Makna berdasarkan afiksasi Makna gramatikal kata َﺐَﺘَﻛkataba beserta kata bentukannya yang

,  ,  , ,, Al-Hadid: 27 At- Tahrim:12 Al- Anbiyā՝ : 104 Al- bayyinah : 3 3 Afiksasi dan Komposisi Afiksasi dan Komposisi afiksasi=  ,  ,, komposisi=   ﺍ, afiksasi= Komposisi= ,afiksasi=  komposisi=  3 Al- Baqarah : 282 Al-A ̒ raf: 156 An- Nisā: 77 4 Reduplikasi - - Total 33 Berdasarkan data di atas, berikut ini dapat dijelaskan makna gramatikal dari data yang diperoleh sebagai berikut:

I. Makna berdasarkan afiksasi

1. Di dalam surat Al-Baqarah ditemukan 1 satu ayat di dalamnya terdapat kata َﺐَﺘَﻛkataba dan bentukannya, yaitu dalam ayat 79 yang mengandung makna afiksasi: َﻦْ�ِ ��ّل ُﻞْﻳَﻮَﻓ َﺐَتِﻜْﻟا َن ْﻮُﺒُتْﻜَ� me ِٰ�ا ِﺪْﻨِﻋ ْﻦِﻣ اَﺬَﻫ َن ْﻮُﻟْﻮُﻘَﻳ ّ ُﰒ ْﻢِْﳞِﺪْﻳَ ِ� Universitas Sumatera Utara ﺎ�ﻤِﻣ ْﻢُﻬ�ﻟ ٌﻞْﻳوَو ْﻢِْﳞِﺪْﻳَا ْﺖَبَﺘَﻛ ﺎ�ﻤِﻣ ْﻢُﻬ�ﻟ ٌﻞْﻳَﻮَﻓ ًﻼْﻴِﻠَﻗ ﺎًﻨَﻤَﺛ ِﻪِﺑا ْوَُﱰ ْﺸَيِﻟ َن ْﻮُﺒ ِ�ﺴْﻜَ� ۝ �� fawaylun lilla ẕīna yaktubūna al-kitāba bi aydīhim tsumma yaqūlūna hāẕā min ‘indi Allahi liyasytarū bihi tsamanan qalīlan, wa waylun lahum mimmā yaksibūna. “Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis al- Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya,”Ini dari Allah”, dengan maksud untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka dari apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka akibat dari apa yang mereka kerjakan”. Q.S Al-baqarah:79 Pada ayat diatas kata َﺐَﺘَﻛkataba mengalami perubahan menjadi menjadi  َن ْﻮُﺒُتْﻜَ� yakni menulis al-Kitab disebabkan adanya proses gramatikal yaitu adanya penambahan afiks pada komponen kata yaktubūna huruf waw dan nun, proses pembentukan kata ini disebut afiksasi. Di wajibkan disini adalah sebagabaimana telah diwajibkan: ini tidak berarti bahwa puasa dalam islam sama dengan ketentuan - ketentuan puasa sebelumnya, seperti jumlah hari, waktunya serta cara berpuasa, atau dalam pristiwa – peristiwa yang lain. Itu hanya berarti bahwa dasar – dasar pengorbanan kepentingan diri sendiri dengan bepuasa bukan hal yang baru Ali, 2009: 78. 2. Di dalam surat Ᾱli- Imrᾱn ditemukan 1 satu ayat di dalamnya terdapat kata َﺐَﺘَﻛkataba dan bentukannya, yaitu dalam ayat 181 yang mengandung makna gramatikal afiksasi:                         laqad sami ῾a allᾱhu qaula al-lażῑna qᾱlū `inna allᾱha faqῑrun wa naḥnu `agniyᾱ`un sanaktubu mᾱ qᾱlū wa qatlahum al-anbiyᾱ`u bigairi ḥaqqin wa Universitas Sumatera Utara naqūlu żūqū ῾ażᾱba al-ḥarῑqi. “Sesungguhnya Allah telah mendengar perkatan orang-orang yang mengatakan: Sesunguhnya Allah miskin dan Kami kaya. Kami akan mencatat Perkataan mereka itu dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan Kami akan mengatakan kepada mereka: Rasakanlah olehmu azab yang mem bakar”. QS. Ᾱli- Imrᾱn: 181 Pada ayat diatas kata َﺐَﺘَﻛkataba mengalami perubahan menjadi menjadi  yakni Kami akan mencatat disebabkan adanya proses gramatikal yaitu adanya penambahan afiks pada komponen kata sanaktubu harf sa dan dhamir nahnu atau nun, proses