Teori Keadilan KAJIAN TEORI

dicapainya melalui putusan-putusannya. Akan tetapi, peran politik yang dimainkan oleh hakim adalah bukan political judicial restraint yang hanya menjalankan politik patuh pada undang-undang, melainkan juga politic judicial activism yang mengandung makna bahwa dalam menjatuhkan putusannya, hakim dapat mengadakan pilihan dari berbagai alternatif tindakan yang tepat untuk tercapainya rasa keadilan dalam masyarakat. Antonius Sudirman, 2007 : 39 – 43

F. Teori Keadilan

Menurut John Rawls sebagaimana dikutip H.R. Soejadi, yang dikemukakan dalam pidato pengukuhan sebagai guru besar Fakultas Filsafat UGM, 7 April 2003 :“ bahwa keadilan merupakan nilai yang mewujudkan keseimbangan antara tujuan-tujuan pribadi dan tujuan-tujuan bersama. Digambarkannya bahwa nilai keadilan tidak mengenal kompromi. Dalam masyarakat yang adil timbulnya ketidak adilan tidak pernah diizinkan kecuali untuk menghindarkan suatu ketidakadilan yang lebih besar” Abdul Ghufur Anshori , 2008 : 95 . Lebih jauh John Rawls menggambarkan keadilan itu sebagai suatu system sebagai orkes besar yang di dalamnya para pemain bermain dengan instrumennya sendiri-sendiri, yang dapat bergembira atas prestasi bersama maupun sendiri-sendiri. Yang dimaksudkan di sini ialah bahwa masyarakat merupakan hidup bersama yang didalamnya tercapai suatu keseimbangan antara kepentingan-kepentingan pribadi dan kepentingan bersama. Menarik perhatian bahwa peraturan yang adil menjadi wasit guna mempertahankan hidup bersama yang baik, karena hal ini menggambarkan adanya atau terselenggaranya rule of law, bahwa hidup tunduk kepada hukum yang berlaku. Abdul Ghufur Anshori , 2008: 95 . Namun demikan karena pada kenyataannya peraturan-peraturan yang berlaku dalam masyarakat belumtidak menjamin kesamaan orang-orang. Kesamaan-kesamaan mengenai : a. Kesamaan hak sebagai manusia dan b. Kesamaan karena kedudukan Justice as fairness, demikian pendapat Rawls, bahwa keadilan diartikan sebagai kejujuran. Tentang perlunya peraturan yang adil, Rawls menuturkan sebagai berikut : First of all, assume that the basic structure is regulated by a just constitution that secures the liberties of aqual citizenship Abdul Ghufur Anshori , 2008 : 95 . Pendapat Gustav Radbruch yang dikutip Esmi Warasih mengemukakan “adanya tiga nilai dasar yang ingin dikejar dan perlu mendapat perhatian serius dari para pelaksana hukum , yakni nilai keadilan , kepastian hukum, dan kemanfaatan. “Esmi Warasih. 2005 : 13. Konsep keadilan sangatlah luas , tetapi dalam hubungan dengan hukum, ciri atau sifat adil itu dapat diikhtisarkan maknanya dengan kata-kata : adil just, bersifat hukum legal, sah menurut hukum lawful, tak memihak impartial , sama hak equal, layak fair , wajar secara moral equitable dan benar secara moral righteous. Disini terlihat bahwa pengertian adil mempunyai makna ganda, dimana satu sama lain memperlihatkan suatu nuansa The Liang Gie, 1979 : 16 Konsep keadilan menurut Barnett dalam Chatamarasyid : 1998 : 5 menyatakan bahwa : ”keadilan dan norma hukum tidak diragukan telah menampilkan banyak fungsi sosial yang penting. Norma hukum telah memungkinkan pengetahuan penegakan keadilan berada dalam suatu konteks sosial. Dengan demikian tidaklah perlu menegakkan keadilan tanpa norma hukum atau sebaliknya mengadili berdasarkan norma hukum tanpa keadilan ” Dalam masyarakat yang menjunjung tinggi hukum persoalan tatacara mewujudkan tujuan sama pentingnya dengan tujuan itu sendiri. Menurut Bagir manan tujuan mewujudkan keadilan hanya dapat dicapai dengan cara-cara yang adil pula. ”Cara-cara mewujudkan keadilan meliputi unsur kepastian kelembagaan, kepastian mekanisme , dan berbagai keluaran yang dapat diperkirakan prediktif. Inilah yang sehari-hari dimaksud dengan kepastian hukum rechtszekerheid atau legal certainty. Memang kepastian tidak sama dengan keadilan bahkan mungkin kepastian dapat saja bertolak belakang dengan keadilan. Tetapi tanpa kepastian, pasti tidak ada keadilan. Keadilan dalam ketidak pastian akan menjadi sangat subyektif kerena sepenuhnya tergantung pada yang menentukan atau mengendalikan kepastian. Keadilan semacam ini mempunyai potensi melahirkan ketidakadilan” Varia peradilan 2005, No. 241 : 10 Lebih lanjut diakatakan oleh Bagir Manan bahwa : ” keadilan subtantif menyangkut keadilan itu sendir. Secara teoritik banyak pandangan mengenai hal ini, Ada yang melihat dari tingkat pencapainan kepuasan. Ada yang memandang dari sudut manfaat . Ada pula yang memandang keadilan semata-mata diukur dari pelaksanaan hukum itu sendiri. Untuk dapat menemukan secara tepat substansi keadilan haruslah dibedakan anata keadilan individu individual justice dan keadilan sosial sosial justice . Sangat ideal apabila keadilan individual tercermin dalam keadilan sosial atau sebaliknya keadilan sosial menjadi tidak lain dari sublimasi keadilan individual. Namun dalam kenyataan dapat terjadi semacam jarak anatara keadilan individual dan keadilan sosial. Jarak ini tiak diatasi atau dikurangi , apabila dari setia aturan hukum yang akan ditegakkan . Dengan demikian dalam setiap keadilan indiviual akan terkadung keadialan sosial Varia peradilan 2005, No. 241 : 10 .

G. Legal Reasoning Penalaran Hukum Melalui Formula IRAC