Analisis produksi program dialog TVRI pada tema "Penanganan Terorisme"

(1)

ANALISIS PRODUKSI PROGRAM DIALOG TVRI

PADA TEMA

PENANGANAN TERORISME

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

Abdul Azis

NIM : 109051100061

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M


(2)

i Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

Abdul Azis

NIM : 109051100061

Pembimbing

Drs. Study Rizal LK, M.A

NIP : 1964 0428 1993 03 1 002

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/ 2014 M


(3)

ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi ini berjudul ANALISIS PRODUKSI PROGRAM DIALOG

TVRI PADA TEMA PENANGANAN TERORISME telah diujikan dalam sidang Munaqosah di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 13 Januri 2013. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I) pada Konsentrasi Jurnalistik Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 13 januari, 2013 Panitia Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekertaris Merangkap Anggota

Rubiyanah, MA Ade Rina Farida, M. Si

NIP. 19730822 199803 2 001 NIP. 19770513 200701 2 018

Anggota

Penguji I Penguji II

Rachmat Baihaky, MA Siti Napsiyah, MSW

NIP. 19761129 200912 1 001 NIP. 19740101 200112 2 003

Pembimbing

Drs. Study Rizal, LK, MA NIP : 1964 0428 1993 03 1 002


(4)

iii Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 22 Desember 2013


(5)

iv ABSTRAK

Nama : Abdul Azis NIM : 109051100061

Analisis Poduksi Program Dialog TVRI Pada Tema Penanganan Terorisme Terorisme saat ini masih menjadi permasalahan yang sangat serius di Indonessia. Karena tindak terorisme masih terjadi di berbagai tempat di Indonesia. Dalam konteks tersebut, pemerintah sudah melakukan berbagai strategi untuk memberantas terorisme, begitu pula lembaga sosial lain telah melakukan berbagai cara untuk menangani terorisme. Akan tetapi semua seakan belum berhasil. Dalam hal ini penulis melihat perlu adanya peran dari media untuk membantu proses penanganan terorisme, media sebagai lembaga publik yang paling berperan dalam pembentukan budaya di masyarakat. Dan TVRI dengan Program Dialog mencoba memberikan peranya dengan mengangkat tema Penanganan Terorisme.Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka munculah pertanyaan Bagaimana proses produksi program berita dialog TVRI yang meliputi pra produksi, Produksi dan pasca produksi? Kemudian Bagaimana peran program dialog TVRI dalam menangani masalah Terorisme?

Penelitian ini dibatasi pada proses produksi program Dialog TVRI pada edisi 23 januari 2013 dengan tema “Penanganan Terorisme”, dengan mendeskripsikan tiga tahapan produksi yang umum diterapkan pada program berita lainya. Pra Produksi adalah penemuan ide, Produksi ialah pelaksanaan dan Pasca Produksi yaitu proses penyelesaian dan penayangan. Dalam Penelitian ini penullis menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu menerangkan dan menggambarkan keadaan sebenarnya yang kemudian menuangkannya dalam penulisan skripsi ini. Dengan subyek penelitiannya adalah stasiun TVRI jakarta

dan objek penelitiannya adalah Program Dialog TVRI. Teori yang digunakan

dalam penelitian ini adalah teori Standart operation procedure (SOP) dari Fred

Wibowo, teori yang dikemukakan oleh Fred Wibowo ini di dalam bukunya mengatakan bahwa tahapan produksi terdiri dari tiga bagian di televisi yang lazim

disebut Standart operation procedure (SOP) yaitu : Pertama, Pra Produksi

(ide,perencanaan dan persiapan). Kedua, Produksi (pelaksanaan). Dan ketiga, Pasca Produksi, (penyelesaian dan penayangan).

Dalam proses produksi acara ini penulis menemukan bahwa program dialog TVRI melakuakan tiga tahapan dalam proses produksi edisi 23 januari 2013, yaitu : pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Pra produksi, penentuan tema dilakukan pada rapa redaksi yang berjalan alot.Produksi, yaitu sempat mengalami kendala dengan tidak hadirnya narasumber dan keterlambatan hadir. Sedangkan, pasca produksi yaitu proses penayangannya. Dalam edisi tersebut TVRI mencoba berperan dalam penanganan terorisme dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait tema tersebut, sesuai fungsi dan peran dari media.


(6)

v

Pertama- tama penulis mengucapkan puji syukur alhamdullilah kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, Dialah Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah memberikan nikmat iman, Islam, dan ikhsan kepada seluruh umat manusia yang ada di muka bumi ini.

