`am ῾indahum al-gaibu fahum yaktubūna
. “
Ataukah ada pada mereka ilmu
tentang yang ghaib lalu mereka menulis padanya apa yang mereka tetapkan? “.
QS. Al- Qalam: 47 Pada ayat diatas kata
َﺐَﺘَﻛkataba mengalami perubahan menjadi menjadi
yakni mereka menulis, disebabkan
adanya proses gramatikal yaitu adanya penambahan afiks pada komponen kata yaktubūna, huruf waw dan nun proses pembentukan kata ini disebut afiksasi.
Mereka menulis yakni yang pasti mereka tak akan dapat mengetahui atau mengendalikan yang gaib. Kalau memang dapat tentu akan mereka tulis untuk
menjadi pedomannya sendiri dan pedoman orang lain. Kata-kata wahyu yang diturunkan Allah, yang lebih mengetahui segalanya, harus mereka dengarkan Ali,
2009: 1510.
II. Komposisi:
1. Di dalam surat Al-Baqarah ditemukan 5 lima ayat di dalamnya terdapat
kata َﺐَﺘَﻛkataba dan bentukannya, yaitu dalam ayat 178, 180, 183, 216,
dan 246 yang mengandung makna komposisi: a.
Surat Al-baqarah ayat 178 :
ya ayyuh ᾱ al-lażῑna ᾱmanῡ kutiba ‘alaikum al-qiṣᾱṣu fῑ al-qatlῑ al-ḥurru bi al-
ḥurri wa al-‘abdu bi al-‘abdi wa al-`unṡa bi al-`unṡa faman ‘ufῑ lahu min `ahῑhi
Universitas Sumatera Utara
syai `un fa ittibᾱ‘un bi al-ma‘rūfi wa`adᾱ`un `ilaihi bi`iḥsᾱni żᾱlika takhfῑfun min
rabbikum wa rahmatun famani‘tad ᾱ ba‘da żᾱlika falahu ‘ażᾱbun `alῑmun. “Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba
dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka Barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah yang memaafkan mengikuti
dengan cara yang baik, dan hendaklah yang diberi maaf membayar diat kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik pula. yang demikian itu
adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih”.QS. Al-
Baqarah : 178
Pada ayat di atas terjadi perubahan makn asli kata
َﺐَﺘَﻛkataba menjadi makna diwajibkan disebabkan adanya proses gramatikal yaitu pengaruh
penggabungan komponen kata kutiba dengan ‘alaikum al-qi ṣᾱṣu proses
pembentukan kata ini disebut komposisi. b.
Surat Al-Baqarah ayat180:
Kutiba ῾alaikum `iżᾱ ḥaḍara `aḥadakum al-mautu `intaraka khairan al-waṣiyyatu lial-
w ᾱlidaini wa al-`aqrabῑna bi al-ma῾rūfi ḥaqqan ῾alᾱ al-muttaqῑna. “
Diwajibkan atas
kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan tanda-tanda maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, Berwasiat untuk ibu-bapak dan karib
kerabatnya secara maruf, ini adalah kewajiban atas orang-orang yang bertakwa
. QS. Al-Baqarah: 180. Pada ayat diatas terjadi perubahan makna asli kata
َﺐَﺘَﻛkataba menjadi makna Diwajibkan disebabkan adanya proses gramatikal yaitu pengaruh
penggabungan komponen kata kutiba dengan ‘alaikum proses pembentukan kata ini disebut komposisi.
Universitas Sumatera Utara
c. Surat Al-Baqarah ayat 183:
ya ayyuh ᾱ al-lażῑna ᾱmanῡ kutiba ῾alaikum aṣ-ṣiyᾱmu kamᾱ kutiba ῾alᾱ al-
lażῑna min qablikum la῾allakum tattaūna
. “
Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.QS. Al-Baqarah:
183 .
