2.7. Pemerintahan Daerah Perspektif Undang – Undang Nomor
32 Tahun 2004
Pemerintahan Daerah berdasarakan Undang – Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 1 Ayat 2 adalah “Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintahan daerah dan
DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas
– luasnya dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang
– Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945”. Melihat definisi pemerintahan daerah seperti yang telah
dikemukakan diatas, maka yang dimaksud pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan daerah otonom oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas
desentralisasi dan unsur penyelenggara pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota dan Perangkat Daerah.
Pemerintah Daerah mempunyai hak dan kewajiban daerah dalam menyelenggarakan otonomi. Dalam menyelenggarakan otonomi, Daerah
mempunyai hak, antaralain : a.
Mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya. b.
Memilih pimpinan daerah. c.
Mengelola aparatur daerah. d.
Mengelola kekayaan daerah. e.
Memungut pajak daerah dan retribusi daerah.
f. Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya lainnya yang berada di daerah. Undang – Undang
nomor 32 Tahun 2004 Pasal 21 tentang Pemerintahan Daerah. Hak dan kewajiban daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan
Pasal 22 diwujudkan dalam bentuk rencana kerja pemerintahan daerah dan dijabarkan dalam bentuk pendapatan, belanja, dan pembiayaan daerah yang
dikelola dalam sistem pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah sebagaimana dimaksud pada Ayat 1 dilakukan secara efisien, efektif,
transparan, akuntabel, tertib, adil, patut, dan taat pada Peraturan Perundang- undangan Undang
– Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 23 angka 1 dan 2 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa Pemerintah Daerah akan dapat
terselenggara dengan baik apabila masyarakatnya yakin bahwa mereka adalah bagian dari pemerintahan itu, dan kepentingan mereka dapat terjamin bagi
kelanjutan kesejahteraan masyarakat tersebut. Kaloh.J, 2007: 54.
2.8. Pemerintahan Desa Perspektif Undang – Undang Nomor 6