Shalawat bertangkaikan salam selalu tercurahkan kepada manusia pilihan, manusia yang membawa penerangan bagi umatnya di dunia maupun akhirat. Tak lain yaitu Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan seluruh pengikutnya yang senantiasa beristiqamah dalam mengikuti dan memegang teguh ajarannya.

Sepenuhnya penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak mengalami kesulitan, hambatan, dan gangguan hingga terkadang rasa putus asa dan bosan pernah dirasakan. Namun, berkat doa, bantuan, motivasi, bimbingan dan pengarahan yang sangat berharga dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Terutama penulis mempersembahkan segalanya kepada orang tua dan keluarga besar penulis, yang mana telah mendoakan dan membantu penulis dalam segala hal terutama semangat dan motivasi. Selanjutnya penulis juga mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Oleh karena itu dengan segala ketulusan, perkenankan penulis untuk menyampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak DR. Arif Subhan, MA Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, kemudian Wakil Dekan I Bidang Akademik yaitu Bapak Dr. Suparto, M. Ed, MA. dan Wakil Dekan II Bidang Administrasi umum yaitu Bapak Drs. Jumroni, M.Si, serta Wakil Dekan III Bagian Kemahasiswaan yaitu Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA.

2. Ibu Rubiyanah, MA selaku Ketua Jurusan Konsentrasi Jurnalistik dan Ibu Ade Rina Farida, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Konsentrasi Jurnalistik, yang juga sudah saya anggap sebagai orang tua kedua penulis yang selalu memberikan saran dan motivasi selama penulisan skripsi ini.


(7)

vi

3. Dosen Pembimbing Bapak Drs. Study Rizal,LK, MA.yang telah membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam tahapan pembuatan skripsi sampai selesainya skripsi ini dengan baik.

4. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah jakarta yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

5. Segenap Karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, serta Perpustakaan Utama UIN Syarif hidayatullah jakarta yang telah memudahkan penulis untuk mendapatkan berbagai refrensi dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Kepada semua keluargaku dan khususnya kedua orang tua penulis yaitu Ibu Suwarni dan Bapak Kasmani yang telah memberikan doa, kasih sayang, semangat dan motivasi serta bantuan yang bersifat materiil. Semoga kebahagiaan akan selalu menyertai Ayah dan Ibu.

7. Buat saudara sepupuku tercinta Iswatun Khusnah yang sudah damai disisi ALLAH SWT, karena doa dan motivasinyalah penulis bisa sampai pada akhir pendidikian di UIN Syarif hidayatullah jakarta.

8. Special thanks to Ismi Khumairoh Iskandar yang telah memberikan motivasi, semangat, dan doanya.

9. Pihak-pihak stasiun TVRI. Khususnya pada bagian pemberitaan dan

current affair, Bapak Pipiet Irianto, Bapak Erwin Aryananta Bapak Hendrajit, Bapak Subari, Bapak Supomo, Bapak Suryo, Bapak Sapto dan seluruh crew produksi program Dialog TVRI, terima kasih banyak untuk kerjasamanya yang telah membantu penulis untuk mengadakan penelitian dan memperoleh informasi yang terkait dengan judul skripsi penulis.

10.Bapak Wawan H Purwanto (Pengamat Intelejen)dan Bapak Ansy Lema

(Presenter dan Dosen Univ.Nasional)yang telah ikut serta memberi

petunjuk dan membantu penulis.

11.Pegawai perpustakaan TVRI yang telah membantu penulis dalam mencari

bahan-bahan.

12.All crew URBANRKM 99,5fm khususnya Program Director mas Yahya Abdurahman dan Anne Syahman yang turut memberikan motifasi dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

13.Tim Aspen dan Peneliti di LITBANG harian KOMPAS.

14.Teman- teman Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, khususnya Jurnalistik. Angkatan 2009 dan all crew RDK 107,9fm terimakasih atas kebersamaanya penulis merasa bangga menjadi bagian dari kalian. Tetap berjuang dan semangat.


(8)

vii

semuanya.

Besar harapan penulis bahwa skripsi ini dapat menambah keilmuan terutama bagi rekan-rekan mahasiswa Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis sadar bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini, oleh karena itu penulis berharap perbaikan pada penelitian-peneitian dengan tema yang sama selanjutnya. Atas segala perhatianya penulis mengucapkan terimaksih. Dan akhir kata dari penulis, semoga segala bantuan dan motivasi yang diberikan kepada penulis mendapat balasan dari ALLAH SWT.

