BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan
Areal pertanaman yang akan digunakan, dibersihkan dari gulma yang tumbuh pada areal tersebut. Tanah diolah kemudian dibuat plot dengan ukuran
1.1 m x 1 m. Dibuat parit drainase dengan jarak antar plot 30 cm dan jarak antar blok 50 cm untuk mengurangi masuknya air kelahan penelitian. Kemudian tanah
plot digemburkan menggunakan cangkul.
Penanaman Benih
Penanaman dilakukan dengan membuat lubang tanam diplot yang telah dibuat dengan kedalaman ± 2cm, kemudian dimasukkan 1 benih per lubang tanam
dan ditutup dengan kompos. Jarak tanam yang digunakan adalah 20 cm x 30 cm.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan sesuai dengan dosis anjuran kebutuhan pupuk kedelai yaitu 100 kg Ureaha 0,6 glubang tanam, 200 kg TSPha 1,2 glubang
tanam, dan 100 kg KClha 0,6 glubang tanam. Pemupukan TSP dan KCL dilakukan 1 minggu sebelum tanam dan pupuk Urea dilakukan 2 minggu setelah
tanam.
Aplikasi Asam Askorbat
Asam askorbat diaplikasikan sebanyak 3 kali yaitu pada saat tanaman berumur 2 MST, 4 MST dan 6 MST dengan menyemprotkan pada daun tanaman.
Pemeliharaan Tanaman Penyiraman
Universitas Sumatera Utara
Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari, apabila terjadi hujan tidak dilakukan penyiraman dan diperkirakan telah
mencukupi kebutuhan tanaman atau disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila dalam satu lubang tanam tidak ada benih yang tumbuh atau pertumbuhannya abnormal. Penyulaman dilakukan paling lama
2 MST.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan 3 minggu setelah tanam dan seterusnya dilakukan setiap 1 minggu sekali atau disesuaikan dengan perkembangan gulma yang ada di
areal penelitian secara manual dengan mencabut gulma atau dengan menggunakan garu. Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan.
Pembumbunan
Agar tanaman tidak mudah rebah dan berdiri tegak serta kokoh, pembumbunan dilakukan dengan cara membuat gundukan tanah di sekeliling
tanaman.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan insektisida dengan dosis 0,5 ccliter air, sedangkan pengendalian penyakit
dilakukan dengan menyemprot fungisida dengan dosis 1 ccliter air. Penyemprotan dilakukan pada saat 3 minggu setelah tanam dan selanjutnya
tergantung dari intensitas serangan hama dan penyakit.
Panen
Universitas Sumatera Utara
Panen dilakukan dengan cara dipetik satu persatu dengan menggunakan tangan. Adapun kriteria panen yaitu adalah ditandai dengan kulit polong sudah
berwarna kuning kecoklatan sebanyak 95 dan daun sudah berguguran tetapi bukan karena adanya serangan hama dan penyakit.
Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman cm
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari pangkal batang sampai titik tumbuh dengan menggunakan meteran. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan
sejak tanaman berumur 2 MST hingga 4 MST. Jumlah Cabang cabang
Penghitungan jumlah cabang dilakukan dengan menghitung jumlah cabang yang muncul di sekitar batang utama. Penghitungan jumlah cabang dilakukan
sejak tanaman berumur 3 MST hingga 5 MST.
Umur Berbunga hari
Pengamatan umur berbunga dilakukan dengan menghitung umur tanaman pada saat tanaman sudah berbunga.
Umur Panen hari
Pengamatan umur panen dilakukan dengan menghitung umur panen pada saat tanaman telah memiliki polong yang telah mencapai warna polong matang
± 95 yang ditandai warna kecoklatan pada polong.
Jumlah Polong Berisi Pertanaman polong
Jumlah polong berisi dihitung pada setiap tanaman yaitu polong yang menghasilkan biji. Perhitungan dilakukan pada saat tanaman telah dipanen.
Jumlah Polong Hampa Pertanaman polong
Universitas Sumatera Utara
Dihitung jumlah polong hampa pada setiap tanaman, yaitu polong yang tidak berisi biji. Perhitungan dilakukan pada saat tanaman telah dipanen.
