BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian praeksperimen pre experimental design
dengan one group pretest posttest design.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi pelaksanaan penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Kabanjahe. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan
pertimbangan bahwa di sekolah ini masih kurangnya kegiatan penyuluhan kesehatan yang diadakan.
4.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret sampai Desember 2015.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1. Populasi Penelitian
1. Populasi Target Populasi target adalah seluruh siswi SMA Negeri 1 Kabanjahe.
2. Populasi Terjangkau Populasi terjangkau adalah siswi kelas XII SMA Negeri 1
Kabanjahe.
4.3.2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasinya
Sastroasmoro, 2011.
Pengambilan sampel
dilakukan
Universitas Sumatera Utara
menggunakan probability sampling dengan teknik simple random sampling
. Menurut Dahlan 2009, besar sampel minimum yang
diperlukan untuk
penelitian analitis
kategorik-numerik berpasangan ditentukan berdasarkan rumus :
Keterangan: n
= besar sampel α = kesalahan tipe I
β = kesalahan tipe II
S = simpangan baku kedua kelompok X
1
– X
2
= selisih minimal rerata yang dianggap bermakna Pada penelitian ini, ditetapkan kesalahan tipe I sebesar 5
dengan hipotesis dua arah Z
α
= 1,960 dan kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 10 Z
β
= 1,282. Selisih minimal rerata yang dianggap bermakna adalah 5 poin, sedangkan simpangan baku
tidak ditemukan dari kepustakaan, oleh karena itu dilakukan judgement
selisih tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan sebesar 2 kali lipat perbedaan rerata minimal yang
dianggap bermakna S=10, sehingga dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut.
n = 42.042
Universitas Sumatera Utara
Menurut Sastroasmoro 2011 untuk mengantisipasi kemungkinan subyek terpilih yang drop out, loss to follow-up, atau
subyek yang tidak taat, perlu dilakukan koreksi terhadap besar sampel dengan menambahkan sejumlah subyek agar besar sampel
tetap terpenuhi. Untuk itu digunakan formula sederhana:
n = besar sampel yang dihitung f = perkiraan proporsi drop out
Sehingga dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut:
Apabila dibulatkan ke atas maka besar sampel yang dibutuhkan adalah 47 orang.
4.3.3. Kriteria Sampel Penelitian
Beberapa kriteria untuk sampel penelitian, yaitu: 1.
Kriteria inklusi a.
Siswi yang duduk di kelas XII SMA Negeri 1 Kabanjahe tahun ajaran 2015-2016.
b. Bersedia mengikuti penelitian yang dibuktikan dengan
penandatanganan lembar informed consent. 2.
Kriteria eksklusi a.
Pernah mendapatkan penyuluhan tentang kanker serviks dalam jangka waktu kurang dari setahun.
b. Kuesioner pretest dan posttest yang diisi tidak lengkap.
Universitas Sumatera Utara
4.4. Metode Pengumpulan Data
4.4.1. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Peneliti telah melakukan uji validitas dan reabilitas
terhadap kuesioner tersebut. 1.
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui
apakah kuesioner yang kita buat tersebut mampu mengukur apa yang akan kita ukur, maka perlu diuji dengan uji korelasi antara
skor tiap-tiap item pertanyaan dengan skol total kuesioner tersebut Notoatmodjo, 2010.
2. Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan Notoatmodjo, 2010.
Responden yang digunakan untuk uji coba sebaiknya memiliki ciri-ciri responden dari tempat dimana penelitian
tersebut harus dilaksanakan. Agar diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati normal, maka sebaiknya jumlah
responden untuk uji coba paling sedikit 20 orang Notoatmodjo, 2010.
Uji validitas dan reabilitas dilakukan di SMA Negeri 1 Berastagi terhadap 25 siswi kelas XII. Rancangan kuesioner
yang digunakan untuk menilai tingkat pengetahuan siswi tentang kanker serviks terdiri dari 25 pertanyaan dan 20
diantaranya dinyatakan valid dan reliabel dengan Cronbach’s
Alpha = 0,916 menggunakan program SPSS.
Universitas Sumatera Utara
4.4.2. Jenis Data Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden dengan
mengisi kuesioner.
4.4.3. Rancangan Kegiatan Pengumpulan Data
Adapun rancangan kegiatan dalam pengumpulan data ini adalah: 1.