pembentukan kata ini disebut afiksasi. Kami akan mencatat disini adalah berisi tentang “Siapakah yang hendak meminjamkan kepada Allah yang baik?” di tempat lain sedekah atau nafkah di jalan Allah secara kias disebutkan sebagai pemberian kepada Allah. Rasulullah sering mengungkapkan hal tersebut dalam mengimbau agar mengeluarkan nafkah itu dijalan Allah mereka yang suka mengejek sering memperolok dengan mengatakan: “Kalau begitu Tuhan itu miskin dan kamilah yang kaya” kekufuran demikian merupakan salah satu tindakan mereka yang sudah cukup dikenal dalam sejarah, dengan membunuhi para nabi dan orang-orang saleh Ali, 2009: 175. 3. Di dalam surat An- Nis ᾱ ditemukan 1 satu ayat di dalamnya terdapat kata َﺐَﺘَﻛkataba dan bentukannya, yaitu dalam ayat 66 yang mengandung makna gramatikal afiksasi:                              wa lau `annᾱ katabnᾱ ῾alaihim `an iqtulū `anfusakum `awikhrujū min diyᾱrikum m ᾱ fa῾alū ῾illᾱ qalῑlun minhum wa lau lahum fa῾alū mᾱyū῾aẓūna bihi lakᾱna khair ᾱn lahum wa `asyadda tasybῑtᾱn. “Dan Sesungguhnya kalau Kami perintahkan kepada mereka: Bunuhlah dirimu atau keluarlah kamu dari kampungmu, niscaya mereka tidak akan melakukannya kecuali sebagian kecil dari mereka. dan Sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan iman mereka”. QS. An- Nis ᾱ: 66 Universitas Sumatera Utara Pada ayat diatas kata َﺐَﺘَﻛkataba mengalami perubahan menjadi menjadi  yakni Kami perintahkan disebabkan adanya proses gramatikal yaitu adanya penambahan afiks pada komponen kata katabn ᾱ nun dan alif, proses pembentukan kata ini disebut afiksasi. Kami perintahkan disini merupakan Nilai iman yang tertinggi ialah bila seseorang dengan sukarela mau mengorbankan nyawanya, tempat tinggal dan segala milik yang dicintainya, di jalan Allah. Orang yang imannya tidak begitu kuat masih dapat diharapkan setidak- tidaknya akan berbuat seperti seorang anggota masyarakat yang patuh. Ia akan mengembalikan segala keraguan dan persoalannya kepada pemuka masyaraka itu, dan dengan senang hati ia akan tunduk dan menerima segala keputusan pemimpinnya. Sebaliknya di antara kaum munafik; meeka tidak akan melakukan hal itu; dan orang yang benar-benar beriman dan berbakti, laki-laki dan perempuan, dengan sukarela bersedia mengorbankan nyawanya Ali, 2009: 203. 4. Di dalam surat Al- M ᾱ`idah ditemukan 2 satu ayat di dalamnya terdapat kata َﺐَﺘَﻛkataba dan bentukannya, yaitu dalam ayat 32 dan 45 yang mengandung makna gramatikal afiksasi: a. Surat Al- M ᾱ`idah ayat 32:                                           min `ajli żᾱlika katabnᾱ ῾alᾱ banῑ `isrᾱ`ῑla `annahu man qatala nafsᾱn bigairi nafsin `au fasᾱdin fῑ `al-`arḍi faka`annamᾱ qatala an-nᾱsa jamῑ῾ᾱn wa man `aḥyᾱhᾱ faka`nnamᾱ `aḥyᾱ an-nᾱsa jam῾ῑᾱn wa laqad jᾱ`athum rusulunᾱ bi al- bayyin ᾱti ṡumma `inna kaṡῑrᾱn minhum ba῾da żᾱlika fῑ `al-arḍi lamusrifūna. “Oleh karena itu Kami tetapkan suatu hukum bagi Bani Israil, bahwa: Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu Universitas Sumatera Utara