Autokorelasi Heteroskedastisitas Uji Asumsi Klasik 1. Multikolinearitas

32 Berdasarkan ketentuan dari Uji Klein, disebutkan bahwa masalah korelasi sederhana antara variabel penjelas bisa diabaikan apabila nilai koefisien korelasinya lebih kecil dari nilai koefisien determinasi. Apabila terjadi nilai korelasi yang lebih besar dari |0,8|, maka menurut Uji Klien model tidak terjadi multikolinearitas selama nilai korelasi tidak lebih besar dari nilai Adj R-Squared Gujarati, 1999:76.

3.5.2. Autokorelasi

Autokorelasi merupakan gejala adanya korelasi antara serangkaian observasi yang diurutkan melalui deret waktu time series. Adanya gejala autokorelasi pada suatu persamaan akan menyebabkan suatu persamaan akan memiliki selang kepercayaan yang semakin lebar dan pengujian menjadi kurang akurat, dan mengakibatkan hasil dari uji-t, uji-F, menjadi tidak sah dan penaksiran regresi akan menjadi lebih tinggi Gujarati,1999:77. Uji yang sering digunakan untuk mendeteksi ada atau tidak autokorelasi adalah dengan menggunakan uji Durbin Watson StatisticD-W. Nilai statistik-d yang berada pada kisaran angka dua menandakan tidak terdapat autokorelasi, dan sebaliknya jika semakin jauh dari angka dua maka peluang terjadinya autokorelasi akan semakin besar. Oleh karena itu, digunakan pengujian lain yaitu dengan menggunakan uji Breunch and Godfrey Serial Correlation LM-Test. Kriteria uji yang digunakan dalam model ini adalah: 33 Jika nilai probabilitas pada ObsR-Squared taraf nyata α yang digunakan, maka model persamaan yang digunakan tidak mengalami autokorelasi. Jika nilai probabilitas pada ObsR-Squared taraf nyata α yang digunakan, maka model persamaan yang digunakan terdapat autokorelasi.

3.5.3. Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas merupakan suatu kondisi dimana nilai ragam error term tidak memiliki nilai yang sama untuk setiap observasi. Pada heteroskedastisitas menyebabkan penaksiran koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya gejala heteroskedastisitas yaitu dengan menggunakan White heteroskedasticity. Kriteria uji yang digunakan : Jika nilai probabilitas pada ObsR-squared taraf nyata α yang digunakan, maka model persamaan yang digunakan tidak mengalami heteroskedastisitas. Jika nilai probabilitas pada ObsR-squared taraf nyata α yang digunakan, maka model persamaan yang digunakan mengalami heteroskedastisitas.

3.5.4. Uji Normalitas

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

7 86 98

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Kemandirian Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Era Disentralisasi Fiskal Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Periode 2008-2012

6 112 101

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Modal Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Tengah

5 88 80

Pengaruh Belanja Modal Dan Pendapatan Asli Daerah (Pad) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Sumatera Utara

3 82 84

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, Belanja Daerah Dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Di Indonesia Dengan Konsumsi Sebagai Variabel Moderating

1 31 106

Pengaruh Tax Effort, Pertumbuhan Belanja Modal Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pada Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara

7 76 100

Analisa Hubungan Antara Pendapatan Asli Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) Kabupaten Simalungun

0 58 95

Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Labuhan Batu

0 35 113

Pengaruh Belanja Modal Dan Pendapatan Asli Daerah (Pad) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Studi Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara)

1 39 97

Pengaruh pendapatan asli daerah (PAD) dan pengeluaran pembangunan terhadap terhadap pertumbuhan ekonomi daerah di kota Padang Sidumpuan tahun (2004-2009)

2 24 109