Meminta izin kepada kepala sekolah SMA Negeri 1 Kabanjahe untuk melakukan penelitian. Setelah itu, membuat materi
penyuluhan dalam bentuk power point dan mempersiapkan kuesioner.
2. Seluruh siswi kelas XII SMA Negeri 1 Kabanjahe yang
memenuhi kriteria inklusi dipilih untuk menjadi sampel dengan menggunakan teknik simple random sampling.
3. Mengumpulkan siswi yang menjadi sampel dalam satu ruangan
untuk meminta kesediaan menjadi responden penelitian dan meminta untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan.
Kuesioner yang diberikan ini digunakan sebagai nilai untuk pretest.
4. Melaksanakan penyuluhan kepada responden yang menjadi
sampel. Responden mendapatkan materi penyuluhan tentang kanker serviks. Kegiatan penyuluhan dilakukan selama 45
menit. 5.
Peneliti akan memberikan kembali kuesioner yang sama kepada responden sebagai nilai posttest setelah penyuluhan.
Universitas Sumatera Utara
4.5. Metode Pengolahan Data
Setelah data yang dibutukan dalam penelitian terkumpul, selanjutnya data akan dimasukkan ke komputer dan diolah dengan
menggunakan program SPSS for windows. Menurut Notoatmodjo 2010, proses pengolahan data melalui tahap-tahap sebagai berikut: editing,
coding , entry, dan cleaning.
4.6. Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini melalui prosedur bertahap antara lain: 1.
Analisis Univariate Analisis Deskriptif Analisis univariate bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap
variabel Notoatmodjo, 2010 2.
Analisis Bivariate Analisis bivariate dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi Notoatmodjo, 2010. Dalam penelitian ini uji hipotesis yang digunakan adalah uji t-berpasangan. Menurut
Sastroasmoro 2011, uji t-berpasangan digunakan untuk penelitian dengan subyek yang sama diperiksa sebelum dan setelah intervensi
desain “before and after”. Pada data pretest dan posttest dilakukan uji normalitas sebagai syarat
uji parametrik dalam hal ini adalah uji-t berpasangan Uji t dependen. Dari uji normalitas data dengan menggunakan metode Shapiro-Wilk,
didapatkan p0,05 baik pada data pretest maupun posttest, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua data memiliki distribusi yang tidak
normal. Sehingga untuk analisis data pengetahuan pretest dan posttest dilakukan uji non-parametrik yaitu uji Wilcoxon.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian praeksperimental dengan rancangan one group pretest posttest. Populasi penelitian ini adalah siswi kelas
XII SMA Negeri 1 Kabanjahe. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan probability sampling
dengan teknik simple random sampling dari populasi terjangkau. Setelah dilakukan pengambilan sampel, didapatkan 55 sampel
dengan rincian 36 siswi dari kelas XII IPA dan 19 siswi dari kelas XII IPS.
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
SMA Negeri 1 Kabanjahe adalah salah satu sekolah negeri unggulan di Kabupaten Karo, beralamat di Jalan Jamin Ginting No. 31
Kabanjahe, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.
SMA Negeri 1 Kabanjahe dipimpin oleh seorang kepala sekolah dan didampingi 64 orang tenaga pendidik serta 8 orang staf pegawai.