membunuh orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya. dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-rasul Kami dengan membawa keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi”. QS. Al- M ᾱ`idah: 32 Pada ayat diatas kata َﺐَﺘَﻛkataba mengalami perubahan menjadi menjadi   yakni Kami tetapkan disebabkan adanya proses gramatikal yaitu adanya penambahan afiks pada komponen kata katabn ᾱ huruf alif dan nun, dan sebagai penanda isim dhamir nahnu, proses pembentukan kata ini disebut afiksasi. Kami tetapkan suatu hukum, merupakan Cerita tentang Kabil ini disinggung agak terperinci dengan tujuan mengingatkan pda cerita Isril. Bani Isarail mempelihatkan pembangkangannya terhadap Tuhan, membunuh dan menista orang-orang beriman. Mereka justru tidak apa-apa, malah kebalikannya, mereka memperlihatkan sikap sangat rendah hati. Tatkala Allah mencabut karunia-Nya dari kaum Israil karena dosa-dosa meeka dan menganugerahkannya kepada saudaranya sebangsa, rasa iri hati Bani israil itu lebih dalam lagi menjerumuskan mereka kedalam dosa. Membunuh atau merencanakan pembunuhan pribadi orang karena pribadi tersebut mewakili suatu gagasan, samalah dengan membunuh siapa saja yang mendukung gagasan itu. Sebaliknya, dengan menyelamatkan nyawa suatu pribadi samalah halnya dengan menyelamatkan seluruh umat. Kutukan apakah yang lebih keras terhadap dendam pembunuhan pribadi demikian Ali, 2009: 255. b. Surat Al- M ᾱ`idah ayat 45:                                   Universitas Sumatera Utara wa katabn ᾱ ῾alaihim fῑhᾱ `anna an-nafsa bi an-nafsi wa al-῾aina bi al-῾ini wa `al-`anfa bi `l-`anfi wa `al-`użuna bi al-`użuna wa as-sinna bi as-sinni wa al- jurūḥa qiṣᾱṣun faman taṣaddaqa bihi fahuwa kaffᾱratun lahu wa man lam ya ḥkum bimᾱ `anzala allᾱhu fa`ūla`ika hum aẓ-ẓᾱlimūna. “Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya At Taurat bahwasanya jiwa dibalas dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka pun ada kisasnya. Barangsiapa yang melepaskan hak kisas nya, Maka melepaskan hak itu menjadi penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim”. QS. Al- M ᾱ`idah: 45 Pada ayat diatas kata َﺐَﺘَﻛkataba mengalami perubahan menjadi menjadi  yakni Kami telah tetapkan disebabkan adanya proses gramatikal yaitu adanya penambahan afiks pada komponen kata katabn ᾱ huruf nun dan alif, proses pembentukan kata ini disebut afiksasi. Kami tetapkan, yaitu pembalasan itu disebutkan di tiga tempat dalam Pentateuch, yakni Kitab Keluaran 21. 23- 25; Kitab Imamat 24. 18-21 dan Kitab Ulangan 19.21. Susunan kata dalam ketiga nukilan itu berbeda-beda, namun tidak terdapat tambahan apapun yang akan menyertai rasa kasih saying. Perhatikan juga itu dalam Matius5.38, Yesus menukil Undang-undang Lama [Taurat] “mata ganti mata” dan seterusnya dan mengubahnya dengan mengarah kepada pengampunan; tetapi pengarahan Qur’an lebih praktis. Imbauan untuk berkasih sayang dalam agama ini ialah antara sesama manusia. Sekalipun pihak yang dirugikan itu memaafkan, Negara atau penguasa yang berwenang dapat mengambil langkah yang di perlukan demi menjaga hokum dan ketertiban dalam masyarakat. Kejahatan membawa akibat jauh di balik orang yang di rugikan itu: masyarakat juga ikut terkena Ali, 2009: 259. 