Pada ayat diatas terjadi perubahan makn asli kata
َﺐَﺘَﻛkataba menjadi makna Diwajibkan disebabkan adanya proses gramatikal yaitu pengaruh
penggabungan komponen kata kutiba dengan ‘alaikum a ṣ-ṣiyᾱmu proses
pembentukan kata ini disebut komposisi. d.
Surat Al-Baqarah ayat 216:
kutiba ῾alaikum al-qitᾱlu wahuwa kurhun lakum wa῾asᾱ `antakrahū syaian wa
huwa khairn lakum wa ῾asᾱ `an tuḥibbū syaian wa huwa syarrun lakum wa allᾱhu
ya
῾lamu wa `antum lᾱ ta῾lamūna. “Diwajibkan atas kamu berperang, Padahal
berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi pula kamu menyukai
sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui”. QS. Al- Baqarah: 216 Pada ayat diatas terjadi perubahan makn asli kata
َﺐَﺘَﻛkataba menjadi makna Diwajibkan disebabkan adanya proses gramatikal yaitu pengaruh
penggabungan komponen kata kutiba dengan ῾alaikum al-qitᾱlu proses
pembentukan kata ini disebut komposisi. e.
Surat Al- Baqarah ayat 246:
Universitas Sumatera Utara
`alam tara `ilᾱ al-malᾱ`I min banῑ `isrᾱ`ῑla min ba῾di mūsᾱ `iż qᾱlū linabiyyin lahum ub
῾aṡ lanᾱ malikan nuqatil fῑsabῑli allᾱhi qᾱla hal ῾asaitum `in kutiba ῾alaikum al-qitᾱlu `allᾱ nuqatilū qᾱlū wa mᾱ lanᾱ `allᾱ nuqatila fῑ sabῑli allᾱhῑ
wa ad `ukhrijnᾱ min diyarinᾱ wa `abnᾱ`inᾱ falammᾱ kuiba ῾alaihimu al-qitᾱlu
tawallaū `illᾱ qalῑlan minhum wa allᾱhu ῾alῑmun bi aẓ-ẓalimῑna. “Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Nabi Musa, Yaitu
ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka: Angkatlah untuk Kami seorang raja supaya Kami berperang di bawah pimpinannya di jalan Allah.
Nabi mereka menjawab: Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang. mereka menjawab: Mengapa Kami tidak mau
berperang di jalan Allah, Padahal Sesungguhnya Kami telah diusir dari anak-anak kami?. Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, merekapun berpaling,
kecuali beberapa saja di antara mereka. dan Allah Maha mengetahui siapa orang- orang yang zalim”. QS. Al- Baqarah : 246
Pada ayat diatas terjadi perubahan makn asli kata
َﺐَﺘَﻛkataba menjadi makna Diwajibkan disebabkan adanya proses gramatikal yaitu pengaruh
penggabungan komponen kata kutiba dengan ῾alaikum al-qitᾱlu proses
pembentukan kata ini disebut komposisi. 2.
Di dalam surat An-
Nisā: ditemukan 2 dua ayat di dalamnya terdapat kata َﺐَﺘَﻛkataba dan bentukannya, yaitu dalam ayat 127 dan 136 yang
mengandung makna gramatikal komposisi:
a. Surat An- Nis
ᾱ ayat 127:
Universitas Sumatera Utara
wa yastaftūnaka fῑ an-nisᾱ`i qul allᾱhu yuftῑkum fῑhinna wa mᾱyutlᾱ ῾alaikum fῑ al-kit
ᾱbi fῑ yatamᾱ an-nisᾱ`i al-latῑ lᾱ tu`tūnahunna mᾱ kutiba lahunna watargabūna `an tankiḥū hunna wa al-mustaḍ῾afῑna min al-wildᾱni wa an taqūmū
lilyatam ᾱ bilqisṭi wa mᾱtaf῾alū min khairin fa`inna allᾱha kᾱna bihῑ ῾alῑmᾱn.
