Konsep luka Konsep Luka Kronis

4. Konsep luka

Luka dilihat dari waktu penyembuhanya dibagi atas dua jenis yaitu luka akut luka yang sesuai dengan proses penyembuhan dan luka kronis luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan.Buku panduan perawatan luka, 2012. Luka merupakan suatu kerusakan yang abnormal pada kulit yang menghasilkan kematian dan kerusakan sel-sel kulit Wijaya, 2011. Luka adalah kerusakan jaringan kulit atau gangguan integritas kulit yang disebabkan karena banyak hal, diantaranya gesekan, suhu, infeksi dan lain-lain.Arisanty, 2012. Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis kulit normal akibat proses patologis yang berasal dari internal dan eksternal dan mengenai organ tertentu Potter Perry, 2006. Luka adalah gangguan integritas kulit yang disebabkan karena banyak hal, diantaranya gesekan, tekanan suhu, dan infeksi. Dalam bahasa inggris luka dikenal dengan banyak kata diantaranya wound, ulcer, lesion, skin tears, sore, dan dalam bahasa Indonesia dikenal dengan kata luka, borok, koreng, dekubitus. Semua kata yang digunakan memiliki satu arti yaitu kerusakan jaringan kulit atau gangguan integritas kulit.

5. Konsep Luka Kronis

Berdasarkan waktu atau lamanya proses penyembuhan luka, luka diklasifikasikan menjadi luka akut dan luka kronis. Luka kronis adalah luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan luka atau luka yang tidak sembuh sesuai dengan waktu penyembuhan luka sehingga fasenya memanjang Universitas Sumatera Utara hingga menahun. Hal ini disebabkan karena adanya faktor penyulit yang menghambat proses penyembuhan luka sehingga luka sulit sembuh. Dan seringnya luka kronis disebabkan karena adanya penyakit penyerta penyakit gula, penyumbatan pembuluh darah arteri, permasalahan pembuluh darah vena, dan imobilisasi . Arisanty, 2012. Menurut Arisanty, 2012 jenis luka akut luka baru diantaranya luka operasi, luka kecelakaan, dan luka bakar, jika penanganan dilakukan dengan baik maka luka kronis tidak akan jatuh menjadi luka kronis luka yang sulit sembuh. Contoh luka akut adalah luka operasi yang akan sembuh sesuai dengan fase penyembuhan normal adalah kurang dari 21 hari luka akan menutup, atau luka bakar yang sembuh selama perawatan 21 hari. Luka dikatakan luka kronis jika proses penyembuhannya memanjang dan tidak sesuai dengan fisiologis waktu penyembuhan luka, misalnya luka baru yang mengalami proses inflamasi hingga 5 hari, jika ditemukan tanda-tanda inflamasi pada hari ke-7 kemungkinan bukan lagi inflamasi namun infeksi, dan ini sudah dapat dikatakan dengan luka kronis. Sedangkan luka yang sudah pasti dikatakan luka kronis diantaranya adalah luka tekan dekubitus, luka karena diabetes, luka karena pembuluh darah vena maupun arteri, luka kanker, luka dehiscence, dan abses. Luka yang lama sembuh disertai dengan penurunan daya tahan tubuh pasien membuat luka semakin rentan untuk terpajan mikroorganisme yang menyebabkan infeksi. Berdasarkan WHO-depkes Indikator Standar Rawat Inap tergolong dengan kejadian infeksi tinggi sebagai indikator kejadian infeksi paska operasi memiliki standar maksimal 1.50 Kuntjoro dalam Meidina Rosina, 2012. Universitas Sumatera Utara Salah satu yang menjadi ciri khas dari luka kronis adalah jaringan nekrosis jaringan mati baik yang berwarna kuning maupun yang berwarna hitam. Ciri khas lainya dari luka kronis adalah adanya infeksi dan adanya penyulit sistemik yang menghambat penyembuhan luka. Sehingga manajemen luka kronis menjadi sedikit berbeda dengan manajemen luka akut. Pada dasarnya luka akut yang fisiologis dapat sembuh dengan sendirinya, selama tidak ada faktor penyulit yang sering ditemukan pada luka kronis. Salah satu metode yang dikembangkan adalah metode ‘’TIME’’.Arisanty, 2012. Menurut Meidina Rosina, 2012 Luka akut dan kronik berisiko terkena infeksi. Luka akut adalah luka jahit karena pembedahan, luka trauma, dan luka lecet. Di Indonesia angka infeksi untuk luka bedah mencapai 2.30 sampai dengan 18.30 Depkes RI, 2001. Pada luka kronik, waktu penyembuhannya tidak dapat diprediksi dan dikatakan sembuh jika fungsi dan struktur kulit telah utuh. Jenis luka kronik yang paling banyak adalah luka dekubitus, luka diabetes, luka kanker. Menurut Ismail dalam subekti, 2011. Luka dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor, Menurut Baroroh, 2011 diantaranya adalah : a. Imobilitas : rendahnya aktifitas duduk dan berbaring terlalu lama, paralisis b. Nutrisi tidak adekuat kurus, ketidakcukupan protein c. Tingkat hidrasi kelebihan dan kekurangan volume cairan d. Kelembaban lingkungan urin, feses e. Kerusakan mental Universitas Sumatera Utara f. Penambahan usia g. Kerusakan imun h. Cancer atau neoplasma Berdasarkan tingkat kontaminasi, menurut Baroroh, 2010 luka dibedakan menjadi : a. Clean Wounds Luka bersih, yitu luka bedah tidak terinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan inflamasi dan infeksi pada system pernafasan, pencernaan, genital, dan urinary tidak terjadi. Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1-5. b. Clean-contamined Wounds Luka bersih terkontaminasi, merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3-11. c. Contamined Wounds Luka terkontaminasi, termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan tehnik aseptic atau kontaminasi dari saluran cerna ; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10-17 Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka dapat dibagi menjadi beberapa bagian diantaranya : a. Stadium I : Luka Superfisial ‘’Non-Blanching Erithema : yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit. Universitas Sumatera Utara b. Stadium II : Luka Partial Thickness’’: yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal. c. Stadium III : Luka’’Full Thickness’’ yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan ysng mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya. d. Stadium IV : Luka ‘’Full Thickness’’ yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi atau kerusakan yang luas. Gambar 2.1 Stadium Kedalaman Luka Universitas Sumatera Utara

6. Konsep Penyembuhan Luka