Hasil Perhitungan Ketirusan Hasil Perhitungan Data dan Pembahasan

59 Jika dilihat arah ketirusan seperti gambar 4.12, benda kerja sisi belakang lebih besar dibandingkan sisi depan. Hal ini terjadi karena benda kerja yang terisolasi hanya di sisi depan, sehingga arus yang keluar dari tool mengenai benda kerja sisi belakang lebih banyak, yang mengakibatkan diameter benda kerja sisi belakang lebih besar. Contoh perhitungan ketirusan benda kerja stainless steel 304 dengan pemesinan statis dan tool elektroda kuningan pada konsentrasi NaCl 15 dari persamaan 2.14 adalah sebagai berikut. Diketahui: Material stainless steel 304 pada tegangan 13 volt dan gap 1 mm d 2 = 4,46 mm d 1 = 4,15 mm h = 0,4 mm dimana, d 2 adalah diameter benda kerja sisi belakang d 1 adalah diameter benda kerja sisi depan h adalah ketebalan benda kerja Ditanyakan: α = ..... Dimana α adalah sudut benda kerja Penyelesaian: α = tan -1 � −� ℎ α = tan -1 , − , 0,4 α = 21,03 o Hasil pengukuran ketirusan dapat dilihat pada tabel 4.4. Grafik dari tabel 4.5 ditunjukkan oleh gambar 4.13. 60 Tabel 4.4 Hasil perhitungan ketirusan pada material stainless steel 304 No Gap mm Tegangan v d ₂ mm d 1 mm h mm Ketirusan ° 1 0,5 7 3,641 3,635 0,4 0,40 2 10 4,07 3,85 0,4 15,08 3 13 4,13 3,86 0,4 18,48 4 0,75 7 3,84 3,74 0,4 7,36 5 10 3,89 3,65 0,4 16,69 6 13 4,26 3,98 0,4 19,61 7 1 7 3,45 3,47 0,4 2,04 8 10 4,05 3,91 0,4 9,80 9 13 4,46 4,15 0,4 21,03 Gambar 4.13 Pengaruh variasi tegangan dan gap terhadap nilai ketirusan Dari gambar 4.13 menjelaskan bahwa perbedaan selisih diameter depan dengan diameter belakang pada masing-masing variasi gap dan tegangan mempengaruhi grafik ketirusan. Semakin besar gap maka arus yang keluar akan menyebar kesamping permukaan material dan menyebabkan hasil pemesinan menjadi tidak rata, sehingga dengan waktu pengujian yang sama akan didapatkan hasil ketirusan yang berbeda-beda. Ketirusan yang terbesar pada tegangan 13 volt dan gap 1,0 mm yaitu 21,03°, sedangkan ketirusan yang terkecil pada tegangan 7 volt dan gap 0,5 mm yaitu 0,40°. 0,40 15,08 18,48 7,36 16,69 19,61 2,04 9,80 21,03 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 7 10 13 K et iru sa n ° Tegangan volt 0,5 mm 0,75 mm 1,0 mm 61

