Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2012

(1)

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KEUANGAN PADA BANK UMUM SWASTA NASIONAL DEVISA

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009-2012

OLEH

FIKRI ILMI HUTRI TM 100502011

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Tahun 2009-2012

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh CAR, BOPO, NPL, EAR, LAR, dan Firm Size (Ukuran Perusahaan) terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik. Penelitian ini menggunakan data sekunder berjumlah 17 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pengujian hipotesis dilakukan

dengan menggunakan regresi linear berganda, dengan tingkat signifikansi (α) 5%.

Hasil uji hipotesis secara simultan menunjukkan bahwa variabel CAR, BOPO, NPL, EAR, LAR, dan Firm Size (Ukuran Perusahaan) berpengaruh signifikan terhadap ROA. Hasil uji hipotesis secara parsial menunjukkan bahwa variabel BOPO, NPL, EAR memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA sedangkan variabel CAR, LAR, dan Firm Size (Ukuran Perusahaan) tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA.


(3)

ABSTRACT

Analysis of Factors Affecting on Financial Performance of Foreign Exchange Banks Listed in Indonesia Stock Exchange Period of Year 2009-2012

The purpose of this research is to investigate and analyze the effect of CAR, BOPO, NPL, EAR, LAR, dan Firm Size on ROA of Foreign Exchange Banks listed in Indonesia Stock Exchange.

The research method uses descriptive analysis method and statistic analysis method. This research uses secondary data, there were 17 companies listed in Indonesia Stock Exchange. Hypothesis testing is done by using double regresi linear, with significance level (α) 5%.

The results of the simultaneous hypothesis test indicate that the variable CAR, BOPO, NPL, EAR, LAR, dan Firm Size influence on ROA. The results of the partial hypothesis test indicate that the variable BOPO, NPL, EAR has an influence on ROA but variable CAR, LAR, dan Firm Size hasn’t influence on ROA.


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 LatarBelakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Manfaat Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ... 13

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank ... 13

2.1.2 Tugas dan Fungsi Bank ... 14

2.1.3 Penggolongan Bank Berdasarkan Status ... 14

2.1.4 Laporan Keuangan ... 16

2.1.5 Return on Asset (ROA) ... 17

2.1.6 Capital Adequacy Ratio(CAR) ... 17

2.1.7 Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) ... 18

2.1.8Loan to Deposit Ratio (LDR) ... 20

2.1.9Equity to Asset Ratio (EAR) ... 22

2.1.10Loan to Asset Ratio (LAR) ... 22

2.1.11 Firm Size ... 23

2.2 Penelitian Terdahulu ... 23

2.3 Kerangka Konseptual ... 32

2.4 Hipotesis ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

3.1 JenisPenelitian ... 37

3.2 TempatdanWaktuPenelitian... 37

3.3 Definisi Operasional ... 38

3.4 PopulasidanSampel Penelitian ... 41

3.5JenisdanSumber Data ... 42

3.6MetodePengumpulan Data ... 42


(5)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 50

4.2 Hasil Penelitian ... 70

4.3 Pembahasan ... 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 92

5.1 Kesimpulan ... 92

5.2 Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 95


(6)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Kinerja Bank Umum Swasta Nasional Devisa Tahun 2009-2012…….. 8

1.2 Deskripsi Hasil Penelitian Terdahulu... 29

1.3 Daftar Sampel Bank Umum Swasta Nasional Devisa Tahun 2009-2012………. 41

1.4 Daftar Bank yang Tidak Masuk Kriteria... 42

1.5 Statistik deskriptif variabel penelitian... 71

1.6 Hasil Uji Normalitas... 74

1.7 Hasil Uji Multikolinearitas... 77

1.8 Hasil Uji Autokorelasi... 78

1.9 Analisis Regresi Berganda... 79

1.10 Koefisien Determinasi... 82

1.11 Hasil Uji Statistik F... 83


(7)

DAFTAR GAMBAR

No. Tabel Judul Halaman

1.13 Kerangka Konseptual ... 35

1.14 Histogram ... 75

1.15 Normal P-Plot ... 75


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman Lampiran 1 Daftar Sampel Bank Umum Swasta Nasional Devisa ... 98 Lampiran 2 Hasil SPSS ... 99


(9)

ABSTRAK

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Tahun 2009-2012

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh CAR, BOPO, NPL, EAR, LAR, dan Firm Size (Ukuran Perusahaan) terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik. Penelitian ini menggunakan data sekunder berjumlah 17 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pengujian hipotesis dilakukan

dengan menggunakan regresi linear berganda, dengan tingkat signifikansi (α) 5%.

Hasil uji hipotesis secara simultan menunjukkan bahwa variabel CAR, BOPO, NPL, EAR, LAR, dan Firm Size (Ukuran Perusahaan) berpengaruh signifikan terhadap ROA. Hasil uji hipotesis secara parsial menunjukkan bahwa variabel BOPO, NPL, EAR memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA sedangkan variabel CAR, LAR, dan Firm Size (Ukuran Perusahaan) tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA.


(10)

ABSTRACT

Analysis of Factors Affecting on Financial Performance of Foreign Exchange Banks Listed in Indonesia Stock Exchange Period of Year 2009-2012

The purpose of this research is to investigate and analyze the effect of CAR, BOPO, NPL, EAR, LAR, dan Firm Size on ROA of Foreign Exchange Banks listed in Indonesia Stock Exchange.

The research method uses descriptive analysis method and statistic analysis method. This research uses secondary data, there were 17 companies listed in Indonesia Stock Exchange. Hypothesis testing is done by using double regresi linear, with significance level (α) 5%.

The results of the simultaneous hypothesis test indicate that the variable CAR, BOPO, NPL, EAR, LAR, dan Firm Size influence on ROA. The results of the partial hypothesis test indicate that the variable BOPO, NPL, EAR has an influence on ROA but variable CAR, LAR, dan Firm Size hasn’t influence on ROA.


(11)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 pasal 1 tentang Perubahan Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang perbankan yang menjelaskan bahwa perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kreditdan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Perbankan dunia khususnya yang berada di Eropa mengalami penurunan rating atau downgrade, namun perbankan di Indonesia justru mengalami hal yangsebaliknya. Baik itu perbankan milik pemerintah maupun perbankan swasta, hingga semester I di tahun2012 ini perbankan Indonesia mencatatkan kinerja yang baik dengan mayoritas laba yang mengalami kenaikan.Banyak pihak mengungkapkan bahwa laba bersih perbankan yang mengalami kenaikan tersebut didukung oleh laju perekonomian Indonesia yang melesat di saat negara-negara lainnya mengalami keterpurukan akibat krisis ekonomi global yang tak kunjung selesai.Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan II tahun 2012 mencapai angka 6,4 persen. Angka ini meningkat dari 6,3 persen dibandingkan dengan triwulan I tahun 2012. Angka ini tercatat di luar dugaan. Hal inidikarenakanbanyak pihak yang memperkirakan bahwa pertumbuhan perekonomian di triwulan II tahun 2012 hanya mencapai


(12)

pada tingkat 6,1 persen.Menurut pengamat ekonomi Damayanti (2012) pertumbuhan perekonomian yang meningkat ini didukung oleh faktor konsumsi domestik masyarakat Indonesia yang cenderung kuat. Dengan adanya konsumsi domestik yang kuat menyebabkan berlangsungnya kegiatan ekonomi. Sehingga perbankan di Indonesia pun memiliki ruang untuk dapat memperkuat laju

pertumbuhan kinerjanya

Menurut Joyosumarto, direktur utama Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (2011) menyatakan bahwa krisis ekonomi global dan Eropa kemungkinan akan berdampak kecil terhadap Indonesia, termasuk dari sisi perbankan yang ada di Indonesia yang saat ini relatif baik. Hal ini dikarenakan eksposur perdagangan Indonesia ke kawasan Eropa tidak terlalu besar. Hal ini juga ditandakan dengan terus membaiknya indikator perbankan seperti rasio

kecukupan modal dan kualitas kredit

Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa stabilitas sistem perbankan hingga saat ini tetap terjaga dengan fungsi intermediasi yang semakin membaik, meskipun sempat terjadi gejolak di pasar keuangan akibat pengaruh ekonomi global.Sebagaimana tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8,0 persen dan terjaganya rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan Gross) di bawah 5,0 persen

Bank dituntut untuk menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Bank diartikan sebagai lembaga


(13)

menyalurkannya kembali dana tersebut kepada masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya (Kasmir, 2011:2).

Dalam mempertahankan dan memperkuat laju pertumbuhan kinerjanya tersebut, perbankan harus menanamkan sikap waspada dan prinsip kehati-hatian mengingat kondisi perekonomian global yang akan terjadi dimasa yang akan datang dihadapkan pada faktor ketidakpastian. Faktor ketidakpastian inilah yang mendorong munculnya berbagai tingkat risiko dalam penanganan krisis yang terjadi di perbankan yang ada diseluruh dunia seperti krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2008 yang kemudian menyebar ke zona Eropa.

Evaluasi terhadap kinerja bank sangat diperlukan dalam menjaga kondisi bank yang berkinerja bagus dan sehat. Karna perbankan merupakan salah satu bagian yang sangat vital dalam menjamin keberhasilan pembangunan ekonomi yang ada disuatu negara dalam pencapaian tujuan nasional yang berkaitan dengan peningkatan dan pemerataan taraf hidup masyarakat sebagai penunjang berjalannya roda perekonomian.

