38
BAB III ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH AKIHIRO DALAM NOVEL
SAGA NO GABAI BAACHAN KARYA YOSHICHI SHIMADA
3.1 Sinopsis Cerita
Novel ini merupakan kisah perjalanan kehidupan seorang anak yang tinggal bersama dengan neneknya di desa Saga selama delapan tahun dengan
gaya hidup yang jauh dari kemewahan dan belajar mandiri dengan segala sesuatu dengan kondisi ekonomi yang miskin.
Akihiro adalah seorang anak yang awalnya tinggal di Hiroshima bersama Ibu dan abangnya. Ayahnya meninggal diakibatkan efek dari
radioaktif bom yang jatuh di Hiroshima pada Perang Dunia ke II tahun 1945 6 Agustus tahun 20 era Showa ketika melihat situasi rumah mereka di
Hiroshima pasca perang tersebut. Setelah kepergian ayahnya, ibunya harus bekerja keras demi kelangsungan hidup mereka dan masa depan Akihiro dan
abangnya. Setelah keadaan membaik mereka menyewa apartemen seluas enam
jou tikar tatami dan termasuk tempat tinggal yang kumuh. Ibu Akihiro bekerja di bar dan pulang sampai larut malam, sehingga yang tinggal di rumah mereka
hanya abang beradik tersebut. Tangisan Akihiro pun tak terhindarkan tiap harinya, hingga merepotkan tetangga karena keinginannya bersama ibunya.
Ketika Akihiro mulai masuk Sekolah Dasar, Akihiro mulai mendatangi tempat kerja ibunya bahkan pada saat larut malam. Hal ini membuat cemas
ibu Akihiro, sehingga ibu memiliki rencana untuk menitip dan menyekolahkan
39
Akihiro di desa Saga tempat nenek Akihiro tinggal. Bibi Kisako kakak ibu Akihiro, Akihiro, beserta ibunya pun pergi ke terminal tanpa sepengetahuan
Akihiro untuk pergi ke desa Saga. Hanya awalnya memiliki alasan pergi ke terminal untuk mengantar bibi Kisako. Namun ternyata, Akihiro yang akan
pergi dan tinggal bersama sang nenek di Saga dengan diantarkan oleh bibi Kisako. Akihiro merasa telah ditipu bulat-bulat dan selama perjalanan Akihiro
tak henti-hentinya menangis karena berpisah jauh dengan ibunya. Akihiro hidup bersama nenek Osano sejak tahun 33 era Showa 1958,
ketika itu nenek sudah berusia 58 tahun yang memiliki kehidupan jauh dari kemewahan dan bekerja sebagai tukang bersih-bersih di Universitas Saga.
Akihiro melanjutkan sekolahnya di Sekolah Dasar Saga yang dahulunya adalah termasuk kawasan istana Saga. Selama tinggal bersama sang nenek
hidup penuh dengan kedisiplinan dan mandiri. Diajarkan untuk masak sendiri, memberi persembahan kepada Budha setiap paginya, bahkan belajar berusaha
menjadi yang terbaik dengan situasi yang miskin. Tekanan psikis yang awalnya dialami oleh Akihiro semakin membaik dan lebih terkontrol dengan
didikan yang diberikan sang nenek secara langsung maupun tidak langsung. Akihiro selama menjadi siswa Sekolah Dasar SD keinginannya besar
untuk mengikuti dan menjadi bagian dari kegiatan olahraga. Awal permintaannya adalah mengikuti olahraga doujou. Namun, sang nenek tak
mengizinkan karena membutuhkan biaya yang besar. Akihiro pun terus berusaha memperjelas kepada nenek dan nenek pun terus berusaha
memperhatikan kebutuhan minat dari Akihiro dengan menyesuaikan keadaan mereka yang kurang berkecukupan. Hingga akhirnya nenek Osano
40
menawarkan olahraga lari. Dan dengan disiplin Akihiro terus berlatih dan dengan tidak lupa atas perhatian sang nenek. Kerinduannya kepada sang ibu di
Hiroshima dapat dikonrol dengan baik dengan kesibukannya latihan berlarinya. Hingga ketika masuk Sekolah Menengah Pertama SMP, Akihiro dipilih
sebagai pemain tetap karena kecepatan larinya. Hal itu jarang terjadi pada saat itu. Sungguh kebanggan besar buat Akihiro dan nenek. Tidak itu saja, ketika
kelas dua Sekolah Menengah Pertama SMP, Akihiro dipilih sebagai kapten baseball di sekolahnya. Keberhasilannya di tim baseball mengantarkan
Akihiro ke Hiroshima untuk melanjutkan sekolah dengan beasiswa yang diterimanya dan tinggal kembali pada ibumya.
3.2 Analisis Psikologis Tokoh Akihiro dalam Novel Saga no Gabai Baachan