Sekolah ini memiliki akreditasi A dan berbagai prestasi juga telah banyak diukir oleh para pelajar, baik itu tingkat kabupaten, provinsi,
maupun nasional. Sekolah ini memiliki pelajar yang memiliki latar belakang yang beraneka ragam, sehingga peneliti mengambil sampel
di sekolah ini dan diharapkan dapat mewakili populasi secara umum.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Data karakteristik sampel pada penelitian ini didapatkan dari isian data yang tercantum pada kuesioner. Adapun karakteristik sampel
yang diambil yaitu usia, kelas, paparan informasi sebelumnya, dan penyuluhan sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel. 5.1. Karakteristik responden
Karakteristik Jumlah n
n Usia
17 Tahun 50
90,9
18 Tahun
5 9,1
Kelas XII IPA
36 65,5
XII IPS
19 34,5
Paparan informasi sebelumnya
Pernah 27
49,0
Sering
1 2,0
Tidak pernah
27 49,0
Penyuluhan sebelumnya Pernah
-
1 tahun yang lalu
-
1 tahun yang lalu
19 0,0
34,5
Tidak pernah 36
65,5 Sumber : data primer
Dari tabel 5.1. dapat diketahui karakteristik responden berdasarkan usia, bahwa usia responden terbanyak adalah 17 tahun 90,9 dan
responden yang berusia 18 tahun sebanyak 5 orang 9,1. Jumlah responden yang duduk di kelas XII IPA lebih banyak dibandingkan
dari kelas XII IPS yaitu 36 orang 65,5 dan 19 orang 34,5.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa responden pernah mendapat informasi tentang kanker serviks yaitu 27 orang 49,0, sering 1 orang 2,0, dan tidak
pernah 27 orang 49,0. Sebagian besar responden belum pernah mendapatkan penyuluhan
tentang kanker serviks sebelumnya yaitu sebanyak 36 orang 65,5, sedangkan responden yang pernah mendapatkan penyuluhan sebanyak
19 orang 34,5. Seluruh responden yang pernah mendapatkan penyuluhan tentang waktunya lebih dari 1 tahun yang lalu.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, tidak ada responden yang memenuhi kriteria eksklusi. Responden yang tidak pernah
mendapatkan penyuluhan tentang kanker serviks sebelumnya yaitu sebanyak 36 orang 65,5, dan terdapat beberapa responden yang
pernah medapatkan penyuluhan namun waktunya lebih dari satu tahun yang lalu yaitu sebanyak 19 orang 34,5.
5.1.3. Distribusi Tingkat Pengetahuan Hasil Pretest dan Posttest
Berdasarkan data pada kuesioner yang telah diisi oleh reponden maka didapatkan nilai pretest dan posttest sebagai berikut:
Tabel. 5.2. Distribusi tingkat pengetahuan pretest dan posttest Tingkat
Pengetahuan Skor
Pretest Posttest
n n
n n
Baik
16-20 0,0
46 83,6
Sedang 11-15
16 29,1
9 16,4
Kurang 11
39 70,9
0,0 Total
55 100,0
55 100,0
Sumber: data primer
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.2. menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan responden sebelum dilakukan penyuluhan pretest adalah kurang yaitu
sebanyak 39 orang 70,9, sedang sebanyak 16 orang 29,1, dan baik 0,0. Setelah dilakukan penyuluhan posttest, sebagian besar
tingkat pengetahuan responden responden meningkat menjadi baik sebanyak 46 orang 83,6, sedang sebanyak 9 orang 16,4, dan
tidak ada yang memiliki pengetahuan kurang 0,0.
5.1.4. Distribusi Tingkat Pengetahuan Pretest dan Posttest Berdasarkan Usia
Nilai pretest yang didapatkan berdasarkan golongan usia adalah sebagai berikut:
Tabel. 5.3. Distribusi tingkat pengetahuan pretest berdasarkan usia
Tingkat Pengetahuan
Skor Usia Tahun
17 18
n n
n n
Baik 16-20
0,0 0,0
Sedang 11-15
14 25,5
2 3,6
Kurang 0-10
36 65,5
3 5,4
Total
50 91,0
5 9,0
Sumber: data primer
Dari tabel 5.3. menunjukkan bahwa kelompok usia 17 tahun mayoritas responden memiliki pengetahuan kurang sebelum diberikan
penyuluhan 36 orang 65,5 dan sedang 14 orang 25,5. Sementara itu, kelompok usia 18 tahun memiliki pengetahuan sedang 2 orang
3,6 dan kurang 3 orang 5,4. Nilai posttest yang didapatkan berdasarkan golongan usia adalah
sebagai berikut: Tabel. 5.4. Distribusi tingkat pengetahuan posttest berdasarkan usia
Tingkat Skor
Usia Tahun
Universitas Sumatera Utara
Pengetahuan 17
18 n
n n
n
Baik 16-20
42 76,4
4 7,2
Sedang 11-15
8 14,6
1 1,8
Kurang 0-10
0,0 0,0
Total 50
91,0 5
9,0 Sumber: data primer
Dari tabel 5.4. menunjukkan bahwa kelompok usia 17 tahun mayoritas responden memiliki pengetahuan baik setelah diberikan
penyuluhan 42 orang 76,4 dan sedang 8 orang 14,6. Sementara itu, kelompok usia 18 tahun memiliki pengetahuan baik 4 orang 7,2
orang 3,6 dan sedang 1 orang 1,8.
