yang berbeda dibandingkan dengan nilai LD50 yang didapatkan dari hewan sehat Lu, 1995.
Diet Komposisi makanan akan mempengaruhi status kesehatan hewan
percobaan. Defisiensi zat makanan tertentu dapat mempengaruhi nilai LD50. Pemberian makan pada tikus harus mencakupi konsumsi pakan
per hari sebesar 5 gr100grBB, konsumsi air minum per hari sebsar 8- 11 ml100grBB, dan diet protein sebesar 12 Ganong, 2002
Tujuan dilakukannya uji toksisitas akut adalah untuk menentukan potensi ketoksikan akut dari suatu senyawa dan untuk menentukan gejala yang
timbul pada hewan coba Loomis TA, 1978. Untuk uji toksisitas akut obat tradisional perlu dilakukan pada sekurang-
kurangnya satu spesies hewan coba biasanya spesies pengerat yaitu mencit atau tikus Lu, 1995. Sampel hewan coba untuk masing-masing kelompok
perlakuan perlu mencukupi jumlahnya untuk memungkinkan estimasi insiden dan frekuensi efek toksik. Biasanya digunakan 4
– 6 kelompok hewan coba Depkes, 2000.
2. Uji toksisitas Sub Kronik
Uji toksisitas subkronis adalah pengujian ketoksisan suatu senyawa pada suatu hewan coba sekurang-kurangnya tiga bulan pemberian. Uji ini
ditujukan untuk mengungkapkan spektrum
efek toksik senyawa uji serta
untuk memperlihatkan apakah spektrum efek toksik itu berkaitan dengan takaran dosis Donatus, 2001.
Pengamatan dan pemeriksaan yang dilakukan dari uji ketoksikan subkronis meliputi:
1. Perubahan berat badan yang diperiksa paling tidak tujuh hari sekali.
2. Masukan makanan untuk masing-masing hewan atau kelompok
hewan yang diukur paling tidak tujuh hari sekali. 3.
Gejala kronis umum yang diamati setiap hari. 4.
Pemeriksaan hematologi paling tidak diperiksa dua akhir uji coba. 5.
Pemeriksaan kimia darah paling tidak dua kali pada awal dan akhir uji coba.
6. Analisis urin paling tidak sekali.
7. Pemeriksaan histopatologi organ pada akhir uji coba Loomis, 1978.
Hasil uji ketoksikan subkronis akan memberikan informasi yang bermanfaat tentang efek utama senyawa uji dan organ sasaran yang dipengaruhinya.
Selain itu juga dapat diperoleh info tentang perkembangan efek toksik yang lambat berkaitan dengan takaran yang tidak teramati pada uji ketoksikan
akut. Kekerabatan antar kadar senyawa pada darah dan jaringan terhadap perkembangan luka toksik dan keterbalikan efek toksik. Donatus, 2001
Tujuan utama dari uji ini adalah untuk mengungkapkan dosis tertinggi yang
diberikan tanpa memberikan efek merugikan serta untuk mengetahui pengaruh senyawa kimia terhadap badan dalam pemberian berulang Eatau
dan Klaassen, 2001.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan
eksperimental dengan Post Test Only Control Group Design. Desain ini menggunakan 2 kelompok subyek, kelompok satu diberi perlakuan
eksperimental kelompok eksperimen dan yang lain tidak diberi perlakuan kelompok kontrol. Dari desain ini efek suatu perlakuan terhadap variabel
dependen akan dilakukan pengujian dengan cara membandingkan keadaan variabel dependen pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Juni –Desember 2014, bertempat di
Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran dalam proses pembuatan ekstrak. Perawatan dan perlakuan
sampel bertempat di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Pemeriksaan histopatologis pada sel epitel
lambung tikus putih jantan galur Sprague dawley dilakukan di Balai Veteriner Bandar lampung.
B. Sumber Data
Berdasarkan rancangan penelitian, maka sampel tikus dalam penelitian ini
berjumlah 30 ekor dan dibagi dalam lima kelompok yang tidak berpasangan, yaitu satu kelompok kontrol dan empat kelompok perlakuan. Kelompok
kontrol mendapat pemberian akuades. Kelompok pertama dikenai perlakuan pemberian ekstrak daun sambung nyawa sebanyak 500 mgkgBB, kelompok
kedua dikenai perlakuan pemberian ekstrak daun sambung nyawa sebanyak 1000 mgkgBB, kelompok ke-3 dikenai perlakuan pemberian ekstrak daun
sambung nyawa sebanyak 1500 mgkgBB dan kelompok ke-4 dikenai perlakuan pemberian ekstrak daun sambung nyawa sebanyak 2000
mgkgBB Gofur et al., 2009. 1.
Besar Sampel
Untuk menghitung jumlah sampel yang akan diuji, dapat menggunakan rumus federer sebagai berikut:
Dari rumus di atas diketahui perhitungan besaran sampel sebagai berikut: t = 5, maka didapatkan:
n-1t- 1 ≥ 15
n-15- 1 ≥ 15
n-14 ≥ 15
4n- 4 ≥ 15
4n ≥ 19 n-1t-1
≥ 15
n ≥ 194 n ≥ 4.75
n ≥ 5
Dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa sampel yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 5 ekor per kelompok. Maka jumlah sampel
yang digunakan unutuk percobaan ini adalah sebanyak 25 ekor tikus
.
Untuk menghindari drop out pada sampel ditambahkan sehingga jumlah sampel menjadi 6 ekor per kelompok. Jadi jumlah sampel seluruhnya
adalah 30 ekor.
2. Kriteria sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus putih jantan Sprague dawley yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
Kriteria inklusi: a.
Tikus putih jantan dewasa Sprague dawley b.
Umur 8 minggu c.
Berat badan tikus 180 – 200 gram d.
Kesehatan umum baik Kriteria ekslusi: Tikus sakit
Kriteria drop out: Tikus mati saat penelitian
C. Identifikasi Variabel
1. Variabel Bebas: Ekstrak daun sambung nyawa 500 mgkgBB, 1000
mgkgBB, 1500 mgkgBB, 2000 mgkgBB.
2. Variabel Tergantung: Gambaran histopatologis lambung tikus putih.
3. Variabel terkendali:
a. Galur tikus: Tikus putih Sprague dawley
b. Umur tikus: 8 minggu
c. Jenis kelamin tikus: Jantan
d. Berat badan tikus: 180 - 200 gram
e. Jenis makanan tikus: Pellet broiler-11 dan air
D. Definisi Operasional
Tabel 1. Definisi operasional
Variabel Definisi
Skala
Dosis ekstrak etanol 96
daun sambung nyawa
Gambaran histopatologi
lambung tikus Dosis efektif tengah ekstrak etanol daun
sambung nyawa adalah 200 mgKgBB. Kelompok I kontrol negatif=pemberian
aquadest Kelompok II perlakuan coba=pemberian
ekstrak etanol daun sambung nyawa 500 mgKgBB
Kelompok III perlakuan coba=pemberian ekstrak etanol daun sambung nyawa 1000
mgKgBB. Kelompok
IV perlakuan
coba=pemberian ekstrak etanol daun sambung nyawa 1500 mgKgBB
Kelompok V perlakuan coba=pemberian ekstrak etanol daun sambung nyawa 2000
mgKgBB. Gambaran kerusakan lambung tikus dilihat
dengan melakukan
pengamatan sediaan
histopatologi menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran 40x pada 10 lapang
pandang, kerusakan lambung ditandai dengan adanya deskuamasi, erosi epitel mukosa, dan
ulserasi epitel lambung. Kerusakan tiap lapangan pandang dinilai berdasarkan skor
Barthel Manja
0. Tidak ada perubahan patologis
1. Kongesti pembuluh darah
2. Inflamasi
3. Degenerasi sel epitel Astri et al.,
2012. Ordinal
Numerik
E. Bahan dan alat penelitian
1. Bahan – bahan yang diperlukan untuk penelitian ini adalah:
1. Tikus putih jantan galur Sprague dawley
2. Ekstrak daun sambung nyawa 500 mgkgBB, 1000 mgkgBB,
1500 mgkgBB, 2000 mgkgBB 3.
Pakan standar mencit 4.
Aquadest 5.
Bahan untuk pembuatan preparat histopatologi
2. Alat – alat yang digunakan pada percobaan ini adalah:
1. Kandang mencit dan perlengkapannya
2. Sonde lambung
3. Seperangkat alat bedah minor untuk pengambilan organ tikus
4. Alat untuk pembuatan preparat histopatologi
5. Mikroskop
F. Jalannya Penelitian
1. Metode Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Sambung nyawa
Daun sambung nyawa dibersihkan dengan air mengalir dan setelahnya ditiriskan. Kemudian dijemur dengan ditutupi kain berwarna gelap
untuk menghindari kontak langsung dengan matahari. Setelah didapatkan daun yang kering, kemudian daun dibuat serbuk dan diayak
hingga diperoleh serbuk daun sambung nyawa. Sebanyak 500 gram