5. Di dalam surat Al- A ῾rᾱf ditemukan 1 satu ayat di dalamnya terdapat kata َﺐَﺘَﻛkataba dan bentukannya, yaitu dalam ayat 145 yang mengandung makna gramatikal afiksasi                       Universitas Sumatera Utara wa katabn ᾱ lahu `al-wᾱḥi min kulli sya`in mau῾ẓatan wa tafṣῑlᾱn likulli sya`in fakhużhᾱ biquwwatin wa`mur qaumaka ya`khużū bi`iḥsanihᾱ sa`ūrῑkum dᾱra al- fasiq ῑna. “Dan kami tentukan undang-undang untuk Musa pada luh-luh Taurat segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu; Maka kami berfirman: Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang kepada perintah-perintahnya dengan sebaik-baiknya, nanti aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasik”. QS. Al- A ῾rᾱf: 145 . Pada ayat diatas kata َﺐَﺘَﻛkataba mengalami perubahan menjadi menjadi  yakni kami tentukan undang-undang disebabkan adanya proses gramatikal yaitu adanya penambahan afiks pada komponen kata katabn ᾱ huruf nun dan alif, proses pembentukan kata ini disebut afiksasi. Kami tentukan undang-undang, maksudnya. Peraturan itu sebagaimana lazimnya syariat yang berlaku , akan berisi hal- hal yang sudah mutlak di larang, hal- hal yang tidak dilarang tetapi tidak disetujui, di samping ada juga yang bukan larangan dan bukan pula perintah, tetapi ketentuannya di atur menurut keadaan; hal-hal mengenai kewajiban positif dan berlaku umum, hal-hal yang di anjurkan kepada mereka yang sudah mantap untuk memungkinkan mereka berperilaku lebih tinggi daripada patokan-patokan minimal, dan hal-hal yang ditujukan kepada orang- orang yang martabat kerohaniannya sudah lebih tinggi. Orang memang tidak harus memikul beban di luar kemampuannya; tetapi kita harus berusaha mencari yang sebaik dan setinggi mungkin untuk menjadi pegangan kita dalam berperilaku Ali, 2009: 377. 6. Di dalam surat Yūnus ditemukan 1 satu ayat di dalamnya terdapat kata َﺐَﺘَﻛkataba dan bentukannya, yaitu dalam ayat 21 yang mengandung makna gramatikal afiksasi:                          wa `iżᾱ `ażaqnᾱ an-nᾱsa raḥmatan min ba῾di ḍarrᾱ`a massathum `iżᾱ lahum makrun f ῑ ᾱyᾱtinᾱ qul allᾱhu asra῾u makrᾱn `inna rusulunᾱ yaktubūna m ᾱtamkurūna. “Dan apabila Kami merasakan kepada manusia suatu rahmat, sesudah datangnya bahaya menimpa mereka, tiba-tiba mereka mempunyai tipu daya dalam menentang tanda-tanda kekuasaan kami. Katakanlah: Allah lebih Universitas Sumatera Utara cepat pembalasannya atas tipu daya itu. Sesungguhnya malaikat-malaikat Kami menuliskan tipu dayamu”. QS. Yūnus: 21 Pada ayat diatas kata َﺐَﺘَﻛkataba mengalami perubahan menjadi menjadi  yakni Kami menuliskan disebabkan adanya proses gramatikal yaitu adanya penambahan afiks pada komponen kata yaktubūna huuf waw dan nun, proses pembentukan kata ini disebut afiksasi. Kami menuliskan