“Dan mereka minta fatwa kepadamu tentang Para wanita. Katakanlah: Allah memberi fatwa kepadamu tentang mereka, dan apa yang dibacakan kepadamu
dalam Al Quran juga memfatwakan tentang Para wanita yatim yang kamu tidak memberikan kepada mereka apa yang ditetapkan untuk mereka, sedang kamu
ingin mengawini mereka dan tentang anak-anak yang masih dipandang lemah. dan Allah menyuruh kamu supaya kamu mengurus anak-anak yatim secara adil. dan
kebajikan apa saja yang kamu kerjakan, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahuinya”. QS. An- Nis
ᾱ: 127 Pada ayat diatas terjadi perubahan makn asli kata
َﺐَﺘَﻛkataba menjadi makna Al- Qur’an disebabkan adanya proses gramatikal yaitu pengaruh
penggabungan komponen kata f ῑ al-kitᾱbi dengan fῑ yatamᾱ proses pembentukan
kata ini disebut komposisi.
,
b. Surat An- Nis
ᾱ ayat 136:
Universitas Sumatera Utara
y ᾱ`yyuhᾱ al-lażῑna `ᾱmanū `ᾱminū bi allᾱhi wa rasūlihi wa al-kitᾱbi al-lażῑ
nazzala ῾alᾱ rasūlihi wa al-kitᾱbi al-lażῑ `anzala min qablu wa man yakfur bi
all ᾱhi wa malᾱ`ikatihi wa kutubihi wa rusulihi wa `al-yaumi al-`akhiri faqad
ḍalla ḍlalᾱn ba῾ῑdᾱn. “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-
Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari
Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya”. QS. An- Nis
ᾱ: 136 Pada ayat diatas terjadi perubahan makn asli kata
َﺐَﺘَﻛkataba menjadi makna kitab disebabkan adanya proses gramatikal yaitu pengaruh penggabungan
komponen kata wa al-kit ᾱbi dengan al-lażῑ `anzala proses pembentukan kata ini
disebut komposisi. 3.
Di dalam surat Ᾱli-
I
mr ᾱn ditemukan 2 dua ayat di dalamnya terdapat
kata َﺐَﺘَﻛkataba dan bentukannya, yaitu dalam ayat 53 dan 154 yang
mengandung makna gramatikal komposisi: a.
Surat Ᾱli- Imrᾱn ayat 53:
rabban ᾱ `ᾱmannᾱ bimᾱ `anzalta wa ittaba῾nᾱ ar-rasūla faktubnᾱ ma῾a asy-
syahid ῑna. “Ya Tuhan Kami, Kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau
turunkan dan telah Kami ikuti rasul, karena itu masukanlah Kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi tentang keesaan Allah”. QS.
Ᾱli- Imr
ᾱn: 53 Pada ayat diatas terjadi perubahan makn asli kata
َﺐَﺘَﻛkataba menjadi makna telah menetapkan disebabkan adanya proses gramatikal yaitu pengaruh
penggabungan komponen kata faktubn ᾱ dengan ma῾a asy-syahidῑna proses
pembentukan kata ini disebut komposisi.
Universitas Sumatera Utara
Masukkanlah kami, Masukanlah kami disini adalah pengertian tentang
kisa Isa dieritakan khusus dalam hubungan dengan nama Rasulullah dengan Agama Allah, yang merupakan inti agama Ibrahim, Musa dan Isa—adalah agama
yang satu. Persoalan lebih lanjut dengan : kalau begitu kenapa kamu sekarang membuat kelompok-kelompok dan menolak Guru yang masih hidup? Islam ialah:
tunduk kepada kehendak Allah. Semua orang yang beriman tunduk kehendak allah dan menjadi Muslim Ali, 2009: 143.
