Rekomendasi Waham 1 Defenisi Pengaruh Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik pada Pasien Waham Terhadap Kemampuan Menilai Realita di Rumah Sakit Jiwa Provsu Medan

2. Keterbatasan Penelitian

Pada prosesnya, penelitian ini memiliki keterbatasan khususnya pada tahap pelaksanaan dalam penghitungan waktu sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan yaitu selama 2 minggu, karena ada 3 orang pengulangan untuk sesi pertemuan pertama dan 2 orang pada sesi pertemuan kedua dan 3 orang pada sesi ketiga sedangkan yang lainnya hanya membutuhkan waktu sehari saja setiap pertemuan. Hal ini diakibatkan setiap pasien memiliki kemampuan dan keterbatasan yang berbeda dalam melakukan setiap pertemuan. Sehingga peniliti melakukan penghitungan pertama observasi setelah pasien benar-benar mampu melakukan setiap sesi pertemuan dengan baik. Begitu juga dalam melakukan intervensi atau tindakan sangat sulit mengubah kemampuan kognitif pasien sehingga kemampuan psikomotor juga sulit untuk dirubah, pada beberapa pasien setelah dilakukan tindakan setiap sesi pertemuan terkadang pasien mengalami perubahan tetapi beberapa hari kemudian pasien kembali seperti sebelum diberikan intervensi sehingga melakukan pengulangan beberapa kali. Peneliti dalam melakukan tindakan pengulangan juga dalam batas waktu yang telah ditentukan dengan pertimbangan ketersediaan waktu.

3. Rekomendasi

3.1.Bagi Praktek Keperawatan Hasi penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi praktek keperawatan tentang pelaksanaan standar asuhan keperawatan jiwa dengan memberikan pelaksanaan komunikasi terapeutik pada pasien waham dalam meningkatkan kinerja profesional keperawatan jiwa. Universitas Sumatera Utara 3.2.Bagi Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi tambahan bagi peningkatan pengetahuan maupun wawasan peserta didik keperawatan tentang pelaksanaan standar keperawatan jiwa dengan memberikan pelaksanaan komunikasi terapeutik pada pasien waham dalam meningkatkan kinerja profesional keperawatan jiwa. 3.3.Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data tambahan bagi penelitian berikutnya yang terkait dengan pelaksanaan strategi komunikasi pada pasien waham dalam kemampuan menilai realita. Diharapkan pada peneliti berikutnya dapat mengembangkan penelitian dengan mengidentifikasi pengaruh lama rawat dan obat yang dikonsumsi pasien waham dalam menilai realita juga perlu diteliti lagi. Selanjutnya juga perlu diteliti pengaruh strategi pelaksanaan komunikasi pasien waham dalam kemampuan menilai realita dengan menggunakan adanya kelompok pembanding kontrol untuk mengontrol ancaman-ancaman terhadap validitas, dan juga melakukan penelitian tentang perbandingan strategi pelaksanaan komunikasi dengan asuhan keperawatan jiwa lainnya pada pasien waham terhadap kemampuan menilai realita. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