Amin yaa rabbal’alamin

Wassalamuallaikum Wr. Wb.

Jakarta, 22 Desember 2013


(9)

viii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING...i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... .ii

LEMBAR PERNYATAAN... iii

ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR...v DAFTAR ISI...viii DAFTAR TABEL...x DAFTAR GAMBAR...x DAFTAR LAMPIRAN...x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Batasan dan Rumusan Masalah...7

C. Tujuan Penelitian...8

D. Manfaat Penelitian...9

E. Metodologi Penelitian...10

F. Tinjauan Pustaka...14

G. Sistematika Penulisan...16

BAB II KAJIAN TEORITIS. A. Analisis Produksi...18

1. Produksi Program Televisi...18

2. Media Sebagai Institusi Budaya...32

B. Televisi...34

1. Pengertian Televisi...34

2. Program Siaran Televisi...36

3. Program Karya Jurnalistik (Current Affairs)...37

C. Berita...38

1. Pengertian Berita...38

2. Jenis-jenis Berita...39

3. Nilai Berita...41

4. Format Berita Televisi...44

5. Sumber Berita Televisi...51

D. Terorisme...56

1. Pengertian Terorisme...56

BAB III PROFILE STASIUN TVRI A. Gambaran Umum TVRI; Dulu, Kini, dan Nanti...59

B. Struktur Lembaga Penyiaran Publik TVRI...69

BAB IV TEMUAN DATA DAN ANALISIS A. Program Dialog TVRI...76

1. Profile dan Latar Belakang...76

2. Aspek Marketing Dan Rating Program Dialog TVRI…..……...83

B. Proses Produksi Program Dialog TVRI Pada Edisi 23 Januari 2013...84


(10)

ix

C. Faktor Pendukung dan Kendala...107

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...109

B. Saran...113

DAFTAR PUSTAKA...115


(11)

x DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 Top Program TVRI Nasional Bulan November 2013...4

2. Tabel 2 Tim Produksi Program Dialog TVRI...78

DAFTAR GAMBAR 1. Gambar 1 Kategori Tema Pada Program Dialog TVRI...7

2. Gambar 2 Struktur Kelembagaan TVRI...72

3. Gambar 3 Struktur Organisasi Dewan Pengawas LPP TVRI...73

4. Gambar 4 Struktural Pemberitaan...77


(12)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses produksi program di televisi merupakan suatu aspek yang paling menentukan dalam kemajuan suatu media, dimana kemajuan media biasanya dinilai dari program-program yang dihasilkan. Kualitas program-program yang dihasilkan oleh suatu media dipengaruhi oleh sistem produksi program itu sendiri. Saat ini banyak televisi di Indonesia berlomba-lomba dalam memproduksi program televisi, dari program yang bernilai pendidikan, kebudayaan, ekonomi bahkan adapula yang hanya hiburan belaka.

Berdasarkan fungsi media massa dalam hal ini televisi berperan sebagai penyampai informasi, hiburan, persuasi sosial, pengawasan, korelasi, dan pewaris

sosial.1 Oleh sebab itu sebuah stasiun televisi sudah seharusnya memproduksi

program-program yang berkualitas dan sesuai dengan fungsinya, agar pemirsa merasakan manfaat positif dari sebuah program yang dihasilkan oleh sebuah stasiun televisi.

Pertelevisian di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang cukup signifikan dalam beberapa tahun belakangan. Karena pada awalnya Indonesia hanya memiliki satu stasiun televisi saja, yaitu Televisi Republik Indonesia (TVRI). Perkembangan yang terjadi yaitu sudah tayangnya sebelas stasiun televisi. Dari sebelas stasiun televisi tersebut salah satunya adalah TVRI, dan

1

Nurdin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta: PT. Raja Grapindo Perada, 2007 ) h. 66-87


(13)

2

sepuluh stasiun televisi swasta. Pada tahun 1989 lahir stasiun televisi Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), yaitu stasiun televisi swasta pertama di Indonesia. Setelah itu munculah Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) Indosiar dan Andalas Televisi (ANTV). Setelah era reformasi bergulir, televisi swasta pun semakin ramai bermunculan. Saat itu lahir Metro TV, Transformasi Televisi (TRANS TV), TV7 yang sekarang berganti

nama menjadi Trans 7, Lativi yang kini menjadi TVOne, serta Global TV.2

Hingga tahun 2013 televisi swasta semakin bertambah banyak dengan hadirnya beberapa stasiun swasta baru seperti Net.TV, Kompas TV, B Channel dan banyak lagi.

Dengan banyaknya stasiun televisi baru, saat ini banyak bermunculan program acara di televisi, salah satunya adalah program berita. Program-program acara tersebut muncul dengan konsep acara berita yang tetap menjaga konsistensi dengan menyuguhkan berbagai informasi yang tetap mengedepankan berita-berita yang faktual. Dan elegan serta kekhasan acara berita. Namun seiring perkembangan zaman, kemasan program khususnya program berita di era hiburan seperti saat initampaknya kian penting, bahkan bisa sama pentingnya dengan berita yang disajikan. Inilah yang mendorongpara produser terus mencari bentuk baru penyajian program berita yang lebih inovatif, agar bisa diterima di masyarakat dan meraih segmen yang lebih luas seperti halnya program hiburan.

Hasil produksi yang memiliki visi akan tampak sikapnya. Sikap inilah kekhasan dan keunikan dari produksi itu. Produksi yang tidak memiliki kekhasan

2

Askurifai Baksin. Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006)h.15.


(14)

dan keunikan berarti produksi kodian, tidak menarik dan biasa-biasa saja. Tidak

memukau dan mempesona. Tidak mampu stop the eyes and the ears.3

Saat ini banyak televisi di Indonesia berlomba-lomba dalam memproduksi program televisi, dari program yang bernilai pendidikan, kebudayaan, ekonomi bahkan adapula yang hanya hiburan belaka. Namun TVRI sebagai lembaga publik masih mempertahankan program-program yang mempunyai nilai-nilai berita dan pendidikan untuk pemirsanya, salah satunya pada program berita dialog TVRI yang memiliki manfaat yang sangat besar bagi pemirsanya.

Hal ini terbukti pada hasil riset yang dilakukan oleh lembaga riset yaitu neilsen pada tahun 2013 perbulan November, Program Dialog TVRI masuk dalam “TOP Program TVRI Nasional”. Dimana program Dialog TVRI menempati posisi ke-19.

3

Fred Wibowo, Dasar-dasar Produksi Siaran Televisi (Jakarta: Grasindo, 1997), cet. Ke-1, h. 7-8.


(15)

4

Tabel 1

Beberapa program-program di TVRI yang menjadi TOP Program di bulan November.

TOP PROGRAM TVRI NASIONAL: Periode: Minggu ke- 48 (24 s/d 30 November 2013) Neilsen.

NO. NAMA PROGRAM RATA-RATA JUMLAH

PENONTON

1 SERI A : LIVORNO VS

JUVENTUS(L)

243,291

2 SHALAT JUMAT 202,720

3 DIALOG 174,692

4 AYO SEKOLAH DI

TVRI

173,403

5 SETELAH HUJAN

DATANG

151,228

6 TONG KOSONG

NYARING BUNYINYA

146,652

7 SELIDIK 141,469

8 INDONESIA MALAM 141,420

9 KOMUNITAS REGGAE

INDONESIA

127,181

10 SEBELAH MATA 126,996

11 SOEGENG SARJADI

SYNDICATE

122,085

12 JALAN MILIK KITA

BERSAMA

110,033

13 BERANTAS KORUPSI 108,894

14 KESEBELASAN

WANITA-WANITA CANTIK

107,280

15 SERIE A: H VERONA

VS CHIEVO (L)

99,160

16 TAPAL BATAS 97,994

17 SALAM DARI DESA 97,157

18 IBUKU SURGAKU 95,861

19 DIALOG TVRI 94,726


(16)

Televisi Republik Indonesia (TVRI) adalah stasiun televisi tertua di Indonesia. TVRI didirikan sejak tanggal 24 Agustus 1962. TVRI merupakan satu-satunya stasiun televisi yang jangkauannya mencapai seluruh wilayah Indonesia, dengan jumlah penonton sekitar delapan puluh dua persen (82%) penduduk Indonesia. Saat ini TVRI memiliki 22 stasiun daerah dan satu stasiun pusat yang

didukung oleh 395 pemancar yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.4

Layaknya media informasi elektronik lainya, TVRI pun menyiarkan sebuah program berita dalam siaranya. Dialog TVRI merupakan salah satu nama

program berita harian yang disiarkan TVRI setiap pukul 07.00 – 08.00 WIB.