b. Surat
Ᾱli- Imrᾱn ayat 154:
ṡumma `anzala ῾alaikum min ba῾di al-gammi `amanatan nu῾ᾱsᾱn yagsyᾱ ṭᾱ`iftan minkum wa
ṭᾱ`ifatun qad `ahammathum `anfusuhum yaẓunnūna bi allᾱhi gaira al- ḥaqqi ẓanna al-jahiliyyati yaqūlūna hal lanᾱ min al-`ami min syai`in qul `inna al-
`amra kulluhu lillᾱhi yukhfūna fῑ `anfusihim mᾱlᾱ yubdūna laka yaqūlūna lau k
ᾱna lanᾱ min al-`amri syai`un mᾱ qutilnᾱ hᾱhunᾱ qul alu kuntum fῑ buyūtikum labaraza al-
lażῑna kutiba ῾alaihimu al-qatlu ῾ilᾱ maḍᾱji῾ihim wa liyabtaliya all
ᾱhu mᾱ fῑ ṣudūrikum wa liyumaḥḥiṣa mᾱ fῑ qulūbikum wa allᾱhu ῾alῑmun biżᾱti a
ṣ-ṣudūri. “Artinya: kemudian setelah kamu berdukacita, Allah menurunkan kepada kamu keamanan berupa kantuk yang meliputi segolongan dari pada
kamu, sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri, mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. mereka
berkata: Apakah ada bagi kita barang sesuatu hak campur tangan dalam urusan
Universitas Sumatera Utara
ini?. Katakanlah: Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah. mereka Menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu;
mereka berkata: Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu hak campur tangan dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh dikalahkan di sini.
Katakanlah: Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar juga ke tempat mereka terbunuh.
dan Allah berbuat demikian untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha mengetahui isi
hati”. QS.
Ᾱli- Imrᾱn :154 Pada ayat diatas terjadi perubahan makn asli kata
َﺐَﺘَﻛkataba menjadi makna ditakdirkan disebabkan adanya proses gramatikal yaitu pengaruh
penggabungan komponen kata kutiba dengan ῾alaihimu al-qatlu proses
pembentukan kata ini disebut komposisi. 4.
Di dalam surat Al- M ᾱ`idah ditemukan 1 satu ayat di dalamnya terdapat
kata َﺐَﺘَﻛkataba dan bentukannya, yaitu dalam ayat 83 yang mengandung
makna gramatikal komposisi:
wa `iżᾱ sami῾ū mᾱ `unzila `ilᾱ ar-rasūli tarᾱ`a῾yunahum tafῑḍu min ad-da῾i
mimm ᾱ ῾arafū min al-ḥaqqi yaqūlūna rabbanᾱ `ᾱmannᾱ faktubnᾱ ma῾a asy-
syahid ῑna.”
A
rtinya: Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul Muhammad, kamu Lihat mata mereka mencucurkan air mata
disebabkan kebenaran Al Quran yang telah mereka ketahui dari Kitab-Kitab mereka sendiri; seraya berkata: Ya Tuhan Kami, Kami telah beriman, Maka
catatlah Kami bersama orang-orang yang menjadi saksi atas kebenaran Al Quran dan kenabian Muhammad s.a.w.”. QS. Al- M
ᾱ`idah: 83 Pada ayat diatas terjadi perubahan makn asli kata
َﺐَﺘَﻛkataba menjadi makna Maka catatlah Kami disebabkan adanya proses gramatikal yaitu
pengaruh penggabungan komponen kata faktubn ᾱ dengan ma῾a asy-syahidῑna
proses pembentukan kata ini disebut komposisi.
Universitas Sumatera Utara
5. Di dalam surat At- Taubah ditemuka n 2 dua ayat di dalamnya terdapat
kata َﺐَﺘَﻛkataba dan bentukannya, yaitu dalam ayat 120 dan 121 yang
mengandung makna gramatikal komposisi: a.