Jumlah Biji Pertanaman biji
Penghitungan dilakukan saat stadia R
8
matang penuh 95 dari polong telah mencapai warna polong matang atau saat panen dilakukan. Untuk
mengetahui jumlah biji pada tiap polong tanaman dilakukan dengan membuka mengupas tiap polong, lalu dihitung semua biji yang ada pada polong tersebut.
Bobot Biji Pertanaman g
Diambil seluruh biji dari masing-masing perlakuan pada tanaman sampel dengan menggunakan timbangan analitik. Penimbangan dilakukan dengan kondisi
biji kering.
Bobot 100 biji g
Diambil 100 biji dari masing-masing perlakuan pada tanaman sampel. Untuk memperoleh 100 biji kedelai dilakukan pengambilan biji secara acak.
Jumlah Klorofil Daun gml
Metode yang digunakan dalam menghitung jumlah klorofil a dan b adalah metode Henry dan Grime 1993, dengan langkah sebagai berikut :
- Digerus daun segar sebanyak 0.1 gram dengan mortal, dan menggunakan
aceton 80 sebanyak 10 ml. -
Ekstrak disaring dengan kertas saring dan dipindahkan ke dalam botol. -
Absorbansi diukur pada panjang gelombang 645 nm dan panjang gelombang 663 nm.
- Total klorofil, klorofil a, dan klorofil b dihitung dengan menggunakan rumus
Klorofil a = 12.7 x A663 – 2.69 x A645
10 Klorofil b = 22.9 x A645
– 4.68 x A663 10
Total klorofil = 8.02 x A663 + 20.2 x A645 10
Universitas Sumatera Utara
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Dari hasil penelitian dan pengujian sidik ragam ternyata perlakuan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah polong berisi
pertanaman, jumlah biji pertanaman, bobot biji pertanaman, bobot 100 biji, dan jumlah klorofil daun. Tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap umur berbunga,
umur panen, dan jumlah polong hampa pertanaman.
Tinggi Tanaman cm
Data pengamatan tinggi tanaman 3 MST dan 4 MST dan daftar sidik ragam tinggi tanaman dapat dilihat pada lampiran 9 sampai 12. diketahui bahwa
perlakuan berbeda nyata terhadap tinggi tanaman pada 3 MST dan 4 MST. Rataan tinggi tanaman dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan Tinggi Tanaman Pada 3 MST dan 4 MST Perlakuan
Tinggi Tanaman cm 3 MST
4 MST A0
14.41ab 18.87a
A1 13.93b
18.12b A2
14.79a 19.04a
A3 14.96a
19.29a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Duncan Duncan’s
Multiple Range TestDMRT pada taraf 5 Pada pengamatan 4 MST perlakuan A1 berbeda nyata terhadap semua
perlakuan. Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa rataan tinggi tanaman tertinggi pada perlakuan A3 yaitu : 14.96 cm, dan 19.29 cm. Sedangkan rataan tinggi tanaman
terendah pada perlakuan A1 yaitu : 13.93 cm, dan 18.12 cm. Grafik tinggi tanaman 3 MST dan 4 MST dapat dilihat pada gambar
dibawah ini
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3. Grafik Pertambahan Tinggi Tanaman 3 MST dan 4 MST Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa pengaruh perlakuan asam askorbat
terhadap tinggi tanaman menunjukkan hubungan linier positif, yang artinya dengan menambahkan dosis asam askorbat cenderung meningkatkan tinggi
tanaman pada 3 dan 4 MST.
Jumlah Cabang cabang
Dari data penelitian dan analisis sidik ragam yang dapat dilihat pada lampiran 13 sampai 18, diketahui bahwa perlakuan berbeda nyata terhadap jumlah
cabang pada 5 MST tetapi tidak berbeda nyata terhadap 3 dan 4 MST. Rataan jumlah cabang tanaman dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Rataan Jumlah Cabang Pada 3, 4 dan 5 MST cabang
Perlakuan Jumlah Cabang cabang
3 MST 4 MST
5 MST A0
1.00 2.00
4.06b A1
1.06 2.06
4.19b A2
1.13 2.06
4.63a A3
1.06 2.13
4.38ab
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
pada Uji Duncan Duncan’s Multiple Range TestDMRT pada taraf 5
y = 0.0012x + 14.146 r = 0.245
y = 0.0011x + 18.503 r = 0.097
0.00 5.00
10.00 15.00
20.00 25.00
200 400
600
Ti n
g g
i Tan
am an
c m
Dosis Asam Askorbat ppm
3 MST 4 MST
Universitas Sumatera Utara
Pada pengamatan jumlah cabang 5 MST, perlakuan A2 berbeda nyata terhadap A0 dan A1, dan tidak berbeda nyata terhadap A3. Dari tabel 2 diketahui
bahwa rataan jumlah cabang terbanyak terdapat pada perlakuan A2 4.63 cabang dan terendah pada perlakuan A0 4.06 cabang.
