daripada menjalankan perusahaan yang lebih kecil. Sudah pasti, tidak akan ada eksekutif yang mengakui bahwa egonyalah yang menjadi alasan utama dibalik
suatu akuisisi, tetapi ego memang memainkan peranan yang dominan di dalam banyak akuisisi.
f. Nilai Residu Para analis memperkirakan nilai residu sebuah perusahaan, yang merupakan
nilai dari masing-masing bagian perusahaan seandainya bagian-bagian tersebut dijual secara terpisah. Jika nilai ini lebih tinggi dari nilai pasar perusahaan saat
ini, maka seorang spesialis pengambilalihan perusahaan akan dapat membeli perusahaan pada harga yang sama atau lebih tinggi dari nilai pasarnya sekarang,
menjualnya per bagian, dan mendapatkan keuntungan yang substansial.
2.2 Manajemen Laba
2.2.1 Teori Keagenan
Penelitian tentang manajemen laba ini dilandasi oleh teori keagenan Agency Theory. Teori agensi menggambarkan model hubungan antara principal dan agent.
Jensen dan Meckling 1976; dalam Aprilia, 2010:13 menjabarkan bahwa hubungan keagenan sebagai kontrak yang terjadi ketika antara satu atau lebih individu
principal mengikat perjanjian dengan individu lainnya agent yang melibatkan pendelegasian wewenang kepada agen dalam pembuatan keputusan. Pada perusahaan
yang struktur modalnya dalam bentuk saham, pemegang saham bertindak sebagai principal, dan dewan direksi sebagai agent mereka. Pemegang saham mempekerjakan
dewan direksi untuk bertindak sesuai dengan kepentingan principal dalam hal ini adalah pemegang saham.
Eisenhardt 1989; dalam Usadha dan Yasa, 2009 menyatakan teori agensi memiliki asumsi bahwa tiap-tiap individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan
dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Pihak agent termotivasi untuk memaksimalkan fee kontraktual yang diterima sebagai
sarana dalam pemenuhan kebutuhan ekonomis dan psikologisnya. Sebaliknya, pihak principal termotivasi untuk mengadakan kontrak atau memaksimalkan returns dari
sumber daya untuk menyejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat.
Konflik kepentingan ini terus meningkat karena pihak principal tidak dapat memonitor aktivitas agent sehari-hari untuk memastikan bahwa agent bekerja sesuai
dengan keinginan para pemegang saham. Sebaliknya, agent sendiri memiliki banyak informasi penting mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja dan perusahaan secara
keseluruhan. Hal ini yang memicu timbulnya ketidakseimbangan informasi antara principal dan agent. Kondisi ini dinamakan dengan asimetri informasi. Asimetri
informasi dapat berupa informasi yang terdistribusi dengan tidak merata diantara agent dan principal. Hal ini menyebabkan agent cenderung melakukan perilaku yang tidak
semestinya. Salah satu perilaku yang dilakukan agent ini adalah manajemen laba atau pemanipulasian data dalam laporan keuangan agar sesuai dengan harapan principal
meskipun laporan tersebut tidak menggambarkan kondisi perusahaan yang sebenarnya.
2.2.2 Teori Manajemen Laba