disini merupakan menuliskan tentang dalam menghadapi bencana, tanpa disadari manusia mengalihkan pikirannya pada segala kekuatan gaib. Tetapi begitu kesulitan berlalu, bukan saja melupakan ayat-ayat, sebaliknya malah ia berkomplot hendak melawannya, seolah-olah ayat-ayat itulah---bukan dia sendiri---yang telah membuat kesulitan. Tetapi makhluk- makhluk bodoh semacam itu patut dikasihani; mereka idak mengerrti bahwa rencana Allah lebih cepat menghentikan segala rencana maker mereka yang tak beraarti itu, dan sekalipun mereka tak berhasil, catatan atas mereka tetap kekal, menjadi saksi terhadap mereka Ali, 2009: 481. 7. Di dalam surat Maryam ditemukan 1 satu ayat di dalamnya terdapat kata َﺐَﺘَﻛkataba dan bentukannya, yaitu dalam ayat 79 yang mengandung makna gramatikal afiksasi:            Kall ᾱ sanaktubu mᾱyaqūlu wanamuddu lahu min al-῾ażᾱbi maddᾱ. “Sekali-kali tidak, Kami akan menulis apa yang ia katakan, dan benar-benar Kami akan memperpanjang azab untuknya”. QS. Maryam: 79. Pada ayat diatas kata َﺐَﺘَﻛkataba mengalami perubahan menjadi menjadi   yakni Kami akan menulis, disebabkan adanya proses gramatikal yaitu adanya penambahan afiks pada komponen kata sanaktubu huruf sin dan nun, proses pembentukan kata ini disebut afiksasi. Kami akan menulis disini merupakan menuliskan tentang Orang semacam ini memang pantas mendapat azab ganda---karena mengingkari Allah dan melecehkan nama-Nya yang suci Ali, 2009: 767. 8. Di dalam surat Al-Anbiy ᾱ` ditemukan 1 satu ayat di dalamnya terdapat kata َﺐَﺘَﻛkataba dan bentukannya, yaitu dalam ayat 105 yang mengandung makna gramatikal afiksasi: Surat Al-Anbiy ᾱ` ayat 105 Universitas Sumatera Utara              wa laqad katabn ᾱ fῑ az-zubūri min ba῾di aż-żikri `anna `al-`arḍa yariṡuhᾱ ῾ibᾱdya aṣ-ṣaliḥūna. “Dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur[973] sesudah kami tulis dalam Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang saleh”. QS. Al-Anbiy ᾱ` : 105 Pada ayat diatas kata َﺐَﺘَﻛkataba mengalami perubahan menjadi menjadi  yakni Kami tulis disebabkan adanya proses gramatikal yaitu adanya penambahan afiks pada komponen kata katabn ᾱ huruf nun dan alif, proses pembentukan kata ini disebut afiksasi. Kami tulis yakni tulisan yang tertulis didalam Kitab Zabur: Kitab Mazmur Daud. Nama Daud yang berhubungan dengar Zabur secara jelas disebutkan daalam 4:163 dan 17:55, meskipun dengan kata sandang tak tertentu indenfinite article yang dipakai untuk kata itu, dengan arti Kitab Suci. Lihat Kitab Mazmur 25. 13 “dan anak cucunya akan mewarisi bumi;” 37:11, “orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri” dikutip oleh Yesus dalam Matius; dan 37:29 “orang yang benar akan mewarisi negeri.” Mungkin ini diartikan secara harfiah, denagan mengacu kepada kekuasaan dan kewenangan di bumi, atau secara kias dengan mengacu kepada dunia rohani yang baru dan nyata Ali, 2009: 826. 9. Di dalam surat Y ᾱsῑn ditemukan 1 satu ayat di dalamnya terdapat kata َﺐَﺘَﻛkataba dan bentukannya, yaitu dalam ayat 12 yang mengandung makna gramatikal afiksasi:                 `innᾱ naḥnu nuḥyi al-mautᾱ wa naktubu mᾱqaddamū wa`ᾱṡᾱrahum wakulla sya `in `aḥṣainᾱhu fῑ `imᾱmin mubῑnin. “Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab Induk yang nyata Lauh Mahfuzh”. QS. Y ᾱsῑn: 12 Pada ayat diatas kata َﺐَﺘَﻛkataba mengalami perubahan menjadi menjadi   yakni Kami menuliskan disebabkan adanya proses Universitas Sumatera Utara gramatikal yaitu adanya penambahan afiks pada komponen kata naktubu huruf nun, proses pembentukan kata ini disebut afiksasi. Kami menuliskan yakni menulis tentang Segala perbuatan kita, yang baik dan yang buruk, di bawa ke Takhta Pengadilan Allah di hadapan kita. Sudah tentu semua perbuatan itu akan diperhitungkan kepada kita; tetapi perhitungan kita itu juga akan bertambah karena contoh yang kita tinggalkan serta akibatnya dari segala perbuatan kita itu, kelak akan tampil ke atas pentas atau akan berjalan terus setelah kehidupan kita di dunia ini berakhir. Oleh karenanya tanggung jawab moral dan rohani kita jauh lebih luas karena sudah mempengaruhi pribadi kita Ali, 2009: 1134. 10. Di dalam surat A ṭ- Ṭūr ditemukan 1 satu ayat di dalamnya terdapat kata َﺐَﺘَﻛkataba dan bentukannya, yaitu dalam ayat 41 yang mengandung makna gramatikal afiksasi:       `am ῾indahum al-gaibu fahum yaktubūna . “ Apakah ada pada sisi mereka pengetahuan tentang yang gaib lalu mereka menuliskannya?” QS. A ṭ- Ṭūr: 19 Pada ayat diatas kata َﺐَﺘَﻛkataba mengalami perubahan menjadi menjadi   yakni mereka menuliskannya, disebabkan adanya proses gramatikal yaitu adanya penambahan afiks pada komponen kata yaktubūna huruf waw dan nun, proses pembentukan kata ini disebut afiksasi. Mereka menuliskan tentang yang gaib dalam dunia rohani menjadi urusan wahyu, meskipun itu terjadinya melalui kehidupan biasa manusia sehari-hari. Orang yang menolak wahyu hanya karena wahyu itu berada di luar pengalaman mereka sendiri, yang justru kebalikannya harus dicoba untuk mempelajari dan berusaha memahaminya Ali, 2009: 1379. 11. Di dalam surat Al- Qalam ditemukan 1 satu ayat di dalamnya terdapat kata َﺐَﺘَﻛkataba dan bentukannya, yaitu dalam ayat 47 yang mengandung makna gramatikal afiksasi:       Universitas Sumatera Utara `am ῾indahum al-gaibu fahum yaktubūna . “ Ataukah ada pada mereka ilmu tentang yang ghaib lalu mereka menulis padanya apa yang mereka tetapkan? “. QS. Al- Qalam: 47 Pada ayat diatas kata َﺐَﺘَﻛkataba mengalami perubahan menjadi menjadi   yakni mereka menulis, disebabkan adanya proses gramatikal yaitu adanya penambahan afiks pada komponen kata yaktubūna, huruf waw dan nun proses pembentukan kata ini disebut afiksasi. Mereka menulis yakni yang pasti mereka tak akan dapat mengetahui atau mengendalikan yang gaib. Kalau memang dapat tentu akan mereka tulis untuk menjadi pedomannya sendiri dan pedoman orang lain. Kata-kata wahyu yang diturunkan Allah, yang lebih mengetahui segalanya, harus mereka dengarkan Ali, 2009: 1510.

II. Komposisi: