BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Teori Agensi
Copeland dan Weston 1992 dalam Rama 2010 mengatakan bahwa “sulit untuk mempercayai manajemen agent yang selalu bertindak
berdasarkan kepentingan pemegang saham principal, sehingga diperlukan monitoring dari pemegang saham”. Jensen dan Meckling
1976 dalam Noverio 2011 menggambarkan “adanya hubungan kontrak antara manajemen agent dengan pemilik principal dimanamanajemen
diberi wewenang oleh pemilik untuk melakukan operasional perusahaan sehingga mengakibatkan informasi perusahaan yang dimiliki manajemen
lebih banyak dibanding pemilik”. Ketimpangan informasi ini disebut dengan asymmetry information. Ketimpangan informasi memunculkan
kesempatan untuk mementingkan kepentingan pribadi. Hal yang dapat terjadi adalah agen dapat melakukan hal yang tidak diinginkan oleh
pemilik dengan tidak memberikan seluruh informasi mengenai keadaan perusahaan yang sebenarnya atau bahkan memanipulasi laporan keuangan
yang akan diberikan kepada pemilik. Oleh karena itu, dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator antara pemilik dan manajemen.
Akuntan publik auditor adalah pihak ketiga yang dianggap mampu menjembatani kepentingan kedua belah pihak tersebut. Sebagai perantara
Universitas Sumatera Utara
antara penyusun dan pengguna laporan keuangan, auditor merupakan pihak yang paling mendasar dalam mengevaluasi kemampuan klien untuk
terus beroperasi secara berkelanjutan Ryu dan Roh, 2007. Auditor berfungsi untuk memonitor perilaku manajemen agent apakah sudah
bertindak sesuai dengan keinginan pemilik principal melalui auditing. Menurut Agoes 2011 Auditing adalah “suatu pemeriksaan yang
dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-
catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan
tersebut”. 2.1.2. Opini Audit
Auditor bertugas untuk memeriksa laporan keuangan dan bertanggung jawab atas opini pendapat yang diberikan atas kewajaran
laporan keuangan. Arens 2008 menyatakan bahwa “laporan audit adalah
langkah terakhir dari proses audit”.
Ada 4 empat standar dalam standar pelaporan IAPI, 2011:150.1-
150.2, yaitu :
1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan standar akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan
standar akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode
Universitas Sumatera Utara
berjalan dibandingkan dengan penerapan standar akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. 4.
Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi
bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas
mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
Auditor mengkomunikasikan hasil pekerjaan auditnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan memberikan pendapat terhadap
laporan keuangan yang diaudit. Ada 5 lima jenispendapat yang dinyatakan auditor Agoes, 2011:75, yaitu:
1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian Unqualified Opinion
Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas suatu entitas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia.
2. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan
Unqualified Opinion with Explanatory Language Pendapat ini diberikan jika terdapat keadaan tertentu yang
mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelasan atau bahasa penjelasan lain dalam laporan audit, meskipun tidak
mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian yang dinyatakan oleh auditor.
3. Pendapat Wajar dengan Pengecualian Qualified Opinion
Pendapat wajar yang akan diberikan oleh auditor bilamana: a.
Klien membatasi ruang lingkup audit b.
Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
4. Pendapat Tidak Wajar Adverse Opinion
Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha,
perubahan ekuitas dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
5. Tidak Memberikan Pendapat Disclaimer of Opinion
Auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan bilama ia tidak dapat merumuskan atau tidak merumuskan suatu pendapat
tentang kewajaran laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Jika auditor
menyatakan tidak memberikan pendapat, laporan auditor harus memberikan alasan yang mendukung pernyataan tersebut.
2.1.3. Going Concern
Going concern adalah suatu dalil yang menyatakan bahwa kesatuan usaha akan menjalankan terus operasinya dalam jangka waktu yang cukup
lama untuk mewujudkan proyeknya, tanggung jawab serta aktivitas- aktivitasnya yang tidak berhentiBelkaoui 1997 dalam Noverio 2011.
Dengan adanya going concern maka suatu badan usaha dianggap akan mampu mempertahankankegiatan usahanya dalam jangka waktu panjang,
tidak akan dilikuidasi dalam jangka pendek. Going concern dipakai sebagai asumsi bahwa dalam pelaporan
keuangan tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal berlawanan. Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap
berlawanan adalah yang berhubungan dengan ketidakmampuan suatu entitas dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa
melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari
luar, dan kegiatan serupa yang lain IAPI, 2011: SA Seksi 341, paragraf 01.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4. Opini Audit Going Concern
Going concern merupakan asumsi bahwa perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaannya. Dalam
melaksanakan prosedur audit, auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi adanya kondisi yang dapat menimbulkan kesangsian besar
terhadap kemampuan perusahaan untuk mempertahankan hidupnya IAPI, 2011: SA Seksi 341, paragraf 02.
Laporan audit dengan modifikasi mengenai going concern merupakan suatu indikasi bahwa dalam penilaian auditor terdapat risiko
perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnis. Pertimbangan auditor harus didasarkan atas pengetahuannya mengenai perusahaan, baik kondisi
keuangan perusahaan, kemampuan memenuhi kewajiban, dan kebutuhan kemajuan di masa yang akan datang. Laporan audit dibuat berdasarkan
pengetahuan yang diperoleh dari prosedur audit dan pengetahuan tentang kondisi dan peristiwa yang berkaitan dengan kebenaran kelangsungan
hidup perusahaan Carson dkk, 2013. Dalam SA Seksi 341 dinyatakan beberapa kondisi yang
menunjukkan adanya masalah going concern dalam suatu perusahaan, yaitu:
a. Trend negatif, misalnya kerugian operasi yang berulang kali
terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, rasio keuangan penting yang buruk.
b. Kesulitan keuangan, misalnya kegagalan memenuhi utangnya,
penunggakan pembayaran deviden, restrukturisasi utang. c.
Masalah intern, misalnya pemogokan kerja, ketergantungan besar atas sukses proyek tertentu atau kesulitan perburuhan yang lain.
Universitas Sumatera Utara
d. Masalah luar, misalnya masalah gugatan pengadilan, keluarnya
peraturan perundang-undangan yang baru, kehilangan pelanggan dan pemasok utama, kerugian akibat bencana besar serta masalah-
masalah lain yang kemungkinan mambahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi.
2.1.5. Kualitas Audit
Keputusan untuk menerbitkan opini audit going concern tidaklah mudah dan dibutuhkan pertimbangan oleh auditor. Dikeluarkannya opini
audit going concern memungkinkan perusahaan bangkrut Carson dkk, 2013. Apabila auditor mengeluarkan opini audit going concern
kemungkinan klien mereka yang lain yang merasa rentan dalam opini going concern akan takut untuk menggunakan jasa KAP tersebut karena
beranggapan akan diberikan opini audit going concern yang mengakibatkan para investor akan takut untuk berinvestasi di perusahaan
mereka. Keputusan memberikan opini audit going concern dapat juga
ditentukan oleh pengalaman auditor. Auditor yang berpengalaman memiliki kualitas audit. Auditor yang memiliki kualitas audit lebih
cenderung akan mengeluarkan opini audit going concern terhadap klien yang bermasalah dengn keuangannya. Auditor dengan kualitas audit baik
akan menjadikannya auditor berskala besar. Auditor berskala besar memiliki kemungkinan atau dorongan yang lebih untuk melaporkan
masalah going concern apabila klien terbukti mendapatkan masalah untuk melangsungkan usahanya dibandingkan auditor berskala kecil Santosa
Universitas Sumatera Utara
dan Wedari, 2007. Auditor berskala besar dalam hal ini merupakan Kantor Akuntan Publik yang termasuk dalam The Big Four, sedangkan
auditor berskala kecil tidak termasuk di dalamnya. Adapun KAP Internasional yang termasuk dalam The Big Four
dan berafiliasi di Indonesia antaralain: 1.
Price Waterhouse Cooper PWC : KAP Haryanto Sahari Rekan; Tanudireja, Wibisana Rekan.