Surat At- Taubah ayat 120:
m ᾱkᾱna li`hlihi al-madῑnati waman ḥaulahum min al-`a῾rᾱbi `an yatakhallafū
῾an rasūl allᾱhi wa lᾱ yargabū bi`anfusihim ῾an-nafsihi żᾱlika bi`annahum lᾱ yu
ṣῑbuhum ẓᾱma`un wa lᾱ naṣabun wa la makhmaṣtun fῑ sabῑli allᾱhi wa lᾱ ya
ṭa`ūnanmauṭi`ᾱn al-kuffᾱra wa lᾱ yanᾱlūna min ῾aduwin nailᾱn `illᾱ kutiba lahum bihi
῾amalun ṣalihun `inna allᾱha lᾱ yuḍῑ῾u `ajra al-muḥsinina. “Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badwi yang berdiam di
sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah berperang dan tidak patut pula bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri rasul. yang
demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah, dan tidak pula menginjak suatu tempat yang
membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang
demikian itu suatu amal saleh. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik”. QS. At- Taubah: 120
Pada ayat diatas terjadi perubahan makna asli kata
َﺐَﺘَﻛkataba menjadi makna dituliskanlah disebabkan adanya proses gramatikal yaitu pengaruh
penggabungan komponen kata kutiba dengan lahum bihi ῾amalun ṣalihun proses
pembentukan kata ini disebut komposisi.
Universitas Sumatera Utara
Dituliskanlah disini yaitu menerangkan Sekali lagi lukisan ini mengenai Tabuk, tetapi pelajaran yang dapat diambil umum sifatnya. Kita tidak boleh lebih
mementingkan kesenangan dan hidup kita sendiri daripada pemimpin kita, atau membiarkannya dalam saat berbahaya. Kalau benar-benar kita hendak mengabdi,
kita harus menempatkan hidup kita atau kesenangan kita lebih rendah daripada yang ada padanya. Tetapi pengabdian apapun yang kita berikan di jalan Allah, dan
betapapun penghasilan kita yang kita keluarkan demi perjuangan di jalan Allah,-- semua itu untuk meningkatkan kehidupan rohani kita. Tak ada yang hilang sia-sia.
Ganjarannya buat kita jauh lebih besar nilainya daripada pengabdian kita yang tak seberapa, ataupun kesulitan yang kita alami, atau sumbangan apa pun yang pernah
kita berikan untuk perjuangan itu. Penderitaan kita mencapai kebahagian Ali, 2009: 469.
b. Surat At- Taubah ayat 121:
wa l ᾱ yunfiqūna nafaqatan ṣagῑratan wa lᾱ kabῑratan wa lᾱ yaqṭa῾ūna wᾱdiyᾱn
`illᾱ kutiba lahum liyajziyahum allᾱhu `aḥsana mᾱkᾱnū ya῾malūna.”Artinya: Dan mereka tiada menafkahkan suatu nafkah yang kecil dan tidak pula yang
besar dan tidak melintasi suatu lembah, melainkan dituliskan bagi mereka amal saleh pula karena Allah akan memberi Balasan kepada mereka yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan”. QS. At-Taubah: 121
Pada ayat diatas terjadi perubahan makn asli kata
َﺐَﺘَﻛkataba menjadi makna dituliskan disebabkan adanya proses gramatikal yaitu pengaruh
penggabungan komponen kata kutiba dengan lahum liyajziyahum proses pembentukan kata ini disebut komposisi.
6.
Di dalam surat Al-Anbiy ᾱ` ditemukan 1 satu ayat di dalamnya terdapat
kata َﺐَﺘَﻛkataba dan bentukannya, yaitu dalam ayat 104 yang
mengandung makna gramatikal komposisi:
Universitas Sumatera Utara
yauma na ṭwῑ a-samᾱ`a kaṭayyi as-sijili lilkutubi kamᾱ bada`nᾱ `awwala khalin
nu ῾ῑduhu wa῾dᾱn ῾alainᾱ `inna kunnᾱ fa῾ilῑnᾱ. “yaitu pada hari Kami gulung
langit sebagai menggulung lembaran - lembaran kertas. sebagaimana Kami telah memulai panciptaan pertama Begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah
suatu janji yang pasti Kami tepati; Sesungguhnya kamilah yang akan melaksanakannya”. QS. Al-Anbiy
ᾱ`
: 104
Pada ayat diatas terjadi perubahan makn asli kata
َﺐَﺘَﻛkataba menjadi makna lembaran - lembaran kertas disebabkan adanya proses gramatikal yaitu
pengaruh penggabungan komponen kata as-sijili dengan lilkutubi proses pembentukan kata ini disebut komposisi.
Kami tulis yakni tulisan yang tertulis didalam Kitab Zabur: Kitab Mazmur Daud. Nama Daud yang berhubungan dengar Zabur secara jelas disebutkan
daalam 4:163 dan 17:55, meskipun dengan kata sandang tak tertentu indenfinite article yang dipakai untuk kata itu, dengan arti Kitab Suci. Lihat Kitab Mazmur
25. 13 “dan anak cucunya akan mewarisi bumi;” 37:11, “orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri” dikutip oleh Yesus dalam Matius; dan 37:29
“orang yang benar akan mewarisi negeri.” Mungkin ini diartikan secara harfiah, denagan mengacu kepada kekuasaan dan kewenangan di bumi, atau secara kias
dengan mengacu kepada dunia rohani yang baru dan nyata Ali, 2009: 826.
7. Di dalam surat Al-
ḥajj ditemukan 1 satu ayat di dalamnya terdapat kata َﺐَﺘَﻛkataba dan bentukannya, yaitu dalam ayat 4 yang mengandung makna
gramatikal komposisi:
kutiba ῾alaihi `annahu man tawallᾱhu fa`annahu yuḍilluhu wa yahdῑhi `ilᾱ ῾ażᾱbi
as-sa
῾ῑri. “Yang telah ditetapkan terhadap syaitan itu, bahwa Barangsiapa yang
berkawan dengan Dia, tentu Dia akan menyesatkannya, dan membawanya ke azab neraka”. QS. Al-
ḥajj: 4 Pada ayat diatas terjadi perubahan makn asli kata
َﺐَﺘَﻛkataba menjadi makna Yang telah menetapkan disebabkan adanya proses gramatikal yaitu
pengaruh penggabungan komponen kata kutiba dengan ‘ ῾alaihi `annahu proses
pembentukan kata ini disebut komposisi.
Universitas Sumatera Utara
Yang telah ditetapkan, yakni meskipunsudah diberi peringatan masih ada
manusia yang begitu bodoh dengan menjauhkan diri dari Tuhan Yang meniptakannya dam memeliharanya dengan cinta dan kasih; ia akan menjadi
orang yang berada di luar perlindungan hukum kerajaan-Nya, berkawan dengan syetan yang jahat, yang membangkang terhadap kerajaan Allah Ali, 2009: 830.
8. Di dalam surat As-saba῾ ditemuka n 1 satu ayat di dalamnya terdapat
kata َﺐَﺘَﻛkataba dan bentukannya, yaitu dalam ayat 44 yang mengandung
makna gramatikal komposisi:
wa m ᾱ `ᾱtainᾱhum min kutubin yadrusūnahᾱ wamᾱ `arsalnᾱ `ilaihim qablaka
min nażῑrin. “Dan Kami tidak pernah memberikan kepada mereka Kitab-Kitab yang mereka baca dan sekali-kali tidak pernah pula mengutus kepada mereka
sebelum kamu seorang pemberi peringatanpun”. QS. As-Saba`: 44.
Pada ayat diatas terjadi perubahan makn asli kata
َﺐَﺘَﻛkataba menjadi makna Kitab-Kitab disebabkan adanya proses gramatikal yaitu pengaruh
penggabungan komponen kata min dengan kutubin yadrusūnahᾱ proses
pembentukan kata ini disebut komposisi. Kitab-Kitab disini menjelaskan tentang dari Nenek moyang itu seperti
pada zaman Arab jahiliyah tak pernah menerima kitab wahyu dalam bentuk yang jelas yang dibawakan seorang rasul dengan sebuah kitab kepada mereka. Inilah
yang seharusnya menjadi dasar untuk menyambut agama baru itu, bukan mendustakannya Ali, 2009: 1110.
