Model pengorgansasian masyarakat dalam meningkatkan kesadaran lingkungan; studi ketokohan Harini Bambang Wahono dalam melakukan pengorganisasian masyarakat di Kampung Banjarsari RW 08 Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Jakarta Selatan

MODEL PENGORGANISASIAN MASYARAKAT DALAM
MENINGKATKAN KESADARAN LINGKUNGAN
(Studi Ketokohan Harini Bambang Wahono dalam Melakukan
Pengorganisasian Masyarakat di Kampung Banjarsari RW 08 Kel. Cilandak
Barat Kec. Cilandak Jakarta Selatan)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:
BUHORI
106054103692

KONSENTRASI KESEJAHTERAAN SOSIAL
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M


PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skiripsi yang berjudul “MODEL PENGORGANISASIAN MASYARAKAT
DALAM

MENINGKATKAN KESADARAN LINGKUNGAN (Studi

Ketokohan Harini Bambang Wahono dalam Melakukan Pengorganisasian
Masyarakat di Kampung Banjarsari Rw 08 Kel. Cilandak Barat Kec.
Cilandak Jakarta Selatan)” telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi pada tanggal 21 Desember 2010. Skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana untuk
Program Strata 1 (S-1) pada Konsentrasi Kesejahteraan Sosial Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam.
Jakarta, 21 Desember 2010

Sidang Munaqosyah

Ketua Merangkap Anggota

Sekretaris Merangkap Anggota


Drs. Wahidin Saputra, MA
NIP. 197009031996031001

Ahmad Zaky, Msi
NIP. 150411158

Anggota:
Penguji I

Penguji II

Lisma D Fuaida, M.Si
NIP. 198005272007102001

Siti Nafsiyah, MSW
NIP. 19740101 200112 2002
Pembimbing

Ismet Firdaus, M.Si

NIP. 150411196

SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah dicantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta.

Jakarta, 20 September 2010

BUHORI

ABSTRAK

Buhori
MODEL PENGORGANISASIAN MASYARAKAT DALAM
MENINGKATKAN KESADARAN LINGKUNGAN
(Studi Ketokohan Harini Bambang dalam Melakukan Pengorganisasian
Wahono di Kampung Banjarsari Rw 08 Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak
Jakarta Selatan)
Permasalahan lingkungan telah lama disadari sebagai ancaman serius bagi
kehidupan manusia sehingga dalam penanggulangannya telah dilakukan tindakan
nyata. Ironisnya, peristiwa-peristiwa yang ditakutkan seperti bencana alam,
kekeringan, keracunan, punahnya hewan dan tumbuhan, naiknya permukaan laut
dan tenggelamnya berbagai pulau serta lain sebagainya telah datang silih berganti
pada setiap tahunnya. Ini terjadi karena penanggulangan masih bersifat parsial.
Penanggulangan secara komprehensif merupakan tuntutan mendesak saat
ini. Salah satu upaya itu adalah membangun paradigma pembangunan yang
berorientasi ramah lingkungan dan berbasis pemberdayaan masyarakat.
Pengorganisasian masyarakat sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat
menjadi alternatif cara organisator Harini Bambang Wahono dalam membangun
kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari RW 08 Kel.Cilandak
Barat Kec. Cilandak Jakarta Selatan. Kontribusi positif Harini terhadap
lingkungannya ikut mendorong inisiatif lokal di berbagai daerah lain.

Atas dasar itu, meneliti model pengorganisasian masyarakat dalam
meningkatkan kesadaran lingkungan yang dilakukan oleh Harini Bambang
Wahono di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Jakarta
Selatan menjadi penting bagi peneliti. Adapun metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kualitatif dimana peneliti sendiri menjadi instrument
penelitiannya. Untuk memperoleh data yang valid, peneliti melakukan wawancara
kepada perwakilan dari tiga unsur yaitu praktisi 1 orang, kader 1 orang, 2 orang
masyarakat biasa dan 2 orang kepemerintahan. Selain itu, untuk memperkuat data
yang diperoleh dari hasil wawancara, peneliti juga melakukan triangulasi data
pada pengamatan dan dokumentasi.
Dari hasil penelitian yang dilakukan secara keseluruhan, pengorganisasian
masyarakat yang dilakukan oleh Harini Bambang Wahono termasuk ke dalam
model pengorganisasian masyarakat lokal (locality development model). Dalam
identifikasi pengorganisasian masyarakat melalui 11 indikatornya, 1 indikator
yakni Karakteristik Taktik dan Teknik Perubahan pada wilayah asumsi lebih
mengarah pada Aksi Sosial, hal itu terbukti dari persetujuan Harini terhadap
tindakan demonstrasi sebagai kontrol kepada pemerintah. Adapun tahapan
pengorganisasiannya (tahapan alaminya, bukan berdasarkan pengklasifikasian
atau penggolongan) yaitu persiapan diri praktisi; memotivasi diri dan mulai dari
diri sendiri, interaksi/pendekatan; keterlibatan langsung dan tidak langsung,

membangun kontak; rekrutmen anggota untuk mendapatkan informasi tentang
masyarakat, diskusi kelompok (forum warga), membuat aturan; menyusun tata
tertib, pemetaan permasalahan; pembagian tugas, pembentukan kelompok kecil,
perencanaan pengorganisasian, pembentukan organisasi dan membangun jaringan;
melakukan promosi dan penyebarluasan ide-ide.

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, pujian setinggi-tingginya penulis panjatkan kepada Allah
SWT Tuhan semesta alam, Tuhan yang telah menjadikan langit dan bumi ini
penuh dengan tanda-tanda kebesaranNnya, penguasa kehidupan dan penentu
kematian atas segala anugrah, nikmat, dan petunjuk yang dikaruniakanNya
sehingga penulis bisa memikirkan, merefleksikan dan menuangkan pikiran dalam
bentuk tulisan ini. Shalawat dan salam semoga selalu disampaikan untuk
junjungan nabi besar Muhammad Saw, beserta keluarga, sahabat dan para
pengikut setianya.
Suatu kenikmatan yang luar biasa yang tidak bisa diungkapkan dengan
kuasa kata setelah rampungnya skripsi ini. Harus diakui, dengan serba

keterbatasan yang ada sangatlah berat menyelesaikan skripsi ini, akan tetapi
motivasi dalam diri penulis mendongkrak semangat dan memecah hambatanhambatan yang ada.
Skripsi ini berjudul “Model Pengorganisasian Masyarakat dalam
Meningkatkan Kesadaran Lingkungan (Studi Ketokohan Harini Bambang
Wahono dalam Melakukan Pengorganisasian Masyarakat di Kampung
Banjarsari Rw 08 Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Jakarta Selatan)”.
Judul ini lahir dari munculnya kekaguman penulis terhadap usaha yang telah
dilakukan oleh Harini Bambang Wahono dalam melakukan penyadaran
lingkungan di masyarakat Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Jakarta

