1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana membuat film pendek bertema free sex pada mahasiswa dengan
genre drama? 2.
Bagaimana menyatukan teknik montage trope ke dalam sebuah film pendek?
1.3 Batasan Masalah
Agar tidak menyimpang dari tujuan yang akan dicapai dalam pembuatan film pendek ini, maka pembahasan masalah dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:
1. Membuat film pendek bertema free sex dengan dampak psikologis pelakunya.
2. Menyatukan teknik montage trope ke dalam sebuah film pendek.
1.4 Tujuan
Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah menghasilkan film pendek tentang dampak free sex di kalangan mahasiswa dengan teknik montage trope.
1. Menghasilkan film pendek tentang dampak psikologis free sex di kalangan
mahasiswa. 2.
Menghasilkan film pendek yang di dalamnya terdapat teknik montage trope.
1.5 Manfaat
Beberapa manfaat yang ingin dicapai dalam pembuatan film pendek pada Tugas Akhir ini yaitu:
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat menjadi referensi keilmuan proses pembuatan film pendek tentang
free sex. b.
Dapat menjadi referensi keilmuan pembuatan film pendek dengan teknik montage trope.
2. Manfaat Praktis
a. Meningkatkan kesadaran pada mahasiswa di zaman sekarang agar tidak
melakukan free sex karena sangat merugikan dan berdampak buruk pada sisi psikologis mahasiswa.
b. Memberikan pemahaman mengenai betapa negatifnya jika melakukan
hubungan free sex di luar hubungan resmi atau pernikahan.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Untuk mendukung pembuatan film pendek ini, maka akan menggunakan beberapa tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka yang digunakan antara lain
pengertian free sex, dampak free sex, film, film pendek, film drama, angle kamera, type of shot, pergerakan kamera, prinsip kerja membuat film, pengertian
editing, tata cahaya lighting, audio, makna shot, tipografi, dan warna.
2.1 Pengertian Free Sex
Dikutip dari website www.psychologymania.com, terdapat beberapa pendapat menurut para ahli tentang free sex, yaitu sebagai berikut:
1. Pengertian seks bebas menurut Kartono merupakan perilaku yang didorong
oleh hasrat seksual, di mana kebutuhan tersebut menjadi lebih bebas jika dibandingkan dengan sistem regulasi tradisional dan bertentangan dengan
sistem norma yang berlaku dalam masyarakat. 2.
Menurut Desmita pengertian seks bebas adalah segala cara mengekspresikan dan melepaskan dorongan seksual yang berasal dari kematangan organ
seksual, seperti berkencan intim, bercumbu, sampai melakukan kontak seksual, tetapi perilaku tersebut dinilai tidak sesuai dengan norma karena
remaja belum memiliki pengalaman tentang seksual. 3.
Nevid dkk mengungkapkan bahwa perilaku seks pranikah adalah hubungan seks antara pria dan wanita meskipun tanpa adanya ikatan selama ada
ketertarikan secara fisik. Maslow mengatakan bahwa terdapat kebutuhan- kebutuhan yang harus dipenuhi manusia, salah satunya adalah kebutuhan
fisiologis mencakup kebutuhan dasar manusia dalam bertahan hidup yaitu kebutuhan yang bersifat instinktif, yang biasanya akan sukar untuk
dikendalikan atau ditahan oleh individu, terutama dorongan seks. 4.
Menurut Cynthia seks juga diartikan sebagai hubungan seksual tanpa ikatan pada yang menyebabkan berganti-ganti pasangan.
5. Menurut Sarwono menyatakan bahwa seks bebas adalah segala tingkah laku
yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis, mulai dari tingkah laku yang dilakukannya, seperti sentuhan, berciuman
kissing, berciuman belum sampai menempelkan alat kelamin yang biasanya dilakukan dengan memegang payudara atau melalui oral seks pada alat
kelamin tetapi belum bersenggama necking, dan bercumbu sampai menempelkan alat kelamin yaitu saling menggesek-gesekan alat kelamin
dengan pasangan namun belum bersenggama petting, dan yang sudah bersenggama intercourse, yang dilakukan di luar hubungan pernikahan.
6. Berdasarkan penjabaran definisi di atas, maka dapat disimpulkan pengertian
seks bebas adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual terhadap lawan jenis maupun sesama jenis yang dilakukan di luar hubungan
pernikahan mulai dari necking, petting, sampai intercourse dan bertentangan dengan norma-norma tingkah laku seksual dalam masyarakat yang tidak bisa
diterima secara umum.
2.2 Dampak Free Sex