1. Waham 1.1 Defenisi Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan fakta dan keyakinan tersebut mungkin “aneh” misalnya”saya adalah nabi yang menciptakan biji mata manusia” atau bias pula “tidak aneh” hanya sangat tidak mungkin, contoh masyarakat di surge selalu menyertai saya kemanapun saya pergi” dan tetap dipertahankan meskipun telah diperlihatkan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya Purba dkk, 2008. Kesalahan dalam menilai diri sendiri, atau keyakinan dengan isi pikirannya padahal tidak sesuai dengan kenyataan. Atau kepercayaan yang telah terpakuterpancang kuat dan tidak dapat dibenarkan berdasarkan fakta dan kenyataan tetapi tetap dipertahankan. Jika disuruh membuktikan berdasar akal sehatnya, tidak bias. Atau disebut juga kepercayaan yang palsu dan sudah tidak dapat dikoreksi Baihaqi, 2007. Delusi atau waham merupakan gagasan idea atau pendapat bahwa seorang individu meyakini sutu kebenaran, yang kemungkinan besar bahkan hamper pasti, jelas, tidak mungkin. Tentu saja, banyak orang memegang keyakinan yang kemungkinan besar bias menjadi salah, seperti keyakinan akan menang lotre. Self - deception penipuan atau pembodohan diri sendiri semacam ini berbeda dengan delusi, setidaknya dalam tiga cara atau tiga hal hal berikut : Universitas Sumatera Utara Pertama, self-deception tidaklah secara penuh mustahil, sedangkan waham memang sering begitu. Memang mungkin memenangi lotre, tetapi tidak mungkin bahwa tubuh anda menghilangmelarut atau mengambang di udara. Kedua, orang yang memiliki self deception ini kadang-kadang memikirkan keyakinan tersebut, tetapi orang yang mengalami waham cenderung terokupasi dikuasai keyakinan sendiri. Orang-orang yang mengalami delusi atau waham mencari bukti-bukti untuk mendukung keyakinan mereka, berusaha untuk menyakinkan orang lain, dan melakukan tindakan-tindakan yang didasari keyakinannya itu, seperti mengajukan tuntutan secara hokum melawan orang-orang yang mereka yakini mencoba mengendalikan pikiran mereka. Ketiga, orang-orang dengan self-deception secara tipikal khas mengakui bahwa keyakinan mereka bisa jadi salah, tetapi orang-orang yang mengalami delusi sering kali sangat bertahan untuk mendebat fakta-fakta yang berlawanan contradicting dengan keyakinan mereka. Mereka mungkin memandang argumen atau pendapat orang lain yang melawan keyakinan mereka sebagai sebuah konspirasi persekongkolan untuk membungkam atau membunuh mereka, dan sebagai bukti benarnya keyakinan mereka Wiramihardja, 2007. 1.2 Faktor Penyebab Waham pada Pasien Gangguan Jiwa 1.2.1 Faktor Predisposisi Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya waham yang dijelaskan oleh Towsend 1998 adalah : Universitas Sumatera Utara 1. Teori Biologis Teori biologi terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap waham: a. Faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam perkembangan suatu kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota keluarga dengan kelainan yang sama orang tua, saudara kandung, sanak saudara lain. b. Secara relatif ada penelitian baru yang menyatakan bahwa kelainan skizofrenia mungkin pada kenyataannya merupakan suatu kecacatan sejak lahir terjadi pada bagian hipokampus otak. Pengamatan memperlihatkan suatu kekacauan dari sel-sel pramidal di dalam otak dari orang-orang yang menderita skizofrenia. c. Teori biokimia menyatakan adanya peningkatan dari dopamin neurotransmiter yang dipertukarkan menghasilkan gejala-gejala peningkatan aktivitas yang berlebihan dari pemecahan asosiasi-asosiasi yang umumnya diobservasi pada psikosis. 2. Teori Psikososial a. Teori sistem keluarga Bawen dalam Towsend 1998 : 147 menggambarkan perkembangan skizofrenia sebagai suatu perkembangan disfungsi keluarga. Konflik diantara suami istri mempengaruhi anak. Penanaman hal ini dalam anak akan menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansielas dan suatu kondsi yang lebih stabil mengakibatkan timbulnya suatu hubungan yang saling mempengaruhi yang berkembang antara orang tua dan anak- anak. Anak harus meninggalkan ketergantungan diri kepada orang tua dan anak dan masuk ke dalam masa dewasa, dan dimana dimasa ini anak tidak akan mamapu memenuhi tugas perkembangan dewasanya. Universitas Sumatera Utara b. Teori interpersonal menyatakan bahwa orang yang mengalami psikosis akan menghasilkan hubungan orang tua anak yang penuh akan kecemasan. Anak menerima pesan-pesan yang membingungkan dan penuh konflik dari orang tua dan tidak mampu membentuk rasa percaya terhadap orang lain. c. Teori psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari suatu ego yang lemah. Perkembangan yang dihambat dan suatu hubungan saling mempengaruhi antara orang tua, anak. Karena ego menjadi lebih lemah penggunaan mekanisme pertahanan ego pada waktu kecemasan yang ekstrim menjadi suatu yang maladaptif dan perilakunya sering kali merupakan penampilan dan segmen id dalam kepribadian. 1.2.2 1. Biologis Faktor Presipitasi Stressor biologis yang berhubungan dengan neurobiologis yang maladaptif termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur perubahan isi informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi rangsangan. Pada pasien dengan waham, pemeriksa MRI menunjukkan bahwa derajat lobus temporal €tidak simetris. Akan tetapi perbedaan ini sangat kecil, sehingga terjadinya waham kemungkinan melibatkan komponen degeneratif dari neuron. Waham somatic terjadi kemungkinan karena disebabkan adanya gangguan sensori Universitas Sumatera Utara pada sistem saraf atau kesalahan penafsiran dari input sensori karena terjadi sedikit perubahan pada saraf kortikal akibat penuaan Boyd, 2005 dalam Purba dkk, 2008. 2. Stres Lingkungan Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stres yang berinterasksi dengan sterssor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku. 3. Pemicu Gejala Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis yang maladaptif berhubungan dengan kesehatan lingkungan, sikap dan prilaku individu, seperti : gizi buruk, kurang tidur, infeksi, keletihan, rasa bermusuhan atau lingkungan yang penuh kritik, masalah perumahan, kelainan terhadap penampilan, stres gangguan dalam berhubungan interpersonal, kesepain, tekanan, pekerjaan, kemiskinan, keputusasaan dan sebagainya. Ada beberapa sumber koping individu yang harus dikaji yang dapat berpengaruh terhadap gangguan otak dan prilaku kekuatan dalam sumber koping dapat meliputi seperti : modal intelegensi atau kreativitas yang tinggi. Orang tua harus secara aktif mendidik anak-anaknya, dewasa muda tentang keterampilan koping karena mereka biasanya tidak hanya belajar dan pengamatan. Sumber keluarga dapat berupa pengetahuan tentang penyakit, finansial yang cukup,

1.3 Sumber Koping

Universitas Sumatera Utara ketersediaan waktu dan tenaga dan kemampuan untuk memberikan dukungan secara berkesinambungan. Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham yaitu : klien menyatakan dirinya sebagai seorang besar mempunyai kekuatan, pendidikan atau kekayaan luar biasa, klien menyatakan perasaan dikejar-kejar oleh orang lain atau sekelompok orang, klien menyatakan perasaan mengenai penyakit yang ada dalam tubuhnya, menarik diri dan isolasi, sulit menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, rasa curiga yang berlebihan, kecemasan yang meningkat, sulit tidur, tampak apatis, suara memelan, ekspresi wajah datar, kadang tertawa atau menangis sendiri, rasa tidak percaya kepada orang lain, gelisah. 1.4 Tanda dan Gejala Waham Menurut Kaplan dan shadok 1997: 1. Status Mental a. Pada pemeriksaan status mental, menunjukkan hasil yang sangat normal, kecuali bila ada sistem waham abnormal yang jelas. b. Mood klien konsisten dengan isi wahamnya. c. Pada waham curiga didapatkannya perilaku pencuriga d. Pada waham kebesaran, ditemukan pembicaraan tentang peningkatan identitas diri, mempunyai hubungan khusus dengan orang yang terkenal e. Adapun sistem wahamnya, pemeriksa kemungkinan merasakan adanya kualitas depresi ringan. Universitas Sumatera Utara f. Klien dengan waham, tidak memiliki halusinasi yang menonjolmenetap., kecuali pada klien dengan waham raba atau cium. Pada beberapa klien kemungkinan ditemukan halusinasi dengar. 2. Sensorium dan kognisi a. Pada waham, tidak ditemukan kelainan dalam orientasi, kecuali yang memiliki wham spesifik tentang waktu, tempat, dan situasi. b. Daya ingat dan proses kognitif klien dengan intak utuh c. Klien waham hampir seluruh memiliki insight daya tilik diri yang jelek. d. Klien dapat dipercaya informasinya, kecuali jika membahayakan dirinya, keputusan yang terbaik bagi pemeriksa dalam menentukan kondisi klien adalah dengan menilai perilaku masa lalu, masa sekarang dan yang direncanakan. Tanda dan gejala waham berdasarkan jenis waham menurut Keliat 2009: a. Waham kebesaran: individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “saya ini pejabat departemen kesehatan lho” atau, “saya punya tambang emas”. b. Waham curiga: Individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikanmenceerai dirinya dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh, “saya tahu seluruh saudara saya ingin menghancurka hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya”. c. Waham agama: Individu memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Universitas Sumatera Utara Contoh, “kalau saya mau masuk surga, saya harus menggunakan pakaian putih setip hari”. d. Waham somatic: Individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh, “saya sakit kanker”. Kenyataannya pada pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi pasien terus mengataka bahwa ia sakit kanker. e. Waham nihilistic: Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada diduniameniggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kadaan nyata. Misalnya, “Ini kana lam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh.”

2. Kemampuan Pasien

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik pada Pasien Waham Terhadap Kemampuan Menilai Realita di Rumah Sakit Jiwa Provsu Medan

20 113 94

Pengaruh Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terhadap Kemampuan Pasien Perilaku Kekerasan dalam Mengendalikan Perilaku Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan

4 37 83

Pengaruh Strategi Pelaksanaan Komunikasi pada Pasien Harga Diri Rendah terhadap Kemampuan Pasien dalam Meningkatkan Harga Diri di Rumah Sakit Jiwa Provsu Medan

17 106 93

Tahapan Komunikasi Terapeutik Perawat Pada Pasien Waham Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat (Studi Deksriptif Mengenai Tahapan Komunikasi Terapeutik Perawat Pada Pasien Waham Dalam Proses Penyembuhan Di Rumah Sakit Jiwa provinsi Jawa Barat )

0 2 1

Pengaruh Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik pada Pasien Waham Terhadap Kemampuan Menilai Realita di Rumah Sakit Jiwa Provsu Medan

0 0 11

Pengaruh Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik pada Pasien Waham Terhadap Kemampuan Menilai Realita di Rumah Sakit Jiwa Provsu Medan

0 0 2

Pengaruh Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik pada Pasien Waham Terhadap Kemampuan Menilai Realita di Rumah Sakit Jiwa Provsu Medan

0 0 6

Pengaruh Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik pada Pasien Waham Terhadap Kemampuan Menilai Realita di Rumah Sakit Jiwa Provsu Medan

0 0 14

Pengaruh Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik pada Pasien Waham Terhadap Kemampuan Menilai Realita di Rumah Sakit Jiwa Provsu Medan

0 0 2

Pengaruh Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik pada Pasien Waham Terhadap Kemampuan Menilai Realita di Rumah Sakit Jiwa Provsu Medan

0 0 31