Pengetahuan dan Peran Keluarga dalam Perawatan Pasien Luka Kaki Diabetes di Asri Wound Care Centre Medan

(1)

Pengetahuan dan Peran Keluarga dalam Perawatan Luka Kaki

Diabetes di Asri Wound Care Centre Medan

SKRIPSI

Oleh

RAHIMI 111101018

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

Pengetahuan dan Peran Keluarga dalam Perawatan Luka Kaki

Diabetes di Asri Wound Care Centre Medan

SKRIPSI

Oleh

RAHIMI 111101018

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(3)

(4)

(5)

(6)

Judul Penelitian : Pengetahuan dan Peran Keluarga dalam Perawatan Luka Kaki Diabetes di Asri Wound Care Centre Medan

Nama : Rahimi

NIM : 111101018

Fakultas : Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Tahun : 2015

ABSTRAK

Kadar gula darah yang tidak terkontrol pada penderita diabetes akan mengakibatkan berbagai komplikasi, salah satunya adalah masalah pembuluh darah dan persyarafan yang akan mengakibatkan terjadinya luka kaki diabetes. Luka kaki diabetes merupakan komplikasi kronik diabetes melitus berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya kematian jaringan setempat. Perawatan luka kaki diabetes yang tepat merupakan tindakan pencegahan kedua setelah penatalaksanaan diabetes itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan peran keluarga dalam perawatan luka kaki diabetes di Asri Wound Care Centre Medan. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2015 dengan desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian ini melibatkan 30

responden, metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive

sampling dengan kriteria inklusi yaitu salah satu anggota keluarga pasien yang pertama kali melakukan perawatan luka. Uji reliabilitas menggunakan Guttman Split-Half Coefficient untuk kuesioner pengetahuan dan Cronbach Alpha untuk kuesioner peran. Hasil penelitian ini menunjukkan gambaran pengetahuan keluarga dalam perawatan luka kaki diabetes adalah cukup sebesar 60% dan peran keluarga dalam perawatan luka kaki diabetes adalah baik sebesar 83,3%. Dari hasil penelitian ini diharapkan agar peneliti selanjutnya membahas tentang pengaruh pemberian edukasi tentang perawatan luka kaki diabetes terhadap kejadian luka berulang dan amputasi.

Kata kunci: Pengetahuan Keluarga, Peran Keluarga, Luka Kaki Diabetes, Perawatan Luka


(7)

Title of the Thesis : Family’s Knowledge and Role in Treating Diabetic Leg Wound at Asri Wound Care Centre, Medan

Name of Student : Rahimi

Std. ID Number : 111101018

Faculty : Nursing, University of Sumatera Utara

Academic Year : 2015

ABSTRACT

Uncontrolled Glucose content in diabetic patients will cause various complications. One of them is blood vessel and nervous system disorder which will bring about the incidence of diabetic leg wound which is a chronic complication of diabetes mellitus, wound on the skin surface followed by the dysfunction of local tissue. Correct diabetic leg wound care is the second prevention after the management of diabetes itself. The objective of the research was to find out the description of family’s knowledge and role in treating diabetic leg wound at Asri Wound Care Centre, Medan. The research was conducted from March to June, 2015; it used descriptive method. The samples were 30 respondents, taken by using purposive sampling technique with one of the inclusive criteria was one of the patient’s family members who firstly got wound care. Reliability test used Guttman Split-Half Coefficient for questionnaires on knowledge and Cronbach Alpha for questionnaires on role. The result of the research showed that family’s knowledge of diabetic leg wound care was good (60%) and family’s role was also good (83,3%). It is recommended that the next researchers discuss the influence of providing education in diabetic leg wound care on the incidence of rewound and amputation.

Keywords: Family’s Knowledge, Family’s Role, Diabetic Leg Wound, Wound Care


(8)

PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas

berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal

yang berjudul “Pengetahuan dan Peran Keluarga dalam Perawatan Pasien Luka

Kaki Diabetes di Asri Wound Care Centre Medan”.

Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak, dari masa perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini sangatlah sulit bagi

penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Atas bantuan dan bimbingan yang

diberikan kepada penulis, penulis ucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Wakil Dekan I, Ibu Evi Karota Bukit,

S.Kp, MNS sebagai Wakil Dekan II, dan Bapak Ikhsanuddin A. Harahap,

S.Kp, MNS, sebagai Wakil Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

3. Bapak Ismayadi, S.Kep, Ns, M.Kes selaku dosen Pembimbing saya.

Terimakasih atas waktu, bimbingan, masukan, dan arahan yang sangat

membantu sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Ibu Fatwa S.Kep, Ns, M.Biomed dan Ibu Yessi Ariani, S.Kep, Ns, M.Kep

selaku dosen penguji. Terimakasih atas masukan yang telah diberikan


(9)

5. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, MNS, selaku dosen Pembimbing Akademik,

seluruh dosen dan pegawai Fakultas Keperawatan USU yang telah

memberikan bimbingan selama masa perkuliahan.

6. Orang tua saya ayahanda Timin Sonowijoyo dan ibunda Dra. Suriani,

saudara-saudari saya Rahman Sonowijoyo, Amd dan Rafika yang saya

cintai. Terimakasih atas doa, dukungan, dan semangat yang senantiasa

kalian berikan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Seluruh teman-teman seperjuangan stambuk 2011, semoga kita semua

akan meraih kesuksesan.

8. Asri Wound Care Centre Medan, khususnya Bapak Asrizal, S.Kep, Ns,

M.Kep dan seluruh staf pegawai yang telah memfasilitasi saya untuk

melakukan pengumpulan data.

9. Seluruh responden untuk penelitian ini yaitu keluarga pasien luka kaki

diabetes.

Akhir kata, penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan

pembaca serta dapat digunakan sebagai sumber informasi dalam bidang ilmu

pengetahuan khususnya dalam bidang Keperawatan. Penulis sangat

mengharapkan adanya saran yang bersifat membangun untuk perbaikan yang

lebih dimasa yang akan datang.

Medan, 29 Juni 2015 Penulis

Rahimi 111101018


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI ... iv

ABSTRAK... v

ABSTRACT ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR SKEMA... xii

BAB 1. PENDAHULUAN... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Perumusan Masalah ... 5

3. Tujuan Penelitian ... 5

4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

1. Pengetahuan ... 7

1.1.Definisi Pengetahuan ... 7

1.2.Tingkat Pengetahuan ... 8

1.3.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pegetahuan ... 9

1.4.Pengukuran Tingkat Pengetahuan ... 11

2. Peran Keluarga ... 12

2.1.Pengertian Keluarga ... 12

2.2.Fungsi Keluarga ... 13

2.3.Peran Keluarga ... 14

2.4.Peran Keluarga dalam Perawatan Luka Kaki Diabetes... 15

2.5.Prinsip-Prinsip Keperawatan Keluarga ... 16

3. Luka Kaki Diabetes ... 17

3.1.Definisi Luka Kaki Diabetes ... 17

3.2.Etiologi dan Manifestasi Klinis Luka Kaki Diabetes ... 18

3.3.Fatogenesis Luka Kaki Diabetes ... 19

3.4.Pengkajian Luka Kaki Diabetes ... 20

3.5.Manajemen Luka Kaki Diabetes ... 24

BAB 3. KERANGKA PENELITIAN ... 31

1. Kerangka Konseptual ... 31

2. Definisi Operasional... 31

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN ... 33

1. Desain Penelitian ... 33

2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 33

2.1. Populasi ... 33

2.2. Sampel ... 33

3. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 34


(11)

5. Instrumen Penelitian... 35

6. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 37

7. Pengumpulan Data ... 38

8. Analisa Data ... 39

BAB 5. PEMBAHASAN ... 41

1. Hasil Penelitian ... 41

1.1. Karakteristik Demografi ... 41

1.2. Deskripsi Pengetahuan Keluarga dalam Perawatan Luka Kaki Diabetes ... 43

1.3. Deskripsi Peran Keluarga dalam Perawatan Luka Kaki Diabetes ... 43

2. Pembahasan ... 44

2.1. Data Demografi ... 44

2.2. Pengetahuan Keluarga dalam Perawatan Luka Kaki Diabetes ... 46

2.3. Peran Keluarga dalam Perawatan Luka Kaki Diabetes ... 51

3. Keterbatasan Penelitian ... 55

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

1. Kesimpulan... 57

2. Saran ... 57

2.1. Pelayanan Keperawatan ... 58

2.2. Pendidikan Keperawatan ... 58

2.3. Penelitian Keperawatan ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

LAMPIRAN Lampiran 1. Penjelasan Penelitian ... 62

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Inform Consent) ... 63

Lampiran 3. Kuesioner Penelitian ... 64

Lampiran 4. Uji Reliabilitas ... 69

Lampiran 5. Tabel Frekuensi ... 61

Lampiran 6. Master Tabel Uji Reliabilitas ... 82

Lampiran 7. Master Tabel Pengetahuan dan Peran Keluarga ... 83

Lampiran 8. Riwayat Hidup ... 85

Lampiran 9. Lembar Bukti Bimbingan ... 86

Lampiran 10. Jadwal Tentative Penelitian ... 88

Lampiran 11. Lembar Persetujuan Komisi Etik Penelitian Kesehatan ... 89

Lampiran 12. Lembar Persetujuan Validitas ... 90

Lampiran 13. Lembar Survei Awal ... 92

Lampiran 14. Lembar Uji Reliabilitas Kuesioner ... 93

Lampiran 15. Lembar Pengambilan Data ... 94

Lampiran 16. Lembar Selesai Pengambilan Data ... 95


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Klasifikasi derajat luka menurut Wagner ... 22 Tabel 2.2 Klasifikasi derajat luka menurut University of Texas... 23 Tabel 3.1 Tabel definisi operasional ... 31 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden di Asri Wound Care Centre Medan ... 42 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pengetahuan Keluarga dalam Perawatan Luka Kaki Diabetes ... 43 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Peran Keluarga dalam Perawatan Luka Kaki Diabetes ... 44


(13)

DAFTAR SKEMA

Halaman


(14)

Judul Penelitian : Pengetahuan dan Peran Keluarga dalam Perawatan Luka Kaki Diabetes di Asri Wound Care Centre Medan

Nama : Rahimi

NIM : 111101018

Fakultas : Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Tahun : 2015

ABSTRAK

Kadar gula darah yang tidak terkontrol pada penderita diabetes akan mengakibatkan berbagai komplikasi, salah satunya adalah masalah pembuluh darah dan persyarafan yang akan mengakibatkan terjadinya luka kaki diabetes. Luka kaki diabetes merupakan komplikasi kronik diabetes melitus berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya kematian jaringan setempat. Perawatan luka kaki diabetes yang tepat merupakan tindakan pencegahan kedua setelah penatalaksanaan diabetes itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan peran keluarga dalam perawatan luka kaki diabetes di Asri Wound Care Centre Medan. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2015 dengan desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian ini melibatkan 30

responden, metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive

sampling dengan kriteria inklusi yaitu salah satu anggota keluarga pasien yang pertama kali melakukan perawatan luka. Uji reliabilitas menggunakan Guttman Split-Half Coefficient untuk kuesioner pengetahuan dan Cronbach Alpha untuk kuesioner peran. Hasil penelitian ini menunjukkan gambaran pengetahuan keluarga dalam perawatan luka kaki diabetes adalah cukup sebesar 60% dan peran keluarga dalam perawatan luka kaki diabetes adalah baik sebesar 83,3%. Dari hasil penelitian ini diharapkan agar peneliti selanjutnya membahas tentang pengaruh pemberian edukasi tentang perawatan luka kaki diabetes terhadap kejadian luka berulang dan amputasi.

Kata kunci: Pengetahuan Keluarga, Peran Keluarga, Luka Kaki Diabetes, Perawatan Luka


(15)

Title of the Thesis : Family’s Knowledge and Role in Treating Diabetic Leg Wound at Asri Wound Care Centre, Medan

Name of Student : Rahimi

Std. ID Number : 111101018

Faculty : Nursing, University of Sumatera Utara

Academic Year : 2015

ABSTRACT

Uncontrolled Glucose content in diabetic patients will cause various complications. One of them is blood vessel and nervous system disorder which will bring about the incidence of diabetic leg wound which is a chronic complication of diabetes mellitus, wound on the skin surface followed by the dysfunction of local tissue. Correct diabetic leg wound care is the second prevention after the management of diabetes itself. The objective of the research was to find out the description of family’s knowledge and role in treating diabetic leg wound at Asri Wound Care Centre, Medan. The research was conducted from March to June, 2015; it used descriptive method. The samples were 30 respondents, taken by using purposive sampling technique with one of the inclusive criteria was one of the patient’s family members who firstly got wound care. Reliability test used Guttman Split-Half Coefficient for questionnaires on knowledge and Cronbach Alpha for questionnaires on role. The result of the research showed that family’s knowledge of diabetic leg wound care was good (60%) and family’s role was also good (83,3%). It is recommended that the next researchers discuss the influence of providing education in diabetic leg wound care on the incidence of rewound and amputation.

Keywords: Family’s Knowledge, Family’s Role, Diabetic Leg Wound, Wound Care


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang disebabkan karena

keturunan dan/atau disebabkan karena kekurangan produksi insulin oleh pankreas,

atau oleh tidak efektifnya insulin yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan

peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah (hiperglikemia) yang akan merusak

banyak sistem tubuh, khususnya pembuluh darah dan saraf (WHO, 2015).

Diabetes Melitus (kencing manis dan penyakit gula) merupakan penyakit kronis

yang bersifat progresif yang diakibatkan oleh pola makan/nutrisi yang buruk,

perilaku tidak sehat, kurang aktifitas fisik, dan stres, sehingga dapat menimbulkan

berbagai komplikasi kronis pada berbagai organ vital (IDF 2013).

Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada tahun

2013, sekitar 382 juta orang di seluruh dunia berusia 40 – 59 tahun mengalami

diabetes melitus dan kemungkinan besar akan meningkat sebesar 55% atau 592

juta orang pada tahun 2035. Indonesia menduduki posisi ke-7 dengan jumlah

penderita diabetes terbanyak berjumlah 8,5 juta orang antara usia 20 – 79 tahun

dan diperkirakan akan menduduki posisi ke-6 di tahun 2035.

Peningkatan kadar gula darah yang tidak terkontrol dalam jangka waktu

yang lama dapat menimbulkan beberapa komplikasi, yaitu: penyakit jantung dan

pembuluh darah yang akan menyebabkan serangan jantung, stroke, CHF, dan

peripheral artery disease (insufisiensi aliran darah arteri), penyakit mata


(17)

menyebabkan gagal ginjal kronik, dan kerusakan saraf (neuropathy) kerusakan ini

paling sering pada area ekstremitas, terutama kaki (Peripheral Neuropathy) yang

akan mengakibatkan infeksi dan luka kaki diabetes, ganggguan kaki diabetes,

hingga amputasi mayor (IDF, 2013).

Luka kaki diabetes merupakan komplikasi kronik diabetes melitus berupa

luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya kematian jaringan

setempat (Morison, 2013). Prevalensi penderita luka kaki diabetes kurang lebih 12

– 15% dari seluruh pasien diabetes melitus dan biasanya terletak pada ekstremitas

bawah. Luka kaki diabetes menjadi penyebab lama waktu hospitalisasi dari pada

komplikasi diabetes lainnya. Luka kaki diabetes dapat berpotensi terjadinya

komplikasi dan menyebabkan lebih dari 90% amputasi ekstremitas bawah pada

pasien diabetes (American Diabetes Association). Tingkat kematian karena

amputasi kaki diabetes sebanyak 11 – 41% setelah setahun amputasi, 20 – 50%

setelah 3 tahun pasca amputasi dan 39 – 80% setelah 5 tahun pasca amputasi,

dimana angka kematian ini diperburuk oleh penyakit yang berbahaya lainnya

(Madanchi, et al., 2013). Prevalensi terjadinya luka kaki diabetes di Indonesia

sekitar 13% pasien di rawat di rumah sakit dan 26% pasien home care (Yusuf, et

al., 2014).

Luka kaki diabetes terjadi akibat kerusakan pada saraf dan pembuluh

darah. Penderita diabetes dengan kerusakan persarafan akan menunjukkan

kerusakan pada sistem saraf sensorik, motorik, dan otonomik. Pada kerusakan

sistem saraf sensorik secara umum akan kehilangan sensitivitas yang dapat


(18)

ini diperburuk karena masalah aliran darah perifer seperti microangiopathy

(disfungsi pembuluh darah kecil), sehingga aliran darah tidak cukup sampai ke

kaki, kemudian penyembuhan dan perkembangan luka akan menjadi buruk. Luka

kaki diabetes yang tidak sembuh diakibatkan oleh penurunan kemampuan

oksigen, nutrisi, dan antibiotik untuk mencapai jaringan yang rusak (Brunner, et

al., 2000).

Gunawan (2014) dalam penelitiannya diperoleh pengetahuan keluarga

tentang perawatan kaki diabetik di rumah sakit Tk.II Putri Hijau Kesdam I/BB

Medan adalah kurang dengan persentasi sebesar 46%. Perawatan kaki diabetes

(diabetic foot care) sangat penting untuk diajarkan kepada pasien yang memiliki

faktor risiko terjadinya luka kaki diabetes seperti neuropathy, riwayat luka,

gangguan pembuluh darah, atau deformitas (Andrew, et al., 2004). Teori tentang

perbandingan kelompok yang tidak merawat dengan yang merawat kaki diabetik

yaitu kelompok yang tidak merawat kaki diabetik 13 kali berisiko terjadi luka kaki

diabetes (Calle, et al., 2001 dalam Gunawan 2014).

Pasien luka kaki diabetes diarahkan untuk melakukan perawatan luka

secara berkesenambungan dengan perawat luka atau tim medis yang ahli

(Brunner, et al., 2000). Perawatan yang tepat agar penyembuhan lukanya cepat.

Metode perawatan luka lembab (moist wound healing) telah berkembang saat ini.

Namun, masih banyak juga perawat dirumah sakit yang tidak mengunakan

balutan yang dapat mempertahankan kelembaban (Sinaga, 2014). Metode

perawatan luka lembab ini memberikan manfaat lebih dibanding dengan metode


(19)

penggantian balutan dengan menggunakan balutan yang dapat mempertahankan

kelembaban berkisar 2 – 3 hari sekali, sedangkan penggantian balutan basah

kering berkisar 2 – 3 kali sehari (Semer, 2013).

Sibbald et. al., (2001) dalam Colaplast Quick Guide (2012) mengatakan

bahwa “Keberhasilan diagnosa dan penyembuhan pasien luka kronik melibatkan

perawatan yang holistik dan pendekatan tim. Integrasi antara tim interprofesional

yang meliputi dokter, perawat dan profesi kesehatan lainnya dengan pasien,

keluarga dan pengasuh dalam penerapan penyembuhan luka yang optimal”.

Tujuan dan rencana asuhan keperawatan dapat dicapai melalui usaha bersama dari

semua anggota tim kesehatan, pasien/keluarga, sehingga keluarga diharapkan

merasa memiliki tanggung jawab dalam pencapaian tujuan keperawatan dan

terwujud kerja sama yang baik antara perawat, klien dan keluarga (Asmadi, 2008).

Berdasarkan hasil survei awal di Asri Wound Care Centre Medan pada

bulan November 2014, diketahui rata-rata pasien yang melakukan perawatan

dalam sehari adalah 10 orang dan tetap melakukan perawatan secara

berkesenambungan sampai luka pasien sembuh. Kondisi luka pasien saat pertama

kali datang bervariasi mulai dari grade 2 sampai dengan grade 5. Kondisi luka

pasien yang sudah buruk saat datang ini diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan

pasien dan keluarga dalam melakukan perawatan luka, keterbatasan dalam

perawatan di pelayanan kesehatan dan selanjutnya pasien diindikasikan untuk

segera diamputasi.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka peneliti ingin meneliti tingkat


(20)

Asri Wound Care Centre Medan, karena peran keluarga dianggap sebagai salah

satu variabel penting yang mempengaruhi hasil perawatan. Keluarga dengan

adanya pengetahuan keluarga yang baik, maka akan terbentuk pula tindakan yang

sesuai untuk perawatan luka kaki diabetes, sehingga peran keluarga juga baik

dengan mampu membantu anggota keluarganya dalam melakukan perawatan luka

kaki diabetes dan risiko mengalami luka yang lebih parah juga risiko amputasi

ekstremitas dapat dicegah.

2. Perumusan Masalah

Bagaimana gambaran pengetahuan dan peran keluarga dalam perawatan

luka kaki diabetesdi Asri Wound Care Centre Medan.

3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan

peran keluarga dalam perawatan luka kaki diabetes di Asri Wound Care Centre

Medan.

4. Manfaat Penelitian

4.1. Praktik Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan bahan

masukan bagi perawat yang bekerja di layanan kesehatan dalam

memberikan asuhan keperawatan terkait dengan pendidikan kesehatan


(21)

praktik keperawatan disemua pelayanan kesehatan baik di Rumah Sakit

maupun di klinik perawatan luka itu sendiri, serta meningkatkan kualitas

asuhan keperawatan yang holistik dan komprehensif.

4.2. Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi yg berguna

untuk meningkatkan kualitas pendidikan, baik pada ranah KMB maupun

pada ranah Komunitas khususnya pada keluarga.

4.3. Peneliti Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tambahan

dan sumber data bagi peneliti selanjutnya mengenai pengetahuan dan


(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengetahuan

1.1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’ dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, yaitu degan pancaindra.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour) (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan secara terus-menerus oleh

seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya

pemahaman-pemahaman baru (Budiman & Riyanto, 2013).

Pengetahuan (knowledge) menurut Suhartono (2005) adalah sesuatu yang

ada pada diri manusia, dimana keberadaannya diawali dari kecenderungan psikis

atau berfikir manusia sebagai bawaan kodrat manusia, yaitu dorongan rasa ingin

tahu yang bersumber dari kehendak atau kemauan. Sedangkan kehendak atau

keinginan adalah salah satu unsur kekuatan kejiwaan. Unsur lainnya adalah akal

pikiran (ratio) dan perasaan (emotion). Ketiganya berada dalam satu kesatuan

secara terbuka bekerja saling mempengaruhi menurut situasi dan keadaan.

Artinya, dalam keadaan tertentu, keinginan, pikiran dan perasaan bisa lebih

dominan, akibatnya ada pengetahuan akal (logika), pengetahuan perasaan

(estetika) dan pengetahuan pengalaman (etika). Seharusnya pengetahuan

mengandung kebenaran yang sesuai dan diterima dengan akal, perasaan dan


(23)

1.2. Tingkat Pengetahuan

Benjamin S. Bloom (1956 dalam Budiman & Riyanto, 2013) membagi

pengetahuan menjadi 6 tingkat, yaitu:

1. Tahu (know)

Berisi kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi,

fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dan

sebagainya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah dan

dapat diukur dengan cara menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan

menyatakan tentang apa yang dipelajari (recall).

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut

dengan benar.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi yang sebenarnya dengan penggunaan

hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi

yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau objek kedalam komponen-komponen yang masih dalam satu struktur


(24)

analisis ini dapat dilihat dengan cara menggambarkan, membedakan,

memisahkan atau mengelompokkan.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru, dengan kata lain kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

yang ada. Seperti dapat merencanakan, dapat meringkaskan atau dapat

menyesuaikan terhadap suatu teori yang telah ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian berdasarkan suatu

kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang

telah ada.

1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Budiman & Riyanto (2013) menyebutkan beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu:

1. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkan, mengembangkan dan

meningkatkan kemampuan atau keterampilan diri tertentu didalam dan

diluar sekolah berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi

proses belajar, seseorang dengan pendidikan tinggi akan semakin mudah

untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi, maka seseorang


(25)

maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang didapat

semakin banyak pula pengetahuannya. Perlu ditekankan juga, bahwa

berpendidikan rendah tidak mutlak berpengetahuan rendah. Peningkatan

pengetahuan tidak hanya diperoleh dari pendidikan formal, melainkan

dapat diperoleh dari pendidikan nonformal. Pengetahuan seseorang

tentang sesuatu objek mengandung aspek positif dan negatif, keduanya

menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu, semakin banyak hal

positif yang diketahui maka akan menumbuhkan sikap yang positif

terhadap objek tersebut.

2. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi

sebelumnya.

3. Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin

bertambahnya usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola

pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup,

yaitu semakin tua semakin bijaksana dan sejalan dengan bertambahnya

usia, tidak dapat lagi diajarkan pengetahuan baru kepadanya karena


(26)

4. Informasi

Informasi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik informasi

yang diperoleh dari pendidikan formal maupun non formal atau media

massa sebagai sarana komunikasi yang memberikan pengaruh sehingga

terjadi perubahan atau peningkatan pengetahuan.

5. Sosial, Budaya dan Ekonomi

Yaitu kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat

mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, akan

bertambah pengetahuan seseorang walaupun tidak melakukannya. Status

ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya satu fasilitas yang

diperlukan untuk kegiatan tertentu atau membeli fasilitas sumber

informasi, sehingga status sosial ekonomi mempengaruhi pengetahuan

seseorang.

6. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun lingkungan sosial. Lingkungan

berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam diri

seseorang karena ada atau tidaknya interaksi timbal balik yang akan

direspon sebagai pengetahuan oleh individu tersebut.

1.4. Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan menggunakan angket


(27)

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui dan diukur dapat kita

sesuaikan dengan tingkatannya. Penilaian pengetahuan didasarkan pada suatu

kriteria yang ditentukan sendiri oleh peneliti atau menggunakan kriteria yang telah

ada. Arikunto (2006 dalam Budiman & Riyanto, 2013) membuat kategori tingkat

pengetahuan seseorang menjadi 3 tingkatan berdasarkan pada nilai persentasi

yaitu:

1. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai > 75%.

2. Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56-74%.

3. Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai <55%.

2. Peran Keluarga

2.1. Pengertian Keluarga

Keluarga dipandang berdasarkan orientasi teoritis interaksi keluarga

didefinisikan sebagai sebuah arena interaksi kepribadian sehingga penekanan

diberikan kepada karakteristik transaksional dinamis keluarga. Keluarga

dipandang dari perspektif sistem umum didefinisikan sebagai sebuah sistem sosial

kecil yang terbuka yang terdiri atas suatu rangkaian yang saling bergantung dan

dipengaruhi baik oleh struktur internal maupun lingkungan eksternal (Friedman,

et al., 2010). Sedangkan Bailon dan Maglaya (dalam Setiadi, 2008) mengatakan

bahwa keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan

darah, perkawinan dan adopsi, dalam satu rumah tangga berinteraksi satu sama

lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.


(28)

1. Ikatan atau persekutuan (perkawinan/kesepakatan)

2. Hubungan (pertalian darah/adopsi/kesepakatan)

3. Hidup bersama dalam satu rumah tangga

4. Ada peran masing-masing anggota keluarga

5. Ikatan emosional

6. Berinterksi diantara sesama anggota keluarga

2.2. Fungsi Keluarga

Fungsi pokok keluarga secara umum menurut Friedman, et al., (2010)

adalah sebagai berikut:

1. Fungsi afektif, adalah fungsi keluarga yang utama terkait dengan

mengasihi, saling mendukung dan saling menghargai antara anggota

keluarga dan mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota

keluarga berhubungan dengan orang lain.

2. Fungsi sosialisasi dan fungsi penempatan sosial, adalah fungsi

pengembangan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial

sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar

rumah.

3. Fungsi reproduktif, adalah fungsi untuk mempertahankan generasi,

menjaga kelangsungan keluarga dan keberlangsungan hidup masyarakat.

4. Fungsi ekonomis, adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan

keluarga secara ekonomi dan pengalokasian sumber-sumber tersebut


(29)

5. Fungsi perawatan dan pemeliharaan kesehatan, adalah fungsi untuk

mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki

produktivitas tinggi, kemampuan keluarga dalam memberikan perawatan

kesehatan dapat mempengaruhi status kesehatan keluarga dan individu.

Keluarga mampu mencegah tejadinya masalah kesehatan dan merawat

anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.

2.3. Peran Keluarga

Peran adalah perilaku yang diharapkan secara normatif dari seorang dalam

situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan. Peran keluarga

adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks

keluarga. Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersoal,

sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi

tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku

dari keluarga, kelompok, dan masyarakat (Setiadi, 2008). Peran didefinisikan

sebagai kumpulan dari perilaku yang secara homogen dibatasi secara normatif dan

diharapkan dari seseorang yang menempati posisi sosial yang diberikan. Peran

berdasarkan pada pengharapan atau penetapan peran yang membatasi apa saja

yang harus dilakukan oleh individu dalam situasi tertentu (Nye, 1976 dalam

Friedman, et al., 2010). Posisi atau status didefinisikan sebagai letak seseorang

dalam suatu sistem sosial. Peran digolongkan sebagai konsep posisi. Sementara

peran adalah perilaku yang dikaitkan dengan seseorang yang memegang sebuah


(30)

sistem sosial. Setiap individu menempati posisi ganda seperti sebagai orang

dewasa, pria, suami, petani dan sebagainya (Friedman, et al., 2010).

2.4. Peran Keluarga dalam Perawatan Luka Kaki Diabetes

Terkait dengan fungsi keluarga dalam bidang kesehatan, yaitu fungsi

perawatan dan pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai peran dalam

memberikan perawatan yang mengadopsi dari beberapa tugas keluarga dibidang

kesehatan (Suprajitno, 2004), yaitu:

1. Mengenal masalah kesehatan keluarga. Dalam mengenal masalah

kesehatan, keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan

perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga, jika perlu keluarga mencatat

atau mengingat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa

besar peubahannya. Keluarga juga dituntut untuk memiliki pengetahuan

tentang keadaan anggota keluarganya, mengetahui penyebab, tanda dan

gejala, mencari dan mengumpulkan informasi kemudian memberitahukan

kepada anggota keluarga tentang apa yang sedang dialaminya.

2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi

keluarga. Peran ini adalah upaya keluarga dalam mengambil keputusan

yang tepat untuk mencari pertolongan yang tepat pula. Tindakan kesehatan

yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan

dapat dikurangi atau bahkan teratasi.

3. Merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.


(31)

apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan

perawatan.

4. Memodifikasi lingkungan keluarga. Keluarga harus mampu memodifikasi

lingkungan keluarga agar terjamin kesehatan keluarga dan agar dukungan

keluarga yang diberikan untuk kesembuhan pasien menjadi maksimal.

5. Menggunakan pelayanan kesehatan. Tujuan utama penggunaan pelayanan

kesehatan adalah untuk mencapai kesehatan optimal. Keluarga harus tahu

berbagai sumber pelayanan kesehatan yang tepat dan dapat dijangkau oleh

keluarga seperti puskesmas, rumah sakit, klinik perawatan luka, dll.

Ali (2009) mengemukakan bahwa alasan keluarga sebagai objek dan

subjek perawatan adalah karena dalam unit keluarga, jika terjadi masalah

penyakit, cedera, atau perpisahan akan mempengaruhi satu atau lebih anggota

keluarga. Keluarga memiliki hubungan erat antar keluarga dan status kesehatan

anggotanya, peran keluarga sangat penting bagi aspek perawatan kesehatan dan

individu anggota keluarga mulai dari strategi sampai fase rehabilitasi.

2.5. Prinsip-Prinsip Keperawatan Keluarga

Beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam memberikan

asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah sebagai berikut:

1. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.

2. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, perawat

melibatkan peran serta aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah


(32)

3. Mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan preventif

dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.

4. Perawat merupakan sumber daya keluarga dalam memberikan asuhan

keperawatan kesehatan keluarga.

5. Sasaran asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara

keseluruhan.

6. Pendekatan yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan

kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan

menggunakan proses keperawatan.

7. Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan

keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan asuhan keperawatan kesehatan

dasar atau perawatan di rumah.

8. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi (Efendy &

Makhfudli, 2009).

3. Luka Kaki Diabetes

3.1. Definisi Luka Kaki Diabetes

Luka kaki diabetesdikenal dengan istilah lain seperti ulkus kaki diabetes,

diabetic foot ulcers, dan luka neuropati. Luka kaki diabetes adalah suatu luka

kronis pada lapisan kulit sampai kedalam dermis yang berpengaruh terhadap

morbiditas, mortalitas dan kualitas hidup pasien. Luka kaki diabetes merupakan

komplikasi kronik diabetes melitus berupa luka terbuka pada permukaan kulit


(33)

3.2. Etiologi dan Manifestasi Klinis Luka Kaki Diabetes

Wounds International (2013) mengemukakan bahwa pada kebanyakan

pasien luka kaki diabetes, peripheral neuropathy dan peripheral arterial disease

atau keduanya sangat berperan penting dalam terjadinya luka kaki diabetes, oleh

karena itu secara umum luka kaki diabetes diklasifikasikan menjadi neuropati,

iskemik dan neuroiskemik (efek gabungan neuropati dan iskemik).

1. Peripheral Neuropathy (kerusakan saraf perifer)

Peripheral neuropathy adalah penyebab luka kaki diabetik yang

merupakan akibat dari kerusakan saraf sensorik, motorik dan otonomik.

Pada pasien dengan kerusakan saraf sensorik akan merasakan kehilangan

pengalaman nyeri yang akan membuat mereka mudah terkena trauma

fisik, kimia dan panas, kehilangan pengalam nyeri merupakan bagian

terbesar dari penyebab luka kaki diabetes. Pada pasien dengan kerusakan

saraf motorik dapat menyebabkan kaki deformitas seperti kaki hammer

dan kaki claw yang dapat mengakibatkan tekanan abnormal diatas tonjolan

tulang. Sedangkan pada pasien dengan kerusakan saraf otonomik biasanya

akibat terkait dengan kulit kering yang dapat menjadi fissure, cracking dan

callus.

2. Peripheral Arterial Disease (PAD)

Pasien dengan diabetes akan dua kali lebih mungkin terjadi peripheral

arterial disease yang disebabkan oleh arteriosklerosis, daripada pasien

dengan tanpa diabetes. Arteriosklerosis sendiri terjadi karena hilangnya


(34)

Tanda awal yang terjadi oleh penyakit arteri perifer yaitu nyeri kaki baik

pada saat istirahat maupun berjalan, hilangnya sensasi dan terasa kebal,

kesemutan pada kaki, terdapat luka pada kaki yang lambat atau bahkan

sulit sembuh dan perubahan kulit seperti kalus, kulit menebal, kering dan

mengkilat. PAD juga merupakan faktor utama untuk risiko amputasi

ekstremitas bawah. Perlu diingat bahwa ketika terjadi penurunan aliran

darah arteri, microangiopathy (disfungsi pembuluh darah kecil)

berpengaruh pada penyembuhan luka yang buruk. Luka kaki diabetes

biasanya terjadi karena dua atau lebih faktor risiko secara bersamaan.

Unsur intrinsik seperti neuropati, PAD dan kaki deformitas disertai dengan

adanya trauma ekternal seperti penggunaan sepatu yang salah atau luka

pada kaki, dari waktu kewaktu bisa berubah menjadi luka kaki diabetes.

3.3. Patogenesis Luka Kaki Diabetes

Pada penderita diabetes melitus apabila kadar glukosa darah tidak

terkendali maka akan terjadi komplikasi kronik yaitu neuropati, yang

menyebabkan edema pada saraf tubuh serta pengaruh peningkatan sorbitol dan

fruktose, sehingga mengakibatkan akson menghilang, penurunan kecepatan

induksi, parastesia, menurunnya reflek otot, atrofi otot, keringat berlebih, kulit

kering dan hilang rasa. Apabila penderita diabetes tidak berhati-hati, jika terjadi

trauma maka akan menyebabkan lesi dan menjadi luka kaki diabetes (Waspadji,

2006 dalam Hidayah, 2012). Kombinasi antara pembengkakan saraf-saraf yang

terjadi akan menyebabkan double crush syndrome dimana dapat menimbulkan


(35)

akibat langsung dari kelainan sistem persarafan motorik, sensorik dan autonomik.

Pada neuropati sensorik akan mengganggu mekanisme perlindungan dan

menyebabkan pasien tidak merasakan adanya trauma minor yang berulang

dikakinya dan tidak mengetahui adanya luka. Pasien juga mengalami gangguan

pada propiception yang membuat ketidakseimbangan dalam pembebanan berat

bedan (abnormal weight bearing) sehingga mudah terbentuk kalus ataupun ulkus.

Neuropati motorik paling sering mempengaruhi otot kaki menjadi abnormal

akibat dari tekanan saraf plantaris medialis dan lateralis, terjadi perubahan struktur

pada bentuk kaki seperti hammer toe, claw toe, dan charcot joit. Sedangkan

neuropati autonomik mengakibatkan anhidrosis, mengganggu aliran darah

superficial ke kaki dan membuat kondisi kulit menjadi kering dan pecah-pecah

(Hariani, et al.).

Kondisi diabetes melitus dengan hiperglikemi yang tidak terkontrol akan

menyebabkan buruknya sirkulasi darah ke ekstremitas disebut peripheral arterial

disease (penyakit arteri perifer). PAD disebabkan oleh penumpukan lemak di

arteri yang mengakibatkan penebalan dan hilangnya elastisitas dinding arteri

(arteriosklerosis).

3.4. Pengkajian Luka Kaki Diabetes

Pasien luka kaki diabetes perlu dikaji secara holistik, meliputi riwayat

pasien termasuk obat-obatan, penyakit penyerta, dan status diabetes. Pengkajian

luka kaki diabetes juga mempertimbangkan riwayat luka, luka kaki diabetes

sebelumnya, atau amputasi dan gejala yang menunjukkan terjadinya neuropati


(36)

1. Pengukuran luka

Luka diukur panjang x lebar x kedalaman dan ada tidaknya

undermining/goa, yang diukur sesuai dengan arah jarum jam.

2. Kulit sekitar luka

Kaji apakah terdapat tanda-tanda seperti gatal, maserasi, edema, dan

hiperpigmentasi.

3. Tepi luka

Pengkajian akan didapat data bahwa proses epitelisasi adekuat atau tidak,

jaringan epitel berwarna merah muda, dan kegagalan epitelisasi terjadi jika

luka mengalami edema, nekrosis, kalus atau infeksi.

4. Cairan luka

5. Bau tidak sedap

Diketahui untuk mendukung penegakan diagnosa terjadi infeksi atau tidak.

Bau disebabkan oleh adanya kumpulan bakteri yang menghasilkan protein,

apocrine sweat glands atau beberapa cairan luka lainnya.

6. Status Infeksi

Infeksi dapat memperlambat penyembuhan luka, memperlama waktu

perawatan dan meningkatkan biaya perawatan. Luka yang terinfeksi

ditandai dengan adanya erithema, edema, cairan purulent, bau,

peningkatan temperatur dan peningkatan sel darah putih. Infeksi bisa

meluas dengan cepat ke tulang yang disebut osteomielitis jika tidak segera

diatasi. Infeksi dapat diketahui melalui kultur infeksi setelah luka dicuci


(37)

mengusap zig zag sebanyak 10 kali usapan yang mewakili seluruh area

luka

7. Mengkaji hilangnya sensasi nyeri.

8. Tipe jaringan (epitelisasi – granulasi – slough)

9. Stadium luka kaki diabetes

Morison (2013) mengklasifikasi luka kaki diabetes berdasarkan

beberapa parameter seperti ukuran, kedalaman dan lokasi dapat membantu

dalam perencanaan dan memantau terapi dari berbagai pendekatan untuk

membantu memprediksi hasil. Sistem klasifikasi yang sering digunakan

adalah sistem klasifikasi Wagner yang didasari pada derajat luka dan

terdiri dari 6 grade (0-5):

Tabel 2.1 Klasifikasi derajat luka menurut Wagner

Grade Keterangan

0

1

2

3

4

5

(no open lesion) Tidak ada luka terbuka, namun sudah terjadi deformitas, kallus, atau pre ulcerative.

(superficial ulcer) Ulkus diabetes superfisial (luka ke epidermis).

(deep ulcer) Ulkus meluas sampai dermis, ligamen, tendon, kapsula sendi, atau fasia dalam tanpa abses atau osteomielitis. (abcess osteomyelitis) Ulkus dalam dengan abses, osteomielitis atau sepsis sendi.

(gangrene forefoot) Gangren yang terbatas pada kaki bagian depan atau tumit.

(gangrene whole foot) Gagren yang meluas hingga seluruh kaki.

University of Texas mengklasifikasikan ulkus berdasarkan


(38)

Tabel 2.2 Klasifikasi derajat luka menurut University of Texas

Grade Keterangan

0 1

2

3

Pre atau post ulserasi

Luka superfisial yang mencapai epidermis atau dermis (keduanya), tapi belum menembus tendon, kapsul sendi atau tulang

Luka menembus tendon atau tulang, tapi belum mencapai tulang atau sendi

Luka menembus tulang atau sendi

10. Wound base (dasar luka)

Netherlands Wound Care Consultant Society mengklasifikasikan

luka diabetes berdasarkan warna dasar luka. Pengklasifikasian luka RYB

(red, yellow, black) ini bertujuan untuk memudahkan penentuan stadium

luka dalam manajemen luka, membantu memilih tindakan dan penggunaan

topikal terapi yang tepat.

a) Red (R) – Merah: Warna dasar luka pink, merah, dan merah tua

disebut sebagai jaringan sehat, granulasi atau epitelisasi, dan

vaskularisasi. Tujuan perawatan luka dengan warna dasar luka merah

adalah dengan mempertahankan lingkungan luka dalam keadaan

lembab dan mencegah terjadinya trauma.

b) Yellow (Y) – Kuning: Warna dasar luka kuning muda, kuning

kehijauan, kuning tua, kuning kecoklatan disebut sebagai jaringan mati

yang lunak, kondisi luka terkontaminasi atau terinfeksi.

c) Black (B) – Hitam: Warna dasar luka hitam disebut sebagai jaringan


(39)

3.5. Manajemen Luka Kaki Diabetes

Prinsip dari tujuan manajemen perawatan luka kaki diabetes adalah

penutupan luka. Beberapa komponen yang penting dalam manajemen luka kaki

diabetes berdasarkan Wounds International (2013), yaitu:

1. Penyembuhan utama untuk penyakit, yaitu untuk mengontrol atau

mengendalikan penyakit diabetes secara optimal, perlu dilakukan kontrol

gula darah, tekanan darah tinggi, hiperlipidemia, gizi dan merokok.

Kemudian dengan mencegah penyebab trauma fisik, seperti pemakaian

alas kaki untuk menghindari trauma yang mungkin terjadi.

2. Memastikan aliran darah adekuat.

3. Perawatan luka.

Metode perawatan luka yang digunakan saat ini adalah metode moist

wound healing yang memiliki tujuan menciptakan suasana luka lembab

melalui occlusive dressing, yaitu dengan menggunakan balutan luka

tertutup untuk menjaga kelembaban pada dasar luka dan mengurangi

risiko infeksi. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam perawatan luka kaki

diabetes adalah:

a. Mencuci luka

Tujuan mencuci luka adalah untuk membuang jaringan nekrosis,

membuang cairan luka yang berlebihan, membuang sisa baluan yang

digunakan dan sisa metabolik tubuh pada permukaan luka. Pencucian


(40)

Cairan pencuci luka yang digunakan adalah cairan fisiologis yang

non toksik pada proses penyembuhan luka yaitu cairan non toksik,

normal saline (NaCl 0,9%), air bersih, air matang suam-suam kuku

jika perawatan dilakukan dirumah, dan menggunakan sabun dengan

pH rendah untuk membersihkan debris-debris pada luka (Morison,

2013). Penggunaaan cairan providone iodine atau larutan antiseptik

saat terjadi luka terinfeksi, dan tidak disarankan menggunakan

providone iodine pada luka bersih seperti luka pembedahan dan luka

kronis. Hal ini dikarenakan providone iodine bersifat toksik dan dapat

merusak jaringan baru (WHO, 2010).

Mempersiapkan dasar luka (wound bed preparation) yang

dilakukan sebelum pemasangan graft atau flap kontruksi agar

mempercepat penyembuhan luka, menggunakan konsep TIME, yaitu

tissue debridement, inflamation and infection control, moisture balance, dan epithelial edge advancement.

a) Tissue Debridement (manajemen jaringan)

Tissue Debridement merupakan tindakan untuk membuang

jaringan nekrosis, kalus dan jaringan fibrotik sekitar 2 – 3 mm dari

tepi luka ke jaringan sehat. Metode yang digunakan yaitu: Sharp

debridement/surgical menggunakan pisau bedah, gunting atau

forceps untuk mengangkat jaringan nekrotik, membantu sekresi

pus, membantu mengoptimalkan efektivitas pemberian topikal dan


(41)

praktisi yang berpengalaman, karena harus mampu

mengidentifikasi antara tendon sebagai jaringan hidup dan slough

sebagai jarigan mati. Autolytic debridement menggunakan balutan

luka lembab “occlusive dressing” yang akan memberikan suasana

lembab pada luka, melunakkan dan membersihkan luka dari

jaringan nekrotik secara alami menggunakan enzim endogen yang

terdapat dalam tubuh. Penggunaan occlusive dressing merupakan

salah satu cara untuk mengatasi luka diabetes terutama dalam

penurunan kondisi inflamasi yang memanjang. Enzimatik

debridement menggunakan agen topikal yang akan merusak

jaringan nekrotik dengan enzim proteolitik seperti: papain yang

kolagenase. Pengunaan debridement ini untuk luka yang

bereksudat dan jaringan nekrotik sedang. Mekanik debridement

menggunakan aplikasi kassa basah kering dan cairan normal saline

yang dikompres pada permukaan luka dan diangkat apabila sudah

kering. Cara mengangkat kassa dengan membasahi dahulu kassa

atau balutan yang kering agar tidak merusak jaringan yang telah

bergranulasi.

b) Inflamation and infection control

Mengendalikan tanda-tanda inflamasi (tumor, rubor, calor,

dolor) dan tanda infeksi (pus/eksudat).


(42)

Winter (1962) mengungkapkan bahwa lingkungan luka

lembab akan mempercepat migrasi sel epitel dalam penutupan

luka. Moist dengan pemilihan balutan yang tepat yaitu occlusive

dressing berguna untuk mempercepat fibrinolisis, angiogenesis,

menurunkan risiko infeksi, mempercepat petumbuhan growth

factor dan sel aktif.

d) Epithelial edge advancement (kemajuan tepi luka)

Perlu untuk dilakukan debridemen pada tepi luka agar

tidak menghambat epitelisasi jaringan. Jaringan epitel yang baik

jika tepi luka berwara merah muda. Kegagalan penutupan terjadi

jika tepi luka mengalami edema, nekrosis, kalus atau infeksi.

b. Memilih topikal

Jenis balutan berupa topikal terapi terdiri dari:

a) Hidrogel, merupakan topikal terapi yang dapat membantu proses

peluruhan jaringan nekrotik oleh tubuh sendiri (support autolitis

debridement). Digunakan pada dasar luka yang berwarna kuning

dan hitam.

b) Hidrocoloid, merupakan topikal terapi yang berfungsi untuk

mempertahankan luka dalam keadaan lembab, melindungi luka

dari trauma dan menghindari risiko infeksi, mampu menyerap

eksudat. Digunakan pada luka yang berwarna merah, abses, atau


(43)

c) Absorbent dressing, merupakan topikal terapi yang memiliki daya

serap tinggi terhadap cairan luka. Jenis-jenis absorbent dressing

yaitu calcium alginate yang dapat menyerap luka berlebihan dan

menstimulasi proses pembekuan darah jika terjadi perdarahan

minor dan barier terhadap kontaminasi. Digunakan oleh semua

warna dasar luka. Hidroselulosa, merupakan topikal terapi yang

terbuat dari selulosa dengan daya serap tinggi melebihi calcium

alginate. Balutan ini mendukung proses autolisis debridement dan

dapat meningkatkan proses granulasi dan re-epitelisasi. Foam,

merupakan absorban dengan kemampuan serap lebih tinggi dan

nyaman digunakan karena tidak lengket pada luka dan tidak

meninggalkan residu. Digunakan untuk luka dengan eksudat

sedang-berat, dan kontraindikasi pada luka dengan eksudat

minimal dan jaringan nekrotik hitam.

d) Transparant film, yaitu jenis topikal terapi yang berfungsi untuk

mempertahankan luka akut dalam keadaan lembab, melindungi

luka dari trauma dan menghindari risiko infeksi. Balutan ini water

proof dan kontraindikasi dengan eksudat yang banyak.

e) Dressing hidrofobik merupakan topikal terapi antimikrobial,

digunakan untuk luka bereksudat sedang – banyak.

c. Membalut luka

Morison (2013) menjelaskan bahwa penangan luka modern


(44)

occlusive dressing bertujuan untuk mempertahankan suasana lembab

pada luka, menyerap eksudat, membuang jaringan nekrotis dan slough,

mengendalikan risiko infeksi atau terhindar dari kontaminasi,

menurunkan rasa sakit pada saat penggantian balutan dan

mempercepat proses penyembuhan luka, serta yang terpenting adalah

coast effective.

4. Komponen keempat dalam manajemen luka kaki diabetes adalah

mengurangi beban tekanan (offloading). Penanganan pasien neuropati

perifer adalah dengan mengurangi tekanan pada area luka kaki diabetes.

Penekanan biasa terjadi pada telapak kaki sehingga mudah mengalami

luka atau luka menjadi sulit sembuh akibat tekanan beban tubuh maupun

iritasi dari sepatu yang digunakan. Cara yang dapat digunakan untuk

mengurangi tekanan yaitu bed rest, mengurangi kecepatan saat berjalan,

menggunakan kursi roda dan alas kaki, removable cast walker, total

contact cast, dan scotchcast boot.

Total Contact Cast (TCC) merupakan metode offloading yang

paling efektif dapat digunakan untuk melindungi kaki dari tekanan yang

abnormal. Penyembuhan ulkus akibat neuropati dalam waktu 6 – 8

minggu. Cast dibuat dari gips yang dibentuk secara khusus agar tidak ada

lagi pergerakan didalamnya dan tekanan pada plantar akan terdistribusi

secara merata. Pada metode ini pasien dapat berjalan selama perawatan

dan bermanfaat untuk mengontrol adanya edema yang dapat mengganggu


(45)

praktisi yang terlatih, menyebabkan iritasi kulit karena pemakaian gips,

sulit ketika mandi dan tidur, mencegah pasien untuk beraktifitas lebih,

kesulitan dalam menilai luka, sehingga perlu dilakukan inspeksi luka

setiap hari, penggantian balutan dan deteksi infeksi dini (Wounds


(46)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi

tingkat pengetahuan dan peran keluarga dalam perawatan luka kaki diabetes di

Asri Wound Care Centre Medan. Perawatan luka kaki diabetes dilakukan oleh

keluarga atau individu yang memiliki hubungan darah, perkawinan atau adopsi

dengan pasien. Pengetahuan yang harus diketahui oleh keluarga adalah tentang

luka dan prosedur perawatan luka, yaitu mencuci luka, memilih topikal, dan

membalut luka.

Skema 3.1 Skema kerangka konseptual

2. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Tabel definisi operasional

No Variabel

Penelitian

Definisi Operasional

Alat Ukur Hasil

Ukur

Skala Ukur

1. Pengetahuan

keluarga

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang

diketahui oleh

keluarga tentang

luka dan perawatan luka kaki diabetes meliputi: 1. Mencuci luka 2. Memilih topikal Menggunakan kuesioner yang terdiri dari 9 pertanyaan

dengan skala

Guttman, diantaranya 6 pertanyaan multiple choice dan 3 pertanyaan Baik: > 7 Cukup: 5 – 7 Kurang : < 5

Ordinal Pengetahuan dan Peran Keluarga dalan Perawatan Luka Kaki Diabetes di Asri


(47)

3. Membalut luka

4. Tanda dan

gejala luka kaki diabetes dengan kategori jawaban:

• Benar = 1

• Salah = 0

2. Peran

keluarga

Peran keluarga adalah sekumpulan perilaku keluarga untuk melakukan perawatan luka kaki diabetes mulai dari mengenal masalah kesehatan keluarga, memutuskan tindakan yang tepat, merawat anggota keluarga, memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Menggunakan kuesioner yang terdiri dari 15 pernyataan dengan skala Likert dengan kategori

jawaban: Pernyataan Positif: • Selalu = 3 • Sering = 2

Kadang-kadang = 1

• Tidak

pernah = 0 Pernyataan Negatif:

• Selalu = 0 • Sering = 1

Kadang-kadang = 2

• Tidak

pernah = 3

Baik: 22,6 – 45 Buruk: 0 – 22,5


(48)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah macam atau jenis penelitian tertentu yang terpilih

untuk dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan penelitian yang telah

ditetapkan. Desain penelitian merupakan suatu rencana mengenai keadaan atau

kondisi untuk pengumpulan dan analisis data. Desain yang digunakan dalam

penelitian ini adalah desain deskriptif, yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk

menggambarkan pengetahuan dan peran keluarga dalam perawatan luka kaki

diabetesdi Asri Wound Care Centre Medan.

2. Populasi dan Sampel Penelitian 2.1. Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik

tertentu yang akan diteliti. Bukan hanya objek atau subjek yang akan dipelajari

saja, tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang memiliki subjek atau objek

tersebut (Hidayat, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga pasien

luka kaki diabetes yang menjalani perawatan luka kaki diabetes di Asri Wound

Care Centre Medan. Jumlah populasi pada penelitian ini sebanyak 30 orang.

2.2. Sampel

Sampel adalah bagian atau proporsi individu dari populasi yang dapat

diukur dan dapat mewakili populasi (Hidayat, 2007). Pengambilan sampel


(49)

sampling, yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel

diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah

penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang

telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2013). Kriteria inklusi pada penelitian ini

adalah:

1. Salah satu anggota keluarga yang mendampingi pasien luka kaki

diabetes di Asri Wound Care Centre Medan.

2. Keluarga dengan pasien yang pertama kali melakukan perawatan luka.

3. Keluarga mampu membaca dan menulis dengan baik.

4. Keluarga bersedia menjadi responden.

3. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan Juni 2015 di

Asri Wound Care Centre Medan, Jl. Suluh Gg. Mahmud No. 41 Medan. Alasan

peneliti memilih Asri Wound Care Centre Medan sebagai tempat penelitian

adalah karena Asri Wound Care Centre Medan merupakan pelayanan keperawatan

mandiri yang melakukan tindakan keperawatan mandiri, yaitu merawat luka dan

sampel yang ditemukan juga menjadi spesifik sesuai dangan kriteria peneliti

butuhkan, yaitu keluarga yang mendampingi pasien luka kaki diabetes di Asri


(50)

4. Pertimbangan Etik

Penelitian dilakukan setelah proposal disetujui oleh Fakultas Keperawatan

USU dan mendapat izin dari Asri Wound Care Centre Medan. Peneliti

memperoleh ethical clearence oleh Komisi Etik Fakultas Keperawatan USU,

peneliti kemudian mulai melakukan pengumpulan data dengan menunjukkan

lembar persetujuan untuk menjadi responden berupa informed consent kepada

calon responden. Pertimbangan etik penelitian ini dilakukan untuk menghargai

hak-hak dan menjamin kerahasiaan identitas responden. Lembar persetujuan

untuk menjadi respoden diberikan sebelum penelitian dilakukan, calon responden

diharapkan membaca dan memahami isinya, jika calon responden bersedia, maka

responden harus menandatangani lembar persetujuan, tetapi jika calon responden

tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati haknya. Informasi yang harus

ada dalam lembar persetujuan tersebut adalah partisipasi klien, tujuan dan manfaat

dilakukan tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan,

dan kerahasiaan (Hidayat, 2007).

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang

dibuat untuk mengukur variabel sesuai dengan konsep teori pada tinjauan pustaka.

Kuesioner terdiri dari tiga bagian yaitu bagian pertama mengenai data demografi,

bagian kedua mengenai pengetahuan keluarga dan bagian ketiga mengenai peran


(51)

5.1. Kuesioner Data Demografi

Kuesioner mengenai data demografi meliputi nama dengan inisial, jenis

kelamin, usia, agama, suku, pendidikan terakhir, pekerjaan, penghasilan, lama

penyakit pasien dan hubungan dengan pasien.

5.2. Kuesioner Pengetahuan

Bagian kedua pada kuesioner mengenai perawatan luka kaki diabetes

menggunakan skala Guttman terdiri dari 6 pertanyaan dalam bentuk multiple

choice dan 3 pernyataan benar salah dengan jawaban benar nilai 1 dan jawaban

salah nilai 0. Penilaian pengetahuan keluarga dalam penelitian ini menggunakan

kriteria yang telah ada. Arikunto (2006 dalam Budiman & Riyanto, 2013)

membuat kategori tingkat pengetahuan seseorang menjadi 3 tingkatan berdasarkan

pada nilai persentase yaitu: pengetahuan baik jika skor atau nilai > 75%,

pengetahuan cukup jika skor atau nilai 56 – 74% dan pengetahuan kurang jika

skor atau nilai < 55%.

Berdasarkan persentase di atas, pengetahuan keluarga tentang perawatan

luka kaki diabetes dikatakan baik jika benar menjawab pertanyaan dengan nilai >

7, cukup jika benar menjawab pertanyaan dengan nilai 5 – 7, dan kurang jika

benar menjawab pertanyaan < 5.

5.3. Kuesioner Peran

Pada bagian ketiga kuesioner berisi tentang pernyataan-pernyataan yang

mengidentifikasi bagaimana peran keluarga dalam perawatan luka kaki diabetes.

Kuesioner ini terdiri dari 15 pernyataan dengan menggunakan skala Likert.


(52)

1,2,3,5,10,11,12,13,14,15 dengan pilihan jawaban setiap item yang dijawab

dengan jawaban selalu nilai 3, sering nilai 2, kadang-kadang nilai 1, dan tidak

pernah nilai 0. Pernyataan negatif berjumlah 5 pada pernyataan 4,6,7,8,9 dengan

pilihan jawaban setiap item yang dijawab dengan jawaban selalu nilai 0, sering

nilai 1, kadang-kadang nilai 2, tidak pernah nilai 3. Peran keluarga dalam

perawatan luka kaki diabetes dihitung dengan rumus:

P = Rentang

Banyak kelas

Dimana P adalah panjang kelas dengan rentang nilai tertinggi dikurangi nilai

terendah. Berdasarkan rumus diatas, dimana rentang = 45 dan banyak kelas = 2,

yaitu baik dan buruk, maka hasil P = 22,5 dan nilai terendah 0 sebagai batas

bawah kelas pertama, peran dikategorikan dengan: baik nilai 22,6 – 45 dan buruk

nilai 0 – 22,5.

6. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Uji validitas dilakukan untuk menguji validitas setiap pertanyaan pada

instrumen (content validity). Suatu instrumen dikatakan valid jika mempunyai

validitas tinggi. Instrumen dalam penelitian ini berbentuk kuesioner yang disusun

sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka, maka dari itu perlu dilakukan

uji validitas. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini akan divalidasi oleh

salah seorang dosen Departemen Medikal Bedah, Bapak Asrizal, S.Kep, Ns,

M.Kep dan dosen Komunitas Ibu Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS. Suatu

instrumen dikatakan jika nilai Coefisient Valid Index (CVI) mencapai 0,70. Hasil


(53)

kaki diabetes memiliki nilai CVI sebesar 0,89 dan kuesioner peran keluarga dalam

perawatan luka kaki diabetes memiliki nilai CVI sebesar 0,91 sehingga instrumen

yang digunakan peneliti telah valid.

Uji reliabilitas dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur

dapat dipercaya dan tetap bisa konsisten atau sama bila dilakukan dua kali atau

lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama

(Budiman & Riyanto, 2013). Uji reliabilitas dilakukan sebelum dilakukan

pengumpulan data kepada responden diluar dari sampel sebenarnya dengan

kriteria yang sama sebanyak 10 responden. Uji reliabilitas dilakukan di Asri

Wound Care Centre Medan pada bulan Maret 2015. Uji reliabilitas instrumen

pengetahuan keluarga tentang perawatan luka kaki diabetes kemudian dianalisis

menggunakan rumus Guttman Split-Half Coefficient dan hasil yang diperoleh

adalah 0,726. Uji reliabilitas instrumen peran keluarga dalam perawatan luka kaki

diabetes kemudian dianalisis menggunakan rumus Cronbach Alpha dan hasil yang

diperoleh adalah 0,873. Suatu instrumen dikatakan reliabel jika nilai

reliabilitasnya 0,70 atau lebih. (Polit & Hungler, 1997).

7. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah mengikuti langkah-langkah

pengumpulan data, yaitu: mengajukan izin pelaksanaan penelitian ke Fakultas

Keperawatan USU. Selanjutnya meminta izin ke Asri Wound Care Centre Medan

untuk melakukan pengumpulan data penelitian. Setelah mendapatkan izin dari


(54)

terhadap responden yang sesuai dengan kriteria dalam penelitian ini. Kemudian

menjelaskan kepada calon responden mengenai tujuan, manfaat dan prosedur

pengisian kuesioner. Setelah calon responden setuju dan bersedia menjadi subjek

responden penelitian, responden diminta untuk menandatangani surat persetujuan

menjadi responden. Setelah itu responden diminta untuk menjawab pertanyaan

yang terdapat pada lembaran kuesioner. Selama pengisian kuesioner responden

diberi kesempatan untuk bertanya kepada peneliti apabila ada pertanyaan yang

tidak dimengerti. Setelah diisi, kuesioner dikembalikan kepada peneliti dan

diperiksa kelengkapannya, jika tidak lengkap kuesioner diselesaikan pada saat itu

juga.

8. Analisa Data

Kegiatan terakhir peneliti adalah melakukan analisa dari semua data.

Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan pengolahan dan analisa

data agar data dapat digunakan sebagai landasan dalam menjawab semua rumusan

masalah. Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan, dimulai dari

editing untuk memeriksa data yang telah dikumpulkan baik berupa kelengkapan

identitas dan memastikan semua jawaban telah diisi. Kemudian data diberi kode

(coding) untuk mempermudah pengolahan data. Kemudian memasukkan data

(entering) ke komputer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan

komputerisasi (Sibagariang, 2010).

Analisa data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah analisis


(55)

telah terkumpul tanpa adanya membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum

atau generalisasi. Analisis ini menghasilkan distribusi atau persentase dari tiap

variabel dan cara penyajiannya dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.

Variabel yang dianalisa dengan statistik deskriptif yaitu persentatif untuk

mengidentifikasi tingkat pengetahuan dan peran keluarga dalam perawatan luka


(56)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan data hasil penelitian dan pembahasan mengenai

pengetahuan dan peran keluarga dalam perawatan luka kaki diabetes di Asri

Wound Care Centre Medan. Penelitian telah dilakukan pada bulan Maret sampai

dengan Juni 2015 di Asri Wound Care Centre Medan dengan melibatkan 30

responden. Responden pada penelitian ini adalah keluarga yang mendampingi

pasien yang melakukan perawatan luka kaki diabetes di Asri Wound Care Centre

Medan.

1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini akan dijabarkan mengenai karakteristik demografi

responden, pengetahuan dan peran keluarga dalam perawatan luka kaki diabetes.

1.1. Karakteristik Demografi Responden

Karakteristik demografi responden mencakup usia, hubungan dengan

pasien, jenis kelamin, pendidikan terakhir, agama, suku, pekerjaan, penghasilan

keluarga dan lama pasien menderita luka kaki diabetes. Hasil penelitian mengenai

karakteristik demografi responden dapat dilihat pada tabel 5.1 dibawah.

Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa mayoritas usia

responden pada rentang 20 – 40 tahun sebanyak 14 responden (46,7%), dan usia >

40 tahun sebanyak 13 responden (43,3%); mayoritas hubungan responden dengan

pasien adalah anak kandung sebanyak 11 (36,7%), dan suami/istri sebanyak 11


(57)

mayoritas pendidikan terakhir responden adalah SMA sebanyak 19 responden

(63,3%); mayoritas responden beragama Islam sebanyak 25 responden (83,3%);

mayoritas suku responden adalah Batak sebanyak 12 responden (40%); mayoritas

pekerjaan responden adalah tidak bekerja sebanyak 14 responden (46,7%);

mayoritas penghasilan keluarga adalah > Rp. 2.000.000 /bulan sebanyak 19

responden (63,3%); mayoritas lama pasien menderita luka kaki diabetes adalah

pada rentang 1 – 12 bulan sebanyak 20 responden (66,7%).

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden di Asri Wound Care Centre Medan (n= 54)

Variabel Frekuensi (f) Persentase (%)

Usia

a. < 20 tahun b. 20 – 40 tahun c. > 40 tahun

Hubungan dengan pasien

a. Saudara kandung

b. Anak kandung

c. Suami/istri d. Lainnya Jenis kelamin a. Laki-laki b. Perempuan Pendidikan terakhir a. SMP b. SMA

c. Perguruan tinggi Agama a. Islam b. Protestan c. Hindu Suku a. Jawa b. Batak c. Melayu d. Lainnya Pekerjaan

a. Tidak bekerja

b. Wiraswasta 3 14 13 2 11 11 6 8 22 2 19 9 25 3 2 10 12 3 5 14 7 10 46,7 43,3 6,7 36,7 36,7 20 26,7 73,3 6,7 63,3 30 83,3 10 6,7 33,3 40 10 16,7 46,7 23,3


(58)

c. Pegawai negeri

d. Pegawai swasta

Penghasilan Keluarga

a. Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.000 /bulan b. > Rp. 2.000.000 /bulan

Lama pasien menderita luka kaki diabetes a. 1 – 30 hari

b. 1 – 12 bulan c. > 1 tahun

4 5 11 19 4 20 6 13,3 16,7 36,7 63,3 13,3 66,7 20

1.2. Deskripsi Pengetahuan Keluarga dalam Perawatan Luka Kaki Diabetes Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Asri Wound Care Centre

Medan menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan yang

cukup sebanyak 18 responden (60%) dengan skor kuesioner 5 – 7, responden

memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 6 responden (20%) dengan skor

kuesioner > 7, dan 6 responden (20%) memiliki pengetahuan yang kurang dengan

skor kuesioner < 5.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pengetahuan Keluarga dalam Perawatan Luka Kaki Diabetes

Kategori pengetahuan Frekuensi Persentasi (%)

Baik Cukup Kurang 6 18 6 20 60 20

1.3.Deskripsi Peran Keluarga dalam Perawatan Luka Kaki Diabetes

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Asri Wound Care Centre

Medan menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki peran yang baik


(59)

memiliki peran yang buruk hanya 5 responden (16,7%) dengan skor kuesioner 0 –

22,5.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Peran Keluarga dalam Perawatan Luka Kaki Diabetes

Kategori peran Frekuensi Persentasi (%)

Baik Buruk

25 5

83,3 16,7

2. Pembahasan 2.1.Data Demografi

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif yang bertujuan untuk

mengidentifikasi gambaran pengetahuan dan peran keluarga dalam perawatan

luka kaki diabetes di Asri Wound Care Centre Medan. Penelitian ini melibatkan

30 responden yang merupakan keluarga pasien luka kaki diabetes yang melakukan

perawatan luka.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, diperoleh

pengetahuan keluarga dalam perawatan luka kaki diabetes adalah cukup sebanyak

18 responden (60%) dan peran keluarga dalam perawatan luka kaki diabetes

adalah baik sebanyak 25 responden (83,3%).

Berdasarkan data demografi responden pada penelitian ini, mayoritas usia

responden pada rentang 20 – 40 tahun sebanyak 14 responden (46,7%) dan usia

responden > 40 tahun sebanyak 13 responden (43,3%). Usia merupakan faktor

yang dapat mempengaruhi pengetahuan, sebagaimana pendapat Budiman &


(60)

tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin

membaik. Khususnya usia madya, individu akan berperan aktif serta lebih banyak

melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua.

Mayoritas hubungan responden dengan pasien adalah anak kandung

sebanyak 11 responden (36,7%) dan suami/istri sebanyak 11 responden (36,7%).

Hal ini diperkuat dengan adanya pernyataan tentang peran pemberi asuhan

bervariasi sesuai dengan posisi atau hubungannya dengan penerima asuhan. Peran

berubah secara bermakna saat pemberi asuhan adalah pasangan hidup, orang tua,

anak, saudara kandung atau teman (Shepard & Mahon, 1996 dalam Friedman, et

al., 2010).

Anggota keluarga, khususnya wanita memainkan peran penting sebagai

pemberi asuhan primer pada anggota keluarga yang mengalami gangguan akibat

disabilitas fisik dan/atau mental kronik (Friedman, et al., 2010). Peneliti setuju

akan pendapat tersebut karena hal ini sesuai dengan karakteristik responden pada

penelitian ini, sebagaimana kriteria inklusi pada penelitian ini adalah anggota

keluarga yang mendampingi pasien melakukan perawatan luka kaki diabetes dan

sebanyak 22 responden (73,3%) adalah wanita.

Mayoritas pendidikan terakhir responden adalah SMA sebanyak 19

responden (63,3%) dan sebanyak 9 responden (30%) berpendidikan Perguruan

Tinggi. Pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan,

sebagaimana pendapat Budiman & Riyanto (2013), bahwa dengan pendidikan

tinggi, maka seseorang akan cenderung untuk mendapat informasi, baik dari orang


(61)

Mayoritas pekerjaan responden adalah tidak bekerja yaitu sebanyak 14

responden (46,7%). Banyak dari responden merupakan ibu rumah tangga dan

pensiunan. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga banyak memberikan waktu yang

luang untuk merawat anggota keluarga yang sakit dan membawa pasien ke

perawat luka untuk melakukan perawatan luka.

Status ekonomi akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang

diperlukan untuk kegiatan tertentu atau membeli fasilitas sumber informasi,

sehingga status sosial ekonomi mempengaruhi pengetahuan seseorang (Budiman

& Riyanto, 2013). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas penghasilan

keluarga perbulan adalah > Rp. 2.000.000 sebanyak 19 responden (63,3%).

Lama pasien menderita luka kaki diabetes antara 1 – 12 bulan menjadi

angka mayoritas pada 20 responden (66,7%). Penelitian Madanchi, et al., (2013)

pada 873 pasien bahwa rata-rata lama atau durasi luka kaki diabetes adalah 79,8

hari. Dapat diartikan bahwa terdapat kesenjangan waktu sekitar 2 bulan antara

perkembangan luka kaki diabetes sampai saat pasien diberi perawatan. Hal ini

menunjukkan perawatan yang diberikan akan semakin lama, yaitu setelah luka

pada grade 2 dan seterusnya. Perawatan luka yang dilakukan sejak awal sangat

penting dalam mencapai hasil terapi yang lebih baik (Madanchi, et al., 2013).

2.2.Pengetahuan Keluarga dalam Perawatan Luka Kaki Diabetes

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, diperoleh

pengetahuan keluarga dalam perawatan luka kaki diabetes adalah cukup sebanyak

18 responden (60%), baik sebanyak 6 responden (20%), dan kurang sebanyak 6


(62)

cukup mengetahui dan memahami segala sesuatu yang berhubungan dengan luka

kaki diabetes dan perawatan luka kaki diabetes seperti mencuci luka, memilih

topikal, dan membalut luka.

Penanganan luka modern menggunakan metode moist wound healing yang

diciptakan melalui balutan tertutup (occlusive dressing) bertujuan untuk

mempertahankan suasana lembab pada luka, menyerap eksudat, membuang

jaringan nekrosis dan slough, mengendalikan risiko infeksi, menurunkan rasa

sakit pada saat penggantian balutan dan mempercepat proses penyembuhan luka,

serta cost effective (Morison, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, masih ada

responden yang tidak mengetahui perawatan luka dan masih ada responden yang

memahami perawatan luka konvensional. Pemahaman tentang penggunaan

balutan yang tidak dapat mempertahankan kelembaban seperti kasa yang

digunakan tipis atau berpori-pori jarang, kemudian kasa dibiarkan mengering dan

ketika kasa diangkat, jaringan baru akan membuat trauma dan luka kembali ke

fase inflamasi. Selama proses penggantian balutan juga terkadang dapat terasa

nyeri, sehingga obat untuk mengurangi nyeri bisa saja diperlukan. Frekuensi

penggantian balutan juga antara 2 sampai 3 kali per hari dan 3 sampai 4 kali per

hari pada luka yang memerlukan debridemen (Semer, 2013).

Penyembuhan luka kaki diabetes akan lebih cepat jika perawatan luka

yang dilakukan tepat. Perawatan luka kaki diabetes yang tepat merupakan

tindakan pencegahan kedua setelah penatalaksanaan diabetes itu sendiri.


(63)

amputasi (Jeffcoate & Harding, 2003). Hal ini dibenarkan pada penelitian

sebelumnya oleh Malone, et al., (1989) terhadap 203 pasien yang terdaftar di

rumah sakit dengan masalah kaki (luka kaki, amputasi, infeksi) dan memiliki

riwayat luka sebelumnya. Pasien secara acak menerima pengetahuan tentang

gambaran masalah luka kaki dan perawatannya. Kemudian, setelah intervensi

tersebut, dilaporkan adanya penurunan secara signifikan sebanyak 3 kali lipat,

akan terjadinya luka kaki yang baru dan amputasi dalam waktu 13 bulan.

Penelitian Lincoln (2008) terhadap 259 pasien di 3 rumah sakit di

Nottingham dan Derby. Peneliti tidak mendapatkan petunjuk akan adanya

pengaruh pemberian edukasi terhadap kejadian luka kaki yang baru dan amputasi

dalam waktu 6 bulan – 12 bulan. Tidak ada bukti yang membenarkan tentang

pengaruh edukasi terhadap penurunan kejadian luka yang baru. Ini bisa jadi salah,

karena tingginya populasi akibat pengaruh beberapa faktor yang menjadikannya

jauh lebih baik sehingga dapat menyeimbangi sebuah perubahan seperti kebiasaan

merawat kaki. Pada penelitian Gunawan (2014) oleh 37 responden di Rumah

Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan, diketahui pengetahuan keluarga

dalam merawat kaki diabetes adalah kurang (46%). Dengan demikian, apabila

pengetahuan keluarga tentang perawatan kaki diabetes kurang, maka akan

mengakibatkan keluarga tidak mampu membantu anggota keluarganya merawat

kaki diabetes. Selanjutnya, masalah yang akan muncul adalah komplikasi kronik

pada kaki, yaitu luka kaki diabetes. Teori tentang perbandingan kelompok yang


(64)

merawat kaki diabetik 13 kali berisiko terjadi luka kaki diabetes (Calle et al.,

2001 dalam Gunawan 2014).

Pengetahuan (knowledge) merupakan sebagai suatu pembentukan secara

terus menerus oleh seseorang yang tiap saat mengalami reorganisasi karena

adanya pemahaman-pemahaman baru (Budiman & Riyanto, 2013).

Berdasarkan pernyataan tentang merawat luka; mencuci luka, sebanyak 20

responden (66,7%) mengetahui cara membersihkan nanah pada luka kaki diabetes

adalah menggunakan air hangat suam-suam kuku atau cairan NaCl, dan sebanyak

21 responden (70%) mengetahui tujuan pencucian luka adalah membuang dan

meminimalkan bakteri yang ada di luka. Data tersebut menunjukkan bahwa

sebagian besar responden mengetahui tentang tindakan perawatan luka yang

dilakukan adalah mencuci luka menggunakan cairan NaCl atau air hangat

suam-suam kuku yang bertujuan agar bakteri yang ada di luka menjadi minimal.

Penggunaan cairan providone iodine atau larutan antiseptik tidak lagi disarankan

karena sifatnya yang toksik dan dapat merusak jaringan baru (WHO, 2010).

Berdasarkan pernyataan tentang merawat luka; memilih topikal, sebanyak

17 responden (56,7%) mengetahui bahwa jenis balutan yang digunakan adalah

mampu menyerap cairan luka dan menghindari risiko infeksi, juga berfungsi

mempertahankan keadaan luka dalam keadaan lembab sehingga proses

penyembuhan luka menjadi cepat, dan sebanyak 16 responden (53,3%)

mengetahui bahwa selama perawatan luka perlu dilakukan pengolesan hidrogel

atau salep luka pada daerah luka dan menutupnya dengan kassa atau balutan luka


(65)

sebagian responden mengetahui tentang tindakan perawatan luka yang dilakukan

adalah memilih topikal. Banyak jenis balutan berupa topikal terapi yang dapat

digunakan sesuai dengan kondisi luka, mulai dari hidrogel, hidrocoloid, absorbent

dressing, transparant film, dan hidrofobik (Morison, 2013).

Berdasarkan pernyataan tentang merawat luka; membalut luka, sebanyak

14 responden (46,7%) mengetahui balutan luka yang benar adalah menutupi

seluruh luka, dan sebanyak 12 responden (40%) mengetahui kondisi balutan luka

kaki diabetes yang baik adalah luka lembab dan tertutup oleh kassa atau balutan

luka. Data tersebut menunjukkan bahwa kurang dari sebagian responden

mengetahui tentang tindakan membalut luka. Masih banyak responden yang

membenarkan balutan luka yang benar jika membuat luka kering dan kondisi luka

yang baik jika luka dibiarkan terbuka dan mengering. Responden memahami

bahwa luka yang kering berarti luka sembuh, hal ini bertolak belakang dengan

konsep perawatan luka modern. Dimana luka ditutup (occlusive dressing) untuk

mempertahankan luka dalam kondisi lembab dan mempercepat proses

penyembuhan luka (Winter, 1962 dalam Gitarja, 2010).

Sebanyak 23 responden (76,7%) mengetahui bahwa sebagian pasien luka

kaki diabetes akan kehilangan sensasi/rasa nyeri pada kaki, sebanyak 21

responden (70%) mengetahui bahwa sebelum terjadi luka kaki diabetes, secara

umum pada daerah kaki akan terjadi deformitas (kelainan bentuk kaki), kulit kaki

menebal, pecah-pecah dan kehilangan pengalaman nyeri, dan sebanyak 27

responden (90%) mengetahui luka kaki diabetes diakibatkan oleh komplikasi dari


(66)

trauma di kulit karena mengalami kebas tungkai bawah. Data ini menunjukkan

bahwa lebih dari sebagian responden mengetahui masalah yang dialami keluarga

yang menderita luka kaki diabetes. Luka kaki diabetes merupakan akibat adanya

peripheral neuropathy dan peripheral arterial disease dan kemudian akan terjadi

tanda-tanda hilangnya sensasi/rasa nyeri pada kaki, kaki deformitas, kulit kaki

akan menebal, pecah-pecah, dan kebas kesemutan (Wounds International, 2013).

2.3. Peran Keluarga dalam Perawatan Luka Kaki Diabetes

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, diperoleh

peran keluarga dalam perawatan luka kaki diabetes adalah baik sebanyak 25

responden (83,3%). Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari sebagian responden

memiliki peran yang baik dalam merawat luka kaki diabetes.

Pada penelitian ini ditemukan bahwa peran keluarga yang baik dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: Jenis kelamin responden, yaitu wanita

menjadi mayoritas pemberi asuhan. Sebagaimana pernyataan Friedman, et al.,

(2010) bahwa anggota keluarga, khususnya wanita memainkan peran penting

sebagai pemberi asuhan primer pada anggota keluarga yang mengalami gangguan

akibat disabilitas fisik dan/atau mental kronik. Hubungan responden dengan

pasien juga mempengaruhi peran keluarga yang baik, hal ini disebabkan karena

keluarga merupakan lingkungan terdekat dan dunia pertama dimana seseorang

mempunyai pandangan, pengalaman terhadap dunia dan diwarnai oleh

pengalaman dengan keluarganya (Tailor, et al., 1997). Peran pemberi asuhan


(1)

Lampiran 12


(2)

(3)

Lampiran 13


(4)

Lampiran 14


(5)

Lampiran 15


(6)

Lampiran 16