Selatan, kekaguman ini berlanjut pada keinginan untuk meneliti model
pengorganisasian yang dilakukannya.
Harapan penulis, skripsi ini dapat memberikan kontribusi positif terhadap
wawasan mahasiswa secara umum, khususnya mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan,
maka kritik yang membangun tentu menjadi asupan yang sangat penting.
Perlu penulis sampaikan, banyak sekali orang yang berjasa dan membantu
dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua
orang tua penulis, berkat doa dan wejangan-wejangan mereka sehingga penulis
mampu menangkap sari-sari pengalaman dan memecah kebuntuan dalam

menghadapi permasalahan. Kepada kakak-kakaku dan adik-adiku yang bahumembahu mendorong penulis menyelesaikan skripsi ini. Dukungan moril dan
materil ini memberikan sumbangsih besar dalam penyelesaian skripsi ini, semoga
Allah Swt membalas kebaikan dan cinta yang mereka berikan dengan balasan
yang berlipat. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada:
1. Ismet Firdaus, M.Si, selaku pembimbing yang dengan tulus memberikan
pengarahan, petunjuk dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
2. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas wejangannya.
3. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA, selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas
arahannya.

4. Bapak Drs. H Mahmud Jalal, MA, Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas
bimbingannya.
5. Bapak Drs. Study Rizal LK, MA, Pembantu Dekan III Fakultas Dakwah
dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terimakasih atas
kritiknya.
6. Ibu Siti Nafsiyah, MSW ketua Jurusan Konsentrasi Kesejahteraan Sosial

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas arahannya.
7. Dosen-dosen Konsentrasi Kesejahteraan Sosial yang telah mendidik dan
memberikan dispensasi waktunya terhadap skripsi ini.
8. Kepada teman-teman FORMACI (Forum Mahasiswa Ciputat), HIMA
Persis Ciputat, BEM Jurusan Kesejahteraan Sosial periode 2008-2009,
BEM Fakultas Dakwah periode 2010-2011, KOMFAKDA periode 20082009, AIC (Aula Insan Cita) era 2008-2009, kosan (Cak Roeney, A Gyn,
Cak May, Chui, Dani, Adit, Kambing, Alfi dan Angel) dan cak-cak yang
lain atas perjuangannya.
Akhirnya, segala kebenaran hanya milik-Nya, semoga Allah SWT
membalas jasa kebaikan mereka dengan balasan yang setimpal. Dan mudahmudahan skripsi ini membawa angin segar terhadap berbagai permasalahan
lingkungan yang berkembang.
Jakarta, 20 September 2010

DAFTAR GAMBAR

1. Bagan Alur Penelitian ..................................................................................... 13
2. Peta Wilayah RW 08 Kapung Banjarsari ........................................................ 39
3. Strategi Perubahan Dasar ................................................................................ 48
4. Alur Karakteristik Taktik dan Teknik Perubahan ........................................... 51
5. Peran Praktisi yang Menonjol ......................................................................... 52

6. Alur Media Perubahan .................................................................................... 55
7. Irisan Indikator Pengorganisasian Masyarakat ............................................... 60
8. Alur Model Pengorganisasian Masyarakat ..................................................... 66
9. Periodisasi Intervensi Masyarakat Banjarsari ................................................. 68

DAFTAR ISI

ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGATAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah .............................. 8
1. Pembatasan Masalah ............................................................. 8
2. Rumusan Masalah ................................................................. 8
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian .................................. 9

1. Tujuan Penelitian .................................................................. 9
2. Manfaat Penelitian ................................................................ 9
D. Metodologi Penelitian ................................................................. 10
E. Pedoman Penulisan Skripsi ......................................................... 14
F. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 14
G. Sistematika Penulisan ................................................................. 15

BAB II LANDASAN TEORI
A. Model Pengorganisasian Masyarakat.......................................... 17
1. Pengertian Model .................................................................. 17
2. Pengertian Pengorganisasian ................................................. 18
3. Pengertian Masyarakat .......................................................... 19
4. Pengertian Pengorganisasian Masyarakat ............................. 20
B. Pemberdayaan Masyarakat.......................................................... 29
C. Kesadaran Lingkungan................................................................ 30
D. Modal Sosial ............................................................................... 31
BAB III PROFIL HARINI BAMBANG WAHONO DAN GAMBARAN
UMUM KAMPUNG BANJARSARI CILANDAK BARAT
JAKARTA SELATAN
A.

B.

Profil Harini Bambang Wahono.................................................. 32
1. Aktivitas dan Prestasi ............................................................ 32
2. Kepribadian dan Motivasi Terhadap Lingkungan Hidup...... 34
Gambaran Umum Kampung Banjarsari ...................................... 38
1. Sejarah Berdirinya Kampung Banjarsari .............................. 38
2. Letak dan Kondisi Geografis Kelurahan Cilandak Barat ...... 39

3.
4.
5.
6.

Kondisi Demografis Kelurahan Cilandak Barat ................... 39
Kondisi Geografis dan Akses Menuju Kampung Banjarsari 40
Kondisi Demografis Kampung Banjarsari ............................ 41
Aktivitas dan Kelembagaan Masyarakat ............................... 43

BAB IV PRESENTASI DAN ANALISA DATA
A. Identifikasi Model Pengorganisasian Masyarakat ...................... 46
1. Tujuan Tindakan ................................................................... 48
2. Pandangan Mengenai Struktur Komunitas dan
Permasalahannya ................................................................... 48
3. Strategi Perubahan Dasar ...................................................... 49
4. Karakteristik Taktik dan Teknik Perubahan Dasar ............... 51
5. Peran Praktisi yang Menonjol ............................................... 53
6. Media Perubahan Dasar ........................................................ 55
7. Orientasi Terhadap Strutur Kekuasaan ................................. 57
8. Batasan Definisi Sistem Klien .............................................. 58
9. Pandangan Mengenai Kepentingan dari Kelompok.............. 59
10. Konsepsi Mengenai Populasi Klien ...................................... 60
11. Konsepsi Mengenai Peran Klien ........................................... 60
B. Penjelasan Model Pengorganisasian ........................................... 61
C. Alur Pengorganisasian Kampung Banjarsari .............................. 63
1. Persiapan Pada Diri Praktisi .................................................. 63
2. Interaksi/Pendekatan dengan Masyarakat ............................. 64
3. Membangun Kontak .............................................................. 65
4. Diskusi Kelompok Melalui Forum Warga ............................ 65
5. Membuat Aturan atau Komitmen.......................................... 65
6. Pemetaan Permasalahan ........................................................ 66
7. Pembentukan Kelompok Kecil ............................................. 66
8. Perencanaan Pengorganisasian.............................................. 67
9. Pembentukan Organisasi ....................................................... 67
10. Membangun Jaringan ............................................................ 67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 71
B. Saran-saran .................................................................................. 74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Seperti yang kita ketahui, tren pembangunan di segala bidang merupakan
tuntutan dari peningkatan penduduk yang cepat dan kebutuhan akan kesejahteraan
hidup dengan standar kehidupan yang lebih baik. Hal tersebut tentunya bertujuan
untuk melepaskan masyarakat dari kemiskinan dan memberikan harapan yang
lebih baik di masa yang akan datang. Lebih jauh, pemerintah telah lama
memberikan pemahaman dan rangsangan kepada masyarakat untuk dapat
memecahkan permasalahannya sendiri, namun yang terjadi pembangunan justru
menjadi pemicu bagi timbulnya permasalahan yang baru, sehingga tujuan yang
hendak dicapai semakin jauh dari yang diinginkan. Salah satu permasalahan yang
sering muncul seiring dengan peningkatan pembangunan adalah permasalahan
lingkungan hidup.
Saat ini, pertimbangan aspek lingkungan hidup selalu diabaikan dalam
program-program perencanaan pembangunan, beberapa indikasi mengenai hal itu
diantaranya

semakin

berkurangnya

kebutuhan

dasar

masyarakat

seperti

pencemaran lingkungan air, tanah dan udara. Program pembangunan yang
mengarah pada eksploitasi sumberdaya alam pada kenyataannya dapat merusak
tatanan sosial dan keseimbangan kemanusiaan; merusak kehidupan masyarakat
dan sumberdaya hutan dan tanah, menimbulkan penyakit, dan menurunkan
sumberdaya perikanan dan laut.

1

2

Dampak dari pembangunan yang salah urus itu sudah banyak terdengar
kasusnya di Indonesia, seperti beberapa eksploitasi alam yang dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan kecil sampai berskala nasional dan multi nasional.
Dampak ini pun tidak hanya terjadi di tanah air yang kita diami ini saja, di
belahan dunia yang lain dampaknya sudah terjadi sedemikian hebat, seperti yang
terjadi di Amerika Serikat, yaitu sebagai berikut:
Peristiwa NEPA 1969, peristiwa ini adalah reaksi terhadap kerusakan
lingkungan oleh aktivitas manusia yang makin meningkat, antara lain
tercemarnya lingkungan oleh pestisida serta limbah insdustri dan
transportasi, rusaknya habitat tumbuhan dan hewan langka, serta
menurunnya nilai estetika alam. Sejak permulaan tahun 1950-an Los
Angeles di negara bagian Kalifornia, Amerika Serikat, telah terganggu
oleh asap-kabut atau asbut (smog = smoke + fog), yang menyelubungi
kota, mengganggu kesehatan dan merusak tanaman. Asbut berasal dari gas
limbah kendaraan dan pabrik yang mengalami fotooksidasi dan terdiri atas
ozon, peroksiasetil nitrat (PAN), nitrogenoksida, dan zat lainnya. Dengan
adanya inversi termal di udara pada waktu-waktu tertentu, asbut
terperangkap di udara di atas kota.1
Peristiwa di atas mengundang reaksi dari masyarakat luas dengan beragam
cara, mulai dari melakukan demonstrasi lingkungan, peningkatan riset-riset
mengenai dampak lingkungan sampai pada tulisan-tulisan keprihatinan baik
dalam bentuk novel atau karya ilmiah. Dalam buku Analisis Dampak Lingkungan
dijelaskan reaksi Rachel Carson dalam karyanya, seperti berikut :
Pada tahun 1962 terbit buku Rachel Carson yang berjudul The Silent
Spring (Musim Semi Yang Sunyi). Dalam Bab I bukunya itu Carson
antara lain menyatakan: “Penyakit misterius telah menyerang ayam; sapi
serta domba sakit dan mati. Di mana-mana terdapat bayangan kematian.
Para petani berbicara tentang banyaknya kematian dalam keluarga mereka.
Para dokter mengahadapi teka-teki penyakit baru. Kematian tiba-tiba yang
tidak dapat diterangkan penyebabnya terjadi di antara orang dewasa
maupun anak-anak yang tiba-tiba menjadi sakit waktu bermain-main dan
meninggal dalam waktu beberapa jam.2

1
Otto Soemarwoto, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, (Yogyakarta, Gajah Mada
University Press, 2005), cet 11, h. 1
2
Ibid., h. 2.

3

Isi dalam buku tersebut setidaknya memberikan makna mengenai ancaman
serius dari dampak lingkungan yang sudah menjadi isu dunia. Hasilnya, Carson
mendapat perhatian luas dan memberikan dorongan positif bagi kesadaran
masyarakat luas dari berbagai kalangan awam, akademisi, politikus, agamawan
sampai pada profesional bisnis.
Beberapa bukti itu menunjukan bahwa isu mengenai perlindungan
lingkungan merupakan permasalahan paling mendesak yang dihadapi umat
manusia saat ini. Akan tetapi sepertinya belum tumbuh kesadaran manusia untuk
memahami pentingnya menjaga kelestarian lingkungan secara utuh sehingga
harus dipikirkan cara penanggulangan yang komprehensif.
Berbarengan dengan upaya penanggulangan permasalahan lingkungan,
dewasa ini telah muncul beberapa upaya-upaya rekonstruksi paradigma
pembangunan berbasis ramah lingkungan hingga tataran praktis, baik melalui
jalur dialogal maupun radikal. Pada jalur dialogal para politsi, akademisi
/profesional memainkan peranan penting, terutama kontribusinya terhadap
beberapa undang-undang atau peraturan yang mengarah pada perbaikan
lingkungan. Praktisi/aktivis bergerak pada jalur radikal, yaitu bagaimana mereka
menularkan pandangan-pandangan hingga pada titik kesadaran masyarakat.
Namun seringkali usaha-usaha di atas terpotong di tengah jalan, bahkan
menyerah sebelum “perang”. Hal ini membuktikan masih mendominasinya
kepentingan-kepentingan sesaat yang berujung pada kerugian lingkungan. Maka,
menjadi persyaratan mutlak bagi pemerintah untuk memposisikan diri secara tegas
terhadap penyelamatan lingkungan. Ketegasan itu harus didukung dengan
pandangan