2. Ernst Young : KAP Purwantoro, Sarwoko Sandjaja.
3. Deloitte Touche Tohmatsu : KAP Osman Bing Satrio
Rekan: Osman Ramli Satrio Rekan: Hans Tuanakotta Halim.
4. Klynveld Peat Marwick Goerdeler KPMG : KAP Sidharta,
Sidharta Widjaja.
2.1.6. Profitabilitas
Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada
seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya Harahap 2010 : 304. Profitabilitas dianggap alat yang
valid dalam mengukur kinerja perusahaan karena rasio ini membandingkan alternatif untuk melihat keefektifan perusahaan. Rasio yang digunakan
dalam penelitian ini adalah rasio ROA Return on Assets. Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva yang diukur dari volume penjualan,
Universitas Sumatera Utara
semakin besar rasio akan semakin baik untuk going concern. Dengan mengetahui rasio ini akan dapat diketahui apakah perusahaan efisien
dalam memanfaatkan aktivanya dalam memperoleh laba.
Rumus ROA adalah sebagai berikut:
ROA =
Laba Bersih Total Aktiva
x 100
2.1.7. Leverage
Leverage menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal maupun aktiva. Rasio ini melihat seberapa jauh
perusahaan dibiayai oleh utang atau kreditur dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal. Perusahaan yang baik
semestinya memiliki komposisi modal yang lebih besar dari utang. Semakin besar tingkat rasio leverage menyebabkan timbulnya keraguan
akan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya di masa depan karena sebagian besar dana yang diperoleh oleh
perusahaan akan digunakan untuk membiayai utang dan dana untuk beroperasi akan semakin berkurang Widyantari, 2011. Leverage dapat
diukur dengan Debt to Equity Ratio DER. Rumus DER adalah sebagai berikut:
DER =
Total Hutang Ekuitas
x 100
Universitas Sumatera Utara
2.1.8. Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan penjualan menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menjual persediaan atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Laju
pertumbuhan suatu perusahaan akan mempengaruhi kemampuan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Pertumbuhan penjualan
tinggi maka akan mencerminkan pendapatan meningkat. Pertumbuhan perusahaan merupakan suatu komponen untuk menilai prospek perusahaan
pada masa yang akan datang. Pertumbuhan perusahaan dapat dipengaruhi dari bagaimana total aktiva mendukung penjualannya. Rasio yang
digunakan dalam mengukur pertumbuhan perusahaan adalah rasio kenaikan penjualan.
Rumus rasio kenaikan penjualan adalah sebagai berikut:
KP =
Penjualan Tahun ini −
Penjualan Tahun lalu Penjualan Tahun Lalu
x 100
2.1.9. Opini Audit Tahun Sebelumnya
Mutchler 1984 melakukan wawancara dengan praktisi auditor yang menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini audit going
concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun berjalan. Mutchler 1984 dan Lennox 2002 dalam
Widyantari 2011 menemukan hubungan positif antara opini audit going concern tahun sebelumnya dengan opini tahun berjalan. Perusahaan yang
mendapatkan opini audit going concern sebelumnya tentu dalam kondisi keuangan yang buruk. Oleh karena itu, untuk tahun yang selanjutnya
Universitas Sumatera Utara
perusahaan mungkin ada dalam kondisi keuangan yang buruk pula sehingga memungkinkan auditor untuk mengeluarkan opini audit going
concern di tahun selanjutnya.
2.1.10. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan menunjukkan kemampuan finansial perusahaan.
Perusahaan yang mengalami pertumbuhan menunjukkanaktivitas operasional perusahaan berjalan dengan baik
sehingga perusahaandapat mempertahankan posisi ekonominya dan kelangsungan hidupnya. Mutchler 1985 dalam Santosa dan Wedari
2007 menyatakan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan yang lebih kecil. Maka semakin besar
perusahaan akan semakin kecil kemungkinan perusahaan menerima opini going concern. Perusahaan besar adalah perusahaan yang dimulai dari
skala kecil yang telah mengalami banyak tantangan sehingga mampu untuk menjadi perusahaan yang berskala besar sehingga diasumsikan
perusahaan besar pada umumnya memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dibandingkan perusahaan
kecil.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu