Pencegahan Penyakit Kulit Akibat Kerja Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Penyakit Kulit pada Pekerja

5. Leher Penyebabnya, kalung dari nikel, cat kuku yang berasal dari ujung jari, parfum, alergen di udara, zat warna pakaian. 6. Badan Penyakit kulit di badan dapat disebabkan oleh pakaian, zat warna, kancing logam, karet elastis, busa, plastik, dan detergen. 7. Genetalia Penyebabnya dapat antiseptik, obat topikal, nilon, kondom, pembalut wanita, dan alergen yang berada di tangan. 8. Paha dan tungkai bawah Penyakit kulit di tempat ini dapat disebabkan oleh pakaian, dompet, kunci nikel di saku, kaos kaki nilon, obat topikal misalnya anestesi lokal, neomisin, dan etilendiamin, semen, dan sepatu.

2.5 Pencegahan Penyakit Kulit Akibat Kerja

Menurut Saut Sahat Pohan 2005, usaha pencegahan penyakit kulit akibat kerja dapat dilakukan dengan melakukan: 1. Usaha pencegahan jangka pendek Dalam melakukan usaha pencegahan penyakit kulit akibat kerja perlu dilakukan perbaikan sarana diagnostik. Deteksi dini kerusakan kulit memungkinkan dilakukan tindakan pencegahan sedini mungkin. 2. Usaha pencegahan jangka panjang Menghadapi penyakit kulit akibat kerja, pencegahannya yang paling penting yaitu selalu menghindari kontak dengan sabun yang keras, deterjen, Universitas Sumatera Utara bahan-bahan pelarut, pengelantang, dan lain-lain. Riwayat penyakit yang lengkap harus ditanyakan karena dapat mengungkapkan pajanan yang tidak diketahui terhadap zat-zat iritan atau alergen Abraham dan Berkow, 1999. Kebersihan perorangan yaitu cuci tangan, mandi sebelum pulang kerja, pakaian bersih dan diganti setiap hari, memakai alat-alat pelindung diri yang masih bersih. Diagnosa dini siaga perlu dalam usaha pemberantasan dermatitis akibat kerja, sebab dengan diagnosa sedini mungkin, penderita dapat segera dipindahkan kerjanya ke tempat lain yang tidak membahayakan kesehatan Suma’mur, 1996.

2.6 Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Penyakit Kulit pada Pekerja

1. Usia Seorang yang lebih tua memiliki kulit kering dan tipis yang tidak toleran terhadap sabun dan pelarut Sucipta, 2008. Usia hanya sedikit berpengaruh pada kapasitas sensitisasi. Setiap kelompok usia memiliki pola karakteristik sensitivitas yang berbeda, seperti pada dewasa muda cenderung didapati alergi karena kosmetik dan pekerjaan, sedangkan pada usia yang lebih tua pada medikamentosa dan adanya riwayat sensitivitas terdahulu Siregar, 2005. Usia tua menyebabkan tubuh lebih rentan terhadap bahan iritan. Seringkali pada usia lanjut terjadi kegagalan dalam pengobatan penyakit kulit sehingga timbul penyakit kulit kronik. Dapat dikatakan bahwa penyakit kulit akan lebih mudah menyerang pada usia yang lebih tua Trihapsoro, 2003. Universitas Sumatera Utara Usia 15-49 tahun merupakan usia produktif bagi pertumbuhan dan fungsi organ tubuh para pekerja sudah sempurna, sehingga mampu menghadapi zat-zat toksik dalam ambang batas yang ditetapkan Mathias, 2001. 2. Masa Kerja Masa kerja adalah suatu kurn waktu atau lamanya tenga kerja itu bekerja disuatu tempat. Pekerja dengan lama kerja ≤ 2 tahun dapat menjadi salah satu faktor yang mengindikasikan bahwa pekerja tersebut belum memiliki pengalaman yang cukup dalam melakukan pekerjaanya. Jika pekerja ini masih sering ditemui melakukan kesalahan, maka hal ini berpotensi meningkatkan angka kejadian penyakit kulit akibat kerja pada pekerja dengan lama bekerja ≤ 2 tahun. Pekerja dengan pengalaman akan lebih berhati-hati sehingga kemungkinan terpajan bahan iritan maupun alergen lebih sedikit Lestari dan Utomo, 2007. Faktor lain yang memungkinkan pekerja dengan lama kerja ≤ 2 tahun lebih banyak yang terkena penyakit kulit akibat kerja adalah masalah kepekaan atau kerentanan kulit terhadap bahan kimia. P ekerja dengan lama bekerja ≤ 2 tahun masih rentan terhadap berbagai macam bahan iritan maupun alergen. Pada pekerja dengan lama bekerja 2 tahun dapat mungkinkan telah memiliki resistensi terhadap bahan iritan maupun alergen. Untuk itulah mengapa pekerjaan dengan lama bekerja 2 tahun lebih sedikit yang mengalami penyakit kulit akibat kerja Lestari dan Utomo, 2007. 3. Pemakaian Alat Pelindung Diri APD Secara sederhana yang dimaksud dengan APD adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh Universitas Sumatera Utara tubuhnya dari potensi bahaya kecelakaan kerja. Berdasarkan kenyataan di lapangan terlihat bahwa pekerja yang menggunakan APD dengan baik masih lebih sedikit dibandingkan dengan yang kurang baik dalam memakai APD. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku penggunaan APD oleh pekerja masih kurang baik. Masih banyak pekerja yang melepas APD ketika sedang bekerja. Jika hal ini dilakukan maka kulit menjadi tidak terlindungi dan kulit menjadi lebih mudah terpapar oleh bahan iritan maupun alergen Lestari dan Utomo, 2007. Menurut A.M. Sugeng Budiono 2005, ada beberapa jenis APD yang paling banyak dan sering digunakan adalah: a. Alat pelindung kepala: helm, tutup kepala, hatscap. b. Alat pelindung mata atau muka: spectacles, goggles, perisai muka. c. Alat pelindung telinga: ear plug, ear muff. d. Alat pelindung pernafasan: masker, respirator. e. Alat pelindung tangan: sarung tangan. f. Alat pelindung kaki: sepatu boot. g. Pakaian pelindung: celemek, pakaian terusan dengan celana panjang. h. Sabuk pengaman safety belt 4. Personal Hygiene Personal hygiene merupakan salah satu faktor yang dapat mencegah terjadinya penyakit kulit akibat kerja. Salah satu hal yang menjadi penilaian adalah masalah mencuci tangan. Kesalahan dalam melakukan cuci tangan dapat menjadi salah satu penyebab misalnya kurang bersih dalam mencuci tangan, sehingga masih terdapat sisa bahan kimia yang menempel pada permukaan kulit. Universitas Sumatera Utara Pemilihan jenis sabun cuci tangan juga dapat berpengaruh terhadap kebersihan sekaligus kesehatan kulit. Jika jenis sabun ini sulit didapatkan dapat menggunakan pelembab tangan setelah mencuci tangan. Usaha mengeringkan tangan setelah dicuci juga dapat berperan dalam mencegah semakin parahnya kondisi kulit karena tangan yang lembab Lestari dan Utomo,2007. Kebersihan kulit yang terjaga baik akan menghindari diri dari penyakit, dengan cuci tangan dan kaki, mandi dan ganti pakaian secara rutin dapat terhindar dari penyakit kulit. Dalam mencuci tangan bukan hanya bersih saja, yang lebih penting lagi jika disertai dengan menggunakan sabun serta membersihkan sela jari tangan dan kaki dengan air mengalir. Dengan mandi dan mengganti pakaian setelah bekerja akan mengurangi kontak dengan mikroorganisme yang hidup di permukaan kulit yang berasal dari lingkungan sekitar kita Siregar dan Saiman Nugroho, 1991. 5. Riwayat Penyakit Kulit Diagnosis mengenai riwayat dermatologi yang sering diajukan untuk membedakan suatu penyakit dari penyakit lainnya adalah menanyakan pada pasien apakah mempunyai riwayat masalah medis kronik Beth G. Goldstein dan Adam O. Goldstein, 2001. Dermatitis kontak iritan bisa mengenai siapa saja, yang terpapar iritan dengan jumlah yang sufisien, tetapi individu dengan riwayat dermatitis atopi lebih mudah terserang Lestari dan Utomo, 2007. Timbulnya dermatitis kontak alergi dipengaruhi oleh riwayat penyakit konis dan pemakaian topikal lama Kabulrachman, 2003. Kelainan kulit yang Universitas Sumatera Utara biasa juga sering secara diagnostik lebih sulit atau secara terapeutik lebih resisten pada pasien usia lanjut yang dirawat di panti, kurang gizi, mempunyai kesukaran mengikuti instruksi terinci,mendapat banyak obat, atau mempunyai banyak penyakit kronik. 6. Riwayat Pekerjaan Sebelumnya Pekerja yang biasa terpajan dengan sensitizer, seperti kromat pada industri bangunan atau pewarna, pada pabrik pengolahan kulit, mempunyai insiden yang lebih tinggi Kabulrachman, 2003. Penyakit kulit akibat pekerjaan terlihat, misalnya perusahaan batik, percetakan, pompa bensin, bengkel, salon kecantikan, pabrik karet, dan pabrik plastik Mansjoer, 2003. Di Amerika Serikat penyakit kulit akibat kerja perseribu pekerja paling banyak dijumpai berturut-turut pada pekerja pertanian 2,8, pekerja pabrik 1,2, tenaga kesehatan 0,8, dan pekerja bagunan 0,7. Menurut laporan Internasional Labour Organization terbanyak dijumpai pada tukang batu dan semen 33, pekerja rumah tangga 17 dan pekerja industri logam dan mesin 11. Di Indonesia golongan tertinggi pada tahun 1993 adalah petani diikuti oleh penjual di pasar, tukang becak, pembantu rumah tangga dan pengangguran Iwan Trihapsoro, 2003. Bahan penyebab dermatitis terdapat pada tukang batu dan pekerja yang bekerja di tempat yang penuh zat kimia Hidayat, 2009. 2.7 Asam Laurat 2.7.1 Definsi