Grafik jumlah cabang 5 MST dapat dilihat pada gambar dibawah ini
Gambar 4. Grafik Jumlah Cabang 5 MST Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa pengaruh perlakuan asam askorbat
terhadap jumlah cabang menunjukkan hubungan linier positif, artinya dengan menambahkan dosis asam askorbat cenderung meningkatkan jumlah cabang pada
5 MST.
Umur Berbunga hari setelah tanam HST
Dari data penelitian dan analisis sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 19 dan 20, diketahui bahwa perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap parameter
umur berbunga. Rataan umur berbunga dapat dilihat pada tabel 3.
y = 0.0007x + 4.1063 r = 0.276
4 4.1
4.2 4.3
4.4 4.5
4.6 4.7
200 400
600
Ju m
lah C
ab an
g cab
an g
Dosis Asam Askorbat ppm
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3. Rataan Umur Berbunga HST Perlakuan
Umur Berbunga HST A0
29.31 A1
29.06 A2
28.63 A3
28.81
Umur Panen HST
Dari data penelitian dan analisis sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 21 dan 22, diketahui bahwa perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap parameter
umur panen. Rataan umur panen dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Rataan Umur Panen HST
Perlakuan Umur Panen HST
A0 75.06
A1 75.06
A2 74.06
A3 74.06
Jumlah Polong Berisi Pertanaman polong
Dari data penelitian dan analisis sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 23 dan 24, diketahui bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap jumlah polong
berisi pertanaman. Rataan jumlah polong berisi pertanaman dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Rataan Jumlah Polong Berisi Pertanaman polong Perlakuan
Jumlah Polong Berisi Pertanaman A0
4.06c A1
5.06c A2
8.63a A3
6.81b Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Duncan Duncan’s
Multiple Range TestDMRT pada taraf 5
Universitas Sumatera Utara
Dari data diatas diketahui bahwa A2 berbeda nyata terhadap semua perlakuan. Rataan jumlah polong berisi pertanaman paling banyak pada perlakuan
A2 yaitu 8.63 polong dan paling sedikit pada perlakuan A0 yaitu 4.06 polong. Grafik jumlah polong berisi pertanaman dapat dilihat pada gambar
dibawah ini
Gambar 5. Grafik Jumlah Polong Berisi Pertanaman Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa pengaruh perlakuan asam askorbat
terhadap jumlah polong berisi pertanaman menunjukkan kurva kuadratik dimana pengaruh dosis asam askorbat mencapai jumlah polong berisi maksimum pada
dosis 412.5 ppm.
Jumlah Polong Hampa Pertanaman polong
Dari data penelitian dan analisis sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 25 dan 26, diketahui bahwa perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah
polong hampa pertanaman. Rataan jumlah polong hampa pertanaman dapat dilihat pada tabel 6.
y = -2E-05x
2
+ 0.0165x + 3.6656 R
2
= 0.7397
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
200 400
600
Ju m
lah Po
lo n
g B
e ri
si p
o lo
n g
Dosis Asam Askorbat ppm
Y
max
= 412.5
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6. Rataan Jumlah Polong Hampa Pertanaman polong Perlakuan
Jumlah Polong Hampa Pertanaman A0
0.13 A1
0.44 A2
0.44 A3
0.38
Jumlah Biji Pertanaman biji
Dari data penelitian dan analisis sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 27 dan 28, diketahui bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap jumlah biji
pertanaman. Rataan jumlah biji pertanaman dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Rataan Jumlah Biji Pertanaman biji
Perlakuan Rataan
A0 7.69c
A1 9.75c
A2 18.75a
A3 13.69b
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
pada Uji Duncan Duncan’s Multiple Range TestDMRT pada taraf 5
Dari data diatas diketahui bahwa A2 berbeda nyata terhadap semua perlakuan. Rataan jumlah biji pertanaman paling banyak pada perlakuan A2 yaitu
18.75 biji dan paling sedikit pada perlakuan A0 yaitu 7.69 biji. Grafik jumlah biji pertanaman dapat dilihat pada gambar dibawah ini
Universitas Sumatera Utara
Gambar 6. Grafik Jumlah Biji Pertanaman Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa pengaruh perlakuan asam askorbat
terhadap jumlah biji menunjukkan kurva dimana pengaruh dosis asam askorbat mencapai jumlah biji maksimum pada dosis 502.5 ppm.
Bobot Biji Pertanaman g
Dari data penelitian dan analisis sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 29 dan 30, diketahui bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap bobot biji
pertanaman. Rataan bobot biji pertanaman dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Rataan Bobot Biji Pertanaman g
Perlakuan Bobot Biji Pertanaman g
A0 0.66c
A1 0.86c
A2 1.99a
A3 1.26b
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
pada Uji Duncan Duncan’s Multiple Range TestDMRT pada taraf 5
Dari data diatas diketahui bahwa A2 berbeda nyata terhadap semua perlakuan. Rataan bobot biji pertanaman paling banyak pada perlakuan A2 yaitu
1.99 g dan paling sedikit pada perlakuan A0 yaitu 0.66 g. Grafik bobot biji pertanaman dapat dilihat pada gambar dibawah ini
y = -4E-05x
2
+ 0.0402x + 6.6375 R² = 0.6903
0.00 5.00
10.00 15.00
20.00
200 400
600
Ju m
lah B
iji b
iji
Dosis Asam Askorbat ppm
Y
max
= 502.5
Universitas Sumatera Utara
Gambar 7. Grafik Bobot Biji Pertanaman
Pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa pengaruh perlakuan asam askorbat terhadap bobot biji menunjukkan kurva kuadratik dimana pengaruh dosis asam
askorbat mencapai bobot biji maksimum pada dosis 416.67 ppm.
Bobot 100 biji g
Dari data penelitian dan analisis sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 31 dan 32, diketahui bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji.
Rataan bobot 100 biji dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 9. Rataan Bobot 100 Biji g
Perlakuan Rataan Bobot 100 Biji g
A0 8.54b
A1 8.11b
A2 10.30a
A3 9.19ab
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
pada Uji Duncan Duncan’s Multiple Range TestDMRT pada taraf 5
y = -6E-06x
2
+ 0.005x + 0.5169 R² = 0.6276
0.00 0.50
1.00 1.50
2.00 2.50
200 400
600
B o
b o
t B
iji g
Dosis Asam Askorbat ppm
Y
max
= 416.67
Universitas Sumatera Utara
Dari data diatas diketahui bahwa A2 berbeda nyata terhadap A0 dan A1dan tidak berbeda nyata terhadap A3. Rataan bobot 100 biji paling banyak pada
perlakuan A2 yaitu 10.30 g dan paling sedikit pada perlakuan A1 yaitu 8.11g. Grafik bobot 100 biji dapat dilihat pada gambar dibawah ini
Gambar 8. Grafik Bobot 100 Biji
Pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa pengaruh dosis asam askorbat belum dapat dijelaskan oleh kurva apakah dengan menambah atau mengurangi dosis
asam askorbat berpengaruh terhadap bobot 100 biji.
Jumlah Klorofil Daun gml
Dari data penelitian dan analisis sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 33 sampai 38, diketahui bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap jumlah
klorofil a, klorofil b dan klorofil total. Rataan klorofil a, klorofil b dan klorofil total dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Rataan Klorofil a, Klorofil b dan Klorofil Total gml Perlakuan
Rataan Klorofil klorofil a
klorofil b klorofil total
A0 1.58b
0.45b 2.04b
A1 1.56b
0.45b 2.00b
A2 1.64b
0.50b 2.14b
A3 2.19a
0.79a 2.98a
y = -1E-07x
3
+ 0.0001x
2
- 0.0186x + 8.5438 R² = 1
0.00 2.00
4.00 6.00
8.00 10.00
12.00
200 400
600
B o
b o
t 100 b
iji g
Dosis Asam Askorbat ppm
Universitas Sumatera Utara
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
pada Uji Duncan Duncan’s Multiple Range TestDMRT pada taraf 5
Pada pengamatan parameter jumlah klorofil a, klorofil b dan klorofil total, perlakuan A3 berbeda nyata terhadap semua perlakuan. Dengan jumlah klorofil
paling banyak terdapat pada perlakuan A3 yaitu 2.19 gml, 0.79 gml dan 2.98 gml.
Grafik jumlah klorofil a, klorofil b dan klorofil total dapat dilihat pada gambar dibawah ini
Gambar 9. Grafik Jumlah Klorofil a, Klorofil b dan Klorofil Total Pada Gambar 9 dapat dilihat bahwa pengaruh perlakuan asam askorbat
terhadap jumlah klorofil menunjukkan hubungan yg linier positif dimana dengan menambahkan dosis asam askorbat cenderung meningkatkan jumlah klorofil.
Pembahasan Pengaruh Asam Askorbat Terhadap Parameter Pertumbuhan Vegetatif
Kedelai di Tanah Salin
Berdasarkan analisis sidik ragam diperoleh hasil bahwa perlakuan asam askorbat berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman pada saat 3 MST dan
y = 0.001x + 1.4584 r = 0.456
y = 0.0005x + 0.3883 r = 0.477
y = 0.0015x + 1.8466 r = 0.463
0.00 0.50
1.00 1.50
2.00 2.50
3.00 3.50
200 400
600
Ju m
lah Kl
o ro
fi l
gm l
Dosis Asam Askorbat ppm
Klorofil a Klorofil b
Klorofil total
Universitas Sumatera Utara
4 MST. Hal ini menunjukkan bahwa asam askorbat dapat mengurangi dampak negatif dari tanah salin dengan cara menurunkan konsentrasi ROS senyawa
oksigen reaktif yang dapat dilihat dari jumlah klorofil yang lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemberian asam askorbat sehingga aktivitas
metabolisme pembentukan sel tidak terganggu. Hal ini sesuai dengan literatur Nahed, et al. 2009 Dalam Smirnoff 1996 menyatakan bahwa asam askorbat
membantu dalam proses pembelahan sel tanaman. Literatur lain yang mendukung adalah Conklin dan Barth 2004 yang menyatakan bahwa Asam askorbat
merupakan salah satu senyawa yang penting dalam proses selular termasuk pembelahan dan pembesaran sel serta dalam mengaktifkan aktivitas metabolisme
ketika proses perkecambahan dimulai. Menetralisir racun, melindungi sel dari senyawa oksigen reaktif dan radikal bebas serta mencegah kematian sel.
Asam askorbat tidak berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah cabang 3 MST dan 4 MST, hal ini diduga karena intensitas aplikasi yang kurang tepat,
sehingga asam askorbat yang diberikan pada 2 MST belum tercukupi untuk pembentukan jumlah cabang 3 MST dan 4 MST. Namun aplikasi asam askorbat
pada 4 MST menyebabkan perlakuan asam askorbat berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang 5 MST dan hal ini mungkin disebabkan karena pada saat 5 MST
tidak ada lagi penambahan tinggi tanaman sehingga asam askorbat yang diaplikasikan lebih diarahkan untuk pembentukan cabang dari pada tinggi
tanaman.
Pengaruh Asam Askorbat Terhadap Parameter Produksi Kedelai di Tanah Salin
Pemberian asam askorbat akan meningkatkan produksi. Produksi yang tinggi didapat dengan pemberian asam askorbat pada konsentrasi 400 ppm.
Universitas Sumatera Utara
Tingginya produksi pada konsentrasi ini disebabkan karena didukung oleh meningkatnya komponen-komponen produksi, yaitu jumlah jumlah polong berisi
pertanaman, jumlah biji pertanaman, bobot biji pertanaman, bobot 100 biji, dan jumlah klorofil. Hal ini disebabkan karena asam askorbat melindungi sel dari
senyawa oksigen reaktif dan radikal bebas yang mengganggu fungsi kloroplas, sehingga tanaman dapat berfotosintesis dengan baik yang mendukung
meningkatnya produksi. Hal ini sesuai literatur Afzal et al. 2005 yang menyatakan bahwa perlakuan asam askorbat dapat mengurangi dampak negatif
dari konsentrasi garam yang tinggi yaitu melindungi fungsi kloroplas sehingga menurunkan konsentrasi ROS. Literatur lain yang mendukung adalah Farooq et al
2006 yang menyatakan bahwa priming dengan asam askorbat mampu meningkatkan kinerja, pertumbuhan dan produksi benih padi Super Basmati yang
ditanam dengan system tebar langsung. Pemberian asam askorbat dengan konsentrasi 600 ppm menurunkan
produksi karena pada konsentrasi 400 ppm sudah cukup bagi tanaman untuk mengatasi masalah stress garam.
Berdasarkan analisis sidik ragam diperoleh hasil bahwa perlakuan asam askorbat berpengaruh yang nyata pada parameter jumlah polong berisi
pertanaman, jumlah biji pertanaman, bobot biji pertanaman, bobot 100 biji, jumlah klorofil a, jumlah klorofil b dan klorofil total. Hal ini menunjukkan
bahwa aplikasi asam askorbat pada tanaman berpengaruh positif pada parameter produksi, hal ini dapat terjadi karena kandungan asam askorbat yang semula
berkurang akibat cekaman salin menjadi relatif tercukupi. Hal ini sesuai dengan literatur Afzal et al. 2005 yang meyatakan bahwa perlakuan menggunakan asam
Universitas Sumatera Utara
askorbat dapat mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan dari konsentrasi garam yang tinggi.
Dari hasil pengamatan dan analisis sidik ragam dapat diketahui bahwa perlakuan A2 mempunyai rataan tertinggi pada jumlah polong berisi pertanaman,
jumlah biji pertanaman, dan bobot biji pertanaman. Hal ini diduga karena tanaman telah mampu untuk menurunkan jumlah senyawa oksigen reaktif akibat stress
garam, sehingga tanaman dapat melakukan fotosintesis yang memicu pembentukan dan pengisian polong. Hal ini sesuai dengan literatur Shalata and
Neumann 2001 yang menyatakan bahwa efek penambahan asam askorbat pada tanaman dapat mendukung tanaman tersebut untuk bertahan hidup dengan
menghambat beberapa partikel merugikan yang ditimbulkan akibat senyawa oksigen reaktif.
Dari data penelitian dan analisis sidik ragam dapat diketahui bahwa perlakuan asam askorbat berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji. Ukuran biji
yang dihasilkan ditentukan secara genetik, namun faktor lingkungan selama fase pengisian biji juga berpengaruh. Salah satu faktor lingkungan yang merugikan
pada saat penelitian ini adalah meningkatnya DHL tanah dari 6.7 mmhos hingga 10 mmhos akibat adanya luapan air laut yang masuk ke lokasi penanaman.
Mursito 2003 menjelaskan bahwa ukuran biji suatu varietas ditentukan secara genetik, namun ukuran biji yang terbentuk juga ditentukan oleh lingkungan
semasa pengisian biji. Berdasarkan data penelitian dan analisis sidik ragam, pengamatan jumlah
klorofil a, klorofil b dan klorofil total dapat dilihat bahwa perlakuan A3 berbeda nyata terhadap semua perlakuan dimana perlakuan A3 ini memilki jumlah klorofil
Universitas Sumatera Utara
paling banyak. Hal ini merupakan salah satu fungsi asam askorbat dalam menghindari efek negatif dari salinitas yang dapat merusak fungsi kloroplas yang
memacu pembentukan senyawa oksigen reaktif. Hal ini sesuai dengan literatur Arora et al. 2002 yang meyatakan bahwa stress garam dapat menyebabkan
terhambatnya proses fisiologis pada tanaman, seperti penutupan stomata. Penutupan stomata berdampak pada keterbatasan CO2 utk berfotosintesis yang
memicu pembentukan senyawa oksigen reaktif dalam jumlah besar. Amin, et al. 2008 menambahkan aplikasi asam askorbat lebih efektif dari asam salisilat
dalam meningkatkan pigmen fotosintesis, dimana meningkatnya klorofil a, klorofil b dan karotenoid dengan aplikasi asam askorbat hingga 400 mgL.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN