Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra merupakan wujud hasil karya seorang pengarang. Bahasa merupakan sarana estetis terpenting yang digunakan pengarang ketika menuangkan ide dan imajinasinya ke dalam karya sastra. Bahasa di dalam karya sastra mengandung imajinasi yang tinggi sehingga tidak membuat bosan pembaca. Karya sastra dibuat oleh pengarang bertujuan untuk dinikmati oleh masyarakat. Pengarang menggunakan bahasa yang indah agar mengesan di hati pembacanya. Pilihan kata yang tepat oleh pengarang akan menimbulkan efek estetis di dalam karyanya sehingga karya sastra tersebut dapat membuat senang pembaca dan pembaca merasa terhibur. Selain itu pemanfaatan diksi atau pemilihan kata akan menghindarkan sifat monoton dalam bahasa. Diksi bukan hanya dipergunakan untuk menyatakan kata yang akan dipakai untuk mengungkapkan suatu gagasan, tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan, dan sebagainya Gorys Keraf, 2004:18. Kekhasan bahasa seorang pengarang adalah fenomena teks sastra yang menarik untuk dikaji. Untuk mengetahui ciri khas suatu karya sastra, perlu diteliti gayanya. Salah satu kajian yang dapat dilakukan dengan penelitian ini adalah stilistika yaitu ilmu tentang gaya. Pengkajian karya sastra dari segi bahasa tidak dapat dihindarkan adanya penguraian dan pengamatan terhadap gejala atau ciri linguistik yang terdapat dalam wacana untuk mengetahui efek yang ditimbulkan. Pengkajian stilistika juga menyadarkan pengarang dalam memanfaatkan kemungkinan yang tersedia dalam 1 commit to user bahasa sebagai pengungkapannya Panuti Sudjiman, 1993:2. Sudiro Satoto 1995:4 mendefinisikan bahwa stilistika merupakan bidang linguistik yang mengemukakan teori dan metodologi pengkajian sebuah teks sastra, termasuk dalam pengertiannya extended. Ektended artinya suatu sifat pandangan yang mencakup bidang kajian yang menggunakan bahasa sebagai unsur penting dan menerima teori linguistik sebagai sesuatu yang amat relevan. Titik berat kajian stilistika terletak pada penggunaan bahasa dan gaya bahasa suatu karya sastra. Stilistika merupakan kajian kualitatif yang berkaitan dengan usaha-usaha mendapatkan atau membuktikan pemanfaatan potensi-potensi bahasa khas dan khusus yang dapat membangun suatu ciri-ciri estetis atau keindahan bahasa yang universal suatu karya sastra, misalnya sistem perulangan, persajakan dan sebagainya dalam bentuk novel, cerpen, drama modern tradisional, puisi Lutfi Abas, dalam Sutarjo, 2003:6. Sandiwara merupakan salah satu karya sastra yang memanfaatkan potensi bahasa yang khas untuk membangun keindahan karya sastra. Sandiwara merupakan karya sastra yang bertujuan menggambarkan tikaian dan emosi lewat lakuan dan dialog, lazimnya dirancang untuk pementasan atau penyiaran. Dalam penyiaran sandiwara, pemain sandiwara tidak lepas dari naskah sandiwara. Naskah sandiwara sebagai salah satu jenis kesusastraan memiliki elemen-elemen yaitu alur, tema, dan penokohan. Pemain sandiwara harus memahami dan menghayati isi naskah sandiwara agar dapat membawakan cerita dengan baik sehingga terkesan menarik oleh pendengar. Pemain sandiwara harus mampu memerankan tokoh-tokoh di dalam cerita serta melaksanakan dialog-dialognya commit to user demi mendukung kelancaran cerita. Pementasan sandiwara dapat melalui TV, radio, dan panggung. Stasiun radio yang masih aktif menyiarkan sandiwara berbahasa Jawa yaitu RRI Surakarta. Sandiwara di dalam RRI Surakarta masuk dalam program siaran hiburan. Bentuk siaran hiburan merupakan siaran yang digemari oleh masyarakat pendengar. Bentuk siaran hiburan yang sangat populer adalah siaran hiburan, siaran kata, siaran iklan Harley Prayudha, 2006:34. Sandiwara merupakan salah