5.1.5. Distribusi Tingkat Pengetahuan Pretest dan Posttest Berdasarkan Paparan Informasi Sebelumnya
Nilai pretest yang didapatkan berdasarkan paparan informasi sebelumnya melalui diskusi adalah sebagai berikut:
Tabel. 5.5. Distribusi tingkat pengetahuan pretest berdasarkan paparan informasi sebelumnya
Tingkat Pengetahuan
Skor Paparan Informasi Sebelumnya
Pernah Sering
Tidak Pernah n
n n n n
n
Baik 16-20
0,0 0,0
0,0 Sedang
11-15 10
18,1 0,0
6 11,0
Kurang 0-10
17 31,0
1 1,8
21 38,1
Total 27
49,1 1
1,8 27
49,1 Sumber: data primer
Dari tabel 5.5. menunjukkan bahwa kelompok responden yang pernah mendapat paparan informasi sebelumnya melalui diskusi
Universitas Sumatera Utara
memiliki pengetahuan sedang 10 orang 18,1 dan kurang 17 orang 21,0 pada pretest. Kelompok responden yang sering berdiskusi
malah memiliki pengetahuan kurang 1 1,8. Sementara itu, kelompok responden yang tidak pernah berdiskusi memiliki pengetahuan sedang 6
orang 11,0 dan kurang 21 orang 38,1. Nilai posttest yang didapatkan berdasarkan diskusi sebelumnya
adalah sebagai berikut:
Tabel. 5.6. Distribusi tingkat pengetahuan posttest berdasarkan paparan informasi sebelumnya
Tingkat Pengetahuan
Skor Diskusi Sebelumnya
Pernah Sering
Tidak Pernah n
n n n n
n
Baik 16-20
22 40,0
1 1,8
23 41,8
Sedang 11-15
5 9,1
0,0 4
7,3 Kurang
0-10 0,0
0,0 0,0
Total
27 49,1
1 1,8
27 49,1
Sumber: data primer Dari tabel. 5.6. dapat dilihat bahwa setelah dilakukan penyuluhan
posttest, responden yang pernah berdiskusi mayoritas memiliki pengetahuan baik 22 orang 40,0 dan sedang 5 orang 9,1.
Responden yang sering berdiskusi memiliki pengetahuan baik 1,8. Begitu pula responden yang sebelumnya tidak pernah berdiskusi
mayoritas memiliki pengetahuan baik 23 orang 41,8 dan sedang 4 orang 7,3.
5.1.6. Distribusi Tingkat Pengetahuan Pretest dan Posttest Berdasarkan Penyuluhan Sebelumnya
Nilai pretest yang didapatkan berdasarkan penyuluhan sebelumnya adalah sebagai berikut:
Tabel. 5.7. Distribusi tingkat pengetahuan pretest berdasarkan penyuluhan sebelumnya
Universitas Sumatera Utara
Tingkat Pengetahuan
Skor Penyuluhan Sebelumnya
Pernah Tidak Pernah
n n
n n
Baik 16-20
0,0 0,0
Sedang 11-15
7 12,7
9 16,4
Kurang 0-10
12 21,8
27 49,1
Total 19
34,5 36
65,5 Sumber: data primer
Dari tabel. 5.7. dapat dilihat bahwa responden yang pernah mendapat penyuluhan sebelumnya memiliki pengetahuan kurang 12
orang 21,8 dan sedang 7 orang 12,7 pada pretest. Begitu pula dengan responden yang tidak pernah mengikuti penyuluhan sebelumnya
mayoritas memiliki pengetahuan kurang 27 orang 49,1 dan sedang 9 orang 16,4.
Nilai posttest
yang didapatkan
berdasarkan penyuluhan
sebelumnya adalah sebagai berikut:
Tabel. 5.8. Distribusi tingkat pengetahuan posttest berdasarkan penyuluhan sebelumnya
Tingkat Pengetahuan
Skor Penyuluhan Sebelumnya
Pernah Tidak Pernah
n n
n n
Baik 16-20
16 29,1
30 54,5
Sedang 11-15
3 5,4
6 11,0
Kurang 0-10
0,0 0,0
Total
19 34,5
36 65,5
Sumber: data primer
Berdasarkan tabel. 5.8. dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan responden yang pernah mendapat penyuluhan menjadi baik 16 orang
29,1 dan sedang 3 orang 5,4. Untuk responden yang tidak
Universitas Sumatera Utara
pernah mendapat penyuluhan sebelumnya juga mengalami peningkatan pengetahuan menjadi baik 30 orang 54,5 dan sedang 6 orang
11,0 pada posttest.
5.1.7. Distribusi Frekuensi Nilai Posttest dan Posttest Yang Benar Berdasarkan Jenis Pertanyaan
Berikut ini adalah distribusi nilai pretest dan posttest berdasarkan
jenis pertanyaan pada kuesioner.
Tabel 5.9. Distribusi frekuensi nilai pretest dan posttest yang benar berdasarkan jenis pertanyaan
No Pertanyaan
Pretest Posttest
n n
n n
1 Etiologi kanker serviks
36 65,4
53 96,4
2
Lama pertumbuhan menjadi kanker serviks
10 18,2
54 98,2
3 Tipe HPV penyebab kanker serviks
19 34,5
52 94,5
4
Transmisi kanker serviks 16
29,1 44
80,0
5 Faktor risiko kanker serviks
33 60,0
55 100,0
6 Faktor risiko kanker serviks
30 54,5
54 98,2
7 Gejala awal kanker serviks
14 25,4
38 69,1
8
Gejala stadium lanjut kanker serviks 43
78,2 51
92,7
9 Stadium kanker serviks
42 76,4
55 100,0
Universitas Sumatera Utara
10
Diagnosa kanker serviks 27
49,1 48
87,3
11 Tujuan Pap Smear
36 65,4
53 96,4
12 Usia dapat melakukan Pap Smear
47 85,4
48 87,3
13
Manfaat Pap Smear 41
75,4 51
92,7
14
Jadwal Pap Smear 6
10,9 53
96,4
15 Inspeksi Visual dengan Asam Asetat
IVA 11
20,0 48
87,3
16
Pencegahan kanker serviks 21
38,2 49
89,1
17 Usia untuk vaksinasi HPV
19 34,5
55 100,0
18 Pencegahan primer kanker serviks
26 47,3
41 74,5
19
Pencegahan sekunder kanker serviks 23
41,8 37
67,3
20
Tujuan pencegahan primer, sekunder, dan tersier
11 20,0
27 49,1
Berdasarkan Tabel 5.9. dapat dilihat bahwa jumlah responden yang menjawab benar dari setiap pertanyaan mengalami peningkatan
setelah dilakukannya penyuluhan posttest. Misalnya pertanyaan nomor 14 tentang wanita yang memulai hubungan seksual saat usia 18
tahun dan mempunyai banyak partner seksual seharusnya melakukan tes Paps Smear 1 tahun sekali, responden yang dapat menjawab dengan
benar hanya 6 orang 10,9 pada saat pretest, sedangkan pada posttest responden yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar mengalami
peningkatan menjadi 53 orang 96,4.
5.1.8. Hasil Analisis Statistik
Universitas Sumatera Utara
Analisis dilakukan pada kuesioner pretest dan kuesioner posttest. Dengan setiap pertanyaan yang dijawab dengan benar diberi skor 1 dan
jawaban yang salah diberi skor 0. Pada data pretest dan posttest dilakukan uji normalitas sebagai
syarat uji parametrik dalam hal ini adalah uji-t berpasangan. Dari uji normalitas data dengan menggunakan metode Shapiro-Wilk, didapatkan
p 0,05 baik pada data pretest maupun posttest, sehingga dapat
disimpulkan bahwa kedua data memiliki distribusi tidak normal. Sehingga untuk analisis data pengetahuan pretest dan posttest dilakukan
uji non-parametrik yaitu uji Wilcoxon. Data tentang tingkat pengetahuan responden sebelum dan sesudah penyuluhan terdapat pada
tabel di bawah ini.
Tabel. 5.10. Hasil analisis nilai pretest dan posttest Variabel
n Mean
Z IK95
P
Nilai pretest sebelum penyuluhan
55 9,29
-6.468 0,05
0,000
Nilai posttest sesudah penyuluhan
55 17,56
uji Wilcoxon Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji statistik Wilcoxon
pada data yang telah ditampilkan pada tabel 5.10. didapatkan nilai rata- rata sebelum dilakukan penyuluhan pretest 9,29 dan sesudah
penyuluhan posttest 17,50 dengan nilai z-hitung sebesar -6,468 dengan α – 0,05 serta nilai probabilitas p value sebesar 0,000. Hal ini
menunjukkan bahwa p 0,05 maka Ho ditolak, yang berarti ada pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengartahuan siswi tentang
kanker serviks di SMA Negeri 1 Kabanjahe.