bahwa

penanggulangan

terhadap

permasalahan

lingkungan

4

membutuhkan keseriusan dan partisipasi seluruh unsur yang terkait. Konsep
perubahan kesadaran pada akar rumput (bottom-up) saat ini penting dipikirkan
oleh pemerintah, karena hal ini akan terjadi aksi yang terintegrasi antara
pemerintah dan masyarakat (bottom-up plus top-bottom) dalam menghadapi
persoalan lingkungan kini dan masa depan. Jika partisipasi yang terintegrasi telah
terjadi, maka pemerintah tidak lagi menanggung beban permasalahan sendirian.
Padahal, agama telah jelas memproklamirkan mengenai pentingnya
menjaga alam dan lingkungannya. Seperti ajakan Nabi Muhammad kepada
umatnya, Nabi bersabda:

Kebersihan itu sebagian dari pada Iman.3
Sabda nabi di atas menjadi tanda mengenai ketegasan Nabi terhadap
pentingnya memelihara lingkungan.
Sejalan dengan hadits nabi mengenai upaya tegas dalam merespon
permasalahan lingkungan ini, yaitu melakukan penghijauan dan pengelolaan
sampah oleh masyarakat Kampung Banjarsari RW 08 Kel. Cilandak Barat Kec.
Cilandak Jakarta Selatan. Mereka telah sadar bahwa

pelestarian dan

penyelamatan lingkungan akan berdampak langsung pada berbagai permasalahan
lainnya, misalnya; penyakit menular atau bencana alam. Maka, hal ini patut
diberikan apresiasi yang tinggi.
Perilaku sadar lingkungan masyarakat Kampung Banjarsari ini tidak serta
merta terjadi, dari pengamatan pendahuluan, ada satu tokoh masyarakat setempat
yang mengorganisir perubahan ini. Namanya Harini Bambang Wahono, wanita

3

http://opi.110mb.com/hadistwebsoftware (diakses pada tanggal 28 Januari 2011)

5

berusia 75 tahun ini memiliki semangat pemberdayaan masyarakat yang
berorientasi lingkungan yang luar biasa!. Berkat wanita ini dan kepercayan
UNESCO menjadikan Kampung Banjarsari sebagai kawasan hijau percontohan di
Jakarta dan telah mendapatkan beberapa penghargaan baik nasional maupun
internasional.
Selain itu, kampung Banjarsari telah melahirkan beberapa kawasan lain yang
tidak kalah asrinya, maka kampung Banjarsari menjadi perintis dan menjadi role
model yang terus diadopsi. Ada perbedaan mendasar bagaimana Harini
membangun kesadaran lingkungan masyarakatnya, yaitu tidak melalui garis
instruksi yang biasanya muncul dari hirarkis yang dibentuk, tetapi semua proses
berbasis kesadaran.
Beberapa media baik cetak maupun elektronik telah banyak memberitakan
keberhasilan Kampung Banjarsari ini, seperti salah satu stasiun televisi Indosiar
pada program FOKUS yang menyoroti cara berfikir masyarakat dan peran Harini
Bambang Wahono, berikut petikannya:
Pernahkah anda mendengar keberadaan Kampung Banjarsari yang terletak
di kawasan Cilandak Jakarta Selatan. Keberhasilan kawasan pemukiman
ini menciptakan kawasan yang bersih dan asri tak terlepas dari manajemen
pengelolaan sampah lingkungan yang di lakukan oleh para ibu - ibu di
kawasan ini.
Sejumlah tehnik pengelolaan sampah dikembangkan sehingga sampah tak
lagi menjadi limbah, namun bisa di manfaatkan untuk lingkungan.
Sampahku adalah masalahku, demikian slogan yang menjadi moto para
kaum ibu PKK Banjarsari Cilandak Jakarta Selatan. Untuk menaruh
perhatian pada lingkungan sejak tahun 1982. Sampah di sadari sebagai
sumber masalah sehingga perlu di olah dengan baik.
Para ibu ini memulainya dari lingkungan keluarga dengan menerapkan
prinsip 4 R yakni reduce mengurangi pemakaian bahan yang sulit
dihancurkan, reuse pemakai ulang barang bekas kemasan, recycle
mendaur ulang dan replain menanam kembali.

6

Adalah sosok Harini Bambang Wahono yang menjadi salah satu perintis
pengolahan sampah di Kampung Banjarsari. Bahkan di usianya yang tak
lagi muda kini, ia masih giat mengajarkan tehnik pengolahan sampah
kepada warga agar sampah menjadi ramah lingkungan.
Kini mulai dikembangkan pengolahan dengan sistem ifektif makro
organizam (IM). Dimana larutan tersebut dicampur mulasis atau tetes tebu
atau bisa juga gula pasir di dalam air tanah. Campuran ini diaduk merata
pada sampah yang akan dijadikan pupuk. Teknologi ini memudahkan
proses prementasi dan cepat menjadi pupuk.
Bermula dari kesadaran dalam keluarga Banjarsari berubah menjadi
kampung yang asri. Bahkan Banjarsari kini menjadi sekolah kilat
pengolahan sampah organik yang ramai dikunjungi warga dari berbagai
kota. (Rafael Don Bosco/Kiki Suhartono/Dv).4

Sementara majalah tempointeraktif menyoroti penghargaan dan berbagai
prestasi serta dijadikannya sebagai tujuan wisata di DKI Jakarta, berikut
penggalan beritanya:
“…Keasrian kampung Banjarsari tersiar keluar. Pada 2000, wilayah ini
mendapat penghargaan sebagai juara nasional Konservasi Alam dan
Penghijauan dari Departemen Pertanian dan Kehutanan. Setahun
kemudian, Presiden Megawati Soekarnoputri menganugerahkan
penghargaan Kalpataru bagi Harini, kini 76 tahun.
Pemerintah Kota Madya Jakarta Selatan juga menjadikan Banjarsari
sebagai salah satu tujuan wisata di Jakarta Selatan. Banyak warga dari
Jakarta dan kota lain melakukan studi banding pengelolaan lingkungan
yang sehat dan bersih. Harini menyediakan kursus singkat daur ulang
sampah bagi para tamu…”5
Dari uraian di atas tampak jelas bahwa peran Harini dalam hal kesadaran
lingkungan di masyarakat Banjarsari begitu sentral. Maka tidak heran dalam
beberapa pemberitaan atau permintaan terhadapnya memiliki porsi lebih besar.
Kemudian, apa yang telah dilakukan oleh Harini ini tanpa disadari
memberikan inspirasi sekaligus kritik terhadap akademisi dan para pengambil
4

http://www.indosiar.com/fokus/60136/pengolahan-sampah-lingkungan (diakses pada
tanggal 15 jam 23:00)
5
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:pwKO8XpXBMJ:majalah.temp
ointeraktif.com/id/arsip/2007/03/26/LIN/mbm.20070326.LIN123484.id.html+kampung+banjarsari
+cilandak+harini+bambang+wahono+koran+tempo&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox
-a (diakses pada tanggal 15 jam 23:30)

7

kebijakan. Dari wawancara awal, baginya sebuah sikap konsisten dan integritas
tinggi akan berujung pada inisiatif lokal yang sangat berarti dan sebagai seorang
Community Organizer beliau melihat dengan sungguh-sungguh potensi yang
dimiliki warganya. Hal lainnya adalah efek besar terhadap peningkatan
kesejahteraan masyarakat sekitarnya, jadi ada dua keuntungan, kelestarian
lingkungan dan kesejahteraan.
Dalam ilmu kesejahteraan sosial usaha Harini ini termasuk salah satu dari
dua pendekatan pemberdayaan masyarakat, yaitu pengorganisasian masyarakat,
karena menitik beratkan pada pembangunan kesadaran masyarakat. Sementara
pendekatan pengembangan masyarakat lebih fokus pada pengembangan yang
bersifat fisik masyarakat. Usaha Harini ini menyisakan pertanyaan bagi penulis,
bagaimana model pengorganisasian masyarakat yang digunakannya.
Melakukan penelitian lebih jauh mengenai model pengorganisasian dalam
meningkatkan kesadaran lingkungan yang dilakukan oleh Harini Bambang
Wahono ini tentunya menjadi masukan yang berharga (di tengah-tengah masih
didominasinya oleh fokus peningkatan standar ekonomi bagi kesejahteraan
masyarakat), khususnya perkembangan ilmu pemberdayaan masyarakat, umunya
ilmu kesejahteraan sosial, dan untuk itu penulis menuangkannya dalam judul
skripsi “Model Pengorganisasian Masyarakat dalam

Meningkatkan

Kesadaran Lingkungan (Studi Ketokohan Harini Bambang Wahono dalam
Melakukan Pengorganisasian Masyarkat di Kampung Banjarsari Rw 08 Kel.
Cilandak Barat Kec. Cilandak Jakarta Selatan)”.

8

B. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini, penulis memberikan batasan permasalahan yang
akan dipaparkan. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya perluasan
materi yang akan dibahas. Pokok masalah yang akan dibahas adalah
bagaimana

model

pengorganisasian

masyarakat

dalam

meningkatkan

kesadaran lingkungan yang dilakukan oleh Harini Bambang Wahono. Model
pengorganisasian masyarakat di sini berkaitan dengan identifikasi (temuan
indikator-indikator pengorganisasian masyarakat) model pengorganisasian
masyarakat dan penjelasannya, dan alur pengorganisasian masyarakat.
2. Rumusan Masalah
Dari pembatasan masalah tersebut, penulis membuat rumusan masalah
secara garis besar, yaitu “Bagaimana model pengorganisasian masyarakat
dalam meningkatkan kesadaran lingkungan yang dilakukan oleh Harini
Bambang Wahono di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak
Jakarta Selatan?"
Secara lebih rinci dari rumusan masalah tersebut sebagai berikut:
1. Bagaimana identifikasi model pengorganisasian masyarakat dalam
meningkatkan kesadaran lingkungan yang dilakukan oleh Harini
Bambang Wahono di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec.
Cilandak Jakarta Selatan?
2. Bagaimana penjelasan model pengorganisasian masyarakat dalam
meningkatkan kesadaran lingkungan yang dilakukan oleh Harini

9

Bambang Wahono di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec.
Cilandak Jakarta Selatan?
3. Bagaimana alur pengorganisasian masyarakat dalam meningkatkan
kesadaran lingkungan yang dilakukan oleh Harini Bambang Wahono
di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun secara umum tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui
model

pengorganisasian

masyarakat

dalam

meningkatkan

kesadaran

lingkungan yang dilakukan oleh Harini Bambang Wahono di Kampung
Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Jakarta Selatan.
Secara khusus tujuan penelitian ini untuk menjelaskan:
a. Identifikasi dan penjelasan model pengorganisasian masyarakat yang
dilakukan oleh Harini Bambang Wahono dalam meningkatkan
keasadaran lingkungan di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat
Kec. Cilandak Jakarta Selatan.
b. Alur pengorganisasian masyarakat yang dilakukan oleh Harini
Bambang Wahono dalam meningkatkan kesadaran lingkungan di
Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Jakarta
Selatan.
2. Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian yang dilakukan ini, peneliti berharap hasilnya
dapat diaplikasikan secara akademis dan praktis.

10

a. Akademis
1) Memberikan tambahan khasanah keilmuan, khususnya di bidang
ilmu kesejahteraan sosial mengenai model-model pengorganisasian
masyarakat.
2) Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa mengenai model
pengorganisasian masyarakat yang dilakukan oleh Harini Bambang
Wahono di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec.
Cilandak Jakarta Selatan.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam melaksanakan
pengorganisasian masyarakat dalam meningkatkan kesadaran lingkungan.

D. Metodologi Penelitian
1. Unit analisis
Satuan kajian biasanya ditetapkan dalam rancangan penelitian.6 Untuk
menjaring sebanyak mungkin berbagai informasi dari berbagi sumber, maka
pencatatan datanya menggunakan sampel bertujuan (puposive sampling).
Dalam penelitian ini yang menjadi unit analisis adalah keterwakilan unsur dari
proses pengorganisasian, yaitu satu orang praktisi (wakil dari unsur
pengorganisasi), 1 orang kader, 2 orang masyarakat biasa sebagai unsur yang
diorganisasi dan 2 orang (Wakil lurah & pengurus RW 08) dari struktural
masyarakat sebagai unsur pendukung.

6

Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2004), Cet. Ke-20 edisi revisi, h. 225.

11

2. Pendekatan penelitian
Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor dalam Syamsir Salam menjelaskan
bahwa metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati.7 Sementara menurut Nawawi pendekatan
kualitatif dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses menjaring
informasi dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu objek dihubungkan
dengan pemecahan suatu masalah baik dari sudut pandang teoritis maupun
praktis. Penelitian kualitatif dimulai dengan mengumpulkan informasiinformasi dalam situasi sewajarnya untuk dirumuskan menjadi suatu
generalisasi yang dapat diterima oleh akal sehat manusia.8
Dari penjelasan di atas, maka pemilihan pendekatan kualitatif ini
bertujuan ingin mendapatkan gambaran model pengorganisasian dalam
meningkatkan kesadaran lingkungan di Kampung Banjarsari yang dilakukan
oleh Harini Bambang Wahono.
3. Sumber data
a. Data primer yaitu berupa data yang diperoleh dari sasaran penelitian
atau partisipan. Data primer yang penulis maksud adalah pengamatan
yang bersifat partisipatoris, artinya penulis melihat langsung proses
pengorganisasian, dan melakukan wawancara.

7

Syamsir Salam, Metode Penelitian Sosial (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h.30.
Hadari Nawawi, Instrumen Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1992), h. 209.
8

12

b. Data sekunder yaitu berupa catatan atau dokumen yang diambil dari
berbagai literatur, buku-buku, internet atau tulisan yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti, seperti brosur, modul-modul pelatihan
arsip, dan lain-lain.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
c. Pengamatan, dalam hal ini penulis melakukan pengamatan secara
langsung terhadap bagaimana proses dan model pengorganisasian
dalam meningkatkan kesadaran lingkungan.
d. Interview atau wawancara, merupakan suatu alat pengumpulan
informasi secara langsung tentang beberapa jenis data.9 Alat yang
digunakan dalam pencatatan data berupa alat tulis dan rekaman melalui
Hand Phone (HP).
e. Dokumentasi, hal ini digunakan untuk memperoleh data yang tidak
diperoleh dengan pengamatan dan interview, tetapi hanya diperoleh
dengan cara melakukan penelusuran data dengan menelaah buku,
majalah, surat kabar, jurnal, internet, modul-modul pelatihan dan
sumber lain yang berkaitan dengan apa yang sedang diteliti oleh
penulis.
5. Analisis Data
Dalam melakukan analisa data penulis menggunakan teknik biografi,
dimana langkah-langkah analisis data dimulai dari mengorganisir file
pengalaman objektif tentang hidup objek penelitian seperti perjalanan hidup,

9

Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Offset. 1989), h.49.

13

beberapa karya, penghargaan atau prestasi dan kontribusi yang pernah
dilakukan.
Peneliti
melaporkan

menggunakan

data

dengan

metode

deskriptif

menerangkan,

analisis,

memberi

yaitu

cara

gambaran

dan

mengklasifikasikan serta menginterpreasikan data yang terkumpul secara apa
adanya kemudian disimpulkan.10
6. Keabsahan Data
Pada teknik keabsahan data, penulis melakukan diskusi secara analitis
dimana hasil penelitian sementara diekspos. Kemudian, dilakukan pola
pengoreksian bersama teman sejawat untuk kemudian melakukan perbaikan
secara terus menerus dan menfokuskan pada isu yang sedang diteliti. Teknik
pemeriksaan keabsahan data memiliki beberapa kriteria, yaitu :
a. Kredibilitas dengan teknik triangulasi yaitu memeriksa keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain.11 Adapun teknik triangulasi
yang dilakukan adalah triangulasi metode yaitu membandingkan
pandangan seseorang dengan dokumentasi. Dalam hal ini penulis
membandingkan pandangan seseorang dengan dokumentasi yang ada.
b. Keajegan pengamatan dengan maksud menemukan ciri-ciri dan unsurunsur dalam situasi yang sangat relevan dengan isu yang sedang dicari,
kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.12 Pada
penelitian ini penulis hanya memusatkan jawaban sesuai dengan
rumusan masalah saja.

10

UI, Materi Mata Kuliah Metode Penelitian Sosial, h. 34.
Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 330.
12
Ibid., h. 329.
11

14

7. Bagan Alur Penelitian
Secara ringkas, metodologi yang digunakan dalam penelitian ini dapat
di lihat pada gambar di bawah ini:

PENGUMPULAN
DATA

ANALISA DATA

STUDI
LITERATUR

OBSERVASI
1. MELIHAT
2. MENDENGAR

HASIL

IDENTIFIKASI

DATA

WAWANCARA
MENDALAM

KATEGORISASI

DATA HASIL
ANALISIS

INTERPRETASI

Gambar 1. Bagan Alur Penelitian

E. Pedoman Penulisan Skripsi
Untuk tujuan mempermudah, teknik penulisan yang dilakukan dalam
skripsi ini merujuk pada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” yang
ditertbitkan oleh CeQda UIN Jakarta 2008.

F. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini, penulis melakukan tinjauan pustaka pada tugas akhir
yang berjudul “Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (Studi Kasus Rt 02 Rw
07 Kelurahan Benua Melayu Laut, Kecamatan Pontianak Selatan, Kota
Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat”, yang disusun oleh Merry Silalahi
mahasiswi Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

15

Penelitian tersebut memberikan gambaran tentang pengelolaan sampah
berbasis masyarakat yang diterapkan oleh komunitas Komplek Perumahan Dwi
Ratna dengan membuat pupuk kompos yang dilakukan secara individu dan
membuat kerajinan tangan secara berkelompok. Selain itu, pengembangan
pengelolaan sampah dipinggiran Sungai Kapuas memerlukan pengembangan
masyarakat dan pengembangan teknologi yang didukung oleh pemerintah.
Adapun permasalahan yang dihadapi masyarakat untuk dapat melaksanakan
pengelolaan sampah berbasis masyarakat adalah kepemimpinan ketua RT dan
komunikasi pemerintah dan masyarakat.13
Melakukan tinjauan pustaka pada tesis tersebut merupakan ketertarikan
penulis dalam studi proses pemberdayaan (pengelolaan sampah) berbasis
masyarakat. Apa yang dilakukan penelitian skripsi ini tentu menjadi bahan
perbandingan terhadap tesis tersebut.

