubungkan kemampuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari – hari. d. Peserta didik memiliki potensi yang berbeda dan bervariasi, dalam hal tertentu memiliki potensi tinggi, tetapi dalam hal lain mungkin biasa – biasa saja bahkan rendah, Disamping itu mereka memiliki tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru sehingga guru harus dapat membantu menghubungkan pengalaman yang sudah dimiliki dengan situasi baru. e. Pendidikan berfungsi mengkondisikan lingkungan untuk membantu peserta didik mengembangkan berbagai yang dimilikinya secara optimal. f. Kurikulum sebagai rencana pembelajaran harus berisi kompetensi – kompetensi potensial yang tersusun secara sistematis, sebagai jabaran dari seluruh kepribadian peserta didik yang mencerminkan ketrampilan yang dapat diterapkan didalam kehidupan. g. Kurikulum sebagai proses pembelajaran harus menyediakan berbagai kemungkinan kepada seluruh peserta didik untuk mengembangkan berbagai 17 potensinya secara optimal. Dalam hal ini tugas guru adalah memberikan kemudahan dan kesempatan belajar kepada peserta didik untuk menemukan ide dan menerapkan strategi belajar sesuai dengan kemampuan dan ketepatan belajar masing – masing.

3. Komponen Kurikulum Berbasis Kompetensi