Analisis Program Teletilawah Di TVRI Pusat Jakarta

(1)

ANALISIS PROGRAM TELETILAWAH

DI TVRI PUSAT JAKARTA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ilmu Sosial Islam

Disusun Oleh :

NURUL MARDHIYAH

NIM : 204051002852

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H / 2008 M


(2)

ANALISIS PROGRAM TELETILAWAH

DI TVRI PUSAT JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ilmu Sosial Islam

OLEH:

Nurul Mardhiyah

NIM : 204051002852

Di Bawah Bimbingan:

Drs. Wahidin Saputra, M.A

NIP. 150 276 299

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H / 2008 M


(3)

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul ”Analisis Program Teletilawah Di TVRI Pusat Jakarta” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 29 Juli 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

Jakarta, 29 Juli 2008 Dewan Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Dr. Arief Subhan, M.A Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A

NIP. 150 262 442 NIP. 150 299 324

Penguji I Penguji II

Dra. Hj. Asriati Jamil, M. Hum Rubiyanah, M.A

NIP. 150 244 766 NIP. 150 286 373

Pembimbing

Drs. Wahidin Saputra, M.A

NIP. 150 276 299


(4)

ABSTRAK

Nurul Mardhiyah 204051002852

Analisis Program Teletilawah di TVRI Pusat Jakarta

Di era globalisasi dan era informasi yang ditandai oleh semakin maju dan berkembangnya teknologi komunikasi. Salah satu media informasi yang memiliki peran signifikan dalam kehidupan manusia adalah televisi. Salah satu stasiun TV nasional di wilayah Jakarta yaitu TVRI Pusat Jakarta. Televisi dapat dijadikan sebagai media dakwah, dalam program keagamaan diperlukan konsep yang baik agar dapat menghasilkan suatu program yang menarik.

Banyaknya program keagamaan di TVRI membuat penulis memilih program Teletilawah, salah satu alasannya karena program ini belum pernah dibahas oleh mahasiswa lain. Selain itu juga karena program ini sangat membantu masyarakat untuk belajar membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar, karena kebanyakan dari masyarakat kita umumnya, khususnya yang sudah cukup berumur malu untuk mendatangi seorang kiyai atau ustad untuk belajar membaca Al-Qur’an.

Pembahsan ini mencoba menelaah suatu proses produksi yang baik serta bagaimana menyusun format suatu acara agar dapat menghadirkan suatu tontonan yang menarik untuk khalayak. Dimana ketika akan memproduksi suatu program acara ada tiga tahapan yang harus dilakukan yaitu: pra-produksi, produksi, pasca produksi, yang mana setiap tahapan memiliki keterkaitan yang saling berkesinambungan dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya hingga acara tersebut disiarkan.

Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu menggambarkan keadaan yang sebenarnya dan dianggap akurat serta menuangkannya dalam penulisan skripsi ini. Dengan subjek penelitian adalah produksi Teletilawah selama bulan Februari dan objeknya adalah format penyiaran Teletilawah di TVRI Pusat Jakarta.

Kenyataan di lapangan, proses produksi Teletilawah disiarkan secara langsung (Live), dengan menggunakan format kuis interaktif (lomba), berdurasi 60 menit, dan dibagi menjadi tiga segmen. Pembawa acara dalam program ini terdiri dari empat presenter yaitu: H. Sukeri Abdillah, MM, Hj. Elvi Hudriah, M. Ag, Drs. H. Rahmadji Asmuri, Hj. Lili Rachmawati M, Ag. Yang setiap minggunya hanya dua presenter yang membawakan acara. Perubahan Dewan Hakim dan Mufasirnya setiap eposidenya. Ayat yang diperlombakan dan rundown menjadi panduan produksi. Proses produksi dilakukan dalam studio.

Sebagai produksi program agama, acara Teletilawah menggunakan format kuis interkatif sehingga terjadi interaktif antara penelpon dengan pembawa acara. Tema disajikan secara ringan dan berkaitan dengan ayat yang diperlombakan. Dengan kehadiran program keagamaan di televisi merupakan media yang paling efektif untuk menyampaikan pesan, maka tim produski di tuntut untuk


(5)

mengoptimalkan pesan-pesan yang disampaikan sehingga televisi sebagai media dakwah yang efektif.


(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan media informasi, khususnya televisi, membuat dunia semakin hari semakin dekat saja meskipun arus informasi yang mengalir akan mempunyai dampak, baik itu positif maupun negatif. Namun, hal tersebut tidak bisa dielakkan karena perubahan zaman yang sangat dinamis saat ini1.

Kata televisi terdiri kata tele yang berarti “jarak” dalam bahasa Yunani dan kata visi yang berarti “citra atau gambar” dalam bahasa Latin. Televisi berarti suatu system penyajian gambar berikut suaranya dari suatu tempat yang berjarak jauh2.

Televisi sebagai bagian dari kebudayaan audio visual merupakan medium paling berpengaruh dalam membentuk sikap dan kepribadian masyarakat secara luas. Hal ini disebabkan oleh satelit dan pesatnya perkembangan jaringan televisi yang menjangkau masyarakat hingga ke wilayah terpencil3.

Dewasa ini, televisi merupakan media massa yang sangat populer di tengah masyarakat. Ia hampir ada di setiap tempat-tempat umum, kantor, rumah bahkan kamar. Televisi kini telah menjadi kotak ajaib yang secara khusus berada di ruang rumah, yang merupakan produk teknologi yang paling banyak menerima

1

Ciptono Setyobudi, Pengantar Teknik Broadcasting Televisi, (Yogyakarta, Penerbit Graha Ilmu, 2005), h. 1.

2

P.C.S. Sutisno, Pedoman Praktis Penulisan Scenario TV dan Video, (Jakarta: PT. Grasindo, 1993), cet, Ke-1, h. 1

3

Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi, (Yogyakarta: Pinus Book Publisher), cet, ke-1, h. 17


(7)

“gelar kehormatan”, seperti “jendela dunia”, “kotak dungu”, atau “institusi hybird”.4

Tak bisa dibantah, televisi punya banyak keunggulan ketimbang jenis media massa lainya. Pertama, pesan televisi disajikan secara audio-visual. Berbeda dengan radio misalnya, yang hanya audio dan surat kabar yang bersifat visual. Televisi unggul dalam membangun daya tarik, persepsi, perhatian dan imajinasi dalam mengkonstruksi realitas. Kedua, dilihat dari sisi aktulitas peristiwa, televisi bisa lebih cepat memberi informasi paling dini kepada para pemirsa dari pada surat kabar, radio dan majalah. Ketiga, dari segi khalayak, televisi menjangkau jutaan pemirsa ketimbang surat kabar dan radio atau majalah yang hanya menjangkau ratusan ribu pembaca. Keempat, efek kultural televisi lebih besar daripada efek yang dihasilkan jenis-jenis media lainnya, khususnya bagi pembentukan perilaku proposial dan antisocial anak-anak5.

Tidak mengherankan televisi memiliki daya tarik yang luar biasa apabila sajian program dapat menyesuaikan dengan karakter televisi dan manusia yang sudah terpengaruh oleh televisi. Manusia yang sudah terbiasa dengan televisi berarti manusia yang memiliki ekstensi dari mata dan telinganya.

Keberadaan produk teknologi berupa televisi telah menjadi semacam produsen kebudayaan. Di layar “kotak ajaib” tersebut, selain informasi dan hiburan, serta pendidikan, televisi juga tempat pencitraan, dan pengemasan sesuatu6.

4

Aep Kusnawan, Komunikasi dan Penyiaran Islam(Mengembangkan Tabligh Melalui Mimbar, Media Cetak, Radio, Televisi, Filam dan Media Digital), (Bandung: Benang Merah Press, 2004), cet. Ke-1, h. 73-74

5

KH. Miftah Faridl, Dakwah Kontemporer Pola Alternatif Dakwah Melalui Televisi,

(Bandung: Pusdai Press, 2000), cet. Ke-1, h. 87

6


(8)

Media televisi sebagai sarana tayang realitas social penting, artinya bagi manusia untuk memantau dalam kehidupan sosialnya. Dapat diketahui juga siaran televisi dapat memberikan pesan yang bersifat informasi yang telah dikonsep atau dikemas dengan sebaik mungkin, baik siaran langsung (Live), atau rekaman (Relay). Sehingga siaran yang berisikan pesan-pesan yang bersifat informasi atau yang berbentuk dakwah akan mendapatkan manfaat dan pelajaran bagi pemirsanya.

Siaran agama Islam di televisi banyak sekali keanekaragaman yang menggambarkan tentang dakwah, seperti ceramah agama, Tanya jawab tentang agama, lagu, dan bahkan tarian khas yang dipandang Islami. Di samping itu perlu disadari juga bahwa siaran televisi yang berbentuk dakwah akan dilihat oleh khalayak yang masyarakatnya adalah masyarakat heterogen, yang tersebar berbagai pelosok Nusantara yang sifat dan karakteristik dari masyarakat tersebut. Seperti dari tingkat pendidikan, ekonomi, dan tingkat pemahaman, dan tidak mudah membuat suatu program siaran yang akan ditayangakan dapat memuaskan para khalayak tersebut.

Berdasarkan dari masyarakat heterogen tersebut, stasiun televisi perlu memperhatikan peranan interpretasi dari khalayak. Karena peranan interpretasi merupakan factor yang terpenting dalam memberikan tanggapan terhadap suatu pesan yang telah diterima.7

Televisi sebagai alat bantu untuk menyebarkan ajaran agama Islam keberbagai pelosok tanah air sangat diperlukan dalam paradigma baru berdakwah.

7

Drs. H. Toto Kasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), cet. Ke-2, h. 10


(9)

Dari segi waktu, televisi sangat efektif dan efisien. Pesan yang disampaikan melalui televisi dapat langsung tersebar ke seluruh penjuru tanah air.

Maka dari itu, sebuah televisi mampu mengemas atau mengkonsep dengan baik isi siaran dakwah yang akan ditayangkan, apakah sesuai dengan kalangan anak-anak, remaja atau orang dewasa ataupun untuk orang tua, pada era globalisasi ini.

Munculnya televisi swasta sangat memeriahkan acara keagamaan (Islam) dan menjadi tontonan yang menarik bagi pemirsa. Dari semua stasiun yang ada, baik stasiun pemerintah atau swasta TVRI yang mempunyai format acara keagamaan (Islam) di televisi. Acara keagamaan di stasiun TVRI mendapat sambutan yang positif dan sekaligus mempunyai daya tarik sendiri bagi pemirsa dirumah. Untuk menjadikan acara keagamaan suatu acara yang bagus, menarik, berisi, dan tidak membosankan. Stasiun televisi haruslah mencoba kemasan atau konsep baru sebaik mungkin tanpa meninggalkan inti dari agama itu. Sehingga program keagamaan mempunyai tempat tersendiri dihadapan pemirsa yang menuntun kepada pola tingkah laku yang positif setelah menonton tayangan agama Islam.

Namun hendaklah dakwah melalui media komunikasi massa tetap berada dalam system komunikasi massa Islam. Yaitu menggunakan Al-Qur’an dan Hadist sebagai landasan teori atau filosofisnya. Dengan sendirinya komunikasi Islam terkait pada pesan khusus, yakni dakwah karena Al-Qur’an adalah petunjuk bagi seisi alam dan juga merupakan peringatan bagi manusia yang beriman dan


(10)

berbuat baik. Sehingga hasil dari tujuan dakwah yang akan dicapai tidak keluar dari konteks agama Islam.8

Tayangan keagamaan (Islam) yang disuguhkan stasiun televisi seperti di RCTI menayangkan program Hikmah Fajar, TPI menayangkan Kuliah Subuh, SCTV menayangkan Di Ambar Fajar, TVRI sebagai stasiun pemerintah banyak menayangkan program keagamaan islam, seperti Hikmah Pagi, Teletilawah, dan Untukmu Ibu Indonesia. Dan stasiun-stasiun lain yang juga menayangkan program keagamaan. Stasiun televisi yang menayangkan program keagamaan merupakan tayangan representatif yang notabene mayoritas Islam.

Apabila tayangan tersebut digarap secara professional dengan mengutamakan materi yang berkualitas, format yang menarik dan lain sebagainya, maka tidak menutup kemungkinan acara modern banyak di minati oleh masyarakat.

Seperti program acara Teletilawah merupakan suatu bentuk acara dakwah atau sebagai salah satu program keagamaan yang ditayangkan melalui stasiun TVRI. Acara ini disiarkan langsung setiap hari Jum’at pukul 05.00-06.00 WIB. Pada program teletilawah ini tujuannya meningkatkan minat membaca Al-Qur’an secara Tartil (baik dan benar) kepada masyarakat. Dengan kriteria lomba membaca ayat-ayat suci Al-Quran melalui telepon interaktif dan ayat tersebut dibahas oleh narasumber.

Melihat dari latar belakang di atas, maka untuk mengetahui lebih jauh, penulis tertarik untuk membahas dan mendalami skripsi yang berjudul

“Analisis Program Teletilawah di TVRI Pusat Jakarta”.

8


(11)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dalam hal ini penulis membatasi hanya pada program Teletilawah di TVRI Pusat Jakarta.

Berdasarkan batasan diatas, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana Format pada program Teletilawah?

2. Bagaimana Proses produksi pada program Teletilawah di tinjau dari pra-produksi, produksi, pasca produksi?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui Format pada program Teletilawah

2. Untuk mengetahui Proses produksi pada program Teletilawah yang di tinjau dari pra-produksi, produksi, pasca produksi

D. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai dasar bagi studi-studi selanjutnya, dan akan menambah jumlah studi mengenai penggunaan media massa (televisi) untuk kepentingan dakwah Islam.

2. Penelitian ini diharapkan menjadi masukan baru untuk menambah wawasan berbagai kalangan, seperti : teoritis, praktisi dan atau aktivis


(12)

dakwah Islam pada umumnya serta para pengelola stasiun televisi khususnya yang menjadi televisi sebagai sarana dakwah.

E. Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Taylor adalah sebagai prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif , berupa kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang diamati.9 Mengenai sumber data utama dalam penelitian kualitatif menurut Lofland ialah kata-kata, tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lainnya.10

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung untuk memperoleh data yang diperlukan11. Teknik yang peneliti gunakan dalam observasi adalah yang sifatnya langsung. Langsung dengan mengikuti pelaksaan produksi program Teletilawah dan sifatnya tak langsung yakni dengan mengamati di televisi. Observasi dilakukan untuk mendapatkan data mengenai program Teletilawah yang meliputi: Format, Materi, Presenter, Dewan Hakim, Mufasir dan lain sebagainya yang berkaitan program Teletilawah

b. Wawancara, yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian melalui tanya jawab, dengan menggunakan alat paduan

9

Lexy J. Moleong , Metode Kualitatif , (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), h. 4

10

Lexy J. Moleong, Metode Kualitatif, h. 157

11

Winarno Surahmad, Dasar-dasar Teknik Penelitian (Bandung: CV. Tarsita, 1989), h. 162


(13)

wawancara12. Penulis menggunakan teknik interview, yaitu peneliti mengajukan beberapa pertanyaan yang telah disiapkan, kemudian dijawab langsung oleh pemberi data dengan bebas dan terbuka.

c. Dokumentasi, yaitu pengambilan data yang diperoleh melalui dokume-dokumen13. Pengumpulan data ini dilakukan berdasarkan dokumen, literatur buku, rundown, VCD Teletilawah, catatan, serta fasilitas lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

2. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek penelitian adalah sumber-sumber tempat memperoleh keterangan14. Yang menjadi subyek penelitian adalah stasiun TVRI. Sedangkan yang menjadi obyek penelitiannya adalah program Teletilawah. Sumber data adalah mereka yang memberikan informasi mengenai obyek penelitian.

3. Teknik Analisa Data

Dari data-data yang dikumpulkan, kemudian penulis analisis, dan hasil analisis kemudian hal-hal yang terasa kurang pas, peneliti kritisi. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis yaitu pelaporan data dengan menerangkan, memberi gambaran dan mengklasifikasikan serta menginterpretasikan data yang terkumpul apa adanya, kemudian disimpulkan.

12

Mohammad Nazir, Metodologi Penelitian , (Jakarta: Gaila Indonesia, 1988), cet ke-3 h. 234

13

Husaini Usman, et al., Metodologi Penelitian social, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), cet. Ke-4, h. 73

14


(14)

F. Tinjauan Pustaka

Ada beberapa skripsi yang telah meneliti di stasiun TVRI Pusat Jakarta, diantaranya:

1. Aplikasi fungsi manajemen dakwah pada siaran agama islam stasiun TVRI Pusat Jakarta yang diteliti oleh H. M. Fadlan Syafi’I Mahasiswa jurusan Manajemen Dakwah tahun 2004. Dalam skripsi ini menganalisis Aplikasi fungsi manajemen dakwah.

2. Analisis Program Acara Hikmah Pagi yang diteliti oleh Yudi Syahrial Mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran Islam tahun 2005. Dalam skripsi ini menganalisis Tema pada program Hikmah Pagi.

3. Analisis program dakwah acara Mutiara Jumat di TVRI yang dilakukan oleh Husnul Khatimah, mahasiswi jurusan Komunikasi Penyiaran Islam tahun 2005. Dalam skripsi ini menganalisis Gambaran umum pada program dakwah acara Mutiara Jumat.

Sedangkan judul skripsi penulis “Analisis Program Teletilawah di TVRI Pusat Jakarta”, di skripsi ini penulis membahas tentang Format program Teletilawah serta Proses produksi program Teletilawah di tinjau dari pra-produksi, produksi, dan pasca produksi.

.

G. Sistematika Penulisan

Agar pembahasan dalam penulisan skripsi ini sistematis, untuk itu penulis membaginya menjadi lima Bab, yaitu tiap-tiap bab terdiri dari sub-sub sebagai berikut:


(15)

Memuat tentang: latar beakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, sistemtika penulisan

BAB II LANDASAN TEORITIS

Memuat tentang: Pengertian, sejarah dan perkembangan televisi, Program Televisi, Produksi Program televisi, Teletilawah

BAB III GAMBARAN UMUM STASIUN TELEVISI REPUBLIK

INDONESIA (TVRI) PUSAT JAKARTA

Memuat tentang: sejarah perkembangan dan program agama islam Televisi Republik Indonesia (TVRI) Pusat Jakarta, visi dan misi Televisi Republik Indonesia (TVRI) Pusat Jakarta, struktur organisasi perusahaan Televisi Republik Indonesia (TVRI) Pusat Jakarta, gambaran umum Program Teletilawah

BAB IV ANALISIS PROGRAM TELETILAWAH

Pada bab ini memuat: Format Program Teletilawah, dan Pelaksanaan pada program Teletilawah

BAB V PENUTUP


(16)

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Tinjauan Tentang Televisi

1. Pengertian Televisi

Televisi berasal dari bahasa Yunani “tele” yang berarti jarak jauh dan

“vision” yang berarti penglihatan.15 Adapun pengertian televisi ini, dari segi jauhnya diusahakan oleh prinsip radio dan dari segi penglihatan oleh gambar. Maka dari sinilah televisi dapat dikatakan media massa yang bersifat audio visual. Televisi dalam Ensiklopedi Nasional mempunyai pengertian, televisi adalah pengubahan gambar (serta suara) menjadi sinyal listrik kemudian disalurkan dengan perantara kabel atau gelombang elektromagnetik untuk diubah menjadi bentuk semula oleh pesawat penerima. Karena televisi merupakan peranti yang mengubah pantulan cahaya objek menjadi deretan pulsa-pulsa listrik, kabung kamera tersedia dalam berbagai bentuk dan jenis, namun pada umumnya memiliki dua bagian penting yakni pemukaan peka cahaya, peka cahaya berfungsi untuk mengubah pantulan cahaya objek menjadi muatan listrik membentuk citra elektris. Berkas dibangkitkan oleh penambah electron kemudian dipindahkan ke seluruh permukaan bermuatan listrik.16

Kamus Besar Indonesia, televisi diberikan pengertian sebagai : televisi adalah pesawat system penyiaran gambar objek yang bergerak yang disertai

15

Lathief Rosyidi, Dasar-Dasar Retorika Komunikasi dan Informasi, (Medan: Firma Rainbow, 1989), cet. Ke-2, h. 221.

16

Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, Jilid 16), cet. Ke-1, h. 194


(17)

dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dengan mengubahnya menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar, digunakan untuk penyiaran, pertunjukkan, berita dan sebagainya17.

Maurice Gorhan yang dikutip Ton Kertapati mendefinisikan, televisi adalah penyampaian gambar-gambar dengan kawat atau radio dan penerimaannya secara simultan di tempat tertentu yang jauh.18

P.C.S. Sutisno dalam bukunya Pedoman Praktis Penulisan Skenario TV dan Video (1993), mendefinisikan pengertian televisi:

“Televisi pada hakekatnya merupakan sesuatu system komunikasi yang menggunakan suatu rangkaian gambar elektronik yang dipancarkan secara cepat, berurutan, dan diiringi unsur audio”19.

Dari pengertian di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa televisi adalah televisi siaran yang dapat dilakukan melalui transmisi atau pancaran dan dapat juga disalurkan melalui kabel. Dalam system transmisi gambar dan suara yang dihasilkan oleh kamera elektronetik diubah menjadi gelombang elektromagnetik dan selanjutnya di transmisi melalui pemancar, gelombang elektromagnetik ini diterima oleh system antena yang menyalurkan pesawat penerima.

Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa televisi adalah alat atau benda untuk menyiarkan siaran-siaran yang membawakan suara

17

Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h. 191.

18

Ton Kertapati, dasar-dasar publisistik dalam perkembangan di Indonesia menjadi ilmu komunikasi, (Jakarta: Bina Aksara, 1986), cet. Ke-3, h. 59

19

P.C.S. Sutisno, Pedoman Praktis Penulisan Scenario TV dan Video, (Jakarta: PT. Grasindo, 1993), cet, Ke-1, h. 1


(18)

dan gambar sekaligus dan dari siaran televisi penonton dapat mendengar dan melihat gambar yang disajikan.

2. Sejarah dan Perkembangan Televisi

Televisi secara harafiah artinya “melihat dari jauh”. Dalam pengertian sederhana meliputi dua bagian utama, yaitu pemancar televisi yang berfungsi mengubah dan memancarkan sinyal-sinyal gambar (view) bersama dengan sinyal suara sehingga sinyal tersebut dapat diterima oleh pesawat televisi penerima pada jarak yang cukup jauh. Kedua televisi penerima yang menangkap sinyal-sinyal dan mengubahnya kembali sehingga apa yang dipancarkan oleh transmisi televisi tadi dapat dilihat dan didengar seperti keadaan aslinya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pesawat televisi adalah alat yang digunakan untuk melihat dan mendengar dari tempat yang jauh.20

Televisi muncul tahun 1953, dari sebuah bagian di Departemen Penerangan, didorong oleh perusahaan-perusahaan AS, Inggris, Jerman, Jepang yang berlomba-lomba menjual hardware-nya. Menjelang Asian Games ke-4 di Jakarta pada 1962, Soekarno dan kabinet akhirnya yakin akan perlunya televisi, dengan alasan reputasi internasional Indonesia tergantung pada Pekan Olahraga yang disiarkan, terutama ke Jepang (yang telah memiliki televisi sejak awal 1950-an)21.

Televisi sebagai media yang muncul setelah media cetak dan radio, ternyata memberikan nilai yang menamjubkan dalam sisi pergaulan hidup

20

Ciptono Setyobudi, Pengantar Teknik Broadcasting Televisi, (Yogyakarta, Penerbit Graha Ilmu, 2005), h. 2.

21

Muhammad Mufid, M.Si, komunikasi dan Regulasi Penyiaran, (Jakarta: Kencana, 2007), cet, ke-2, h. 47


(19)

manusia saat sekarang baik terhadap pola perilaku, pola pikir, budaya dan sebagainya.

Dewasa ini hampir setiap negara memiliki stasiun pemancar televisi sendiri. Bahkan pemirsa di rumah dapat menikmati siaran dari berbagai penjuru dunia melalui parabola yang berfungsi sebagai sambungan satelit.

Di Indonesia televisi sebagai media penyiaran dimulai tanggal 24 Agustus 1963, yakni bertepatan dengan berlangsungnya pesta olahraga se Asia atau Asian Games ke-IV di senayan. Namun seiring berjalannya waktu, industri pertelevisian di Indonesia berkembang pesat. Bermula dari satu stasiun televisi milik pemerintah, kini muncul belasan stasiun televisi swasta yang tidak hanya di Jakarta tetapi juga di daerah.

Bagi masyarakat Indonesia, sekarang televisi bukan barang baru lagi. Hal ini dibuktikan dengan jumlah kepemilikkan televisi yang terus meningkat dari tahun ke tahun apalagi dengan perbaikan teknologinya, seperti mulai hitam putih menjadi berwarna, mulai dengan pemancar microwave menjadi penggunaan satelit sehingga jangkauan areanya lebih luas, mulai dengan TVRI menjadi beragam seperti: RCTI, SCTV, TPI, ANTEVE, INDOSIAR, METRO TV, TRANS TV, GLOBAL TV, TRANS 7, O CHANEL, TV ONE dan lain-lain.

Semua stasiun televisi telah hadir setiap hari di tengah masyarakat Indonesia dengan menyajikan program tayangan yang beraneka ragam, dari yang bersifat hiburan, pendidikan dan sebagainya.


(20)

Dalam Kamus Besar Indonesia, terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1988), Program adalah acara. Maksudnya, program adalah seperti pertunjukan siaran, pagelaran dan sebagainya.22 Program adalah acara, atau rancangan yang akan disiarkan di televisi.

Menurut P.C.S. Sutisno dalam bukunya Pedoman Praktis Penulisan Scenario Televisi dan Video, mendefinisikan program televisi ialah bahan yang telah disusun dalam suatu format sajian dengan unsur video yang ditunjang unsur audio yang secara teknis memenuhi persyaratan layak siar serta telah memenuhi standar estetik dan artistic yang berlaku.23

Ada lima yang harus diperhatikan dalam menyiapkan program siaran televisi, yakni:

1. Pola siaran. Sebelum penata program menyusun acara siaran, terlebih dahulu harus menyiapkan pola siaran. Programmer akan mengumpulkan terlebih dahulu referensi-referensi yang diperlukan: kebijakan siaran dari pemimpin stasiun televisi, persoalan social budaya yang berkembang di tengah masyarakat, jangkauan siaran, hasil jajak pendapat penonton, pemasok-pemasok program, dan tentunya analisis bahan siaran yang mengacu pada kebijaksanaan umum siaran televisi.

2. Arahan pola siaran. Untuk memolakan suatu acara siaran dibutuhkan wawasan arahan penyiaran program. Dari arahan itu diharapkan akan memperkuat posisi perusahaan atau instansi pertelevisian bersangkutan. Ada empat pedoman arahan penyiaran televisi, yaitu:

22

Depdikbud, Kamus Besar Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet ke-1, h. 702

23

P.C.S. Sutisno, Pedoman Praktis Penulisan Scenario Televisi dan Video, (Jakarta: PT. Grasindo, 1993), cet. Ke-1, h. 9


(21)

a) Penyiaran televisi diharapkan dapat menggalang dan menyalurkan pendapat umum yang konstruktif dalam kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara.

b) Dapat meningkatkan keimanan, ketakwaan, dan kecerdasan kehidupan bangsa.

c) Mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai budaya bangsa.

d) Dapat menangkal pengaruh buruk terhadap tata nilai perikehidupan bangsa Indonesia yang beraneka ragam.

3. Perubahan pola acara. Pola acara siaran dapat diubah sesuai keadaan. Karena, perubahan acara yang sering dilakukan dapat mengurangi simpati penonton. Penonton bisa menilai bahwa stasiun bersangkutan tidak professional, dan bisa berakibat penonton meninggalkan saluran stasiun tersebut untuk berpindah ke saluran lain. Ada dua alasan Mengapa ada Perubahan pola acara? Pertama, penempatan susunan acara harian dan mingguan ternyata tidak tepat. Dengan kata lain, ada kesalahan dalam menganalisis strategi sasaran yang ingin dicapai, yaitu tepat waktu penyiaran dan tepat diperhatikan penonton. Kedua, ada acara-acara tertentu yang berbenturan antara stasiun yang satu dengan stasiun lainnya. Acara yang satu dinilai lebih unggul dari pada yang lain pada waktu yang sama. Akibat benturan ini acara bisa dihentikan penyiarannya, lalu diganti dengan judul acara lain untuk “bertanding” melawan acara di stasiun lainnya.

4. System penempatan program siaran. Yang dimaksud dengan system penempatan program siaran, masing-masing adalah:


(22)

a. Program tahunan, perencanaan program tahunan berpijak pada tahun berlakunya manajemen stasiun televisi bersangkutan.

b. Program pekanan atau mingguan adalah susunan program siaran dalam setiap minggunya.

c. Program harian. Penyusunan program harian didasarkan pada berapa banyak bahan siaran yang tersedia. Ketersediaan bahan ini bisa berupa bahan siaran jadi, bisa pula berupa bahan siaran yang harus diproduksi terlebih dahulu.24

Setiap program televisi punya sasaran yang jelas dan tujuan yang akan dicapai. Ada lima parameter yang harus diperhitungkan dalam penyusunan program siaran televisi, yaitu :

1. Landasan filosofis yang mendasari tujuan semua program,

2. Strategi penyusunan program sebagai pola umum tujuan program, 3. Sasaran program,

4. Pola produksi yang menyangkut garis besar isi program,

5. Karakter institusi dan manajemen sumber program untuk mencapai usaha yang optimum.

C. Produksi Program Televisi

Produksi adalah pelaksanaan pengubahan bentuk naskah menjadi bentuk auditif dan visual, sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku bagi pertelevisian.25 Produksi program televisi memiliki berbagai macam format dan materi. Beberapa diantaranya terkadang memiliki prosedur atau tata laksana kerja yang berbeda.

24

RM Soenarto, Program Televisi Dari Penyusunan Sampai Pengaruh Siaran, (Jakarta: IKJ Press, 2007), cet. Ke-1, h. 5-15

25

Darwanto sastro soebroto, Televisi Sebagai Media Pendidikan, (Yogyakarta : Duta wacana, 1995), h. 125


(23)

Setiap materi program mendapatkan perlakuan khusus berdasarkan karakteristik dan spesifikasinya. Produksi siaran merupakan salah satu bagian dari organisasi penyiaran yang bertugas menangani produksi mata acara atau program acara.26 Merencanakan sebuah produksi program televisi, seorang produser akan dihadapkan pada lima hal yaitu: materi produksi, sarana produksi, biaya produksi, organisasi produksi dan tahapan pelaksanaan produksi.

1. Materi Produksi

Bagi seorang produser, materi produksi dapat berupa apa saja. Kejadian, pengalaman, hasil karya, benda, binatang, dan manusia merupakan bahan yang dapat diolah menjadi produksi yang bermutu. Seorang produser professional dengan cepat mengetahui apakah materi atau bahan yang ada di hadapannya akan menjadi materi produksi yang baik atau tidak. Seorang produser ketika ia berhadapan dengan suatu karya cipta, seperti musik, lagu atau lukisan, gagasannya mulai bergerak. Bahan yang ada dihadapannya akan merangsang kepekaan kreatifnya.

2. Sarana Produksi

Sarana produksi adalah sarana yang menjadi penunjang terwujudnya ide menjadi konkret, yaitu hasil produksi. Tentu diperlukan kualitas alat standar yang mampu menghasilkan gambar dan suara secara bagus. Kepastian adanya peralatan itu mendorong kelancaran seluruh persiapa produksi. Produser menunjuk seseorang yang diserahi tanggung jawab tersedianya seluruh peralatan yang diperlukan.

26

Fred Wibowo, Dasar-dasar Produksi Program Televisi, (Jakarta: Grasindo, 1997), cet. Ke-1, h. 24


(24)

Ada tiga unit pokok peralatan yang diperlukan sebagai alat produksi, yaitu unit peralatan perekam gambar, unit peralatan perekam suara, dan unit peralatan pencahayaan. Setiap unit memiliki daftar peralatan sendiri gunanya untuk mengecek kelengkapan peralatan setiap kali akan dipakai untuk produksi dan diteliti kembali setalah produksi (shooting) selesai dan harus dikembalikan lagi dengan lengkap. Kreatifitas sangatlah diperlukan dalam penggunaan peralatan produksi karena akan berdampak pada biaya produksi. Proses kreatif ditentukan bukan oleh peralatan melainkan oleh kemauan.

3. Biaya Produksi

Perencanaan budget atau biaya produksi dapat didasarkan pada dua kemungkinan:

a. Financial Oriented

Perencanaan biaya produksi yang didasarkan pada kemungkinan keuangan yang ada. Jika keuangan terbatas berarti tuntutan-tuntutan tertentu untuk kebutuhan produksi harus pula dibatasi.

b. Quality Oriented

Perencanaan biaya produksi yang didasarkan atas tuntutan kualitas hasil produksi yang maksimal. Dalam hal ini, orientasi budget semacam ini biasanya produksi prestige produksi yang diharapkan keuntungan besar baik dari segi nama maupun financial.

Banyak faktor tidak terduga yang sewaktu-waktu dapat terjadi seperti, hujan, lingkungan yang tidak mendukung, musim bila produksi dilakukan di luar studio, kecelakaan dalam shooting atau kerusakan dan


(25)

kehilangan peralatan yang harus diganti. Oleh karena itu, biaya produksi hendaknya disiapkan pos tidak terduga biasanya minimal sebesar seperempat dari total biaya produksi atau bagi produser yang tidak berani spekulatif biasanya mengalokasikan sebesar sepertiga.

4. Organisasi Pelaksanaan Produksi

Suatu produksi program televisi merupakan satuan kerja yang akan menangani proses produksi secara bersama-sama sampai hasilnya disiarkan. Meskipun mereka bertugas dibidang yang berbeda tapi tetap memiliki tujuan yaitu menghasilkan produksi yang disiarkan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Agar pelaksanaan produksi lancar, produser harus memikirkan juga penyusunan organisasi pelaksanaan produksi yang serapi-rapinya. Suatu organisasi pelaksanaan produksi yang tidak disusun secara rapi akan menghambat jalannya produksi. Adapun bagan organisasinya sebagai berikut:

Tabel 1 Bagan Organisasi

Program Director

Ass.Program Director

Art Director

Floor Director


(26)

1. Program Director / Pengarah acara : Memimpin dan mengarahkan pelaksanaan teknis produksi, mulai dari pra produksi, produksi, sampai dengan pasca produksi. Memimpin rapat secara teknis. Merencanakan bentuk pengambilan gambar dan pergerakkan kamera dalam bentuk recording plan. Mengarahkan dan melaksanakan proses produksi kepada kerabat kerja / tim produksi dan pengisi acara.

2. Ass. Program Director : Mendampingi dan membantu PD dalam melaksanakan tugasnya, mengingatkan PD akan waktu yang tersedia, dan memberikan masukan kepada PD demi kelancaran acara, asisten PD biasa digunakan di TVRI, karena siaran yang berbentuk langsung membutuhkan kosentrasi tinggi. Mempersiapkan susunan nama-nama pemain dan kerabat kerja.

3. Floor Director : Mampu berkomunikasi dengan baik kepada seluruh kerabat kerja produksi. Melaksanakan koordinasi dalam studio berdasarkan permintaan PD, dengan memberikan cue yang diperlukan kepada crew dan pengisi acara saat produksi berlangsung.

4. Art. Director : Merencanakan fasilitas artistic seperti dekorasi,

property, graphic, tata rias dan busana serta menyusun anggaran biaya.

5. Property : Menyediakan seluruh kebutuhan property / perlengkapan yang mendukung suatu acara.

6. Make Up : Membuat desain dan melaksanakan tata rias terhadap pengisi acara sesuai dengan tuntutan persyaratan teknis dan artistic.


(27)

7. Switcher : Bertugas menyiapkan video mixer untuk mengatur dan memadukan gambar sesuai dengan permintaan PD.

8. VTR / Video Tape Recoder : Mengoperasikan peralatan rekam audio visual dan melakukan pengisian time code.

9. Sound Mixer : Mengoperasikan audio yang digunakan, memasang mic

dan peralatan pendukung lainnya.

10.Cameramen : Mengoperasikan kamera, crame, dolly, pedestal, steady cam, dan melaksanakan perintah yang diinginkan oleh PD.

11.Lightingman : Mengoperasikan penataan cahaya, merencanakan pemakaian lampu, menentukan jenis dan tipe lampu, dan mengatur pencahayaan.

12.CGO / Character Generator Operator : Mempersiapkan dan mengoperasikan peralatan computer character generator,

mengerjakan kredit title, dan sub title, serta menampilkan gambar grafis hasil rancangan graphic designer.

13.TD / Technical Director : Menentukan kelayakan teknis produksi, memeriksa kesiapan peralatan, system dan instalasi produksi serta mengawasi pengopersian produksi.

14.Costume : Membuat desain dan menyediakan kostum sesuai dengan kebutuhan produksi acara.

5. Tahap Pelaksanaan Produksi

Tahap pelaksanaan produksi suatu program televisi yang melibatkan banyak peralatan, orang dan juga biaya yag besar., selain memerlukan suatu organisasi yang rapi juga perlu suatu tahap pelaksanaan produksi


(28)

yang jelas dan efisien. Tahapan produksi program televisi yang biasa disebut Standar Operation Procedure (SOP), adalah sebagai berikut: a. Pra produksi (perencanaan dan persiapan)

Perencanaan meliputi time schedule, penyempurnaan naskah, pemilihan artis, lokasi, alokasi biaya dan crew. Persiapan meliputi pemberesan semua kontrak, perijinan dan surat-menyurat.

b. Produksi (pelaksanaan)

Produksi adalah seluruh kegiatan liputan (shooting) baik di dalam studio maupun diluar studio, baik dari tahap set up dan rehearsal

sampai general rehearsal.27 Proses produksi juga ada secara record

disebut taping.

Setelah proses perencanaan dan persiapan selesai, pelaksanaan produksi bisa dimulai. Produser bekerja sama dengan para pengisi acara dan crew mencoba mewujudkan apa yang direncanakan yang tertulis dalam script menjadi gambar, susunan gambar yang dapat bercerita.

c. Pasca produksi (penyelesaian dan penayangan)

Pasca produksi adalah semua kegiatan setelah peliputan / shooting /

taping sampai materi itu dinyatakan selesai dan siap disiarkan atau diputar kembali. Yang termasuk pasca produksi antara lain editing (penyuntingan), manipulating (pengisian suara), subtitle, title, ilustrasi dan efek.28

Pelaksanaan produksi dapat dibagi menjadi empat karakteristik:

27

Departemen Program TVRI, Standar Operating Procedure Produksi, (Jakarta : PT. TVRI, 2008)

28

JB. Wahyudi, Teknologi Informasi dan Produksi Citra Bergerak, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1992 ), h.27


(29)

1) Diproduksi sekaligus dan disiarkan secara lamgsung, baik di dalam studio maupun di luar studio.

2) Diproduksi dengan berbagai kamera dan pelaksanaanya tidak sesuai dengan urutan naskahnya, jenis ini dapat dilakukan baik didalam maupu diluar studio.

3) Diproduksi dengan beberapa kamera dan alat perekam gambar. 4) Diproduksi hanya menggunakan kamera jinjing, baik set

dekorasinya atau lokasinya si suatu tempat atau berpindah-pindah.29

Keempat karakter produksi tersebut di atas, tiga di antaranya masih memerlukan penyelesaian tahap akhir yaitu pengeditan, sedangkan yang pertama tidak memerlukan tahap editing karena siarannya secara langsung, di mana hasil produksi disiarkan secara langsung dan dapat langsung dinikmati oleh penonton.

Menurut lokasi atau tempatnya produksi siaran dapat dibagi menjadi tiga:

1) Produksi yang diselenggarakan sepenuhnya di dalam studio 2) Produksi yang sepenuhnya diselenggarakan di luar studio 3) Produksinya merupakan gabungan di dalam dan di luar studio.30

D. Teletilawah

29

Darwanto Sastro Soebroto, Produksi Acara Televisi, (Yogyakarta : Duta Wacana, 1994), h. 125-126

30


(30)

Teletilawah berasal dari kata “tele” yang berarti jauh dan “tilawah” yang berarti bacaan dalam Al-Qur’an. Teletilawah berarti membaca Al Qur’an dari tempat yang berjarak jauh melalui media televisi. Awalnya Teletilawah merupakan lomba membaca Al-Qur’an di radio melalui telepon. Semakin berkembangnya media massa, terutama televisi. Hingga akhirnya sekitar tahun 2000 TVRI membuat terobosan baru dengan mengadopsi acara tersebut diangkat ke program media televisi serta di kemas dengan cara yang berbeda dari radio. Dengan keunggulan televisi yang memiliki kelebihan audio visual membuat acara ini lebih menarik, yang awalnya di radio hanya dapat mendengar suara saja, di televisi menampilkan visual tulisan ayat yang dibacakan. Teletilawah yang ditayangkan di TVRI juga menghadirkan dua pembawa acara, dua Dewan Juri dan seorang Mufasir.

Acara ini terbuka untuk umum dan tidak dibatasi usia, seluruh elemen masyarakat dapat menyaksikan acara ini. Dalam program ini setiap episodenya menyuguhkan ayat-ayat yang bersangkutan dengan kejadian yang sedang berlangsung. Setelah seluruh ayat dibacakan oleh peserta, dipenghujung acara Mufasir akan memberikan sedikit penjelasan tentang isi kandungan ayat yang telah diperlombakan. Setelah penjelasan dari Mufasir, acara ini juga diselingi dengan kuis “Cerdas Qur’an” yaitu, lomba tentang apa yang telah dijelaskan oleh Mufasir.


(31)

BAB III

GAMBARAN UMUM STASIUN TELEVISI REPUBLIK INDONESIA (TVRI) PUSAT JAKARTA

A. Sejarah Perkembangan dan Program Agama Islam di Televisi Republik

Indonesia (TVRI) Pusat Jakarta

1. Sejarah Perkembangan Televisi Republik Indonesia Pusat Jakarta

Pada tahun 1961, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk memasukkan proyek media massa televisi kedalam proyek pembangunan Asia Games IV di bawah koordinasi urusan proyek Asia Games IV.

Pada 25 Juli 1961, menteri penerangan mengeluarkan SK Menpen No. 20/SK/M/1961 tentang pembentukan Panitia Persiapan Televisi (P2T).

Tanggal 23 Oktober 1961, Presiden Soekarno yang sedang berada di Wina mengirimkan teleks kepada Menpen Maladi untuk segera menyiapkan proyek televisi, dengna jadwak sebagai berikut:

1. Membangun studio di eks AKPEN di senayan (TVRI sekarang)

2. Membangun dua pemancar: 100 watt dan 10 Kw dengan tower 80 meter 3. Mempersiapkan software (program dan tenaga)

Tanggal 17 Agustus 1962, TVRI mulai mengadakan siaran percobaan dengan acara HUT Proklamasi Kemerdekaan Indonesia XVII dari halaman Istana Merdeka Jakarta, dengan pemancar cadangan berkekuatan 100 watt.

Tanggal 24 Agustus 1962, TVRI mengudara untuk pertama kalinya dengan acara siaran langsung upacara pembukaan Asia Games IV dari stadion utama Gelora Bung Karno.


(32)

Tanggal 20 Oktober 1963, dikeluarkan Keppres No. 215/1963 tentang pembentukan Yayasan TVRI dengan Pimpinan Umum Presiden RI.

Pada tahun 1963 mulailah dirintis pembangunan Stasiun Daerah dimulai dengan Stasiun Yogyakarta, yang mulai siaran pada akhir tahun 1964 dan berturut-turut Stasiun Medan, Surabaya, Makasar, Manado, denpasar, dan lain-lain, yang berfungsi sebagai stasiun penyiaran.

Mulai tahun1977, secara bertahap di beberapa Ibukota Propinsi dibentuklah Stasiun-stasiun Produksi Keliling atau SPK, yang berfungsi sebagai perwakilan di daerah, bertugas memproduksi dan merekam paket acara untuk di kirim dan disiarkan melalui TVRI Stasiun Pusat Jakarta.

Tahun 1974, TVRI diubah menjadi salah satu bagian dai organisasi dan tatakerja Departemen Penerangan, yang diberi status Direktorat, langsung bertanggung jawab pada Direktur Jendral Radio, TV, dan Film Departemenm Penerangan Republik Indonesia.

Tahun 1975, dikeluarkan SK Menpen No. 55 bahan siaran / KEP/ Menpen/ 1975, TVRI memiliki status ganda yaitu selain sebagai Yayasan Televisi Republik Indonesia juga sebagai Direktorat Televisi, sedang manajemen yang diterapkan yaitu manajemen perkantoran/ birokrasi.

Pada tanggal 20 Mei 1999, merupakan titik awal sejarah baru TVRI, ketika Presiden Abdurrahaman Wahid melikuidasi Departemen Penerangan , yang mengakibatkan stasiun TVRI menjadi tindak jelas, bagaikan anak ayam kehilangan induk. Dan pada bulan Juni 2000, Presiden mengeluarkan Perturan Pemerintah No. 36 tahun 2000 tentang perubahan status TVRI menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan), yang secara kelembagaan berada di bawah


(33)

pembinaan dan tanggung jawab kepada Departemen Keuangan RI. Ketika TVRI belum tuntas dalam melakukan penataan internal sebagai Perusahaan Jawatan, muncul wacana untuk berubah bentuk TVRI menjadi Persero, yang disusul dengan keluarnya Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 2002, tanggal 17 april 2002 yang merubah bentuk TVRI dari Perusahaan Jawatan menjadi Perseroan Terbatas (PT), di bawah pengawasan Departemen Keuangan RI dan Kantor Menteri Negara BUMN31.

2. Program Agama Islam di Televisi Republik Indonesia (TVRI) Pusat

Jakarta

Televisi menyiarkan pesannya dalam bentuk audio visual dengan mendatangi langsung rumah-rumah penduduk. Dengan kemudahannya penduduk tidak perlu keluar rumah untuk dapat menikmati aneka ragam hiburan, informasi yang serba cepat dan memuaskan serta berjenis pendidikan yang jelas.32

Pada dasarnya TVRI menganut konsep general education maksudnya pemirsa bisa menikmati berbagai tayangan yang mendidik. Sejak pertama kali berdiri, TVRI tetap berpegang pada prinsipnya sebagai televisi pemerintah dan masyarakat, sehingga TVRI harus memberikan pelayanan dan tayangan yang berorientasi pada keutuhan bangsa dan Negara.

Dari gambaran umum mengenai program-program di stasiun TVRI, peneliti menyimpulkan bahwa acara TVRI didominasi oleh program acara yang bersifat documenter dan pendidikan.

31

Tim Penyusun Televisi Republik Indonesia,40 TVRI Bangkit, (Jakarta: 24 Agustus 2002), h.4-5.

32

Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), cet. Ke-4, h. 6


(34)

Di stasiun TVRI memiliki beberapa program acara yang ditayangkan untuk pemirsanya, dari yang sifatnya informasi, hiburan, sampai dengan pendidikan, yang antara lainnya adalah :

1.Program Berita 2.Program Drama 3.Program Musik

4.Program Pendidikan dan Olahraga

Mengenai program berita terdiri dari informasi yang disiarkan secara langsung atau Live,seperti Menyongsong Pagi, Info TVRI, Berita Nusantara, Berita Siang, English News Service, Berita Nasional dan lain-lain. Sedangkan program hiburan meliputi program musik dan drama seperti, Dangdut Pro Manis, Jazz, Bintang-bintang Blues dan lain-lain. Sedangkan program pendidikan seperti pelajaran Bahasa Indonesia, pelajaran Bahasa Inggris, pelajaran Matematika.

Program agama Islam masuk ke dalam program pendidikan (BAPORA), setiap hari dalam seminggu TVRI menyajikan bentuk yang berbeda. Ada yang bentuknya, perlombaan membaca Al-Quran, talkshow, monolog, hingga fragmen. Adapun program acara agama Islam di TVRI meliputi :

Tabel 2

PROGRAM AGAMA ISLAM DI TVRI PUSAT JAKARTA

MATA ACARA Teletilawah Hikmah Pagi CANGLIM

Bincang Ta’lim


(35)

WAKTU SIAR Kamis

05.00-06.00 WIB

Senin-Kamis

05.00-06.00 WIB

Kamis (M. I & III) 21.45-23.00 WIB

DURASI 60 Menit 60 Menit 60 Menit

SASARAN Gender :

L / P Umat Islam Pendidikan : SMP, SMA, Mahasiswa Pekerjaan : Karyawan, Petani, Pedagang, Dll Gender : L / P Umat Islam Pendidikan : SMP, SMA, Mahasiswa Pekerjaan : Karyawan, Petani, Pedagang, Dll Gender : L / P Umat Islam Pendidikan : SMP, SMA, Mahasiswa Pekerjaan : Karyawan, Petani, Pedagang, Dll

TIPE PROGRAM Religious Religious Entertainment

FORMAT Kuis Interaktif Dialog Interaktif Variaty Show

JENIS PRODUKSI Studio Live Studio Live, Taping Live Indoor

1. Teletilawah

Teletilawah merupakan perlombaan membaca Al-Qur’an melaui telepon yang jam tayangnya pada hari Jum’at pagi pukul 05.00-06.00 WIB, berdurasikan 60 menit. Adapun bentuk siarannya Live (langsung).

Teletilawah merupakan suatu program dimana para pemirsa atau penonton dapat berpartisipasi langsung dalam bentuk interaktif untuk membacakan


(36)

ayat-ayat Al-Qur’an yang diperlombakan. Teletilawah mempunyai beberapa segmen, diantaranya:

Segmen pertama. Pada segmen ini pembawa acara memberitahu kode atau pas word kepada pemirsa yaitu “Cinta Qur’an” sebelum mengikuti lomba serta menginformasikan No telepon dan ayat yang akan diperlombakan juga memperkenalkan dewan juri dan mufasir. Pembawa acara juga mempersilahkan salah seorang dari dewan hakim untuk memberikan contoh bacaan dari ayat yang diperlombakan.

Segmen ke dua. Pembawa acara menyampaikan persyaratan lomba dan membuka line telpon untuk pemirsa yang hendak mengikuti lomba Teletilwah.

Segmen terakhir. Pembawa acara mempersilahkan Mufasir untuk menjelaskan makna arti dari surat yang diperlombakan, serta Mufasir memberi kuis cerdas Qur’an kepada pemirsa dari arti ayat yang dijelaskan Mufasir. Dan Dewan Hakim menganalisa juga menjelaskan hukum bacaan pada ayat yang diperlombakan serta pengumuman lomba baca Qur’an.

2. Hikmah Pagi

Hikmah pagi adalah acara pembuka TVRI (setelah penayangan berita) yang ditayangkan pada pukul 05.00-06.00 WIB yang berdurasikan Enam puluh menit (60’) dan berbentuk Live (langsung). Bentuk acaranya talkshow yang dimana salah satu pengisi acara selain pembawa acara yaitu seorang narasumber atau bintang tamu yang membicarakan atau membahas suatu topik atau tema yang sedang dibahas.


(37)

Program Hikmah pagi bentuk siarannya yaitu adanya interaktif dengan para pemirsa di rumah melalui telepon dan dengan para pemirsa yang ada di studio, para pemirsa yang di rumah dapat berbicara langsung dengan pengisi acara untuk bertanya, memberi tanggapan maupun kritikan melalui dua line telepon

yang disediakan, satu untuk daerah Jakarta dan sekitarnya dan yang satunya lagi untuk line dari luar daerah.

Hikmah pagi berarti, hikmah yaitu berdakwah harus disampaikan dengan cara hikmah, dengan cara yang baik dan sesuai dengan kemampuan berfikir mad’u, sedangkan pagi, karena acaranya disiarkan pada pagi hari, hikmah juga seperti yang telah dijelaskan didalam Al-Qur’an surah An-Nahl ayat 125:

Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Hikmah pagi jam tayangnya setiap hari dalam satu minggu kecuali pada hari Jum’at, karena adanya penayangan Teletilawah. Hikmah pagi hadir dengan format yang hampir sama pada setiap harinya, dan yang berbeda setiap harinya adalah pembahasannya. Perlu diketahui para pemirsa yang menonton program hikmah pagi tidak hanya di Indonesia saja, melainkan dari Negara tetangga yang menyaksikan program hikmah pagi melaui parabola.


(38)

3. Bincang Taklim

Bincang taklim adalah sebuah dialog atau obrolan ringan yang ditayangkan setiap hari Kamis yang berdurasi selama enam puluh menit (60’) pada pukul 22:05 sampai dengan pukul 23:15 WIB dalam suasana santai membahas masalah agama. Bincang taklim merupakan acara interaktif dengan penelephon, penonton dapat berbicara langsung dengan pengisi acara untuk bertanya, memberikan tanggapan, maupun kritikan melalui dua line telephon yang disediakan, satu untuk daerah Jakarta dan sekitarnya satu lagi untuk penelephon dari luar daerah. Setiap episode dibahas topik yang berbeda. Pada segmen yang lain disajikan hiburan ringan berupa fragmen dan musik.

4. UntukmuIbu Indonesia

Acara yang ditayangkan setiap hari jumat pada pukul 11.05 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB yang berdurasi selama enam puluh menit (60’). Bentuk acaranya adalah talk show, dimana ada seorang pembawa acara beserta narasumber atau bintang tamu yang membicarakan suatu topik atau tema tertentu.

Acara ini juga membahas berbagai permasalahan seputar kehidupan ibu rumah tangga dari berbagai kalangan untuk mencari solusi membantu suami, mengurus rumah tangga, dan mengatasi permasalahan anak. Acara ini Dipandu oleh Neno Warisman dan Hj. Durrah Baradja, SH. M.Hum.

B. Visi dan Misi Televisi Republik Indonesia (TVRI) Pusat Jakarta

VISI

Visi TVRI adalah menjadi Stasiun TV Pilihan yang berakar pada budaya Bangsa, untuk menjalin persatuan dan kesatuan


(39)

MISI

1. Menjadi media komunikasi bagi kepentingan nasional yang berlandaskan persatuan dan kesatuan.

2. Memberikan informasi yang terpercaya, mencerdaskan serta menyajikan hiburan bermutu bagi masyarakat.

3. Menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dengan mitra usaha 4. Membentuk lingklungan kerja yang sehat, harmonis dan profesional bagi

karyawan dan mitra.

C. Struktur Organisasi Perusahaan Televisi Republik Indonesia (TVRI)

Pusat Jakarta

Struktur organisasi PT. TVRI kantor pusat PT.TVRI (persero), yaitu sebagai berikut:

1. Direktur Utama

Direktur utama berfungsi memimpin, mengatur, dan mengkoordinasikan tugas anggota direksi sesuai dengan bidangnya masing-masing. Untuk melaksanakan fungsi yang dimaksud, direktur utama dibantu :

a. Satuan pengawasan b. Sekretariat perusahaan c. Tenaga ahli

2. Direktorat Berita

Direktorat Berita dipimpin oleh direktur yang bertugas menetapkan kebijakan, melaksanakan pembinaan, dan menyelenggarakan kegiatan di bidang berita. Direktur berita berfungsi sebagai :


(40)

1) Menetapkan kebijakan dibidang produksi dan penyiaran acara pemberitaan.

2) Menetapkan kebijakan dibidang pendukung produksi dan dokumentasi acara pemberitaan.

3) Mengkoordinasikan dan mengawasi penyelengaraan produksi dan siaran berita di lingkungan TVRI.

Direktorat berita terdiri dari: a. Bidang pemberitaan b. Bidang produksi c. Secretariat

d. Kelompok fungsional 3. Direktorat Program

Direktorat Program dipimpin oleh direktur yang bertugas menetapkan kebijakan, melaksanakan pembinaan, dan menyelenggarakan kegiatan dibidang siaran, produksi, pemasaran, serta penjualan. Direktorat program terdiri dari :

a. Bidang siaran b. Bidang produksi

c. Bidang pemasaran dan penjualan d. Secretariat

e. Kelompok fungsional 4. Direktorat Teknik


(41)

Direktorat Teknik dipimpin oleh direktur yang bertugas menetapkan kebijakan, melaksanakan pembinaan, dan menyelenggarakan kegiatan dibidang teknik. Untuk menyelenggarakan tugas, direktorat teknik berfungsi sebagai:

1) Merencanakan, mengendalikan, dan mengevaluasi pengadaan peralatan teknik dan prasarana

2) Merencanakan, mengendalikan, dan mengevaluasi kegiatan operasional dan penggunaan peralatan teknik

3) Merencanakan, mengendalikan, dan mengevaluasi pemeliharaan peralatan teknik

4) Merencanakan, mengendalikan, dan mengevaluasi pengembangan peralatan teknik

5) Merencanakan, mengendalikan, dan mengevaluasi SDM teknik

6) Merencanakan, mengendalikan, dan mengevaluasi kerjasama teknik dengan berbagai pihak

Direktorat teknik terdiri dari :

a. Bidang teknik transmisi dan prasarana b. Bidang teknik produksi dan penyiaran

c. Bidang kerjasama teknik dan teknologi informasi d. Secretariat

e. Kelompok fungsional 5. Direktorat Keuangan

Direktorat Keuangan dipimpin oleh direktur yang menetapkan kebijakan, melaksanakan pembinaan, dan menyelenggarakan kegiatan keuangan. Untuk menyelengarakan tugas tersebut direktorat keuangan mempunyai tugas sebagai :


(42)

1) Merencanakan anggaran TVRI meliputi anggaran program, non-program, permodalan, dan investasi.

2) Merencanakan dan mengusulkan sumber dana untuk pengelolaan kegiatan operasional perusahaan

3) Merencanakan jasa konsultasi dibidang keuangan.

4) Merencanakan pengelolaan anggaran kas dan modal kerja perusahaan, termasuk pengelolaan hutang dan piutang perusahaan.

5) Melaksanakan analisis anggaran, keuangan, dan laporan keuangan. 6) Mengendalikan dan mengevaluasi anggaran dan keuangan.