G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I

Pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang masalah,
pembatasan

dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, metodologi penelitian,

pedoman penulisan skripsi,

tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II

13

Landasan teori, yang terdiri dari:

Silalahi, Mery, Tugas Akhir: “Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (Studi Kasus
Rt 02 Rw 07 Kelurahan Benua Melayu Laut, Kecamatan Pontianak Selatan, Kota Pontianak,
Provinsi Kalimantan Barat”, (Bogor: Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. 2009), h.v.

16

Pertama, model pengorganisasian masyarakat, yang di dalamnya
menguraikan

tentang

pengertian

model,

pengorganisasian,

masyarakat, pengorganisasian masyarakat, dan model-model
pengorganisasian masyarakat.
Kedua, pemberdayaan masyarakat, yang menguraikan tentang
pengertian pemberdayaan masyarakat.
Ketiga,

kesadaran

lingkungan,

yang

menguraikan

tentang

pengertian kesadaran, lingkungan, dan kesadaran lingkungan.
Keempat, modal sosial, yang menguraikan tentang pengertian
modal sosial.
BAB III

Profil Harini Bambang Wahono dan Gambaran Umum Kampung
Banjarsari Cilandak Barat Jakarta Selatan, menguraikan tentang
aktifitas

dan

prestasi,

kepribadian

dan

motivasi

terhadap

lingkungan hidup, tiga tokoh utama, sejarah berdirinya RW 08,
letak dan kondisi geografis Kelurahan Cilandak Barat, kondisi
demografis Kelurahan Cilandak Barat, kondisi geografis dan akses
menuju lokasi RW 08 Banjarsari, kondisi demografi RW 08
Kampung Banjarsari, serta aktivitas dan kelembagaan masyarakat.
BAB IV

Hasil

penelitian,

pengorganisasian

menguraikan
masyarakat

tentang

identifikasi

(menjelaskan

model

temuan-temuan

indikator-indikator pengorganisasian masyarakat) dan penjelasan
model

pengorganisasiannya,

dan

alur

masyarakat.
BAB V

Penutup, menguraikan kesimpulan dan saran.

pengorganisasian

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Model Pengorganisasian Masyarakat
Model pengorganisasian masyarakat merupakan kalimat yang terdiri dari
tiga kata yang membentuknya yaitu, model-pengorganisasian-masyarakat. Pada
kata pengorganisasian terdapat kata dasar organisasi, maka penjelasan secara
terpisah mengenai makna atau maksud arti dari kata-kata itu menjadi penting
(dimaksudkan untuk menghindari kekeliruan atau maksud yang bias karena
adanya perbedaan dari pemaknaan) sebelum mendefinisikan secara keseluruhan
kalimat model pengorganisasian masyarakat.
1. Pengertian Model
Di sini penulis menuliskan dua sumber yang mengartikan kata model
yaitu, menurut Kamus Ilmiah Populer, kata model berarti bentuk mode;
bentuk rupa bentuk; contoh.1 Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata model
diartikan sebagai (1) pola (contoh, acuan, ragam, dsb), sesuatu yang akan
dibuat atau dihasilkan; (2) orang yang dipakai sebagai contoh untuk dilukis
(difoto); (3) orang yang (pekerjaannya) memperagakan contoh pakaian yang
akan dipasarkan; (4) barang tiruan yang kecil dengan bentuk (rupa) tepat benar
seperti yang ditiru.2

1

Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: ARKOLA,
2001), h. 476
2
Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Kamus Pusat Bahasa Departement
Pendidikan Nasional, 2008), h. 964

17

18

Dari dua pengertian di atas, penulis mendefinisikan kata model ini
(terutama hubungannya dengan model pengorganisasian masyarakat) lebih
kepada contoh, bentuk (non fisik) atau pola.
2. Pengertian Pengorganisasian
Kata pengorganisasian memiliki kata dasar organisasi, maka
pengertian kata pengorganisasian dimulai dari kata organisasi. Menurut
Kamus Ilmiah Populer, kata organisasi berarti penyusunan dan pengaturan
bagian-bagian hingga menjadi suatu kesatuan; susunan dan aturan dari
berbagai bagian sehingga merupakan kesatuan yang teratur; gabungan kerja
sama (untuk mencapai tujuan tertentu).3 Sementara dalam Kamus Populer
Lengkap, kata organisasi diartikan sebagai suatu persatuan atau keadaan
kesatuan, susunan yang teratur dan berdisiplin.4 Dalam Kamus Bahasa
Indonesia, kata organisasi berarti susunan atau kesatuan dari berbagai-bagai
bagian (orang) sehingga merupakan kesatuan yang teratur. Menurut James L.
Gibson, John M. Ivencevich, James H Donnely Jr. organisasi didefinisikan
sebagai kesatuan yang memungkinkan anggota mencapai tujuan yang tidak
dapat dicapai melalui tindakan individu secara terpisah.5
Tentang pengorganisasian, ada dua sumber dimana masing-masing
memberikan pengertian sedikit berbeda. Hani Handoko mengartikan
pengorganisasian sebagai suatu proses untuk merancang struktur formal,
mengelompokan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan di
antara para anggota organisasi, agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan

3

Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, h. 547
Tigor Pangaribuan, Kamus Populer Lengkap, (Bandung: Pustaka Setia, 1996), h. 119
5
Dydiet Hardjito, Teori Organisasi Dan Teknik Pengorganisasian,(Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2002), h. 5
4

19

efisien.6 Sementara menurut Ida Indrawati mendefinisikan organisasi sebagai
proses penyusunan pembagian kerja ke dalam unit-unit kerja dan fungsinya
beserta penetapannya dengan cara yang tepat mengenai orang-orangnya
(staffing) yang harus menduduki fungsi-fungsi itu beriktu penentuannya
dengan tepat tentang hubungan wewenang dan tanggung jawab.7
Dari berbagai pendapat tersebut, penulis berusaha memberikan
pengertian tentang pengorganisasian secara lebih jelas yaitu, pengorganisasian
merupakan proses pengelompokan, penyatuan, dan pengaturan orang-orang
untuk dapat digerakan/dimobilisasi sebagai suatu kesatuan (semuanya atas
dasar kesadaran dari masing-masing anggota, bukan berdasarkan instruksi),
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan dengan tujuan mencapai citacita yang diharapkan/ditetapkan.
3. Pengertian Masyarakat
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, ada dua pengertian masyarakat yaitu
( (1) sekumpulan orang yang hidup bersama pada suatu tempat atau wilayah
dengan ikatan aturan tertentu; (2) segolongan orang yang memiliki kesamaan
tertentu.8 Pengertian masyarakat menurut Alexis de Tocqueville (Hikam,
1996) yaitu sebagai wilayah sosial yang teroganisasikan dan bercirikan antara
lain: kesukarelaan (voluntary), keswasembadaan (self-generating), dan
keswadayaan (self-suporting), dan memiliki kemandirian yang tinggi bila

