a. PameranPeragaan Melalui Petak Percontohan
Petak percontohan dilaksanakan di agroekosistem lahan sawah dataran rendah iklim basah pada lahan petani dengan melibatkan petani secara partisipatif sehingga apa yang dilakukan
diketahui secara jelas oleh petani pelaksana kegiatan. Penetapan satu petak percontohan untuk setiap kelompok dimaksudkan agar petak percontohan pada setiap kelompok dapat berfungsi
sebagai kelas belajar bagi anggota kelompok masing-masing. Inovasi teknologi yang diterapkan pada petak percontohan ini yaitu teknologi pendekatan PTT.
b.
Forum Pertemuan Berupa Temu Lapang Pelaksanaan Kegiatan
Agar anggota kelompok tani lebih memahami inovasi teknologi yang diterapkan, dilakukan pertemuan berulang-ulang pada berbagai tahapan pertumbuhan tanaman seperti: 1
temu lapang persiapan pelaksanaan penyemaian benih, 2 temu lapang setelah pemupukan ke dua pada saat tanaman berumur 25 hst, 3 temu lapang setelah pemupukan ke tiga pada saat tanaman
berumur 45 hst, 4 temu lapang panen pada saat dilaksanakan panen.
Pada setiap pertemuan dijelaskan semua komponen teknologi yang diterapkan pada petak percontohan mulai dari persemaian, pembuatan pola garis tanam menggunakan Caplak
Roda, penanaman 2 – 3 tanaman per rumpun dengan sistem tanam legowo 4:1, pemupukan tiga
kali dalam satu musim tanam, dan panen dengan menghitung produktivitas berdasarkan data ubinan yang dikonversi ke dalam hektar. Peserta pertemuan terdiri dari 10 orang petani pelaksana
petak percontohan ditambah dengan masing-masing 3 orang dari setiap kelompok sehingga peserta dari anggota kelompok tani sebanyak 40 orang. Pada setiap pertemuan, 3 orang dari setiap
kelompok selalu diganti. Mengganti 3 orang peserta dengan anggota kelompok lainnya dimaksudkan agar inovasi teknologi yang diterapkan cepat tersebar pada sebagian besar anggota
kelompok tani. Dengan demikian akan terjadi penyebaran informasi secara luas pada anggota kelompok tani. Sedangkan ketua kelompok tani diundang terus menerus setiap pertemuan
dimaksudkan agar pada setiap kelompok tani terdapat anggota kelompok yang betul-betul menguasai inovasi teknologi budidaya padi secara utuh.
Setelah semua petak percontohan selesai panen dan data produktivitas sudah diketahui semua, dilakukan pertemuan per kelompok. Pada pertemuan ini semua anggota kelompok
diundang dan dilakukan tes penguasaan inovasi teknologi yang sudah diterapkan melalui quisioner. Setelah semua quisioner terisi, lalu dikumpulkan dan dievaluasi apakah semua
komponen teknologi yang diterapkan sudah dilakukan petani. Biasanya tidak semua anggota kelompok tani sudah menerapkan inovasi teknologi yang dianjurkan. Selanjutnya dilakukan
penjelasan kembali komponen teknologi yang digunakan secara detail dan dilakukan diskusi. Pada setiap akhir pertemuan kelompok dilakukan tes minat menerapkan inovasi teknologi melalui
quisioner kembali.
c. Media Cetak
Media cetak yang digunakan tidak berupa leaflet, tetapi petunjuk teknis pengelolaan tanaman yang memuat petunjuk pemeliharaan tanaman. Pada tahap pemeliharaan tanaman inilah
biasanya kesalahan yang dilakukan petani yang menyebabkan produktivitas lahan menjadi rendah dan tidak efisien. Petunjuk yang disusun terdiri dari petunjuk untuk lahan per hektar dan lahan
berdasarkan luas lahan masing-masing petak percontohan milik petani. Dengan demikian petunjuk yang diberikan bersifat aplikatif.
d. Media Elektronik
Media elektronik digunakan pada saat penjelasan tentang inovasi teknologi yang akan diterapkan. Melalui media elektronik, penjelasan-penjelasan lebih mudah ditangkap peserta
anggota kelompok tani. Bila memungkinkan, media elektronik yang digunakan berupa video penerapan inovasi teknologi.
e. Teknologi Eksisting
Teknologi eksisting yang diterapkan petani sangat mempengaruhi produktivitas yang dicapai. Dalam penerapan teknologi penanaman padi, sebagian besar petani mendapatkan
informasi teknologi berasal dari sesama anggota kelompok tani. Dari hasil wawancara dengan petani kooperator diketahui bahwa kebiasaan petani dalam melakukan usahataninya, teknologi
yang diterapkan yaitu: 1 sistem tanam tegel, 2 varietas IR 64 atau Ciherang yang telah ditanam berulang-ulang, 3 jumlah benih 100
– 150 kgha, 4 pemupukan tidak berimbang dan pemberian pupuk 1
– 2 kali dalam satu musim tanam. Tabel 2. Rata-rata dosis pupuk dan produktivitas tanaman padi petani eksisting per hektar di
Kabupaten Seluma.
No Uraian
Penggunaan pupukha kg Produktivitas
tha GKP N
P K
1. Petani 1
214,00 102,00
30,00 3,800
2. Petani 2
217,86 121,38
35,70 4,760
3. Petani 3
107,00 69,00
15,00 3,375
4. Petani 4
142,31 115,71
19,95 1,915
5. Petani 5
173,13 19,95
19,95 3,660
6. Petani 6
107,00 51,00
15,00 3,500
Jumlah 961,30
479,04 135,60
21,01 Rata-rata
160,22 79,84
22,60 3,50
Sumber : Data primer, diolah.
Pada Tabel 2. Gambaran umum petani melakukan pemupukan dalam usahatani padi di Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan, rata-rata penggunaan pupuk per hektar
umumnya menggunakan; pupuk Urea, SP-36, dan NPK Phonska saja. Pupuk KCl jarang sekali digunakan dengan alasan pupuk mahal dan sering tidak ada di pasaran, sehingga untuk mengganti
pupuk KCl biasanya petani beranggapan telah terpenuhi dari pupuk NPK Phonska. Hal ini sebenarnya dikarenakan petani banyak yang tidak mengetahui kebutuhan tanaman akan hara serta
juga ketidaktahuan petani cara menghitung kebutuhan pupuk, maka pemberian pupuk dikira-kira saja. Oleh karena itu setiap petani berbeda-beda dalam penggunaan dosis pupuk.
f. Rekomendasi Pemupukan