Evaluasi kinerja keuangan bank merupakan bagian dari kinerja bank secara keseluruhan. Kinerja (performance) bank secara keseluruhan merupakan gambaran prestasi yang dicapai bank dalam operasionalnya, baik menyangkut aspek keuangan, pemasaran, penghimpun dan penyaluran dana, teknologi maupun sumber daya manusia. Kinerja keuangan bank dapat diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas. Penilaian aspek penghimpunan dana dan penyaluran dana merupakan kinerja keuangan yang berkaitan dengan peran bank sebagai lembaga intermediasi. Sedangkan penilaian kondisi likuiditas


(14)

bank berguna untukmengetahui seberapa besar kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya kepada para deposan (Abdullah, 2005:120).

Melakukan penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi perusahaan, tak terkecuali perbankan. Ukuran untuk melakukan penilaian kinerja keuangan perbankan telah ditetapkan oleh Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 dan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.30.277/KEP/DIR tanggal 19 Maret 1998 tentang tata cara penilaian kesehatan bank umum.

Menurut SK Direksi Bank Indonesia No.30/2/UPPB 30 April 1997 tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan bank umum, bahwa tingkat kesehatan bank dinilai dengan pendekatan CAMEL dengan mengukur kualitas faktor permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen rentabilitas dan likuiditas.

Penilaian kesehatan bank bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat sehingga Bank Indonesia sebagai pengawas dan pembina bank-bank dapat memberikan arahan atau petunjuk bagaimana bank tersebut harus dijalankan atau bahkan dihentikan kegiatan operasinya (Kasmir, 2008:49).

Laporan keuangan akan bermanfaat apabila informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dapat dipahami, relevan, handal dan dapat diperbandingkan. Akan tetapi, perlu disadari pula bahwa laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan oleh pihak-pihak yang


(15)

menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan. Walaupun demikian, dalam beberapa hal bank perlu menyediakan informasi non keuangan yang mempunyai pengaruh keuangan di masa depan (Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia, 2008).

Perusahaan perbankan yang ada di Indonesia meliputi Bank Pemerintah, Bank Umum Swasta Nasional Devisa, Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa, Bank Pembangunan Daerah, Bank Campuran, dan Bank Asing. Penelitian ini memilih Bank Umum Swasta Nasional Devisa sebagai obyek penelitian. Alasan pemilihan Bank Umum Swasta Nasional Devisa sebagai obyek penelitian dikarenakan status Bank Umum Swasta Nasional Devisa merupakan bank yang sudah memperoleh izin dari Bank Indonesia (BI) yang dapat melaksanakan transaksi keluar negeri atau berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, berbeda dengan bank non devisa yang hanya bisa melakukan transaksi masih dalam batas-batas negara (Kasmir, 2008:20).

Salah satu indikator dalam menilai kinerja perbankan adalah melalui penilaianReturn On Asset (ROA) yang digunakan untuk mengukur profitabilitas bank karena Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank diukur dengan asset yang dananya sebagian besar dari dana simpanan masyarakat (Dendawijaya, 2009:119). Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank, dan semakin baik pula posisi bank dari segi penggunaan aset (Dendawijaya, 2009:118).


(16)

Athanasoglou et. al (2005) mendefinisikan karakteristik spesifik bank sebagai faktor-faktor yang berasal dari kondisi internal perusahaan atau bank (the firm internal condition)yang dapat dilihat dari neraca dan laporan rugi laba bank. Faktor dari karakteristik spesifik bank untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja perbankan dapat menggunakan ukuran bank (size) dan rasio-rasio keuangan.Kinerja keuangan bank berdasarkan karakteristik spesifik perbankan yang diambil darirasio keuangan bank, antara lain CapitalAdequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Loan (NPL), Equity to Total Asset Ratio (EAR), Loan to Asset Ratio (LAR) dan menggunakan Firm Size (ukuran perusahaan).

Capital Adequacy Ratio (CAR) menurut Dendawijaya (2005:121) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam penyediaan modal minimum yang harus dipertahankan sebagai suatu proporsi tertentu dari total aktiva tertimbang.Rasio ini menunjukkan besarnya kecukupan modal yang dimiliki oleh bank untuk menunjang aktiva yang mengandung risiko seperti risiko kredit, risiko pasar, dan risiko operasional. Apabila modal bank semakin besar maka kemampuan bank dalam memperoleh laba juga semakin besar, sehingga hubungan antara ROA dan CAR adalah positif.

Rasio Biaya Operasi Pendapatan Operasi(BOPO) adalah kelompok rasio yang mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan satu terhadap lainnya (Dendawijaya, 2005:119). Rasio ini merupakan perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan


(17)

pengukuran tingkat effisiensi operasional, semakin tinggi rasio BOPO menunjukkan buruknya kemampuan bank dalam hal effisiensi kegiatan operasional. Dalam hal ini antara ROA dan BOPO memperlihatkan hubungan yang negatif.

Non Performing Loan (NPL) menurut Surat Edaran BI No.3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001 Lampiran 14, merupakan perbandingan antarakredit bermasalah terhadap total kredit yang diberikan. NPL yangtinggi akan memperbesar biaya, sehingga berpotensi terhadapkerugian bank. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin burukkualitas kredit bank tersebut, sehingga menyebabkan jumlah kredit bermasalah yangsemakin besar, dan bank harus menanggungkerugian dalam kegiatanoperasionalnya sehingga berpengaruh terhadap penurunan laba (ROA) yang diperoleh oleh bank (Kasmir, 2004).

Equity to Total Asset Ratio (EAR) merupakan indikator financial yang digunakan untuk mengukur keterikatan atau motivasi dari pemilik atas kelangsungan usaha dari bank. rasio ini menunjukkan besarnya modal sendiri yang digunakan untuk mendanai seluruh aktiva perusahaan (Primasari, 2013). Modal sangat berpengaruh dalam menjaga kepercayaan masyarakat, karena modal dapat melindungi para nasabah jika bank mengalami kerugian.Jika proporsi modal bank semakin tinggi, maka ini menandakan bahwa si pemilik modal memiliki motivasi yang tinggi dalam menjalankan usahanya. Tapi jika proporsi modal yang relatif rendah menandakan si pemilik modal merasa tidak terlalu dirugikan apabila bank mengalami kebangrutan (Menurut Ambarriani, 2003).


(18)

Loan to Asset Ratio (LAR) digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi permintaan kredit melalui jaminan sejumlah aset yang dimiliki (Abdullah, 2003:126). Rasio ini merupakan perbandingan seberapa besar kredit yang diberikan bank dibandingkan dengan besarnya total aset yang dimiliki bank. Semakin tinggi rasio ini, tingkat likuiditasnya semakin kecil karena jumlah aset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya menjadi semakin besar (Dendawijaya, 2005:117).

Firm Size (ukuran perusahaan) menurut Widjadja (2009) adalah suatu ukuran yang menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan, antara lain total penjualan, rata-rata tingkat penjualan, dan total. Jika suatu perusahaan memiliki total aktiva yang besar, hal ini menandakan perusahaan tersebut mampu dalam menyalurkan kredit yang besar pula sehingga akan menghasilkan laba yang besar. Sehingga antara Firm Size dan ROA mengalami hubungan yang positif.

Berikut ini merupakan hasilrata-rata data empiris mengenai rasio keuangan ROA, CAR, BOPO, NPL, EAR, LAR, dan Firm Size (ukuran perusahaan) periode 2009-2012 yang telah diolah menjadi rata-rata tahunan.

Tabel 1.1

Kinerja Bank Umum Swasta Nasional Devisa Periode 2009-2012

Rasio Tahun

2009 2010 2011 2012

ROA 1,92% 2,03% 2,17% 2,14%

CAR 17,64% 16,57% 14,39% 15,61%

BOPO 90,32% 81,87% 81,40% 80,13%

NPL 2,15% 1,68% 1,38% 1,30%

EAR 11,07% 11,23% 10,88% 11,01%


(19)

Dari Tabel 1.1 diketahui bahwa rasio keuangan yang dihitung dari rasio Return on Asset (ROA) dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 menunjukkan rata-rata ROA yang tidak konsisten. Dilihat dari perhitungan rata-rata ROA dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011, rata-rata ROA mengalami kenaikan. Rata-rata ROA pada tahun 2009 adalah sebesar 1,92% naik menjadi 2,03% pada tahun 2010 dan kembali naik pada tahun 2011 sebesar 2,17%. Sedangkan pada tahun 2011 menuju tahun 2012, rata-rata ROA mengalami penurunan sebesar 2,14%.

Capital Adequacy Ratio (CAR) pada tahun 2009-2012 pada Tabel 1.1 menunjukkan bahwa nilai CAR mengalami penurunan kinerja dari tahun 2009-2011 dan mengalami kenaikan kinerja menuju tahun 2012. Hal ini berbanding terbalik dengan banyaknya teori yang mengatakan bahwa antara ROA dan CAR memiliki hubungan yang positif, disaat ROA mengalami kenaikan maka CAR juga mengalami kenaikan.

Berdasarkan teori dan fenomena masalah mengenai tidak konsistennya pengaruh yang ditimbulkan variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Loan (NPL), Equity to Asset Ratio (EAR), Loan to Asset Ratio (LAR), dan Firm Size terhadap variabel Return on Asset (ROA) sebagaimana telah dijabarkan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dibidang kinerja keuangan dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2012.”


(20)

1.2 Perumusan Masalah

Dari uraian masalah penelitian yang ada maka dapat disusun pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa pada tahun 2009-2012 ?

2. Bagaimana pengaruh Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa pada tahun 2009-2012 ?

3. Bagaimana pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa pada tahun 2009-2012 ?

4. Bagaimana pengaruh Equity to Total Asset Ratio (EAR) terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa pada tahun 2009-2012 ?

5. Bagaimana pengaruh Loan to Asset Ratio (LAR) terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa pada tahun 2009-2012? 6. Bagaimana pengaruh Firm Size (ukuran perusahaan) terhadap Return on

Asset (ROA) pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa pada tahun 2009-2012 ?


(21)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisispengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2012.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2012.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2012.

4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Equity to Total Asset Ratio (EAR) terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2012.

5. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Loan to Asset Ratio (LAR) terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2012.

6. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Firm Size (ukuran perusahaan) terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2012.


(22)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manajemen Perbankan

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai wacana dalam pengambilan keputusan sebagai dasar untuk meningkatkan laba perusahaan pada periode selanjutnya.

2. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan bagi akademisi khususnya yang berhubungan dengan manajemen keuangan. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat mendukung penelitian selanjutnya dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan dibidang perbankan maupun pada bidang lain.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank

Pengertian bank terdapat pada pasal 1 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang menjelaskan bahwa Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak (Booklet Perbankan 2012).

Dari pengertian diatas dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktifitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan, sehingga berbicara mengenai bank tidak terlepas dari masalah keuangan (Kasmir, 2008, 25).

Menurut G.M Verryn Stuart “ Bank is a company who satisfied other people by giving a credit with the money they accept as a gambleto the other, eventhough the should supply the new money “ (Bank adalah badan usaha yang yang wujudnya memuaskan keperluan orang lain dengan memberikan kredit


(24)

berupa uang yang diterimanya dari orang lain, sekalipun dengan jalan mengeluarkan uang kertas atau uang logam).

Dengan demikian kegiatan bank yaitu mengumpulkan uang dari masyarakat yang mempunyai kelebihan uang dan menyalurkan kembali kepada masyarakat yang kekurangan uang dalam bentuk kredit dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.

2.1.2 Tugas dan Fungsi Bank

Pada dasarnya tugas pokok bank menurut Undang-Undang RI No.19 tahun 1998 adalah membantu pemerintah dalam hal mengatur, menjaga, dan memelihara stabilitas nilai rupiah, mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja guna peningkatan taraf hidup orang banyak.

Sedangkan fungsi bank pada umumnya adalah (Siamat, 2005:276):

1. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatan ekonomi

2. Menciptakan uang

3. Menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat 4. Menawarkan jasa-jasa keuangan lain.

2.1.3 Penggolongan bank berdasarkan status

Adapun jenis perbankan yang ditinjau berdasarkan status antara lain (Kasmir, 2008:20):

1. Bank Devisa, yaitu bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan. Misalnya


(25)

dan pembayaran letter of credit dan transaksi lainnya. Persyaratan untuk menjadi Bank Devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia.

2. Bank Non Devisa, yaitu bank yang memperoleh izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, namun tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa.

Hal yang sama juga diuraikan pengertian Bank Devisa oleh Taswan (2006) bahwa Bank Devisa merupakan bank yang yang memperoleh izin dari Bank Indonesia (BI) untuk menjual, menyimpan, dan membeli devisa serta menyelenggarakan lalu lintas pembayaran luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan. Sedangkan Bank Non Devisa hanya bisa melakukan transaksi masih dalam batas-batas negara.

Persyaratan Bank Umum Non Devisa menjadi Bank Umum Devisa adalah sebagai berikut (Booklet Perbankan Indonesia 2011):

1. Capital Adequacy Ratio (CAR) minimum dalam bulan terakhir 8%.

2. Tingkat kesehatan bank selama 24 bulan terakhir berturut-turut tergolong sehat.

3. Modal disetor minimal Rp. 150 miliar.

4. Bank telah melakukan persiapan untuk melaksanakan kegiatan sebagai Bank Umum Devisa meliputi: organisasi, sumber daya manusia, pedoman operasional kegiatan devisa dan sistem administrasi serta pengawasannya.


(26)

2.1.4 Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan beberapa lembar kertas dengan angka-angka yang tertulis di atasnya, tetapi penting juga untuk memikirkan aset-aset nyata yang mendasari angka-angka tersebut (Brigham dan Houston, 2006:44).

Secara umum, tujuan pembuatan laporan keuangan suatu bank adalah sebagai berikut (Kasmir, 2004:240):

1. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva dan jenis-jenis aktiva yang dimiliki.

2. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah kewajiban dan jenis-jenis kewajiban baik jangka pendek maupun jangka panjang.

3. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah modal dan jenis-jenis modal bank waktu tertentu.

4. Memberikan informasi keuangan tentang hasil usaha yang tercermin dari jumlah pendapatan yang diperoleh dan sumber-sumber pendapatan bank tersebut.

5. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan berikut jenis-jenis biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu.

6. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam aktiva, kewajiban dan modal suatu bank.

7. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen dalam suatu periode dari hasil laporan keuangan yang disajikan.


(27)

2.1.5 Return on Asset (ROA)

ROA merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar laba bersih yang dapat diperoleh dari seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan. Dendawijaya (2009:118) menjelaskan bahwa rasio ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan, semakin besar ROA semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank dari segi penggunaan aset. Dalam Arsitektur Perbankan Indonesia (2004) kriteria yang dikeluarkan Bank Indonesia untuk sebuah bank bisa menjadi bank jangkar (anchor bank) memiliki rasio Return On Asset (ROA) minimal 1,5%.

2.1.6 Capital Adequacy Ratio (CAR)

Rasio CAR digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung dan menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. Semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan banktersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit atau aktiva produktif yang berisiko. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.6/ 23./DPNP tanggal 31 Mei 2004 Lampiran 1a, rasio CAR dapat dirumuskan sebagai perbandingan antara modal bank terhadap aktiva tertimbang menurut risiko modal bank adalah total modal yang berasal dari bank yang terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. Modal inti yaitu modal milik sendiri yang diperoleh dari modal disetor oleh pemegang saham. Modal inti terdiri dari modal disetor, agio saham, cadangan umum, cadangan tujuan, laba ditahan, laba tahun lalu, laba tahun


(28)

berjalan, dan bagian kekayaan anak perusahaan yang laporan keuangannya dikonsolidasikan. Modal pelengkap terdiri dari cadangan revaluasi aktiva tetap, cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan, modal kuasa, dan pinjaman subordinasi. Sedangkan ATMR merupakan penjumlahan ATMR aktiva neraca dengan ATMR administratif.

Sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, besarnya CAR yang harus dicapai oleh suatu bank minimal 8%. Angka tersebut merupakan penyesuaian dari ketentuan yang berlaku secara internasional berdasarkan Standar Bank for International Settlement (BIS).

2.1.7 Biaya Operasional Pendapatan Operasional

Biaya operasional adalah semua biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha bank yang dirinci sebagai berikut (Dendawijaya, 2005:111):

1. Biaya bunga, adalah semua biaya atas dana-dana yang berasal dari Bank Indonesia, bank-bank lain , dan pihak ketiga bukan bank.

2. Biaya valuta asing lainnya, adalah ssemua biaya yang dikeluarkan bank untuk berbagai transaksi devisa.

3. Biaya tenaga kerja, adalah seluruh biaya yang dikeluarkan bank untuk membiayai pegawainya.

4. Penyusutan, adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk penyusutan benda-benda tetap dan inventaris.

5. Biaya lainnya, seperti premi asuransi/jaminan kredit, sewa gedung kantor/ rumah dinas dan alat-alat lain, biaya pemeliharaan.


(29)

Pendapatan operasional terdiri atas semua pendapatan yang merupakan hasil langsung dari kegiatan usaha bank yang benar-benar diterima. Pendapatan bunga terdiri dari (Dendawijaya, 2005:111):

1. Hasil bunga, adalah pendapatan bunga, baik dari pinjaman yang diberikan maupun dari penanaman yang dilakukan bank seperti giro, simpanan berjangka, obligasi, dan surat pengakuan utang lainnya.

2. Provisi dan komisi, adalah pendapatan yang diterima oleh bank dari berbagai kegiatan yang dilakukan bank, seperti provisi kredit, komisi pembelian, dan lain-lain.

3. Pendapatan valuta asing lainnya, adalah keuntungan yang diperoleh bank dari berbagai transaksi devisa.

4. Pendapatan lainnya, adalah hasil langsung dari kegiatan operasional lainnya yang tidak termasuk dalam rekening pendapatan diatas, misalnya dividen yang diterima dari saham yang dimiliki.

Rasio BOPO adalah kelompok rasio yang mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan satu terhadap lainnya (Dendawijaya, 2005:119). Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional.

Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Mengingat kegiatan utama bank adalah menghimpun dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat, maka biaya dan pendapatan yang mendominasi pada bank adalah biaya bunga dan hasil bunga. Hal yang terpenting untuk mencapai keefisiensian operasional adalah


(30)

meningkatkatn produktivitas perusahaan, menekan biaya, sehingga menghasilkan output yang maksimal dan akan mempengaruhi laba (Koch, 2003:112).

Kriteria nilai kredit BOPO dapat dihitung sebagai berikut (Harmono, 2009:120):

1. Untuk rasio 100% atau lebih, nilai kredit = 0.

2. Untuk setiap penurunan sebesar 0,08%, nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100. Bobot CAMEL untuk rasio BOPO adalah 5%.

2.1.8 Non Performing Loan (NPL)

Pengertian NPL menurut Siamat (2004:174) menyatakan bahwa salah satu faktor penyebab runtuhnya kondisi suatu bank yaitu adanya NPL yang melebihi batas kewajaran yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. NPL timbul karena tidak kembalinya dana yang diberikan dalam bentuk kredit tepat pada waktunya. NPL biasa disebut dengan kredit bermasalah.

Menurut Surat Edaran BI No. 3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001 Lampiran 14 menyatakan bahwarasio NPL dapat diukur melalui perbandingan antarakredit bermasalah dengan total kredit yang diberikan. Semakin tinggi rasio ini mengindikasikan akan buruknya kualitas kredit akan bank tersebut. Hal ini menandakan bahwa bankakan mengalamikerugian dalam menjalani kegiatan operasionalnya danberpengaruh terhadap perolehan laba (ROA) yang diperoleh bank(Kasmir, 2004).


(31)

Menurut Dendawijaya (2005:82) implikasi bagi pihak bank akibat dari timbulnya kredit bermasalah dapat berupa:

1. Hilangnya kesempatan memperoleh pendapatan (income)dari kredit yang diberikan, sehingga akan mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi rentabilitas bank.

2. Rasio kualitas aktiva produktif atau yang lebih dikenal dengan BDR (Bad Debt Ratio) menjadi semakin besar yang menggambarkan terjadinya situasi yang memburuk.

3. Bank harus memperbesar penyisihan untuk cadangan aktiva produktif yang diklasifikasikan berdasarkan ketentuan yang ada. Hal ini pada akhirnya akan mengurangi besarnya modal bank dan akansangat berpengaruh terhadap CAR (Capital Adequacy Ratio).

4. Return on Asset (ROA) mengalami penurunan.

5. Sebagai akibat komplikasi butir 2,3, dan 4 di atasyaitu akan menurunkan nilai tingkat kesehatan bank berdasarkanperhitungan menurut metode CAMEL.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa risiko kredit berkaitan dengankemungkinan kegagalan dalam membayar kewajiban atau risiko dimanadebitur tidak dapat melunasi hutangnya. Oleh karena itu, besarnya nilai NPL menandakan akan besarnya risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank dan mempengaruhi laba yang akan di peroleh oleh bank. Sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia mengenai besarnya NPL yang baik adalah di bawah5%.


(32)

2.1.9 Equity to Total Asset Ratio (EAR)

Equity to Total Assets Ratio adalah indikator finansial yang digunakan untuk mengukur keterikatan atau motivasi dari pemilik atas kelangsungan usaha dari bank yang bersangkutan. Rasio ini menunjukkan besarnya modal sendiri yang digunakan untuk mendanai seluruh aktiva perusahaan.

Menurut Ambarriani (2003) semakin tinggi proporsi modal sendiri maka akan semakin tinggi pula keterikatan atau motivasi pemilik atas kelangsungan usaha banknya, sehingga akan semakin tinggi peranan pemilik dalam mempengaruhi manajemen peningkatan kinerja atau efisiensi banknya secara lebih profesional. Sebaliknya, proporsi modal sendiri yang relatif rendah akan menyebabkan pemilik tidak merasa terlalu dirugikan apabila banknya pailit atau bangkrut.

Secara teoritis dikatakan bahwa semakin tinggi nilai EAR, maka akan semakin baik anggaran bankdalam membelanjakan investasinya sehingga kemampuan bank dalam meningkatkan labanya menjadisemakin optimal (Menurut Berger dalam Hendrayanti dan Muharram, 2013).

2.1.10 Loan to Asset Ratio (LAR)

Loan to Asset Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi permintaan kredit melalui jaminan sejumlah aset yang dimiliki (Abdullah, 2003:126). Rasio ini merupakan perbandingan seberapa besar kredit yang diberikan bank dibandingkan dengan besarnya total aset yang dimiliki bank. Semakin tinggi rasio ini, tingkat likuiditasnya semakin kecil karena jumlah aset


(33)

yang diperlukan untuk membiayai kreditnya menjadi semakin besar (Dendawijaya, 2005:117).

2.1.11 Firm Size(ukuran perusahaan)

Firm size menurut Widjadja (2009) adalah suatu ukuran yang menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan, antara lain total penjualan, rata-rata tingkat penjualan, dan total aktiva. Pada umumnya perusahaan besar yang memiliki total aktiva yang besar mampu menghasilkan laba yang besar.

Ada tiga teori yang secara implisit menjelaskan hubungan antara firm size(ukuran perusahaan) dan tingkat keuntungan (Kusuma,2005) antara lain:

1. Teori teknologi: yang menekankan pada modal fisik, economies of scale, dan lingkup sebagai faktor-faktor yang menentukan besarnya ukuran perusahaan yang optimal serta pengaruhnya terhadap profitabilitas.

2. Teori organisasi: menjelaskan hubungan profitabilitas dengan firm size(ukuran perusahaan) yang dikaitkan dengan biaya transaksi organisasi, didalamnya terdapat teori critical resources.

3. Teori institusional: mengkaitkan firm size(ukuran perusahaan) dengan faktor-faktor seperti perundang-undangan, peraturan anti trust, perlindungan paten, ukuran pasar dan perkembangan pasar keuangan.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Putra pada tahun 2011 dengan judul analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan lembagaPerbankan pada Bank Swasta Nasional periode 2006-2009 dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil uji t menunjukkan bahwa Net Interest Margin


(34)

(NIM) dan Loans to Deposit Ratio (LDR) memiliki pengaruh positif signifikan terhadap Return On Asset (ROA), Non Performing Loan (NPL) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap Return On Asset (ROA), sedangkan variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) memiliki pengaruh positif tapi tidak signifikan terhadap Return on Asset (ROA). Dari hasil perhitungan statistik diketahui bahwa variabel NIM, LDR, NPL dan BOPO memberikan pengaruh terbesar terhadap Return On Assets (ROA).

Penelitian yang dilakukan oleh Primasari pada tahun 2013 dengan judul Pengaruh Karakteristik Bank dan Rasio Keuangan terhadap Profitabilitas pada Bank Umum yang Berkinerja Positif di Indonesia periode 2007-2011dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwavariabel ukuran perusahaan (size), Loan to Asset Ratio (LAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Net Interest Margin (NIM) Deposit to Total Asset Ratio (DAR) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Return on Asset (ROA). Variabel Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) dan Non Performing Loan (NPL) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap Return on Asset (ROA). Sedangkan variabel Equity to Total Asset Ratio (EAR) memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap Return on Asset (ROA).

Penelitian yang dilakukan oleh Sakul pada tahun 2012 dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Return on Asset (ROA) pada Bank Swasta Nasional di Indonesia Periode 2006-2010 dengan menggunakan analisis regresi


(35)

Ratio (LDR) tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhdap Return on Asset (ROA). Variabel Non Performing Loan (NPL) memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap Return on Asset (ROA).Sedangkan Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) memiliki pengaruh positif signifikan terhadap Return on Asset (ROA).Kemampuan prediksi dari ketiga variabel tersebut terhadap ROA dalam penelitian ini sebesar 61,6%, sedangkan sisanya 38,4% dipengarui oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian.

Penelitian yang dilakukan oleh Arimi pada tahun 2012 dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank pada Bank Umum yang Listed di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2007-2010 dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Penelitian ini menunjukkan bahwa Capital Adequncy Ratio (CAR) dan Loans to Deposit Ratio (LDR) memiliki pengaruh positif tidak signifikan terhadap Return On Asset (ROA), Non Performing Loan (NPL) memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap Return On Asset (ROA), Net Interest Margin (NIM) memiliki pengaruh positif signifikan terhadap Return On Asset (ROA), dan Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional(BOPO) memiliki pengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA).

Penelitian yang dilakukan oleh Damayanti tahun 2012 dengan judul Analisis Pengaruh CAR, LDR, BOPO, dan KAP terhadap Kinerja Perbankan antara Bank Devisa dan Non devisa Periode 2007-2011 dengan menggunakan analisis deskriptif dan linear berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa hanya variabel Biaya Operasional Pendapatan Operasional(BOPO)


(36)

memiliki berpengaruh signifikan terhadap kinerja perbankan. Variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh signifikan pada kinerja Bank Devisa. Sedangkan variabel lainnya tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perbankan. Hasil dari pengujian Chow Test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara Bank Devisa dan Bank Non Devisa periode 2007-2011.

Penelitian yang dilakukan oleh Adyani tahun 2011 dengan judul penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas (ROA) pada Bank Umum Syari’ah yang terdapat di BEI periode Desember 2005 sampai September 2010, menggunakan analisis linear berganda menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) danFinancing to Deposit Ratio(FDR) secara bersama-sama berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA) bank. Sedangkan hasil koefisien determinasi menunjukkan bahwa korelasi antara profitabilitas bank dengan empat variabel bebas sebesar 45,2%. Dan hasil dari penelitian secara parsial (Uji T) menyatakan bahwa variabel CAR (Capital Adequacy Ratio) dan Financing to Deposit Ratio(FDR) tidak berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas (ROA) bank. Dan variabelNon Performing Financing(NPF) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional(BOPO) berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas (ROA) bank.

Penelitian yang dilakukan oleh Guna pada tahun 2013 dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Perbankan pada Bank Umum Milik Negara (Persero) yang Terdaftar di Bank Indonesia Tahun


(37)

2006-menunjukan bahwa variabel-variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap ROA. Sedangkan secara parsial, variabel BOPO dan NIM berpengaruh signifikan terhadap ROA. Kemudian variabel CAR, NPL, LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Nilai koefisien determinasi (Adjusted R2) model regresi sebesar 97,3%. Hal ini berarti variabel independen dapat menjelaskan ROA sebesar 97,3%, sisanya 2,7% dijelaskan oleh variabellain yang tidak dianalisis dalam peneltian ini.

Penelitian yang dilakukan oleh Kurnia dan Mawardipada tahun 2012 dengan judul penelitianAnalisis Pengaruh BOPO, EAR, LAR Dan Firm Size Terhadap Kinerja Keuangan (Studi kasus pada Bank Umum Konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2011), menggunakan analisis linear berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Firm Size, Loan to Asset Ratio (LAR) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Return on Asset (ROA). Sedangkan variabel Equity to Total Asset Ratio (EAR) memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap Return on Asset (ROA).

Penelitian yang dilakukan oleh Hendrayanti dan Muharrampada tahun 2013 dengan judul penelitianAnalisis Pengaruh Faktor Internal dan EksternalTerhadap Profitabilitas Perbankan(Studi pada Bank Umum di Indonesia PeriodeJanuari 2003-Februari 2012), menggunakan analisis linear berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Equity to Total Asset Ratio (EAR) dan Firm Size memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Return on Asset (ROA). Variabel Biaya Operasional pendapatan Operasional (BOPO),Loan to


(38)

Asset Ratio (LAR), dan Votality ofROA memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap Return on Asset (ROA). Sedangkan Economic Growth dan Inflation memiliki pengaruh positif tidak signifikan terhadap Return on Asset (ROA).

Penelitian Arimi dan Mahfud pada tahun 2012 dengan judul Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas perbankan (studi pada Bank Umum yang listed di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2010). Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Return On Asset (ROA), sedangkan Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Return On Asset (ROA), variabel Net Interest Margin (NIM) berpengaruh positif signifikan terhadap Return On Asset (ROA), dan BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap Return On Asset (ROA).

Penelitian yang dilakukan oleh Sukarno dan Syaicupada tahun 2006 dengan judul penelitianAnalisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Bank Umum di Indonesia, menggunakan analisis linear berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR) memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap Return on Asset (ROA). Variabel Non Performing Loan (NPL) memiliki pengaruh positif tidak signifikan. Variabel Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap Return on Asset (ROA) dan variabel Debt to Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap Return on Asset (ROA).


(39)

Penelitian yang dilakukan oleh Akram pada tahun 2012 dengan judul penelitian Financial Performance of Palestinian Commercial Banks, menggunakan analisis linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Bank size dan Asset Management memiliki pengaruh yang positif terhadap ROA. Sedangkan, Credit Risk dan Operational Efficiency memiliki pengaruh yang negatif terhadap ROA.

Tabel 2.1

Deskripsi Hasil Penelitian Terdahulu

Nama Judul Variabel Sampel Uji

Ambika Pega Wiyas Putra

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan

Lembaga Perbankan pada Bank Swasta Nasional periode 2006-2009 Dependen ROA Independen CAR NPL BOPO LDR NIM Bank Swasta Nasional yang listing di BEI periode 2006-2009 Analisis Regresi Linear Berganda Maya Fitriana Primasari Pengaruh Karakteristik Bank dan Rasio Keuangan Terhadap Profitabilitas

(Studi Kasus pada Bank Umum yang Berkinerja Positif di Indonesia Periode 2007-2011) Dependen ROA Independen Ukuran Perusahaan (Size) LAR BOPO NPL LDR NIM DAR EAR

Bank Umum di Indonesia yang Terdaftar dalam BEI periode 2007-2011 Analisis Regresi Linear Berganda Dechrista R.G Sakul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Return On Assets (ROA) pada Bank Swasta Nasional Di Indonesia Periode 2006-2010 Dependen ROA Independen LDR NPL Bank Swasta Nasional di Indonesia Periode 2006-2010 Analisis Regresi Linear Berganda


(40)

Nama Judul Variabel Sampel Uji Millatina Arimi Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Perbankan (Studi pada Bank Umum yang Listed di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2010 ) Dependen ROA Independen CAR NPL NIM LDR BOPO

Studi pada Bank Umum yang Listed di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2010 Analisis Regresi Linear Berganda Finishia Damayanti

Analisis pengaruh CAR, LDR, BOPO dan KAP terhadap Kinerja Perbankan (Studi

Komparatif Antara Bank Devisa dan Non Devisa Periode 2007-2011) Dependen ROA Independen CAR LDR BOPO KAP Studi Komparatif Antara Bank Devisa dan Non Devisa Periode 2007-2011 Analisis Regresi Linear Berganda Lyla Rahma Adyani Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas (ROA) (Pada Bank Umum Syariah yang Terdaftar di BEI Periode Desember 2005–September 2010) Dependen ROA Independen CAR NPF BOPO FDR Bank Umum Syariah yang Terdaftar di BEI Periode Desember 2005– September 2010) Analisis Regresi Berganda Rangga Patria Guna Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Perbankan (Studi Kasus pada Bank Umum Milik Negara (Persero)

yang Terdaftar di Bank Indonesia Tahun

2006-Dependen ROA Independen CAR NPL NIM BOPO Bank Umum Milik Negara (Persero)

yang Terdaftar di Bank Indonesia Tahun 2006-2011

Analisis Regresi Berganda


(41)

Nama Judul Variabel Sampel Uji Indra Kurnia, Wisnu Mawardi (Diponegoro Journal Of Management) Analisis Pengaruh BOPO, EAR, LAR dan Firm Size

Terhadap Kinerja Keuangan

(Studi kasus pada Bank Umum Konvensional yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2011) Dependen ROA Independen BOPO EAR LAR Firm Size Bank Umum Konvensional yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2011 Analisis Regresi Berganda Silvia Hendrayanti, Harjum Muharam (Diponegoro Journal Of Management)

Analisis Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Profitabilitas Perbankan Dependen ROA Independen EAR BOPO LAR Firm size economic growth inflation Volatility ROA

Bank Umum di Indonesia Periode Januari 2003-Februari 2012 Analisis Regresi Berganda Millatina Arrimi, Mohammad Kholiq Mahfud (Diponegoro Jurnal of Management) Analisis faktor-faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Perbankan (Studi pada Bank Umum yang Listed di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2010) Dependen ROA Independen CAR NPL NIM BOPO LDR Bank Umum yang Listed di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2010 Analisis Linear Berganda Kartika Wahyu Sukarno, Muhamad Syaichu(Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Bank Umum di Indonesia

Dependen ROA Independen CAR LDR NPL DER BOPO

Bank Umum di Indonesia Tahun 2000-2005

Analisis Regresi Berganda


(42)

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka teoritis atau konsep adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan antara satu teori dengan teori lainnya. Sehingga masalah yang diteliti menjadi jelas penyelesaiannya (Ginting dan Situmorang, 2008:97). Kegunaan kerangka konseptual adalah untuk mendesain hipotesis dan pengukuran untuk menguji hipotesis atau bahkan mungkin akan menciptakan konsep baru untuk menyatakan pemikiran peneliti.

Salah satu indikator dalam menilai kinerja perbankan adalah melalui penilaian Return On Asset (ROA). ROA digunakan untuk mengukur profitabilitas bank karena Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank, diukur dengan asset yang dananya sebagian besar dari dana simpanan masyarakat (Dendawijaya, 2009:119). Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank, dan semakin baik pula posisi bank dari segi penggunaan aset (Dendawijaya, 2009:118).

Nama Judul Variabel Sampel Uji

Akram Alkhatib (International Journal of Business and Sosial Science)

Financial Performance of Palestinian Comercial Banks Dependen ROA Independen Bank Size Credit Risk Operational Efficiency Asset Management Palestinian Comercial Banks Multiple Regresion Analysis


(43)

Athanasoglou et. al (2005) mendefinisikan karakteristik spesifik bank sebagai faktor-faktor yang berasal dari kondisi internal perusahaan atau bank (the firm internal condition) yang dapat dilihat dari neraca dan laporan rugi laba bank. Faktor dari karakteristik spesifik bank untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja perbankan dapat menggunakan ukuran bank (size) dan rasio-rasio keuangan.

Capital Adequacy Ratio (CAR) menurut Dendrawijaya (2005:121) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam penyediaan modal minimum yang harus dipertahankan sebagai suatu proporsi tertentu dari total aktiva tertimbang. Apabila modal bank semakin besar maka kemampuan bank dalam memperoleh laba juga semakin besar.

Rasio Biaya Operasi Pendapatan Operasi (BOPO) adalah kelompok rasio yang mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan satu terhadap lainnya (Dendawijaya, 2005:119). Semakin tinggi rasio BOPO menunjukkan buruknya kemampuan bank dalam hal effisiensi kegiatan operasional dan mengurangi perolehan laba.

Non Performing Loan (NPL) merupakan salah satu faktor penyebab runtuhnya kondisi suatu bank yaitu adanya NPL yang melebihi batas kewajaran yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. NPL timbul karena tidak kembalinya dana yang diberikan dalam bentuk kredit tepat pada waktunya. NPL biasa disebut dengan kredit bermasalah (Siamat, 2004:174). Non Performing Loan (NPL) menurut Surat Edaran BI No.3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001 Lampiran 14, merupakan perbandingan antarakredit bermasalah terhadap total kredit yang


(44)

diberikan. NPL yangtinggi akan memperbesar biaya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank.

Equity to Total Asset Ratio (EAR) merupakan indikator financial yang digunakan untuk mengukur keterikatan atau motivasi dari pemilik atas kelangsungan usaha dari bank. rasio ini menunjukkan besarnya modal sendiri yang digunakan untuk mendanai seluruh aktiva perusahaan (Primasari, 2013).

Loan to Asset Ratio (LAR) digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi permintaan kredit melalui jaminan sejumlah aset yang dimiliki (Abdullah, 2003:126). Rasio ini merupakan perbandingan seberapa besar kredit yang diberikan bank dibandingkan dengan besarnya total aset yang dimiliki bank.Semakin tinggi rasio ini, tingkat likuiditasnya semakin kecil karena jumlah aset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya semakin besar (Dendawijaya, 2005:117).

Firm Size (ukuran perusahaan) menurut Widjadja (2009) adalah suatu ukuran yang menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan. Jika suatu perusahaan memiliki total aktiva yang besar, hal ini menandakan perusahaan tersebut mampu dalam menyalurkan kredit yang besar pula sehingga akan menghasilkan laba yang besar pula.


(45)

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka model kerangka konseptual yang digunakan adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono: 2005:51).

Firm Size(X6)

Capital Adequacy Ratio (CAR) (X1)

Biaya operasional terhadap Pendapatan Operasional

(BOPO) (X2)

Non Performing Loan (NPL)(X3)

Equity to Total Asset Ratio (EAR) (X4 )

Loan to Asset Ratio (LAR) (X5 )

Kinerja Keuangan (ROA) (Y)


(46)

Berdasarkan kerangka konseptual yang telah dikemukakan diatas maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Loan (NPL), Equity to Total Asset Ratio (EAR), Loan to Asset Ratio (LAR), Firm Size secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset (ROA).

2. Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasioanal Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Loan (NPL), Equity to Total Asset Ratio (EAR), Loan to Asset Ratio (LAR), Firm Size secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset (ROA)


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian pada skripsi ini adalah Explanatory Research, merupakan penyelidikan kausalitas dengan cara mendasarkan pada pengamatan terhadap akibat yang terjadi, dan mencari faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebabnya, melalui data tertentu (Ginting dan Situmorang, 2008:56). Dalam hal ini terdapat variabel yang mempengaruhi dan variabel yang dipengaruhi, terdapat variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas sering disebut sebagai variabel independen stimulus, input, prediktor, dan antecedent. Sedangkan variabel terikat disebut variabel dependen yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel independen.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini adalah Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terangkum di website Bursa Efek Indoonesia website masing-masing Bank Umum Swasta Nasional Devisa. Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang diteliti dalam penelitian ini adalahsebanyak 17 bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia(BEI). Waktu penelitian ini dimulai dari bulan Oktober 2013 sampai dengan Januari 2014.


(48)

3.3 Definisi Operasional 3.3.1 Variabel Dependen

Dalam penelitian ini membahas tentang kinerja Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang terangkum di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-2012 dengan pengukuran tingkat keuntungan bank di proksikan dengan rasio rentabilitas yaitu Return on Asset (ROA) sebagai variabel dependen.

1. Return on Asset (ROA)

Return on Asset (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan atau laba secara keseluruhan dari segi penggunaan aset (Dendawijaya,2009:118).

3.3.2 Variabel Independen

Variabel independen dari penelitian ini adalah rasio keuangan bank yang dibuat oleh bank serta dilaporkan secara berkala ke Bank Indonesia dan dipublikasikan. Adapun rasio keuangan yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah rasio keuangan yang terdiri dari lima aspek yaitu: CAR, BOPO, NPL, EAR, LAR, dan Firm Size (ukuran perusahaan).

��� =Laba Bersih


(49)

1. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam penyediaan modal minimum yang harus dipertahankan sebagai suatu proporsi tertentu dari total aktiva tertimbang (Dendrawijaya, 2005:121).

2. Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)

Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untukmengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya (Dendrawijaya, 2005:111).

3.Non Performing Loan (NPL)

Non Performing Loan (NPL) merupakan perbandingan antara kredit bermasalah terhadap total kredit yang diberikan (Surat Edaran BI No.3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001 Lampiran 14).

��� = Modal Bank

Aktiva Tertimbang Menurut Risiko× 100%

����= Biaya Beban Operasional

Pendapatan Operasional × 100

���=Kredit Bermasalah


(50)

4.Equity to Asset Ratio (EAR)

Equity to Total Asset Ratio (EAR) merupakan indikator financial yang digunakan untuk mengukur keterikatan atau motivasi dari pemilik atas kelangsungan usaha dari bank. Rasio ini menunjukkan besarnya modal sendiri yang digunakan untuk mendanai seluruh aktiva perusahaan (Ambarriani, 2013).

5.Loan to Asset Ratio (LAR)

Loan to Asset Ratio (LAR) digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi permintaan kredit melalui jaminan sejumlah asset yang dimiliki (Abdullah, 2003:126).

6.Firm Size (ukuran perusahaan)

Firm Size adalah suatu ukuran yang menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan, antara lain total penjualan, rata-rata tingkat penjualan, dan total aktiva. Pada umumnya perusahaan yang besar mampu menghasilkan laba yang besar (Widjadja, 2009).

��� =Total Ekuitas

Total Asset × 100%

��� = Total Kredit yang Diberikan

Total Asset × 100%


(51)

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2012 sebagai target populasi sebanyak 20 bank, namun terdapat kriteria bank yang akan dijadikan sampel, sehingga bank yang akan dijadikan sampel adalah sebanyak 17 bank, kriteria yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah:

1. Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang menerbitkan laporan keuangan pada tahun 2009-2012 dan terdaftar di BEI.

2. Laporan keuangan merupakan laporan dengan periode tahunan (berakhir 31 Desember).

3. Laporan yang diterbitkan memperlihatkan laporan tahunan yang positif dalam periode 2009-2012.

Tabel 3.1

Daftar Sampel Bank Umum Swasta Nasional Devisa Periode 2009-2012

No. Bank Kode

1 PT Bank Artha Graha Internasional, Tbk INPC

2 PT Bank Bukopin, Tbk BBKP

3 PT Bank Bumi Arta, Tbk BNBA

4 PT Bank Central Asia, Tbk BBCA

5 PT Bank CIMB Niaga, Tbk BNGA

6 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk BDMN

7 PT Bank Ekonomi Raharja, Tbk BAEK

8 PT Bank Himpunan Saudara 1906, Tbk SDRA 9 PT Bank Mayapada Internasional, Tbk MAYA

10 PT Bank Mega, Tbk MEGA

11 PT Bank Mutiara, Tbk BCIC

12 PT Bank Nusantara Parahyangan, Tbk BBNP


(52)

No. Bank Kode

14 PT Bank of India Indonesia, Tbk BSWD

15 PT Bank Permata, Tbk BNLI

16 PT Bank Sinarmas, Tbk BSIM

17 PT PAN Indonesia Bank, Tbk PNBN

Sumber:

Tabel 3.2

Daftar Bank Umum Swasta Nasional Devisa

Periode 2009-2012 yang Tidak Termasuk Kriteria Penelitian

NO Bank Tahun

R O A C A R B O P O L D R E A R L A R Firm

Size Kategori

1 PT Bank ICB Bumiputera, Tbk 2011 √ Laporan Keuangan

TahunanNegatif

2 PT Bank Internasional Indonesia, Tbk 2009 √ Laporan Keuangan

TahunanNegatif

3 PT QNB Kesawan, Tbk 2012 √ Laporan Keuangan

TahunanNegatif

3.5 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan perbankan di Indonesia dengan periode yang berakhir 31 Desember dengan tahun penelitian 2009-2012 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

3.6 Metode Pengumpulan Data

1. Studi Pustaka

Mengumpulkan data dan teori yang relevan terhadap permasalahan yang akan diteliti dengan melakukan studi pustaka terhadap literatur dan bahan pustaka lainnya seperti artikel, jurnal, buku dan penelitian terdahulu.


(53)

2. Studi Dokumenter

Pengumpulan data sekunder yang berupa laporan keuangan tahunan periode 2009-2011 yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI)

dengan websit

3.7 Teknik Analisis

Pada dasarnya kegunaan data (setelah diolah dan dianalisis) ialah sebagai dasar yang obyektif didalam proses pembuatan proses pembuatan keputusan, kebijaksanaan dalam rangka memecahkan persoalan oleh pengambil keputusan. Keputusan yang baik hanya bisa diperoleh dari pengambil keputusan yang objektif, dan didasarkan atas data yang baik (Situmorang dan Lufti, 2012:1).

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif yang dinyatakan dengan angka-angka dan perhitungannya menggunakan metode standar yang dibantu dengan program Statistical Package Social Sciences (SPSS) versi 19. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda, dimana analisis ini digunakan untuk menguji pengaruh CAR, BOPO, NPL, EAR, LAR, dan Firm Size (ukuran perusahaan) terhadap kinerja keuangan (ROA) perusahaan perbankan go public yang terdaftar di BEI. Sebelum analisis regresi linear dilakukan, maka dilakukan dulu pengujian dengan uji asumsi klasik untuk memastikan apakah model regresi yang digunakan tidak terdapat masalah normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Jika terpenuhi maka model analisis layak digunakan.


(54)

3.7.1 Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Uji normalitas tujuannya adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak melenceng ke kiri atau melenceng ke kanan. Dengan adanya tes normalitas maka hasil penelitian bisa digeneralisasikan pada populasi. Uji ini bisa dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan histogram, pendekatan grafik, pendekatan kolmogrov-smirnov (Situmorang dan Lufti, 2012:100).

2. Uji Heteroskedastisitas

Analisis regresi bertujuan untuk melihat seberapa besar peranan variabel bebas terhadap variabel terikat. Dalam setiap persamaan regresi pasti memunculkan residu. Residu, yaitu variabel-variaabel lain yang terlibat akan tetapi tidak termuat di dalam model sehingga residu adalah variabel tidak diketahui sehingga diasumsikan bersifat acak. Karena diasumsikan acak, maka besarnya residu tidak terkait dengan besarnya nilai prediksi. Jika data residu tidak bersifat acak maka data bisa dikatakan terkena heteroskedastisitas.

Uji heteroskedastisitas pada prinsipnya ingin menguji apakah group mempunyai varians yang sama diantara anggota group tersebut. jika


(55)

homoskedastisitas. Sedangkan jika varians tidak sama dikatakan terjadi heteroskedastisitas. Alat untuk menguji heteroskedastistas bisa dibagi dua, yakni dengan alat analisis grafik atau dengan analisis residual yang berupa statistik (Situmorang dan Lufti, 2012:107).

3. Uji Multikolinearitas

Interpensi dari persamaan regresi ganda secara implisit bergantung pada asumsi bahwa variabel-variabel bebas dalam persamaan tersebut tidak saling berkorelasi. Koefisien-koefisien regresi biasanya diinterpretasikan sebagai ukuran perubahan variabel terikat jika salah satu variabel bebasnya naik sebesar satu unit dan seluruh variabel bebas lainnya dianggap tetap. Namun, interpretasi ini menjadi tidak benar apabila terdapat hubungan linear antara variabel bebas. Multikolinearitas dapat dilihat dari tolerance value atau nilai Variance Inflation Factor (VIF) (Situmorang dan Lufti, 2012:133).

4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t denga kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas sari suatu observasi ke observasi lainnya. Hal ini biasanya terjadi pada data times series. Karena gangguan pada satu data cenderung mengganggu data lainnya.


(56)

3.7.2 Regresi Linear Berganda (Multiple Regression)

Analisis regresi digunakan bila kita ingin mengetahui bagaimana variabel dependen/kriteria dapat diprediksikan melalui variabel independen atau predikator, secara individual. Dampak dari analisis penggunaan analisis regresi dapat digunakan untuk memutuskan apakah menaikkan atau menurunkan variabel independen, atau untuk meningkatkan keadaan variabel dependen dapat dilakukan dengan meningkatkan variabel independen dan sebaliknya.

Hubungan fungsi antara satu variabel dependen dengan lebih dari satu variabel independen dapat dilakukan dengan analisis regresi linear berganda, dimana kinerja bank (ROA) sebagai variabel dependent sedangkan variabel independennya adalah CAR, BOPO, NPL, EAR, LAR, dan Firm Size.

Persamaan Mulitiple Regresion yang digunakan adalah:

Y = a + β1 X1+ β2 X2+ β3 X3+ β4 X4+ β5 X5+ β6 X6 + e

Keterangan :

Y = Return on Asset (ROA)

a = Konstanta

β1 = Koefisien Regresi Variabel CAR

β2 = Koefisien Regresi Variabel BOPO

β3 = Koefisien Regresi Variabel NPL

β4 = Koefisien Regresi Variabel EAR

β5 = Koefisien Regresi Variabel LAR


(57)

X2 = BOPO

X3 = NPL

X4 = EAR

X5 = LAR

X6 = Firm Size

e = error

3.7.2 Pengujian Hipotesis

1. Koefisien Determinasi (R Square)

Koefisien Determinasi (R2 atau R Square) dilakukan untuk mendeteksi seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas.

2. Uji Statistik F (Uji Signifikansi Simultan)

Pengujian ini dilakukan secara bersama-sama (sumultan) apakah variabel bebas (CAR, BOPO, NPL, EAR, LAR, dan Firm Size) berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel terikat (ROA).


(58)

Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji dua arah dengan hipotesis sebagai berkut:

a. H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = b6 = 0

Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama(simultan) antara CAR, BOPO, NPL, EAR, LAR, Firm Size (ukuran perusahaan) terhadap ROA Bank Umum Swasta Nasional Devisadi BEI.

b. H0 : b1≠ b2≠ b3≠ b4≠ b5≠ b6≠ 0

Artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama (simultan) antara CAR, BOPO, NPL, EAR, LAR, Firm Size (ukuran perusahaan) terhadap ROA Bank Umum Swasta Nasional Devisa di BEI.

c. Pada penelitian ini thitung dan ttabel akan dibandingkan dengan α = 5%

(0,05).

Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut:

a. Ha ditolak (Ho diterima) jika Fhitung≤ Ftabelpada α = 5% .

b. Ha diterima (Ho ditolak) jika Fhitung≥Ftabelpada α = 5%.

3. Uji Statistik t (Uji Signifikansi Parsial)

Uji statistik t dilakukan untuk menguji setiap variabel bebas (CAR, BOPO, NPL, EAR, LAR, dan Firm Size) apakah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (ROA) secara parsial (Situmorang dan Lufti, 2012:164).


(59)

Adapun hipotesisnya dirumuskan sebagai berikut: a. Ho = b1 = 0

Artinya CAR, BOPO, NPL, EAR, LAR, Firm Size (ukuran perusahaan) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Bursa Efek Indonesia.

b. Ho = b1 ≠ 0

Artinya CAR, BOPO, NPL, EAR, LAR, Firm Size (ukuran perusahaan) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap ROA Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Bursa Efek Indonesia.

c. Pada penelitian ini thitung dan ttabel akan dibandingkan dengan α = 5%

(0,05).

Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut: a. Ho diterima jika thitung<ttabelpada α = 5%.


(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Bursa Efek Indonesia

Pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya.

Bursa Efek Indonesia berawal dari pendirian bursa di Batavia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 14 Desember 1912. Sekuritas yang diperdagangkan adalah saham dan obligasi yang diterbitkan pemerintah Hindia Belanda dan sekuritas lainnya. Perkembangan bursa efek di Batavia (Jakarta sekarang) sangat pesat sehingga mendorong pemerintah Belanda membuka Bursa Efek Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925 dan Bursa Efek Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Kedua bursa ini kemudian ditutup karena terjadinya gejolak politik Eropa pada awal tahun 1939. Bursa efek pun akhirnya


(61)

ditutupkarena terjadinya Perang Dunia II, sekaligus menandai berakhirnya aktivitas pasar modal di Indonesia.

Pada tahun 1952, bursa efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri Keuangan (Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo) dan instrumen yang diperdagangkan adalah Obligasi Pemerintah RI (1950). Pada tahun 1956-1977, bursa efek vakum karena program nasionalisasi perusahaan Belanda di Indonesia. Hal ini tak berlangsung lama sebab Bursa Efek Jakarta buka kembali dan akhirnya mengalami kebangkitan pada tahun 1970. Kebangkitan ini disertai dengan dibentuknya Tim Uang dan Pasar Modal. Bursa efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto, BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT pasar modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama pada tanggal 10 Agustus 1977.

Pemerintah mengeluarkan kebijakan paket deregulasi Desember 1987 dan Desember 1988 tentang diperbolehkannya swastanisasi bursa efek. Pada tanggal 16 juni 1989, Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya. Paket deregulasi ini kemudian mendorong Bursa Efek Jakarta berubah menjadi PT Bursa Efek Jakarta pada tanggal 13 Juli 1992. Pemilik saham adalah perusahaan efek yang menjadi anggota bursa. Pada tahun itu juga BAPEPAM yang awalnya sebagai Badan Pelaksana Pasar Modal berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal.


(62)

Bursa Efek Jakarta berkembang dengan pesat, jumlah saham yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dari 24 saham pada tahun 1988 manjadi lebih dari 200 saham. Pada tahun 1995, Bursa Parallel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya dan diberlakukannya sistem otomatisasi perdagangan di BEJ dengan sistem komputer JATS (Jakarta Automated Trading System). Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996. Pada tanggal 10 November 2007, Bursa Efek Surabaya (BES) dengan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

4.1.2 Gambaran Umum Perusahaan Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Indonesia

1. Bank Artha Graha Internasional Tbk (INPC)

PT. Bank Artha Graha Internasional berkedudukan di Jakarta Selatan, semula didirikan dengan nama PT. Inter-Pacific Financial Corporation dengan ruang lingkup usaha sebagai lembaga keuangan bukan bank. Pada tanggal 10 Juli 1990, PT. Inter-Pacific Financial Corporation mencatatkan sahamnya pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Tanggal 2 Februari 1993 Tambahan Nomor 591, PT. Inter-Pacific Financial Corporation berubah nama menjadi PT. Inter-Pacific Bank. Pada tanggal 24 Februari 1993, PT. Inter-Pacific Bank mendapatkan izin usaha sebagai bank umum dan tanggal 1 September 1998 PT. Inter-Pacific Bank berubah nama menjadi PT. Bank Inter-Pacific, Tbk.


(63)

Pada tanggal 14 April 2005, PT. Bank Artha Graha menggabungkan diri kedalam PT. Bank Inter-Pacific, Tbk. Kemudian PT. Bank Inter-Pacific, Tbk berganti nama menjadi PT. Bank Artha Graha Internasional, Tbk.

2. Bank Bukopin Tbk (BBKP)

Bank Bukopin yang berdiri sejak tanggal 10 Juli 1970 memfokuskan diri pada segmen UMKMK, saat ini telah tumbuh dan berkembang menjadi bank yang masuk ke kelompok bank menengah di Indonesia dari sisi aset. Seiring dengan terbukanya kesempatan dan peningkatan kemampuan melayani kebutuhan masyarakat yang lebih luas, Bank Bukopin telah mengembangkan usahanya ke segmen komersial dan konsumer. Ketiga segmen ini merupakan pilar bisnis Bank Bukopin, dengan pelayanan secara konvensional maupun syariah, yang didukung oleh sistem pengelolaan dana yang optimal, kehandalan teknologi informasi, kompetensi sumber daya manusia dan praktek tata kelola perusahaan yang baik. Landasan ini memungkinkan Bank Bukopin melangkah maju dan menempatkannya sebagai suatu bank yang kredibel. Operasional Bank Bukopin kini didukung oleh lebih dari 280 kantor yang tersebar di 22 provinsi di seluruh Indonesia yang terhubung secara real time on-line. Bank Bukopin juga telah membangun jaringan micro-banking yang diberi nama “Swamitra”, yang kini berjumlah 543 outlet, sebagai wujud program kemitraan dengan koperasi dan lembaga keuangan mikro.

Keseluruhan kegiatan dan program yang dilaksanakan pada akhirnya berujung pada sasaran terciptanya citra Bank Bukopin sebagai lembaga perbankan yang terpercaya dengan struktur keuangan yang kokoh, sehat dan efisien.


(64)

Keberhasilan membangun kepercayaan tersebut akan mampu membuat Bank Bukopin tetap tumbuh memberi hasil terbaik secara berkelanjutan.

3. Bank Bumi Arta Tbk (BNBA)

Bank Bumi Arta yang semula bernama Bank Bumi Arta Indonesia didirikan di Jakarta pada tanggal 3 Maret 1967 dengan Kantor Pusat Operasional di Jalan Tiang Bendera III No. 24, Jakarta Barat. Pada tanggal 18 September 1976, Bank Bumi Arta mendapat izin dari Menteri Keuangan Republik Indonesia untuk menggabungkan usahanya dengan Bank Duta Nusantara. Penggabungan usaha tersebut bertujuan untuk memperkuat struktur permodalan, manajemen Bank, dan memperluas jaringan operasional Bank. Delapan kantor cabang Bank Duta Nusantara di Jakarta, Bandung, Semarang, Surakarta, Surabaya, Yogyakarta dan Magelang menjadi kantor cabang Bank Bumi Arta. Kantor cabang Yogyakarta dan Magelang kemudian dipindahkan ke Medan dan Bandar Lampung hingga saat ini.

Selanjutnya Seiring dengan Kebijaksanaan Pemerintah melalui Paket Oktober (PAKTO) 1988 di mana perbankan diberikan peluang yang lebih besar untuk mengembangkan usahanya, dan berkat persiapan yang cukup lama dan terarah dari pengelola bank, maka pada tanggal 20 Agustus 1991 dengan persetujuan dari Bank Indonesia, Bank Bumi Arta ditingkatkan statusnya menjadi Bank Devisa. Bank Bumi Arta mulai melayani sendiri transaksi devisa di Kantor Pusat Operasional Jalan Roa Malaka Selatan sejak tanggal 2 Desember 1991 dan hingga saat ini jaringan bank koresponden internasional, Bank Bumi Arta


(1)

LAMPIRAN

Lampiran 1

Daftar Sampel Bank Umum Swasta Nasional Devisa

Periode 2009-2012

NO

Bank

Kode

1

PT Bank Artha Graha Internasional, Tbk

INPC

2

PT Bank Bukopin

BBKP

3

PT Bank Bumi Arta

BNBA

4

PT Bank Central Asia, Tbk

BBCA

5

PT Bank CIMB Niaga, Tbk

BNGA

6

PT Bank Danamon Indonesia, Tbk

BDMN

7

PT Bank Ekonomi Raharja, Tbk

BAEK

8

PT Bank Himpunan Saudara 1906, Tbk

SDRA

9

PT Bank Mayapada Internasional, Tbk

MAYA

10

PT Bank Mega, Tbk

MEGA

11

PT Bank Mutiara, Tbk

BCIC

12

PT Bank Nusantara Parahyangan, Tbk

BBNP

13

PT Bank OSBC NSP, Tbk

NISP

14

PT Bank of India Indonesia, Tbk

BSWD

15

PT Bank Permata, Tbk

BNLI

16

PT Bank Sinarmas, Tbk

BSIM

17

PT PAN Indonesia Bank, Tbk

PNBN

Daftar Bank Umum Swasta Nasional Devisa

Periode 2009-2012 yang Tidak Termasuk Kriteria Penelitian

NO

Bank

Tahun

R

O

A

C

A

R

B

O

P

O

L

D

R

E

A

R

L

A

R

Firm

Size

Kategori

1

PT Bank ICB Bumiputera, Tbk

2011

Laporan Keuangan

Tahunan Negatif

2

PT Bank Internasional Indonesia, Tbk

2009

Laporan Keuangan

Tahunan Negatif

3

PT QNB Kesawan, Tbk

2012

Laporan Keuangan

Tahunan Negatif


(2)

Lampiran 2

Hasil SPSS

Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Statistics

ROA CAR BOPO NPL EAR LAR FirmSize

N Valid 68 68 68 68 68 68 68

Missing 0 0 0 0 0 0 0

Mean ,0206 ,1605 ,8343 ,0163 ,1105 ,6383 14,6171

Std. Error of Mean ,00101 ,00530 ,01656 ,00173 ,00424 ,01255 ,33252

Median ,0194 ,1468 ,8264 ,0121 ,1055 ,6619 15,1196

Std. Deviation ,00829 ,04372 ,13654 ,01423 ,03496 ,10347 2,74200

Variance ,000 ,002 ,019 ,000 ,001 ,011 7,519

Skewness ,319 1,527 4,546 3,001 ,814 -,579 -,227

Std. Error of Skewness ,291 ,291 ,291 ,291 ,291 ,291 ,291

Kurtosis -,506 3,078 31,327 13,581 ,041 ,030 -1,215

Std. Error of Kurtosis ,574 ,574 ,574 ,574 ,574 ,574 ,574

Minimum ,00 ,09 ,61 ,00 ,06 ,40 9,97

Maximum ,04 ,33 1,76 ,10 ,20 ,88 19,10

Percentile s

25 ,0150 ,1340 ,7779 ,0072 ,0824 ,5801 11,7634

50 ,0194 ,1468 ,8264 ,0121 ,1055 ,6619 15,1196


(3)

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 68

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation ,00640558

Most Extreme Differences Absolute ,113

Positive ,113

Negative -,077

Kolmogorov-Smirnov Z ,929

Asymp. Sig. (2-tailed) ,353

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

HISTOGRAM


(4)

NORMAL P-PLOT


(5)

Hasil Uji Mulitokolinearitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) ,046 ,009 5,068 ,000

CAR -,042 ,032 -,219 -1,313 ,194 ,352 2,841

BOPO -,029 ,006 -,475 -4,702 ,000 ,960 1,042

NPL ,130 ,059 ,222 2,180 ,033 ,941 1,063

EAR ,114 ,038 ,481 2,996 ,004 ,380 2,635

LAR -,012 ,010 -,150 -1,233 ,222 ,666 1,501

FirmSize ,000 ,000 -,034 -,301 ,765 ,757 1,321

a. Dependent Variable: ROA

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 ,635a ,403 ,344 ,00671 2,382

a. Predictors: (Constant), FirmSize, BOPO, EAR, NPL, LAR, CAR b. Dependent Variable: ROA


(6)

Analisis Regresi Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) ,046 ,009 5,068 ,000

CAR -,042 ,032 -,219 -1,313 ,194

BOPO -,029 ,006 -,475 -4,702 ,000

NPL ,130 ,059 ,222 2,180 ,033

EAR ,114 ,038 ,481 2,996 ,004

LAR -,012 ,010 -,150 -1,233 ,222

FirmSize ,000 ,000 -,034 -,301 ,765

a. Dependent Variable: ROA

Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,635a ,403 ,344 ,00671

a. Predictors: (Constant), FirmSize, BOPO, EAR, NPL, LAR, CAR b. Dependent Variable: ROA

Hasil Uji Simultan (Uji-F)

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression ,002 6 ,000 6,855 ,000a

Residual ,003 61 ,000

Total ,005 67

a. Predictors: (Constant), FirmSize, BOPO, EAR, NPL, LAR, CAR b. Dependent Variable: ROA