Direktorat keuangan terdiri dari : a. Bidang anggaran

b. Bidang keuangan dan investasi c. Bidang akuntasi dan perpajakan d. Secretariat

e. Kelompok fungsional

6. Direktorat Umum

Direktorat umum dipimpin oleh direktur yang bertugas menetapkan kebijakan, melaksanakan pembinaan dan menyelenggarakan kegiatan di bidang umum dan Sumber Daya Manusia.

Direktorat umum mempunyai fungsi sebagai berikut:

1) Penetapan kebijaksanaan proses pengadaan barang, pengadaan jasa dan pendistribusian


(43)

2) Penetapan kebijaksanaan perkembangan, pembangunan dan perawatan sarana dan prasarana umum serta pengelolaan asset.

3) Penetapan, kebijaksanaanpengelolaan SDM

4) Pembinaan kegiatan bidang umum dan personalia seluruh satuan kerja di lingkungan TVRI

Direktorat umum terdiri dari: a. Bidang anggaran

b. Bidang keuangan dan investasi c. Bidang akuntasi dan perpajakan d. Secretariat

e. Kelompok fungsional 7. Satuan Pengawas Intern

Kepala satuan pengawasan intern bertugas melaksanakan pemerikasaan intern keuangan, dan pelaksaannya pada TVRI, serta memberikan saran-saran perbaikan.

Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud kepala Satuan Pengawas Intern mempunyai fungsi sebagai:

1. Menyusun program kerja pemeriksaan tahunan bidang keuangan dan operasional, meliputi rencana pemeriksaan rutin, dan pemeriksaan khusus

2. Mengkoordinasikan pelaksanaan pemeriksa untuk mencegah kerugian dari penyimpangan pelaksaan peraturan dibidang keuangan, operasional dan penunjang operasional.

3. Mengkoordinasikan pembuatan laporan hasil pemeriksaan sesuai jadwal terhadap pemeriksaan terhadap seluruh satuan kerja.


(44)

4. Mengkoordinasikan permintaan laporan pelaksaan tindak lanjut atas temuan pemeriksaan kepada satuan kerja terkait.

8. Kepala TVRI Stasiun Daerah

Kepala TVRI stasiun daerah bertugas menetapkan kebijakan operasional penyiaran di daerah dan pemancarluasan siaran nasional, serta menkoordinasikan pengawasan pelaksanaannya sesuai kebijakan direksi.

9. TVRI Sektor Transmisi

TVRI sektor transmisi bertugas melakukan pengoperasian perawatan dan perbaikan pemancar/microwave, prasarana melakukan administrasi dan keuangan, serta mengkoordinasikan pengawasan pelaksanaan sesuai dengan kebijakan direksi.

10.Kepala Balai Diklat

Kepala pendidikan dan pelatihan bertugas merencanakan, menyelenggarakan dan mengevaluasi jasa pelatihan dibidang pertelevisian, serta jasa pemanfaatan fasilitas sarana produksi baik untuk kepentingan TVRI maupun untuk umum. Selain itu juga bertugas mengkoordinasikan pengawasan pelaksanaannya.

11.Secretariat Perusahaan

Secretariat perusahaan dalam struktur PT. TVRI (Persero) berada diantara direktur utama dan pengawasan direksi lainnya. Secretariat perusahaan dipimpin oleh seorang sekretaris.

Ia berperan sebagai penghubung BOD, senior manajemen, dan pemegang saham. Selian itu ia juga menjadi penghubung antara pihak manajemen dengan pihak ketiga dalam menangani masalah non-teknis, serta menjadi penghubung


(45)

direktur penghubung direktur utama jika terjadi pertentangan antara manajemen dengan unit kerja lainnya.

D. Gambaran Umum Program Teletilawah

Teletilawah merupakan salah satu program acara keagamaan yang ditayangkan Televisi Republik Indonesia. Teletilawah diadopsi dari program acara membaca Al-Qur’an pihak telepon melalui radio, untuk diangkat ke media televisi di kemas dengan cara yang berbeda dengan radio. Salah satunya menampilkan visual tulisan ayat yang dibacakan. Bentuk acaranya berupa lomba, yaitu lomba membaca ayat-ayat Al-Qur’an melalui telephone interaktif yang penelponnya bisa berasal dari berbagai penjuru. Acara ini dipandu oleh dua orang pembawa acara serta dua orang dewan hakim yang menilai penelpon dalam membaca Al-Qur’an beserta hukum tajwid yang benar. Selain pembawa acara dan dewan hakim, dalam acara ini juga terdapat seorang mufasir yang bertugas mengartikan serta menjelaskan arti dan maksud dari ayat-ayat yang telah di perlombakan.

Program Teletilawah hadir di stasiun TVRI dari tahun 2000 sudah delapan tahun program ini terlaksana dengan baik. Teletilawah berarti “tele” jauh dan “tilawah” membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Jadi, membaca Al-Qur’an dengan jarak jauh melalui siaran televisi. Teletilawah ditayangkan setiap hari Jum’at dengan durasi Enam Puluh Menit (60’) pukul 05.00-06.00 WIB, acara ini disiarkan pada pagi hari karena kebanyakan dari masyarakat khususnya umat Islam biasanya setelah menunaikan ibadah sholat subuh mereka melanjutkan tidur, oleh karena itu acara ini disiarkan pagi hari selesai sholat subuh agar memberi kesempatan kepada masyarakat untuk mengawali hidup dalam pembinaan rohani dengan belajar membaca Al-Quran.


(46)

Acara Teletilawah ditayangkan secara Live (langsung) dari studio 8, alasan disiarkan secara langsung karena format program Teletilawah adalah lomba melalui telepon interaktif sehingga tidak bisa di rekam atau disiar ulang. Teletilawah untuk umum. Tidak membatasi usia, pekerjaan, dan jenis kelamin. “Kadang ada anak-anak justru kita senang kalau yang masih muda untuk mengikuti Teletilawah” ujar Produser Pelaksana Program Acara Teletilawah, Bapak Marsono. 33

Program Teletilawah dibagi menjadi 3 segmen. Segmen pertama, Pembawa acara memberitahu kode atau pas word kepada pemirsa yaitu “Cinta Qur’an” dan memperkenalkan dewan juri serta mufasir. Segmen ke dua. Pembawa acara menyampaikan persyaratan lomba dan membuka line telepon untuk pemirsa.

Segmen terakhir. Yaitu Mufasir menjelaskan makna arti dari surat yang diperlombakan, dan Mufasir memberi kuis cerdas Qur’an kepada pemirsa.

33

Marsono, Produser, Wawancara Pribadi, Bertempat di Gedung Bapora Lantai 4, Pada Hari Senin, 19 Mei 2008, Jam 12.30-13.30


(47)

BAB IV

ANALISIS PROGRAM TELETILAWAH

B. Format Program Teletilawah

Format program merupakan rancangan penyajian sebuah program acara siaran yang berdasarkan pendekatan isi materi atau kemasan dari suatu acara yang disiarkan. Format acara merupakan sarana acara yang akan memuat nilai-nilai atau pesan-pesan yang akan disampaikan kepada pemirsa.

Tabel 3

PROGRAM TELETILAWAH DI TVRI

MATA ACARA TELETILAWAH

FORMAT Kuis Interaktif

PROGRAM Nasional

WAKTU SIAR

Kamis


(48)

DURASI 60 Menit

SASARAN

Gender : L / P Umat Islam

Pendidikan : SMP, SMA, Mahasiswa

Pekerjaan :

Karyawan, Petani, Pedagang, Dll

TIPE PROGRAM Religious

TUJUAN Meningkatkan minat membaca Al-Qur’an secara

tartil (baik & benar)

KRITERIA Lomba membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an melalui

telepon interaktif dan ayat akan dibahas oleh narasumber


(49)

Program Teletilawah menggunakan format kuis interaktif atau lomba yaitu lomba membaca ayat-ayat Al-Qur’an melalui telepon interaktif yang penelponnya dari berbagai daerah. Di mana pembawa acara mengajak pemirsa untuk mengikuti lomba membaca Al-Qur’an pada program Teletilawah. Materi dalam program Teletilawah adalah terarah pada ayat-ayat Al-Quran yang diperlombakan.

Program Teletilawah disiarkan secara Live (langsung) dari studio 8 TVRI Pusat Jakarta mulai pukul 05.00-06.00 WIB. Program Teletilawah menekankan pada segmen kedua, yaitu pemirsa yang mengikuti lomba membaca Al-Quran melalui telepon di simak oleh dewan hakim dengan penilaian dari dua unsur. Pertama, dari sudut pandang lagu dan suara, kedua tajwid atau hukum bacaan.34

Program Teletilawah dipandu dua pembawa acara (seorang perempuan dan seorang laki-laki), dua dewan hakim yang menganalisa juga menjelaskan tentang para peserta lomba Teletilawah, dan seorang mufasir yang menjelaskan makna dan arti dari surat yang diperlombakan.

Penyajian suatu acara Televisi berjalan baik dan buruknya juga dipengaruhi oleh pembawa acara, karena dengan adanya pembawa acara yang akan dibawakan akan lebih terarah, materi maupun pengaturan waktu agar acara yang dibawakan bersifat dinamis.

Program Teletilawah dibagi menjadi 3 segmen dengan durasi 60 menit. 10 menit digunakan untuk comersial break dalam dua kali bagian, masing-masing untuk comersial break berdurasi 2 menit.

Segmen pertama, dengan durasi lima menit. Pada segmen ini pembawa acara memberitahu kode atau pasword kepada pemirsa yaitu “Cinta Qur’an”

34

Abdul Satar Gani, Dewan Hakim, Wawancara Pribadi, bertempat di Gedung TVRI Lantai 3, Pada Hari Selasa, 27 Mei 2008, Jam 13.00 WIB


(50)

sebelum mengikuti lomba serta menginformasikan No telepon dan ayat yang akan diperlombakan juga memperkenalkan dewan hakim dan mufasir. Pembawa acara juga mempersilahkan salah seorang dari dewan hakim untuk memberikan contoh bacaan dari ayat yang diperlombakan.

Segmen ke dua, tiga puluh lima menit. Pembawa acara menyampaikan persyaratan lomba dan membuka line telpon untuk pemirsa yang hendak mengikuti lomba Teletilawah.

Segmen terakhir berdurasi sepuluh menit, yaitu pembawa acara mempersilahkan mufasir untuk menjelaskan makna arti dari surat yang diperlombakan, serta mufasir memberi kuis cerdas Qur’an kepada pemirsa dari arti ayat yang dijelaskan mufasir. Dan dewan hakim menganalisa juga menjelaskan hukum bacaan pada ayat yang diperlombakan serta pengumuman lomba baca Qur’an.

Jalur komunikasi pemirsa untuk mengikuti Teletilawah atau lomba baca Al-Qur’an adalah melalui telepon. Karena program Teletilawah sifatnya siaran langsung (Live), maka program Teletilawah tidak bisa untuk di rekam atau disiar ulang. Untuk itu pemirsa dapat langsung mengikuti lomba melalui line telepon dan pemirsa yang lain juga bisa menyimak langsung dari layar kaca televisi di rumah.

Target penonton Teletilawah di TVRI adalah seluruh masyarakat Indonesia, tidak dilihat dari dari segi usia, pekerjaan, dan jenis kelamin. Karena televisi merupakan media massa yang tidak dapat diketahui siapa dan bagaimana kondisinya, karena khalayaknya heterogen, jadi siapapun berhak menonton acara tersebut, secara geografis pun demikian, dari pelosok desa di Indonesia bahkan


(51)

mancanegara sekalipun dapat menontonnya dengan menggunakan antena parabola.

Strategi waktu untuk penayangan program Teletilawah yaitu mulai pukul 05.00-06.00 WIB, karena setelah melakukan ibadah sholat subuh memberi kesempatan kepada masyarakat untuk mengawali hidup dalam pembinaan rohani dengan belajar membaca Al-Quran.35

Setiap program acara memiliki satuan acara, begitu juga dalam program Teletilawah memiliki satuan acara sebagai acuan selama proses produksi agar tidak menyimpang dari tema yang ditentukan. Berikut contoh satuan acara Teletilawah :

Tabel 4

RUNDOWN

TELETILAWAH

Qs. Al-Jumu’ah ayat 9

Hari : Jum’at

Tanggal : 15 Februari 2008

Pukul : 05.00-06.00 WIB

NO SOURCE VIDEO AUDIO DURASI

1 VTR / PB OPENING TUNE VTR / PB 15”

Penyiar membuka acara Teletilawah

SI : Hj. Elvi Hudriah Pembawa acara SI : H. Sukeri Abdillah

Pembawa acara SI : Busana : Lavileta

Penyiar menginformasikan No. Telepon / ayat yang akan

dipelombakan serta Live Sto

Pasword Cinta Qur’an

02’

35

Marsono, Produser, Wawancara Pribadi, Bertempat di Gedung Bapora Lantai 4, Pada Hari Senin, 19 Mei 2008, Jam 12.30-13.30 WIB


(52)

2 Cam / Sto / Chargen

memperkenalkan dewan juri dan mufasir.

SI : No. telepon :

021- 5743478 (luar jabotabek) 5743476 (jabotabek)

SI : Qs. Al-Jumu’ah ayat 9 SI : Nama Juri :

1. Ustad. Drs. H. Imron Rosyadi

2. Ustad. Drs. H. Adbul Satar Gani, MA

SI : Nama Mufasir :

Ustadzah. Dr. Hj. Nur Rofiah Biluzm

Penyiar mempersilahkan salah seorang dewan juri untuk memberikan contoh bacaan dari Ayat yang diperlombakan.

SI : Ustad. Drs. H. Imron Rosyadi

Live Sto 03’

3 VTR / PB BRIDGING VTR / PB

PC I TV Comercial Break PC 2’

VTR / PB TV Comercial Break VTR / PB

4 Cam / Sto / Chargen

Lomba Teletilawah (session 2)

Penyiar menyampaikan persyaratan lomba Serta penjelasan lain

SI : WINDOW AYAT SI : ADO Juri

SI : Nama dan alamat peserta

Live Sto 30’

5 VTR / PB BRIDGING VTR / PB

6 PC TV Comercial Break 2’


(53)

8 Cam / Sto / Chargen Lomba Teletilawah (session 2)

Penyiar menyampaikan persyaratan lomba Serta penjelasan lain

SI : Mufasir

Live Sto 15’

9 Cam / Sto / Chargen Penyiar menyampaikan persyaratan lomba serta penjelasan lain, penyiar mempersilahkan Mufasir untuk menjelaskan makna dan arti dari surat yang diperlombakan

Live Sto 6’

10 Sto / Cam Quis cerdas Quran

SI : PERTANYAAN QUIS

Live Sto 1’

11 Sto / Cam Analisa dan penjelasan dewan juri tentang para peserta teletilawah / pengumuman pemenang

SI : NAMA DEWAN HAKIM SI : Nama dan alamat pemenang

Live Sto 3’

12 Sto / Cam PEMENANG QUIS CERDAS QUR’ANOSSING / KERABAT KERJA

Live Sto 1’

13 Sto / Cam CLOSSING / KERABAT

KERJA

Live Sto Illustrasi Musik

2’

Dalam satuan acara terdapat nama acara, kemudian di bawahnya tercantum surat yang akan diperlombakan, serta waktu dan jam penayangan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah proses produksi.

Sebelum memulai proses produksi Live penanggung jawab serta pengisi acara harus sudah memiliki dan mempelajari skrip. Dalam skrip format program


(54)

Teletilawah di segmen pertama, opening tune (musik) yang berdurasi 15 detik. Dilanjutkan pembawa acara membuka acara Teletilawah dengan menyapa pemirsa dengan kalimat yang membangkitkan penonton atau pemirsa untuk mengikuti kuis interaktif membaca Al-Qur’an dan surat yang akan diperlombakan. Tidak ketinggalan memberitahukan password (kata kunci) kepada pemirsa yaitu “Cinta Qur’an” serta memberitahu no telpon untuk wilayah jabotabek dan di luar jabotabek. Kemudian memperkenalkan dua dewan hakim, dan mufasir. Salah satu dewan hakim mencontohkan surat yang akan diperlombakan.

Pada segmen ke dua. Pembawa acara membuka line telpon untuk pemirsa yang ingin mengikuti kuis interaktif Teletilawah. Pada segmen ini berdurasi 30 menit.

Segmen ke tiga yaitu segmen terakhir. Membuka line telpon yang terakhir. Kemudian pembawa acara mempersilahkan mufasir untuk menjelaskan maksud dari arti ayat yang diperlombakan. Kemudian dewan hakim memberikan evaluasi kepada pemirsa dan mengumumkan pemenang kuis interaktif. Dilanjutkan pembawa acara memberikan kuis cerdas Qur’an kepada pemirsa di rumah. Pada segmen terakhir ini berdurasikan 20 menit.

Semua program ada kekurangan dan kelebihannya, dalam memproduksi program acara ini pun, memiliki beberapa kekurangan tetapi tidak terlalu signifikan, lebih kepada hal-hal teknisnya, mungkin ke waktu tampil, atau ketajaman gambar di saat produksi. Dan hambatan yang biasa terjadi lebih bersifat teknis, contoh: salah satu pengisi acara tiba-tiba membatalkan untuk mengisi acara


(55)

dan biasanya untuk menanganinya yaitu dengan mengembalikan pada komitmen mereka yang sudah disetujui di awal kontrak.

Materi pada program Teletilawah di TVRI adalah membahas ayat-ayat Al-Qur’an. Materi atau ayat yang diperlombakan berdasarkan momen, kalender dan kondisi yang berkembang dalam masyarakat. Jadi materi yang disajikan melihat kalender dan apa yang sedang terjadi di masyarakat, misalnya tanggal 17 agustus, maka Teletilawah menyajikan tema seputar kemerdekaan RI, tentunya dengan semangat keIslaman dan saat maulid tiba maka tema yang disajikan adalah seputar maulid Nabi Muhammad SAW.36

Tabel 5

Produksi Teletilawah Bulan Februari 2008

EPS / TANGGAL SIARAN SURAT YANG DIPERLOMBAKAN PEMBAWA ACARA DEWAN HAKIM MUFASIR 01-02-08 Al-Qashah Ayat 77 H. Sukeri Abdillah, MM dan Hj. Elvi Hudriah, M. Ag

Drs. H. Abdul Satar Gani, MA dan H. Fauzi Ridwan S, Ag

Prof. Dr. H. Muslim Nasution MA 08-02-08 Al-Araff

Ayat 96

Drs. H. Rahmadji Asmuri dan Hj. Lili Rachmawati M, Ag

Drs. H. Syarifuddin Muhammad dan H. Syahdi SAS, S. Ag

Prof. Dr. H. Dedy Ismatullah

36


(56)

15-02-08 Al-Jumuah Ayat 9

Hj. Elvi Hudriah, M. Ag dan H. Sukeri Abdillah, MM

Drs. H. Imron Rosyadi dan Drs. H. Abdul Satar Gani, MA

Dr. Hj. Nur Rofiah Biluzm 22-02-08 Ali-Imran Ayat 185 H. Sukeri Abdillah, MM dan Hj. Elvi Hudriah, M. Ag

Drs. H. Abdul Satar Gani, MA dan Hj. Maria Ulfa MA

KH. Abdul Hakim Fauzi

Kriteria pemilihan pengisi acara Teletilawah di TVRI meliputi: 1) Pembawa acara atau Presenter

Para pengelola program Teletilawah memiliki kriteria dalam memilih pembawa acara/presenter, diantaranya sebagai berikut:

a) Menarik dari segi Broadcast (vokal dan penampilan) b) Berwawasan luas

c) Dapat menghidupkan materi yang dibawakan

d) Mampu mendampingi narasumber dari berbagai disiplin keilmuwan e) Dapat berimprovisasi

Adapun beberapa presenter yang dipilih oleh pengelola program acara Teletilawah adalah:

a) H. Sukeri Abdillah, MM

b) Hj. Elvi Hudriah, M. Ag c) Drs. H. Rahmadji Asmuri

d) Hj. Lili Rachmawati M, Ag

Dalam setiap episodenya, Teletilawah mempunyai beberapa presenter yang memliki daya tarik dalam setiap penampilannya.


(57)

2) Dewan Hakim

Para pengelola program Teletilawah memiliki kriteria dalam memilih dewan hakim, diantaranya sebagai berikut:

a) Menarik dari segi Broadcast (vokal dan penampilan) b) Berwawasan luas

c) Mengetahui dari segi tilawah dan tajwid d) Dapat berimprovisasi

Berdasarkan kriteria tersebut, maka terpilihlah beberapa dewan hakim dari berbagai lembaga atau aktivitasnya sebagai berikut:

a) Drs. H. Abdul Satar Gani, MA b) H. Fauzi Ridwan S, Ag c) H. Syahdi SAS, S, Ag d) Drs. H. Syrifuddin Muhammad e) Drs. H. Imron Rosyadi f) Hj. Maria Ulfa MA

3) Narasumber atau Mufasir

Pengelola Program Teletilawah memiliki kriteria yang harus ada pada seorang narasumber atau mufasir. Adapun kriterianya adalah sebagai berikut:

a) Memiliki kualitas ilmu Al-Qur’an b) Mengerti konsentrasi ilmu tafsir,

c) Dari sisi keilmuwan yang sesuai tema atau praktisi d) Menarik dari segi broadcast (vokal dan penampilan)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka terpilihlah beberapa narasumber atau mufasir dari berbagai lembaga atau aktivitasnya sebagai berikut:

a) Prof. Dr. H. Muslim Nasution MA b) Prof. DR. Deddy Ismatullah c) Dr. Hj. Nur Rofiah Biluzm d) KH. Abdul Hakim Fauzi


(58)

Dalam setiap episodenya, Teletilawah selalu menampilkan narasumber atau mufasir yang memiliki kriteria yang berbeda.

C. Proses Produksi Program Teletilawah

Dalam program siaran produksi Teletilawah di TVRI Pusat Jakarta, sebelum melangkah kepelaksanaan dalam jalannya suatu program, maka dibutuhkan suatu perencanaan yang baik dan yang bertanggung jawab mengenai jalannya suatu program tersebut yang diatur oleh sutradara/pengarah acara atau disebut juga PD

(Program Director).

Peranan seorang pengarah acara sebagai penanggung jawab jalannya program, dituntut untuk bisa membuat suatu konsep atau kemasan dengan sebaik mungkin, pengarah acara juga mempunyai wawasan dan kemampuan dalam merealisasikan ide-ide kreatif serta mengarahkan proses produksi. Biasanya seorang pengarah acara dalam melaksanakan produksi ada tahapan-tahapan sebagai salah satu tanggung jawabnya, diantaranya dari factor intern, dan ekstern. Di lihat dari factor intern, seorang pengarah acara merencanakan bagaimana menyiapkan settingan dekorasi, Lighting, audio, kamera, make-up, dan lain-lain. Peranan seorang pengarah acara disini adalah melakukan koordinasi dan kerjasama dengan pihak-pihak terkait di atas.

Jika dilihat dari factor ekstern, peranan seorang pengarah acara, melakukan kerjasama dengan pihak lain, yaitu mencari atau menghubungi seorang narasumber yang cocok dan sesuai dengan tema yang akan disajikan, dalam mencari narasumber seorang pengarah acara harus mengetahui kekurangan dan kelebihan narasumber tersebut, agar ketika acara berlangsung tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Dan berdasarkan pengalaman seorang pengarah acara


(59)

apabila seorang narasumber layak untuk ditampilkan lagi dengan tema atau materi yang berbeda maka tidak menutup kemungkinan pengarah acara dapat menghubungi narasumber itu lagi.

Suatu produksi program televisi yang melibatkan banyak peralatan, orang dan dengan sendirinya biaya yang besar, selain memerlukan suatu organisasi yang rapi juga perlu suatu tahap pelaksanaan produksi yang jelas dan efisien. Setiap tahap harus jelas kemajuannya dibandingkan dengan tahap sebelumnya. Tahapan produksi terdiri dari tiga bagian di televisi yang lazim disebut standard operation procedure (SOP), seperti berikut:

1. Pra Produksi 2. Produksi 3. Pasca Produksi

Demikian juga dengan produksi program Teletilawah di TVRI Pusat Jakarta, mempunyai tahapan seperti diatas.

1. Pra Produksi Program Teletilawah di TVRI Pusat Jakarta

Tahap pra produksi atau perencanaan merupakan pengembangan dari desain program menjadi desain produksi atau semua kegiatan mulai dari pembahasan ide, gagasan awal sampai dengan pelaksanaan pengambilan gambar atau shooting.

Perencanaan suatu program secara umum melahirkan kebijakan umum tentang bagaimana mengatur alokasi waktu dan materi siaran dalam sehari, seminggu atau setahun. Perencanaan program televisi juga diarahkan untuk dapat


(60)

memilih dan menjadwalkan penayangan suatu program yang dapat menarik sebanyak mungkin penonton.37

Tahap ini sangat penting, jika dilaksanakan dengan rinci dan baik sebagian pekerjaan dari produksi yang direncanakan sudah beres. Kegiatan produksi antara lain:

a. Penemuan ide

Tahap ini dimulai ketika seorang produser menemukan ide atau gagasan, membuat riset dan menuliskan naskah atau meminta penulis naskah mengembangkan gagasan menjadi naskah sesudah riset.

Tapi ide bisa saja tidak timbul dari satuan kerja produksi, tetapi dapat timbul dari pihak luar, seperti event organizer, production house, biro iklan. Dalam mencari ide sebagai landasan untuk dikembangkan seorang produser harus mempertimbangkan beberapa hal antara lain:

1. Apakah ide atau gagasan cukup menarik

2. Apakah kekuatan yang tersembunyi dalam ide atau gagasan tadi

3. Apabila ide atau gagasan tadi dapat dirubah menjadi program siaran, apa manfaat bagi khalayak dan bagaimana dampaknya

4. Kalau ide tadi akan diangkat menjadi program siaran, harus ada alasan yang meyakinkan.

b. Perencanaan

Perencanaan meliputi penetapan jangka waktu kerja (time schedule), penyempurnaan naskah, lokasi, dan crew. Selain estimasi biaya, penyediaan biaya

37


(61)

dan rencana alokasi merupakan bagian dari perencanaan yang perlu dibuat secara hati-hati dan teliti.

c. Persiapan

Tahap ini meliputi pemberesan semua kontrak, perijinan dan surat-menyurat. Pembuatan setting, meneliti dan melengkapi peralatan yang diperlukan. Semua persiapan diselesaikan menurut jangka waktu kerja yang sudah ditetapkan. Kunci keberhasilan produksi program televisi sangat ditentukan oleh keberesan tahap perencanaan dan persiapan itu.

2. Produksi Program Teletilawah di TVRI Pusat Jakarta

Setelah proses perencanaan dan persiapan selesai, pelaksanaan produksi bisa dimulai. Produser bekerja sama dengan para pengisi acara dan crew mencoba mewujudkan apa yang direncanakan yang tertulis dalam script menjadi gambar, susunan gambar yang dapat bercerita.

Produksi adalah seluruh kegiatan liputan baik di studio maupun di lapangan, proses liputan yang disebut juga taping. Merencanakan sebuah produksi program televisi, seorang produser professional akan dihadapkan pada pemikiran yang mendalam, yaitu materi produksi, sarana produksi, biaya produksi, organisasi pelaksanaan produksi dan tahap pelaksanaan produksi.

1. Materi produksi

Seorang produser professional dengan cepat mengetahui apakah materi atau bahan yang ada dihadapannya akan menjadi materi produksi yang baik atau tidak. Seorang produser ketika ia berhadapan dengan suatu karya cipta, musik, lagu, atau lukisan, gagasannya mulai bergerak.


(62)

Materi produksi merupakan sebuah ide yang akan dirubah menjadi suatu karya produksi berbentuk audio visual. Di mana ide yang muncul dibuat konsep dan format programnya, kemudian dibuatlah naskah atau satuan acara yang merupakan rangkaian dari sebuah acara yang dibuat. Dengan format acara yang baik tentunya sebuah ide akan dapat diminati dan diterima penonton.

Materi produksi ini didapatkan oleh tim kreatif melalui ide-ide dari seluruh tim yang kemudian mereka satukan atau mereka pilih ide mana yang memang layak untuk diambil. Sebagai contoh pada tanggal 1 Februari 2008 dipilih surat Al-Qhasash ayat 77 karena pada saat itu kondisi masyarakat banyak yang tidak mensyukuri nikmat yang telah diberikan, bahkan banyak dari umat islam sendiri yang saling berbuat kerusakan kepada sesama umat islam maupun umat lainnya.

Materi merupakan isi pesan yang disampaikan kepada khalayak penonton, pemilihan materi tentunya harus sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang berkembang dalam masyarakat, dan juga berkenaan dengan kehidupan sehari-hari.

Materi dalam program Teletilawah adalah surat yang dilombakan, dan di penghujung acara surat yang diperlombakan akan dijelaskan oleh narasumber atau mufasir.

Melalui surat yang diperlombakan, acara Teletilawah menyampaikan pesan kepada masyarakat. Contohnya melalui surat Al-Qhasash acara Teletilawah menyampaikan pesan kepada masyarakat bahwa seluruh manusia dianjurkan untuk selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan, serta berbuat baik kepada seluruh umat manusia.

Adapun surat yang diperlombakan pada program Teletilawah bulan Februari adalah:


(63)

Tabel 7

SURAT YANG DIPERLOMBAKAN

No Tanggal Siaran Judul

Ayat / Surat 1 01 Februari 2008 Qs. Al-Qashash 77 2 08 Februari 2008 Qs. Al-Araff 96 3 15 Februari 2008 Qs. Al-Jumu'ah 9 4 22 Februari 2008 Qs. Al-Imran 185

Qs. Al-Qashash 77

77. Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.


(1)

Penyiar mempersilahkan salah seorang dewan juri untuk memberikan contoh bacaan dari Ayat yang diperlombakan.

SI : Ustad. H. Fauzi Ridwan S. Ag

3 VTR / PB BRIDGING VTR / PB

PC I TV Comercial Break PC 2’

VTR / PB TV Comercial Break VTR / PB

4 Cam / Sto / Chargen

Lomba Teletilawah (session 2)

Penyiar menyampaikan persyaratan lomba Serta penjelasan lain

SI : WINDOW AYAT SI : ADO Juri

SI : Nama dan alamat peserta

Live Sto 20’

5 VTR / PB BRIDGING VTR / PB

6 PC TV Comercial Break 2’

7 BRIDGING

8 Cam / Sto / Chargen Lomba Teletilawah (session 2)

Penyiar menyampaikan persyaratan lomba Serta penjelasan lain

SI : Ustad. Prof. Dr. H. Muslim Nasution, MA

Live Sto 15’

9 Cam / Sto / Chargen Penyiar menyampaikan persyaratan lomba serta penjelasan lain, penyiar mempersilahkan Mufasir untuk menjelaskan makna dan arti dari surat yang diperlombakan


(2)

10 Sto / Cam Quis cerdas Quran

SI : PERTANYAAN QUIS

Live Sto 1’

11 Sto / Cam Analisa dan penjelasan dewan juri tentang para peserta teletilawah / pengumuman pemenang

SI : Ustad. H. Fauzi Ridwan S. Ag dan Ustad. Drs. H. Adbul Satar Gani, MA

SI : Nama dan alamat pemenang

Live Sto 3’

12 Sto / Cam PEMENANG QUIS CERDAS QUR’ANOSSING / KERABAT KERJA

Live Sto 1’

13 Sto / Cam CLOSSING / KERABAT KERJA

Live Sto Illustrasi Musik

2’

Produser : Marsono Ass Produser : Johan

PD : Siswadji

Ass : Matsuroh


(3)

RUNDOWN ACARA

TELETILAWAH

QS. Al-Araff Ayat 96

Hari

: Jum’at

Tanggal

: 08 Februari 2008

Pukul

: 05.00-06.00 WIB

NO SOURCE VIDEO AUDIO DURASI

1 VTR / PB OPENING TUNE VTR / PB 15”

2 Cam / Sto / Chargen

Penyiar membuka acara Teletilawah

SI : Hj. Lily Rahmawati M. Ag Pembawa acara

SI : Drs. H. Rahmadji Asmuri Pembawa acara

SI : Busana : Lavileta

Penyiar menginformasikan No. Telepon / ayat yang akan

dipelombakan serta memperkenalkan dewan juri dan

mufasir.

SI : No. telepon :

021- 5743478 (luar jabodabek) 5743476 (jabodabek)

SI : QS. Al-Araff Ayat 96 SI : Nama Juri :

7. Ustad. H. Syahdi SAS. S.Ag

8. Ustad.Drs.H. Syarifuddin Muhammad

SI : Nama Mufasir :

Ustad. Prof. Dr. H. Dedy Ismatullah

Live Sto

Pasword

Cinta

Qur’an

Live Sto

02’


(4)

Penyiar mempersilahkan salah seorang dewan juri untuk memberikan contoh bacaan dari Ayat yang diperlombakan.

SI : Ustad. H. Syahdi SAS. S.Ag

3 VTR / PB BRIDGING VTR / PB

PC I TV Comercial Break PC 2’

VTR / PB TV Comercial Break VTR / PB

4 Cam / Sto / Chargen

Lomba Teletilawah (session 2)

Penyiar menyampaikan persyaratan lomba Serta penjelasan lain

SI : WINDOW AYAT SI : ADO Juri

SI : Nama dan alamat peserta

Live Sto 20’

5 VTR / PB BRIDGING VTR / PB

6 PC TV Comercial Break 2’

7 BRIDGING

8 Cam / Sto / Chargen Lomba Teletilawah (session 2)

Penyiar menyampaikan persyaratan lomba Serta penjelasan lain

SI : Ustad. Prof. Dr. H. Dedy Ismatullah

Live Sto 15’

9 Cam / Sto / Chargen Penyiar menyampaikan persyaratan lomba serta penjelasan lain, penyiar mempersilahkan Mufasir untuk menjelaskan makna dan arti dari surat yang diperlombakan

Live Sto 6’

10 Sto / Cam Quis cerdas Quran

SI : PERTANYAAN QUIS


(5)

11 Sto / Cam Analisa dan penjelasan dewan juri tentang para peserta teletilawah / pengumuman pemenang

SI : Ustad. H. Syahdi SAS. S.Ag dan Ustad. Drs. H. Syarifuddin Muhammad

SI : Nama dan alamat pemenang

Live Sto 3’

12 Sto / Cam PEMENANG QUIS CERDAS QUR’ANOSSING / KERABAT KERJA

Live Sto 1’

13 Sto / Cam CLOSSING / KERABAT KERJA

Live Sto Illustrasi Musik

2’

Produser : Marsono Ass Produser : Johan

PD : Siswadji

Ass : Matsuroh


(6)

STRUKTUR ORGANISASI PT. TVRI

KOMISARIS

DIREKTUR UTAMA

DIREKTUR PROGRAM DIREKTUR

BERITA

DIREKTUR TEKNIK

SPI

DIREKTUR KEUANGAN

TVRI SEKTOR TRANSMISI TVRI STASIUN

DAERAH

BALA DIKLA