5.2. Pembahasan
Universitas Sumatera Utara
Penyuluhan kesehatan pada hakikatnya ialah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau
individu. Penyuluhan dapat dilakukan di sekolah karena merupakan langkah yang strategis dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat. Hal ini
dikarenakan sekolah merupakan lembaga yang dengan sengaja didirikan untuk membina dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik fisik,
mental, moral, maupun intelektual Notoatmodjo, 2010. Berdasarkan usia responden, pada pengetahuan pretest tidak ada yang
memiliki pengetahuan baik, baik pada kelompok usia 17 tahun maupun usia 18 tahun, sedangkan pengetahuan posttest pada kedua kelompok usia
mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pengetahuan responden usia 17 dan 18 tahun. Hal ini mungkin
disebabkan karena perbedaan usia pada kedua kelompok tersebut tidak terlalu jauh sehingga tidak dapat dilihat perbedaan pengetahuan berdasarkan usia.
Berdasarkan paparan informasi sebelumnya yaitu melalui diskusi baik dengan keluarga atau lain-lain, responden yang pernah berdiskusi memiliki
pengetahuan sedang 10 orang 18,1 dan responden yang tidak pernah berdiskusi juga memiliki pengetahuan sedang 6 orang 11,0. Ini
menunjukkan bahwa responden yang pernah berdiskusi memiliki tingkat pengetahuan lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak pernah berdiskusi.
Hal ini berbeda dengan penelitian Benita 2012, dinyatakan bahwa paparan informasi sebelumnya tidak berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan.
Berdasarkan penyuluhan sebelumnya, 19 orang responden yang pernah mengikuti penyuluhan sebelumnya memiliki pengetahuan sedang 7 orang
12,7 pada pretest. Sedangkan 36 orang responden yang tidak pernah mengikuti penyuluhan sebelumnya memiliki pengetahuan sedang 9 orang
16,4. Hal ini menunjukkan bahwa penyuluhan sebelumnya meningkatkan pengetahuan responden. Paparan informasi sebelumnya memberi kemudahan
untuk memperoleh suatu informasi yang baru sehingga dapat meningkatkan pengetahuan seseorang Mubarak, Chayatin, Rozikin, Supradi, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Jika dilihat dari setiap butir pertanyaan pada kuesioner, setelah dilakukannya penyuluhan untuk setiap butir pertanyaan terdapat peningkatan
pengetahuan siswi sebesar 1,9-85,5. Pertanyaan yang mengalami peningkatan yang paling signifikan adalah pertanyaan nomor 14 yaitu wanita
yang memulai hubungan seksual saat usia 18 tahun dan mempunyai banyak partner seksual seharusnya melakukan tes Paps Smear 1 tahun sekali.
Sebelum dilakukan penyuluhan pretest, hanya 6 orang 10,9 responden yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar, sedangkan setelah diberikan
penyuluhan posttest, terjadi peningkatan jumlah responden yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar menjadi 53 orang 96,4. Terdapat
pula 1 pertanyaan yang mengalami sedikit peningkatan setelah diberikan penyuluhan yaitu mengenai usia wanita dapat melakukan Pap Smear, yang
menjawab dengan benar pada pretest adalah 47 orang 85,4 dan pada posttest
sebanyak 48 orang 87,3. Hal ini kemungkinan dikarenakan pada saat menjawab pertanyaan responden kurang percaya diri serta tidak menutup
kemungkinan responden kurang memperhatikan pada saat penyuluhan. Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan pengetahuan siswi pada
pretest adalah kurang sebanyak 39 orang 70,9, namun setelah dilakukan
intervensi berupa penyuluhan hasil posttest pengetahuannya meningkat menjadi baik 46 orang 83,6. Rendahnya tingkat pengetahuan responden
pada pretest disebabkan oleh kurangnya pengetahuan responden tentang kanker serviks. Ketidaktahuan responden tentang kanker serviks dipengaruhi
oleh kurangnya informasi. Hakekatnya pendidikan kesehatan adalah upaya menyampaikan pesan kesehatan kepada individu, kelompok, masyarakat,
sehingga dapat memperoleh pengetahuan kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan yang diterima pada akhirnya diharapkan dapat memengaruhi
perilaku Notoatmodjo, 2010.
Hal ini membuktikan bahwa pengetahuan merupakan hasil yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objekstimulus
tertentu Notoatmodjo, 2010. Pemberian penyuluhan dimaksudkan untuk mencapai tingkat pengetahuan yang pertama, yaitu tingkat tahu. Dimana
Universitas Sumatera Utara
responden mampu mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Dengan adanya peningkatan pengetahuan di atas menunjukkan adanya
peningkatan pengetahuan siswi sesudah adanya penyuluhan. Perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan
tentang kanker serviks telah diuji menggunakan uji statistik Wilcoxon, didapatkan nilai z-hitung sebesar -6,468
dengan α – 0,05 serta nilai probabilitas p value sebesar 0,000. Ini menunjukkan bahwa p 0,05, hal ini
berarti ada perbedaan tingkat pengetahuan siswi yang signifikan sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan tentang kanker serviks.
Pada penelitian ini terjadinya perubahan pengetahuan responden tentang kanker serviks dipengaruhi oleh efektivitas pemberian penyuluhan yang
dapat mempengaruhi perhatian dan kemudahan penerimaan materi. Adanya penyuluhan diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku
kesehatan dari sasaran yang nantinya akan meningkatkan derajat kesehatan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 1
Manado. Pada pretest dengan jumlah sampel 100 orang didapatkan 21 orang 21,0 yang memiliki pengetahuan kurang, sedangkan pada posttest
didapatkan peningkatan pengetahuan menjadi pengetahuan baik sebanyak 92 orang 92,0. Hasil analisis menggunakan uji statistik Wilcoxon didapat
hasil 0,000 karena nilai p 0,05 menunjukkan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan siswi tentang pencegahan
kanker serviks di SMA Negeri 1 Manado Tahun 2013 Pondang, Wungouw, Onibala, 2013.
Penelitian serupa juga dilakukan di SMA NASIMA Semarang tentang penyerapan pengetahuan tentang kanker serviks sebelum dan sesudah
penyuluhan. Analisa data yang digunakan adalah analisa bivariat menggunakan paired T test. Hasil penelitian terhadap 43 siswi, sebelum
penyuluhan tidak ada responden yang memiliki pengetahuan baik 0,0. Sesudah penyuluhan mayoritas responden memiliki pengetahuan baik
sebanyak 36 siswi 83,7. Hasil paired T test diperoleh nilai p-value 0,000 kurang dari 0,05. Dengan demikian ada perbedaan yang bermakna antara
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan tentang kanker serviks sebelum dan sesudah penyuluhan. Dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang bermakna pada pengetahuan tentang
kanker serviks sebelum dan sesudah penyuluhan di SMA NASIMA Semarang Romadhoni, Yazid, Aviyanti, 2012
Dalam penelitian lain yang dilakukan di SMAN 14 Semarang tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang kanker serviks terhadap pengetahuan
dan sikap dalam pencegahan terjadinya kanker serviks pada siswa putri di SMAN 14 Semarang Tahun 2013. Hasil penelitian terhadap 79 siswa putri
diperoleh hasil pengetahuan siswa putri dalam pencegahan terjadinya kanker serviks sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang kanker serviks
termasuk dalam kategori cukup sebanyak 68 orang 86,1 dan setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang kanker serviks termasuk dalam
kategori baik sebanyak 52 orang 65,8. Hasil analisis bivariat melalui uji wilcoxon signed rank test
pengetahuan dan sikap siswa putri dalam pencegahan terjadinya kanker serviks sebelum dan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan dengan taraf signifikansi 0,05 menunjukkan hasil nilai p
= 0,000 berarti ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap siswa putri dalam pencegahan terjadinya kanker serviks sebelum dan sesudah
diberikan pendidikan kesehatan, sehingga ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang kanker serviks terhadap pengetahuan dan sikap dalam
pencegahan terjadinya kanker serviks pada siswa putri di SMAN 14 Semarang Wahyunintyas, Santoso, Targunawan, 2013.
Pada penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan diantaranya adalah penarikan sampel yang tidak dilakukan secara total sampling karena tidak
diberikannya izin oleh guru pada beberapa kelas untuk dilakukan penyuluhan dan fasilitas di sekolah yang kurang memadai seperti tidak adanya aula
sekolah yang bisa digunakan untuk memberikan penyuluhan secara bersamaan pada semua siswi kelas XII. Penelitian lebih lanjut masih
diperlukan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan dengan jumlah sampel yang lebih banyak atau dengan metode yang berbeda.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan