Pengujian Asumsi Klasik .1 Uji Normalitas

dengan variabel terikat yang disebut Y Situmorang dan Lufti, 2012:166. Regresi berganda digunakan untuk mengetahui arah dan besar pengaruh dari variabel bebas yang jumlahnya lebih dari satu terhadap variabel terikatnya. Model persamaan regresi linier berganda data panel adalah sebagai berikut: Y = a + b 1 X 1it + b 2 X 2it + b 3 X 3it + b 4 X 4it + b 5 X 5it + e di mana: Y = Return on Asset ROA a = Konstanta. b 1, b 2, b 3, b 4, b 5 = Koefisien regresi variabel independen. X 1 = Capital Adequacy Ratio CAR X 2 = Non Performing Loan NPL X 3 = Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi BOPO X 4 = Net Interest Margin NIM X 5 = Loan to Deposit Ratio LDR t = Waktu i = Perusahaan e = Error term 3.9 Pengujian Asumsi Klasik 3.9.1 Uji Normalitas Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual yang telah terstandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau tidak. Nilai residual dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual terstandarisasi tersebut sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya. Tidak terpenuhinya normalitas pada umumnya disebabkan karena distribusi data tidak normal, karena terdapat nilai ekstrem pada data yang diambil Suliyanto, 2011:69. Universitas Sumatera Utara Menurut Winarno 2011:539 untuk mendeteksi normalitas data dapat dilakukan dengan melihat koefisien Jarque-Bera dan probabilitasnya. Kedua angka ini saling mendukung. Ketentuannya adalah sebagai berikut: 1. Bila nilai J-B tidak signifikan lebih kecil dari 2, maka data berdistribusi normal. 2. Bila probabilitas lebih besar dari tingkat signifikansi atau α 5, maka data berdistribusi normal hipotesis nolnya adalah data berdistribusi normal. Dalam perangkat Eviews yang peneliti gunakan dalam penelitian ini, normalitas dapat diketahui dengan melihat kepada histogram dan uji Jarque-Bera JB dengan nilai X2 tabel. Jika nilai JB X2 tabel maka nilai residual terstandarisasi dinyatakan berdistribusi normal Suliyanto, 2011:75.

3.9.2 Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau sempurna di antara variabel bebas Suliyanto, 2011:82. Multikolinieritas adalah hubungan linier antar variabel independen didalam regresi berganda. Model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Menurut Widarjono 2010:75 jika ada multikolinieritas antar variabel independen, estimasi dengan menggunakan metode Ordinary Least Square OLS masih menghasilkan estimator yang tidak bias, linier dan mempunyai varian yang minimum BLUE karena estimator yang BLUE tidak memerlukan asumsi terbebas dari masalah multikolinieritas. Metode untuk mendeteksi ada atau tidaknya masalah multikolinieritas dalam penelitian ini dilakukan dengan metode Universitas Sumatera Utara korelasi parsial antar variabel independen. Sebagai aturan kasar rule of thumb, jika koefisien korelasi cukup tinggi di atas 0,85 maka kita duga multikolinieritas dalam model. Sebaliknya jika koefisien korelasi kurang dari 0,85 maka kita duga model tidak mengandung unsur multikolinieritas. Akan tetapi perlu kehati-hatian terutama pada data time series seringkai menunjukan korelasi antara variabel independen yang cukup tinggi. Korelasi tinggi ini terjadi karena data time series seringkali menunjukan unsur trend, yaitu data bergerak naik dan turun secara bersamaan Widarjono, 2010:77.

3.9.3 Uji Autokorelasi

Menurut Ghozali 2012:110 uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokolerasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokolerasi, digunakan metode uji Durbin-Watson DW. Dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokolerasi dengan menggunakan nilai uji Durbin-Watson yaitu sebagai berikut : 1. Angka D-W di bawah -2, berarti ada autokorelasi positif, 2. Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi, 3. Angka D-W di atas +2, berarti ada autokorelasi negatif.

3.9.4 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi yang terbentuk terjadi ketidaksamaan varian dari residual model regresi. Universitas Sumatera Utara Data yang baik adalah data yang homokedastisitas. Homoskedastisitas terjadi jika varian variabel pada model regresi memiliki nilai yang sama atau konstan Suliyanto, 2011:95. Heteroskedastisitas berarti varians variabel gangguan yang tidak konstan. Masalah heteroskedastisitas dengan demikian lebih sering muncul pada cross section daripada timeseries. Pendeteksian heteroskedastisitas pada penelitian ini digunakan metode Generalized Least Square cross section weight. Hipotesis yang diajukan dalam uji heteroskedastisitas adalah sebagai berikut: H : homoskedastisitas H 1 : heteroskedastisitas Terima H jika p-value nilai signifikansi 0.05; maka H 1 ditolak. Apabila hasil pengujian menunjukkan probabilitas variabel yang lebih dari 0.05 maka tidak terdeteksi adanya heteroskedastisitas.

3.10 Pengujian Hipotesis