Contoh, “kalau saya mau masuk surga, saya harus menggunakan pakaian putih setip hari”.
d. Waham somatic: Individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan. Contoh, “saya sakit kanker”. Kenyataannya pada pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi pasien
terus mengataka bahwa ia sakit kanker. e. Waham nihilistic: Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada
diduniameniggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kadaan nyata. Misalnya, “Ini kana lam kubur ya, semua yang ada disini
adalah roh-roh.”
2. Kemampuan Pasien
Kemampuan seseorang untuk menilai realitas. Kemampuan ini akan menentukan persepsi, respons emosi dan perilaku dalam berelasi dengan realitas
kehidupan. Kekacauan perilaku, waham, dan halusinasi adalah salah satu contoh penggambaran gangguan berat dalam kemampuan menilai realitas RTA. Daya nilai
adalah kemampuan untuk menilai situasi secara benar dan bertindak yang sesuai dengan situasi tersebut.
1. Daya Nilai Sosial: kemampuan seseorang untuk menilai situasi secara benar situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari dan bertindak yang sesuai dalam
situasi tersebut dengan memperhatikan kaidah sosial yang berlaku di dalam kehidupan sosial budayanya. Pada gangguan jiwa berat atau kepribadian
antisosial maka daya nilai sosialnya sering terganggu.
Universitas Sumatera Utara
2. Uji Daya Nilai: kemampuan untuk menilai situasi secara benar dan bertindak yang sesuai dalam situasi imajiner yang diberikan Kaplan dan Shadock,
1997 Kemampuan menilai realita berkaitan dengan kemampuan untuk
menerima realitas, banyak sekali masalah-masalah kehidupan yang muncul. Perbedaan discrepancy antara impuls-impuls, harapan-harapan dan ambisi
seseorang bias dilihat di pihak lain, kesempatan dan kemampuan yang bersifat aktual di pihak lainnya. Maksud dari pernyataan ini adalah bahwa pada dasarnya kita dapat
menghadapi dua pihak yang bertentangan antara keinginan dan kenyataan Wiramihardja, 2007.
Pada orang-orang yang tidak normal, keinginan dan harapan seringkali terlalu jauh dibandingkan dengan kenyataan. Hal ini disebabkan oleh orientaasi
orang tersebut terlalu bersifat subyektif atau terhadap dirinya sendiri saja. Orang- orang dewasa atau normal dalam membuat suatu keputusan bahkan merumuskan
keinginan senantiasa memperhatikan mengenai kemungkinan suatu keinginan tercapai. Artinya, mempertimbangkan realitas, orientasi bukan hanya pada diri
sendiri, tetapi juga pada pihak-pihak lain yang tersangkut. Sebaliknya, pada mereka yang kurang sehat mental, antara keinginan dan kenyataan tidak banyak berbeda,
sehingga tidak memperlihatkan adanya motivasi dan usaha Wiramihardja, 2007. Pada mereka yang dinilai tidak mampu mengenali realitas, sering
melakukan apa yang disebut oleh Freud sebagai defends mechanism. Defends mechanism
ini bersifat alamiah dan timbul karena individu berkeinginan untuk mempertahankan diri dari ancaman-ancaman yang timbul dari realitas yang tidak
mampu ia tanggulangi. Bentuk-bentuk defends mechanism semakin hari semakin
Universitas Sumatera Utara
banyak, karena pada dasarny manusia ingin bertahan dari jenis-jenis ancaman tersebut. Jenis-jenis ancaman ini akan bertambah banyak pada kehidupan yang lebih
kompleks atau modern, diantaranya: 1. Denial, yaitu menolak, dalam bentuk melupakan atau melakukan tindakan-
tindakan lain yang bertentangan dengan suatu realitas yang tidak menyenangkannya.
2. Fantasi, yaitu realitas-realitas yang tidak menyenangkan ia persepsikan justru sebagai hal yang menyenangkan.
3. Projection, yaitu menumpahkan pengalaman dan penghayatan atau ingatan yang tidak menyenangkan di dalam dirinya pada hal lain atau pihak lain.
4. Kompensasi, yaitu melakukan tindakan untuk “mengurangi atau menyembunyikan “kekurangan yang dirasakannya.
Kompensasi berlebih atau “over compensation” merupakan istilah yang lebih penting dalam wacana gangguan kejiwaan, yang berarti tindakan berlebihan
Wiramihardja, 2007. Menurut Keliat 1998, gangguan orientasi realita adalah ketidakmampuan
klien menilai dan berespon pada realitas. Klien tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan. Klien tidak mampu memberikan respon secara akurat, sehingga
tampak perilaku yang sukar dimengerti dan mungkin menakutkan. Hal ini disebabkan karena terganggunya fungsi kognitif dan proses pikir, fungsi persepsi,
fungsi emosi, fungsi motorik dan fungsi sosial. Gangguan pada fungsi kognitif dan persepsi mengakibatkan kemampuan menilai dan menilik terganggu. Gangguan
fungsi emosi, motorik dan sosial mengakibatkan kemampuan berespon terganggu
Universitas Sumatera Utara
yang tampak dari perilaku non verbal ekspresi muka, gerakan tangan dan perilaku verbal penampilan hubungan sosial.
3. Strategi Pertemuan pada Pasien Waham