6

Dydiet Hardjito, Teori Organisasi Dan Teknik Pengorganisasian, h. 76
Ida Indrawati, Tanya-Jawab Pengantar Manajemen Organisasi, (Bandung: CV.
ARMICO, 1988), h. 9
8
Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia,., h. 924
7

20

berhadapan dengan negara, serta mempunyai keterikatan dengan norma-norma
atau nilai-nilai hukum yang diikuti.9
Ada dua konsep masyarakat (Mayo, 1998:162)10 yang penulis
gabungkan sehingga masyarakat didefinisikan sebagai sebuah “tempat
bersama”,yakni sebuah wilayah geografis yang sama dengan dasar
“kepentingan bersama”, yakni kesamaan kepentingan berdasarkan kebudayaan
dan identitas.
4. Pengertian Pengorganisasian Masyarakat
Pengorganisasian Masyarakat adalah suatu kegiatan yang dilakukan
oleh individu-individu atau sekumpulan orang yang didorong oleh
kesadarannya tentang berbagai persoalan di masyarakat, kemudian berupaya
untuk melakukan perubahan bersama-sama masyarakat dengan menggunakan
segala potensi yang dimiliki oleh masyarakat tersebut. Selain itu,
pengorganisasian juga bertugas untuk mencapai cita-cita masyarakat sipil
yang dicita-citakan. Untuk melakukan pengorganisasian masyarakat terlebih
dahulu para pendamping / community organizer harus mempunyai
kemampuan untuk memahami berbagai hal mengenai pengorganisasian
masyarakat dan mampu mentransfer pemahamannya pada masyarakat.11
Istilah

‘pengorganisasian

rakyat’

atau

yang

dikenal

dengan

pengorganisasian masyarakat mengandung pengertian yang luas dari kedua
akar katanya. Istilah rakyat tidak hanya terbatas pada perkauman (community)
yang khas dalam konteks yang lebih luas, juga pada masyarakat (society) pada
9

Modul Pelatihan Pengorganisasian Rakyat, (Jakarta: Indonesian Institute for Civil
Society (INCIS), 2003), cet. Ke-1, hal. 14
10
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: Anggota
IKAPI, 2005) hal. 57
11
Modul Pelatihan Pengorganisasian Rakyat, hal. 14.

21

umumnya. Pengorganisasian lebih dimaknai sebagai suatu kerangka
menyeluruh dalam rangka memecahkan masalah ketidakadilan sekaligus
membangun tatanan yang lebih adil.12
Dari

beberapa

pengertian

di

atas,

penulis

mendefinisikan

pengorganisasian masyarakat ini sebagai upaya menyeluruh yang dilakukan
oleh individu-individu atau sekumpulan orang atas dasar kesadaran sendiri
untuk mencapai cita-cita atau harapan dan keluar dari permasalahan yang
dihadapi secara mandiri. Dalam proses pengorganisasian masyarakat ada
beberapa faktor inti, misalnya peran aktor pengorganisasi. Namun, faktor lain
dari diri aktor ini juga berpengaruh yaitu sifat kepemimpinan, cara atau
pendekatan yang dilakukan dan usaha teru menerus (kontinue).
Terkait dengan model praktek pengorganisasian masyarakat, Rothman dan
Tropman membaginya ke dalam 3 model, yaitu pengorganisasian masyarakat
lokal (locality development model), perencanaan sosial (social planning), dan aksi
sosial (social action).13
Pertama, pengorganisasian masyarakat lokal (locality development model)
adalah proses yang ditujukan untuk menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi
bagi masyarakat melalui partisipasi aktif serta inisiatif anggota masyarakat itu
sendiri. Anggota masyarakat dipandang bukan sebagai sistem klien yang
bermasalah melainkan sebagai masyarakat yang unik dan memiliki potensi, hanya
saja potensi tersebut belum sepenuhnya dikembangkan.14 Ada beberapa perbedaan
mendasar dengan dua model lainnya, misalnya tentang orientasi atau tujuan

12

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, hal. 57
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan, Masyarakat dan Intervensi
Komunitas, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2003), h. 66
14
Ibid., hal. 42
13

22

tindakan terhadap masyarakat, pengorganisasian masyarakat lokal lebih
mementingkan “proses” dari pada tujuan atau hasil. Selain itu, masing-masing
anggota masyarakat bertanggung jawab atas penentuan dan pemilihan strategi
yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut.15
Kedua, perencanaan sosial (social planning) menunjuk pada proses
pragmatis untuk menentukan keputusan dan menetapkan tindakan dalam
memecahkan masalah sosial tertentu seperti kemiskinan, pengangguran,
kenakalan remaja, kebodohan (buta huruf), kesehatan masyarakat yang buruk
(rendahnya usia harapan hidup, tingginya tingkat kematian bayi, kekurangan gizi)
dan lain-lain.16 Hal yang membedakan dengan pengorganisasian lokal adalah
orientasinya lebih kepada “tugas” (task).17
Ketiga, aksi sosial (social action) tujuan dan sasaran utama aksi sosial
adalah perubahan-perubahan fundamental dalam kelembagaan dan struktur
masyarakat proses pendistribusian kekuasaan (distribution of power), sumber
(distribustion of sources) dan pengambilan keputusan (distribustion of decision
making). Pendekatan aksi sosial didasari suatu pandangan bahwa masyarakat
adalah sistem klien yang seringkali menjadi “korban” ketidakadilan struktur.18
Aksi sosial berorientasi pada dua tujuan baik tujun proses maupun tujuan hasil.
Strutur kekuasaan (pemerintah) menjadi faktor eksternal yang menjadi sasaran
aksi.19

15

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan, Masyarakat dan Intervensi
Komunitas, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2003), h. 66
16
Suharto, Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat hal. 44
17
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan, Masyarakat dan Intervensi
Komunitas, h. 69
18
Suharto, Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, hal. 45
19
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan, Masyarakat dan Intervensi
Komunitas, h. 70

23

Selain penjelasan mengenai definisi dari masing-masing model, Rothman
dan Tropman juga menjelaskan indikator dari masing-masing model, hal i