4.3.4. Pembahasan

Dari hasil analisa pemesinan yang telah dilakukan dapat disimpulkan yaitu tegangan dan gap berbanding lurus dengan besarnya MRR Material Removal Rate, semakin besar tegangan dan gap, semakin besar pula nilai MRR yang dihasilkan. Waktu pemesinan pun mempengaruhi nilai MRR, dan overcut, semakin lama waktu pemesinan, lubang yang dihasilkan semakin besar dari lubang yang diinginkan, serta semakin banyak pengurangan massa benda kerja. Semakin besar nilai MRR, semakin besar pula nilai overcut. Hal ini dipengaruhi oleh tegangan yang diatur, arus yang keluar selama proses pemesinan, serta gap yang divariasikan. Seperti pada penelitiannya Wahyudi, 2010 yang menjelaskan hubungan variasi tegangan terhadap overcut, ketirusan dan MRR. Pada penelitian ini menggunakan cairan elektrolit Kalium Clorida KCL, tool elektroda tembaga silinder berlubang 12 mm dimana tool terisolasi dan tanpa terisolasi. Pada pahat dengan kondisi tidak terisolasi didapatkan semakin besar tegangan maka overcut, ketirusan dan waktu pelubangan akan semakin besar, sedangkan pada pahat dengan kondisi terisolasi kondisi tersebut berbanding terbalik. Pada penelitian ini didapatkan semakin besar variasi tegangan dan gap maka semakin besar MRR dan overcut. Hal ini diduga disebabkan karena semakin besar jarak gap dan tegangannya maka kemampuan flushing dari elektrolit bertambah dan daya hantar tegangan yang diberikan terhadap benda kerja akan bertambah juga. Sehingga semakin besar variasi tegangan dan gap tersebut menyebabkan MRR dan overcut yang besar. Data ketirusan yang didapatkan menjelaskan variasi gap mempengaruhi nilai ketirusan. Semakin besar gap semakin besar pula ketirusan yang dihasilkan, hal ini dikarenakan dengan gap yang tinggi mengakibatkan arus sudah keluar sebelum tool menyentuh benda kerja sehingga benda kerja menghasilkan lubang yang lebih cepat. Waktu pemesinan yang sama tiap percobaan mengakibatkan lubang pada bagian yang tidak tertutupi stiker menjadi lebih melebar sehingga muncullah efek tirus dari permukaan tersebut. Besarnya nilai ketirusan dipengaruhi juga dari hasil selisih lubang pada permukaan bagian depan dengan belakang pada tiap variasi. Pada tiap variasi baik tegangan maupun gap 62 menghasilkan lubang bagian depan belakang yang berbeda-beda selisihnya dikarenakan arus yang keluar dari katoda menyebar ke sisi permukaan yang tidak tertutupi stiker. Selama proses pemesinan terdapat material yang gagal atau tidak berlubang, hal ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya penentuan waktu pemesinan yang tidak tepat dan pengaturan kecepatan tool turun tiap detiknya. Untuk mengatasi kegagalan tersebut, maka perlu dilakukan beberapa kali percobaan menggunakan waktu pemesinan yang bervariasi dan pengaturan kecepatan tool turun tiap detik yang bervariasi. Dengan begitu kegagalan selama proses pemesinan dapat diminimalisir. Berdasarkan hasil pemesinan yang telah dilakukan dengan menggunakan parameter terpilih dapat disimpulkan parameter yang tepat untuk dilakukan pemesinan pada material stainless steel 304 dengan ketebalan 0,4 mm yaitu menggunakan variasi gap 1 mm dan tegangan 7 volt. Variasi tersebut memiliki nilai MRR sebesar 1,41 x 10 -4 gdt dan overcut sebesar 0,45 mm dengan presentase overcut sebesar 14,87. Data tersebut merupakan hasil pemesinan yang memiliki keakuratan dan kepresisian lebih baik dibandingkan data parameter terpilih lainnya.

Dokumen yang terkait

PENGARUH TEGANGAN DAN VARIASI JARAK CELAH (GAP) PADA PROSES ELECTROCHEMICAL MACHINING (ECM) MENGGUNAKAN ELEKTRODA KUNINGAN TIDAK TERISOLASI TERHADAP NILAI MRR, OVERCUT, DAN KETIRUSAN PADA ALUMINIUM 1100

0 9 8

ANALISA PERHITUNGAN MRR, OVERCUT, DAN KETIRUSAN PADA STAINLESS STEEL 304 DAN ALUMINIUM 1100 DENGAN PENGARUH VARIASI TEGANGAN DAN GAP PADA PROSES ELECTRO-CHEMICAL MACHINING (ECM) MENGGUNAKAN ELEKTRODA TERISOLASI

1 15 107

PENGARUH TEGANGAN DAN VARIASI JARAK CELAH (GAP) PADA PROSES ELECTROCHEMICAL MACHINING (ECM) MENGGUNAKAN ELEKTRODA KUNINGAN TIDAK TERISOLASI TERHADAP NILAI MRR, OVERCUT, DAN KETIRUSAN PADA ALUMINIUM 1100

1 12 93

Studi Eksperimental Variasi Konsentrasi Elektrolit KCl pada Overcut dan Ketirusan Hasil Drilling Proses ECM

0 3 7

Analisa Hasil Pengelasan Smaw Pada Stainless Steel Aisi 304 Dengan Variasi Arus dan Diameter Elektroda

4 20 78

Pengaruh Variasi Arus Pengelasan dan Variasi Diameter Elektroda Terhadap Kekuatan Tarik Pada Stainless Steel AISI 304

0 0 11

Pengaruh Variasi Arus Pengelasan dan Variasi Diameter Elektroda Terhadap Kekuatan Tarik Pada Stainless Steel AISI 304

0 0 2

Pengaruh Variasi Arus Pengelasan dan Variasi Diameter Elektroda Terhadap Kekuatan Tarik Pada Stainless Steel AISI 304

0 0 5

Pengaruh Variasi Arus Pengelasan dan Variasi Diameter Elektroda Terhadap Kekuatan Tarik Pada Stainless Steel AISI 304

0 1 47

Pengaruh Variasi Arus Pengelasan dan Variasi Diameter Elektroda Terhadap Kekuatan Tarik Pada Stainless Steel AISI 304

0 0 1