satu bentuk siaran hiburan yang digemari oleh masyarakat pendengar karena dapat menghibur pendengar lewat ceritanya. Sandiwara berbahasa Jawa di RRI Surakarta disiarkan setiap hari Senin pukul 22.00-23.00 WIB, durasi untuk menyiarkan sandiwara berbahasa Jawa hanya satu jam setiap minggunya. Sandiwara berbahasa Jawa di RRI Surakarta disiarkan secara bersambung setiap seri. Cerita sandiwara bersambung dari seri ke seri berikutnya. Ada beberapa judul sandiwara berbahasa Jawa yang disiarkan oleh RRI Surakarta pada tahun 2010 yaitu Rajapati, Misteri Kalong Wewe, Julung Sungsang dan Ketula-tula Ketali. Dari judul sandiwara yang pernah disiarkan penulis tertarik pada judul Julung Sungsang dan Ketula-tula Ketali karya Kusuma Danang Joyo karena ceritanya menarik dan menggunakan gaya bahasa yang indah. Bahasa yang digunakan adalah bahasa krama dan ngoko. Sandiwara Julung Sungsang memiliki lima seri cerita dan Ketula-tula Ketali memiliki tujuh seri cerita. Sandiwara Julung Sungsang menceritakan tentang dua sosok gadis yang mempunyai watak yang berbeda. Darwani adalah seorang gadis yang berwatak jahat yang selalu berbuat jahat pada Darwati adiknya. Kedua bersaudara adik dan commit to user kakak ini adalah anak dari Pak Projo pemilik perkebunan yang kaya raya. Pak Projo ingin mewariskan hartanya pada Darwati karena Darwati dianggap mampu mengelola perkebunan dengan baik. Darwani tidak terima akan hal ini, dia kemudian pergi ke dukun untuk menjampi-jampi adiknya agar pergi dari kampungnya. Usaha Darwani berhasil dan akhirnya Darwati pergi dari kampung dengan bau bacin dan wajah yang jelek. Satu bulan Darwati tinggal di hutan akhirnya ditolong Dewi Arum Dalu penunggu sendang dan wajahnya Darwati kembali cantik lagi. Sandiwara Ketula-tula Ketali menceritakan kehidupan keluarga Murtini yang selalu terkena musibah berturut-turut. Murtini hidup bersama ibunya di tempat kontrakan milik Pak Renggo. Keluarga Murtini nunggak membayar kontrakan selama tiga bulan. Pak Renggo dan Hery mempunyai niat jahat untuk menculik Rustini adik dari Murtini. Hery memperkosa Rustini, musibah yang dialami Rustini dialami pula oleh ibunya. Ibunya diperkosa oleh Pak Renggo. Nasib malang tidak semakin mereda. Murtini yang diketahui menderita penyakit kanker otak stadium empat akhirnya meninggal. Bahasa di dalam karya sastra dibuat dengan sedemikan rupa dengan menggunakan imajinasi seorang pengarang, hal ini dilakukan oleh pengarang agar cerita di dalam karya sastra tidak monoton atau tidak membuat bosan pembaca atau pendengar. Bahasa sandiwara lazimnya menggunakan bahasa dalam bentuk cakapan dialog atau monolog. Bahasa sandiwara mengacu pada citra pendengaran, sehingga bahasa yang digunakan di dalam sandiwara pendek- pendek, mudah difahami, enak didengar. Maka tidak mengherankan jika commit to user sandiwara merupakan bentuk siaran hiburan yang menghibur masyarakat pendengar lewat bahasa-bahasa yang enak didengar dan indah. Naskah sandiwara mempunyai kekhasan tersendiri lewat pemilihan kata- kata yang indah. Bahasa yang indah adalah bahasa yang berbunga-bunga, yang memanfaatkan rima, pengulangan, majas, dan sebagainya Panuti Sudjiman, 1993:6. Bahasa merupakan sarana untuk mencapai nilai estetika. Pemakaian bahasa di dalam naskah sandiwara RRI memiliki unsur estetis yang tersusun dari pilihan kata-kata yang merupakan ekspresi pengarang. Keindahan bahasa dalam naskah sandiwara disusun secara kreatif oleh pengarang agar terkesan di hati pembaca dan tidak membuat bosan pembaca. Setiap pengarang dalam membuat karya-karyanya pasti memperlihatkan ciri-ciri masing-masing dan ciri pribadinya tersebut diakui sebagai suatu kebenaran baginya. Gaya yang dipilih seorang pengarang, biasanya berbeda dengan pengarang-pengarang yang lain Sutejo, 2010:9. Setiap pengarang pasti memperlihatkan ciri-ciri individualisme, originalitas, dan gaya masing-masing. Contoh kekhasan penggunaan bahasa di dalam sandiwara oleh pengarang sebagai berikut. Sadewo : Sampun ... kersanipun ... kula paringi pelajaran ... mangke ndhak gedhe sirahe [...] ’Sudah ... biarkan ... saya beri pelajaran ... supaya tidak sombong [...] Darwati : [...] ya ora bakal mari ... wong nyat pancen disengaja ... gen ora mari ... pancen bodho kabeh ... malah ... malah ... iki mau tak tonton ... sing diwenehake ... marang Darwati iki mau ... dudu ... obat ... nanging ... nanging ... racun ... rasakna ... rasakna [...] ’ [...] ya tidak mungkin sembuh ... emang disengaja ... supaya tidak sembuh ... memang bodoh semua ... lebih-lebih ... ini tadi tak lihat ... yang dikasihkan ... pada Darwati itu tadi ... bukan ... obat ... tetapi ... tetapi ... racun ... rasakan ... rasakan [...] ’ commit to user Pada wacana di atas terdapat gaya bahasa metafora yaitu gedhe sirahe ’besar kepalanya dan purwakanthi lumaksita yaitu mari ’sembuh’, malah ’lebih- lebih’, nanging ’tetapi’, rasakna ’rasakan’. Kekhasan pemakaian bahasa oleh Kusama Danang Joyo dalam naskah sandiwara radio berbahasa Jawa di RRI Surakarta menarik untuk diteliti. Penelitian yang pernah dilakukan dengan menggunakan kajian stilistika adalah : 1. Penelitian berjudul Telaah Linguistik atas Novel Tirai Menurun Karya N.H Dini oleh D. Edi Suboto, dkk 1997, mengkaji keunikan pemakaian bahasa, pemakaian gaya bahasa dan metafora, serta faktor sosial budaya yang melatar-belakangi novel Tirai Menurun. 2. Telaah Stilistika Novel Berbahasa Jawa Tahun 1980-an oleh D. Edi Subroto, dkk 1999. Penelitian ini mengkaji pemanfaatan aspek bunyi bahasa dalam novel, keunikan kosakata, keunikan segi morfosintaksis serta gaya bahasa. 3. Analisis dengan pendekatan stilistika dalam Bahasa Pedalangan Gaya Surakarta Suatu Kajian Stilistika oleh Sutarjo 2003, membahas pemanfaatan atau pemilihan aspek bunyi, faktor kekhasan morfologi, pemakaian dan pemilihan kosakata; penggunaan gaya bahasa; serta kekhasan struktur sintaksis dalam bahasa pedalangan gaya Surakarta. 4. Kajian Stilistika Bahasa Jawa dalam Lagu-Lagu Karya Koes Plus oleh Rani Gutami 2005, penelitian ini membahas parikan, wangsalan, pola rima, dan kekhasan bentuk-bentuk morfologi, serta makna yang berkaitan dengan ungkapan dan gaya bahasa, serta fungsi bahasa dalam lagu-lagu berbahasa Jawa Koes Plus. commit to user 5. Serat Piwulang Warna-Warni Karya Mangkunegara IV Suatu Tinjauan Stlistika oleh Priyanto tahun 2008. Penelitian ini berisi pembahasan tentang pemilihan bunyi-bunyi bahasa, pilihan kata arkhais dan gaya bahasa yang dipergunakan dalam Serat Piwulang Warna-Warni Karya Mangkunegara IV. 6. Kajian Stilistika Novel Sirah Karya AY. Suhayana oleh Retno Dwi Handayani 2010, penelitian ini membahas aspek-aspek bunyi, diksi atau pilihan kata, dan gaya bahasa. Sepanjang pengetahuan penulis, penelitian terhadap stilistika pada naskah sandiwara berbahasa Jawa di RRI Surakarta yang berjudul Julung Sungsang dan Ketula-tula Ketali lebih lanjut disingkat menjadi JS dan KK belum pernah diteliti. Penulis tertarik meneliti naskah sandiwara JS dan KK karya Kusuma Danang Joyo, karena 1 naskah sandiwara tersebut memiliki keunikan-keunikan pemanfaatan aspek bunyi, pemakaian bahasa seperti kosakata, gaya bahasa, dan pencitraan, 2 pada umumnya setiap pengarang ingin menampilkan ciri tersendiri sehingga masyarakat akan lebih mudah memahami karya sastra, 3 naskah sandiwara sebagai salah satu karya sastra dan pernah disiarkan di RRI Surakarta.

B. Pembatasan Masalah