9. Di dalam surat Zukhruf ditemuka n 1 satu ayat di dalamnya terdapat kata
َﺐَﺘَﻛkataba dan bentukannya, yaitu dalam ayat 19 yang mengandung makna gramatikal komposisi:
Universitas Sumatera Utara
waja ῾alū al-malᾱ`ikatu al-lażῑna hum ῾abidu ar-raḥmᾱni `inᾱṡᾱn `syahidū
khalqahum satuktabu syah ᾱdaatuhum wayus`alūna. “Dan mereka menjadikan
malaikat-malaikat yang mereka itu adalah hamba-hamba Allah yang Maha Pemurah sebagai orang-orang perempuan. Apakah mereka menyaksikan
penciptaan malaika-malaikat itu? kelak akan dituliskan persaksian mereka dan mereka akan dimintai pertanggung-jawaban”. QS. Zukhruf: 19
Pada ayat diatas terjadi perubahan makna asli kata
َﺐَﺘَﻛkataba menjadi makna kelak akan dituliskan disebabkan adanya proses gramatikal yaitu
pengaruh penggabungan komponen kata satuktabu dengan syah ᾱdaatuhum proses
pembentukan kata ini disebut komposisi. Kelak akan dituliskan yakni merupakan Para malaikat yang lembut dan
suci itu hanya dapat diperbandingkan dengan segala bentuk yang paling lembut dan suci pula sepanjang yang kita ketahui. Tetapi salah sekali jika
menghubungkan mereka pada suatu jenis kelamin. Mereka adalah juga hamba- hamba dan utusan-utusan Allah, dan dalam ibadah samasekali tak boleh dijadikan
saingan; mereka selalu dalam beribadah. Jika ada orang yang mengada-ada tentang Allah, perbuatan demikian itu merupakan noda besar yang akan tercatat
sebagai perbuatan mereka, dan mereka akan dimintai tanggung jawab Ali, 2009: 1276.
10. Di dalam surat Al- Had
ῑd ditemukan 1 satu ayat di dalamnya terdapat
kata َﺐَﺘَﻛkataba dan bentukannya, yaitu dalam ayat 27 yang mengandung
makna gramatikal komposisi:
Universitas Sumatera Utara
ṡumma qaffainᾱ ῾alᾱ `ᾱṡᾱrihim birusulinᾱ waqaffainᾱ bi῾ῑsᾱ ibni maryama wa
`ᾱtainᾱhu `al-`injῑla waja῾alnᾱ fῑqulūbi al-lażῑna ittaba῾ūhu ra`fatan wara
ḥmatan warahyᾱniyyatan abtada῾ūhᾱ mᾱ katabnᾱhᾱ ῾alaihim `illᾱ ibtigᾱ`a ri
ḍwᾱni allᾱhi famᾱ ra῾auhᾱ ḥaqqa ri῾ᾱyatihᾱ fa`ᾱtainᾱ al-lażῑna `ᾱmanū minhum
`ajrahum ibtigᾱ`a riḍwᾱni allᾱhi famᾱ ra῾auhᾱ ḥaqqa ri῾ᾱyatihᾱ fa
`ᾱtainᾱ al-lażῑna `ᾱmanū minhum `ajrahum wa kaṡῑrun minhum fᾱsiqūna. “Kemudian Kami iringi di belakang mereka dengan Rasul-rasul Kami dan Kami
iringi pula dengan Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang- orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih
sayang. dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah Padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi mereka sendirilah yang mengada-
adakannya untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. Maka Kami berikan kepada orang-orang
yang beriman di antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka orang- orang fasik”. QS. Al- Had
ῑd: 27 Pada ayat diatas terjadi perubahan makn asli kata
َﺐَﺘَﻛkataba menjadi makna Kami tidak mewajibkannya disebabkan adanya proses gramatikal yaitu
pengaruh penggabungan komponen kata m ᾱ dengan katabnᾱhᾱ proses
pembentukan kata ini disebut komposisi. Kami tidak mewajibkannya itu yakni tetapi kerajaan Allah juga
memerlukan keberanian, melawan kejahatan, berhati teguh, hukum dan disiplin untuk menegakkan keadilan. Yang diperlukan ialah manusia yang bergaul dengan
manusia, sehingga mereka dapat mempertahankan nilai-nilai kebenaran, melawan ketidakadilan kalau perlu. Hal ini terlewat dari perhatian system kerahiban itu,
yang oleh Allah tidak diperintahkan Ali, 2009: 1432. 11.
Di dalam surat At-Tahr ῑm ditemukan 1 satu ayat di dalamnya terdapat
kata َﺐَﺘَﻛkataba dan bentukannya, yaitu dalam ayat 12 yang mengandung
makna gramatikal komposisi:
Universitas Sumatera Utara
wa maryama abnata ῾imrᾱna al-latῑ `aḥṣanat farjahᾱ fanafakhnᾱ fῑhi min rūḥinᾱ
wa ṣaddaqat bikalimᾱtin rabbihᾱ wa kutubihi wakᾱnat min al-qᾱnitῑna. “Dan
ingatlah Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, Maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh ciptaan Kami, dan Dia
membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-KitabNya, dan Dia adalah Termasuk orang-orang yang taat”. QS. At-Tahr
ῑm: 12. Pada ayat diatas terjadi perubahan makn asli kata
َﺐَﺘَﻛkataba menjadi makna telah menetapkan disebabkan adanya proses gramatikal yaitu pengaruh
penggabungan komponen kata kutubun dengan dhamir huwa proses pembentukan kata ini disebut komposisi.
Kitab yang menceritakan Maryam perempuan yang teguh beriman dan keimanannya dibuktikan dalam diri Isa dan dalam wahyunya, begiu juga dalam
wahyu yang dibawanya untuk memperkuat dan untuk memberitahukan lebih dahulu. Dia termasuk perempuan yang taat sepanjang sejarah. Bahwa q
ᾱnitῑn dalam ayat ini tidak dalam bentuk feminine, engandung arti bahwa martabat
rohani yang paling tinggi itu tidak tergantung pada jenis kelamin. Dan demikianlah pelajaran dalam surah ini kita sudahi. Bahwa selama soal jenis
kelamin ini merudakan kenyataan dalam wujud fisik kita, maka keduanya harus harmonis dan dapat bekerjasama, sebab dalam soal-soal yang paling mulia kita
adalah satu. “Kami jadikan dia dan putranya suatu tanda bagi alam semesta. Sungguh, inilah persaudaraan kamu, persaudaraan yang satu, dan Aku Tuhan
kamu, sembahla Aku”. 21:91-92 Ali, 2009: 1492.
12. Di dalam surat Al- Bayyinah ditemukan 1 satu ayat di dalamnya terdapat
kata َﺐَﺘَﻛkataba dan bentukannya, yaitu dalam ayat 3 yang mengandung
makna gramatikal komposisi:
f ῑhᾱ kutubun qayyimatun.
“
Di dalamnya terdapat isi Kitab-Kitab yang lurus”. QS. Al- Bayyinah: 3
Pada ayat diatas terjadi perubahan makn asli kata
َﺐَﺘَﻛkataba menjadi makna Kitab-Kitab yang lurus” disebabkan adanya proses gramatikal yaitu
pengaruh penggabungan komponen kata kutubun dengan qayyimatun proses pembentukan kata ini disebut komposisi.
Universitas Sumatera Utara
Kitab-Kitab yang lurus yakni Qayyim: lurus, sebagai lawan bengkok; baku, sebagai lawan tidak teratur, pasti dan permanen, sebagai lawan tidak pasti
dan sementara Ali, 2009: 1510. Berdasarkan tabel dan analisis tersebut proses gramatikal komposisi di
dalam Al-qur’an berjumlah 20 pada 12 surat.
I. Afiksasi dan Komposisi: