Daniel  et  all.  1987  menjelaskan  bahwa  hutan  hujan  tropika  adalah bentuk yang paling tinggi perkembangannya dan paling kompleks di antara semua
hutan, dengan suhu tidak di bawah 5
o
C sepanjang waktu dan curah hujan tahunan merata  yang  berkisar  antara  1800-2000  mm,  kelembaban  selalu  tinggi  yang
mencapai 80 atau lebih. Hutan hujan tropika memiliki ciri-ciri sebagai berikut: iklim selalu basah,
tanah  kering  dengan  jenis  bermacam-macam,  pada  tanah  rendah  rata  atau  bukit 1000  mdpl  dan  pada  tanah  tinggi  sampai  4000  mdpl.  Menurut  ketinggian,
hutan  hujan  tropika  dibedakan menjadi  hutan  hujan  bawah  2-1000  mdpl,  hutan hujan  tengah  1000-3000  dan  hutan  hujan  atas  3000-4000  mdpl.  Hutan  hujan
tropika  juga  memiliki  berbagai  jenis  kayu  penting  yang  berasal  dari  famili Dipterocarpaceae  seperti  Shorea,  Dipterocarpus,  Vatica  dan  Dryobalanops  serta
genus-genus  lain  seperti  Agathis,  Altingia,  Dialium,  Duabanga,  Dyera, Gossanepinus, Koompassia, dan Octomeles Soerianegara dan Indrawan, 2002
2.3 Hutan Sekunder
Menurut  Lamprecht  1986  dalam  Irwanto  2006  hutan  sekunder merupakan  fase  pertumbuhan  dari  keadaan  tampak  gundul  menjadi  klimaks
kembali.  Sedangkan  menurut  Huss  1996  dalam  Irwanto  2006,  setelah  hutan- hutan alam terdegradasi akibat kegiatan tebang pilih, hutan sekunder berkembang
dari  sisa  pohon  ataupun  melalui  regenerasi  jenis-jenis  pohon  klimaks  selama proses  tersebut  tidak  terganggu.  Hutan  alam  bekas  penebangan  merupakan  areal
hutan  yang  sebagian  atau  seluruh  pohon  komersilnya  ditebang  Departemen Kehutanan RI, 1990.
2.4 Struktur Tegakan
Secara  umum  tegakan  dapat  digolongkan  berdasarkan  komposisi  kelas umur,  yaitu  tegakan  seumur  dan  tegakan  tidak  seumur.  Tegakan  seumur
merupakan tegakan yang dibangun dalam waktu bersamaan pada luasan tertentu, kelas  diameter  pada  tegakan  seumur  cenderung  seragam  dalam  masa  waktu
penanaman  sehingga  jumlah  kelas  diameter  dapat  dibedakan  menurut  jumlah tahun tanamnya. Tegakan tidak seumur mempunyai paling sedikit tiga kelas umur
yang  berbeda    dan mempunyai  kesenjangan  dalam  distribusi  kelas  umur.  Jumlah pohon yang tersebar dalam kelas diameter terkecil dan jumlahnya menurun seiring
dengan  bertambahnya  ukuran,  sehingga  hanya  tersisa  sedikit  pohon-pohon  yang berdiameter besar Daniel et all., 1987.
Kegiatan-kegiatan  pengelolaan  hutan  akan  dapat  dijalankan  secara optimal,  apabila  informasi  mengenai  keadaan  dan  dimensi  tegakan  diketahui
secara  teliti  terlebih  dahulu.  Pengetahuan  mengenai  bentuk  dan  karakteristik struktur  tegakan  hutan  merupakan  salah  satu  informasi  yang  diperlukan  untuk
maksud pengelolaan hutan tersebut. Struktur  tegakan  meliputi  dua  tipe,  yaitu  struktur  tegakan  horisontal  dan
vertikal.  Struktur  tegakan  vertikal  merupakan  sebaran  jumlah  pohon  dalam berbagai lapisan tajuk, sedangkan struktur tegakan horisontal merupakan sebaran
jumlah  pohon  pada  berbagai  kelas  diameter.  Secara  matematis  struktur  tegakan horisontal  ini  dapat  dipandang  sebagai  hubungan  fungsional  antara  diameter  X
dengan jumlah pohon N pada satuan luas tertentu yang dapat dinyatakan sebagai N  =  f  X.  Struktur  tegakan  mempunyai  bentuk  yang  khas  untuk  setiap  tempat
tumbuh, setiap jenis pohon dan keadaan tegakan hutan Suhendang, 1985. Model struktur  tegakan  tidak  seumur  biasanya  menyerupai  huruf  āJā  terbalik,  dimana
kurva  yang  dibentuk  menunjukkan  jumlah  pohon  per  hektar  untuk  setiap  kelas diameter tertentu di setiap kelompok hutan Suhendang, 1994.
Pengamatan  terhadap  perubahan  struktur  tegakan  memerlukan  minimal dua  kali  pengukuran  dimensi  tegakan  yang  sama,  pengukuran  dapat  dilakukan
pada awal siklus penebangan sehingga pertumbuhan untuk masa yang akan datang dapat  diduga  dan  besaran  volume  yang  akan  diperoleh  dari  tegakan  dapat
diketahui lebih awal Davis dan Jhonson, 1987 Suhendang  at  all.  1995  menyatakan  bahwa  pertumbuhan  tegakan  hutan
alam  adalah  termasuk  dalam  pertumbuhan  yang  dinamis  karena  seiring berjalannya  waktu  pertumbuhan  selain  disebabkan  oleh  bertambahnya  dimensi-
dimensi dari pohon penyusun tegakan juga disebabkan oleh munculnya individu- individu baru sehingga terjadi pergantian pohon-pohon penyusun tegakan.
2.5 Pertumbuhan Tegakan