Dialog TVRI yang disiarkan TVRI berfungsi sebagai penyampai informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial. Sesuai dengan namanya, program ini

adalah program berita talk show dimana setiap harinya membahas suatu

kasus-kasus tertentu ataupun suatu berita yang sedang hangat diperbincangkan dengan

mengundang beberapa narasumber yang ahli pada bidangnya.5

Semakin ketatnya persaingan program-program yang dihasilkan oleh sebuah stasiun televisi membuat progaram Dialog TVRI lebih meningkatkan kualitasnya dengan memberikan inovasi-inovasi di dalam produksinya, tanpa menghilangkan nilai-nilai berita dan informasi sehingga program dialog TVRI mampu bertahan di tengah persaingan yang sangat ketat, sehingga program ini dapat masuk ke dalam “TOP Program TVRI Nasional” di 2013.

Terorisme saat ini masih menjadi permasalahan yang sangat serius di Indonessia. Karena tindak terorisme masih terjadi di berbagai tempat di Indonesia.

4TVRI, “Sejarah Televisi Republik Indonesia,” diakses dari www.tvri.co.id 5


(17)

6

Dalam konteks tersebut, pemerintah sudah melakukan berbagai strategi untuk memberantas terorisme, begitu pula lembaga sosial lain telah melakukan berbagai cara untuk menangani terorisme. Akan tetapi semua seakan belum berhasil. Dalam hal ini penulis melihat perlu adanya peran dari media untuk membantu proses penanganan terorisme, media sebagai lembaga publik yang paling berperan dalam pembentukan budaya di masyarakat.

Litbang Kompas mencatat, sepanjang tahun 2012 kepolisian RI menangani 14 kasus terorisme di Indonesia sebanyak 78 orang ditetapkan menjadi tersangka dan 10 orang diantaranya tewas dalam penangkapanya. Dalam serangkaian penangkapan terakhir, ada beberapa remaja terkait aksi radikalisme itu.

Sedangkan ANTARA News melansir bahwa, Sepanjang 2013, Mabes Polri mengaku telah menangani sebanyak 12 kasus terorisme. Ada sekitar 20 orang pelaku yang masuk dalam proses penyidikan. Sebanyak 28 orang lainnya telah menjalani persidangan dan tujuh orang telah mendapat vonis.

Meski berbeda, data Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mencatat ada 87 orang pelaku terorisme yang ditangkap sepanjang Januari hingga pertengahan Desember 2013.

Penanganan yang tak kunjung akhir yang terkadang malah menyudutkan suatu instansi pendidikan agama seperti pesantren bahkan perguruan tinggi yang berbasis islam disebut- sebut sebagai cikal bakal penanaman jiwa terorisme. Terorisme selalu dikaitkan dengan islam. Dimana terkadang pemberitaan di media- mediapun ikut menekankan hal itu.


(18)

Dari hal-hal tersebut penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana sistem produksi dari program dialog TVRI dari Pra Produksi, Produksi hingga Pasca Produksinya dan Bagaimana peran program dialog TVRI dalam menangani masalah Terorisme?

Berdasarkan latar belakang diatas kemudian penulis memilih judul

Analisis Produksi Program Berita Dialog TVRI Pada Tema Penanganan Terorisme sebagai judul skripsi ini.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan masalah

Agar lebih terarah antara masalah yang dikemukakan dengan

pembahasannya, maka perlu diberikan pembatasan masalah yang akan diteliti. Program dialog TVRI memiliki beberapa kategori tema dalam pembahasanya yaitu Ekonomi, Sosial, Budaya, Politik dan Hukum. Dimana setiap kategori tersebut akan terpecah menjadi tema-tema khusus atau judul dalam setiap episodenya. contohnya penulis membatasi permasalahan dalam penelitian ini yaitu pada kategori tema mengenai Hukum dimana tema khusus atau judulnya yaitu “Penanganan Terorisme” edisi 23 Januari 2013.

Gambar 1

Kategori Tema Pada Program Dialog TVRI

SOSIAL

Program Dialog TVRI

EKONOMI HUKUM BUDAYA HUKUM


(19)

8

2. Perumusan masalah

Berdasarkan pembatasan di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah:

a) Bagaimana proses produksi program dialog TVRI saat mengangkat

tema Penanganan Terorisme pada tanggal 23 Januari 2013, yang terdiri dari :

1. Pra produksi

2. Proses produksi

3. Pasca produksi

b) Bagaimana peran program dialog TVRI dalam menangani masalah

Terorisme?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Utama

Mengetahui secara garis besar bagaimana media massa, khususnya TV dalam mengemas suatu acara. Serta memberi referensi pada pemirsa dalam memilih program yang mendidik.

2. Tujuan Khusus

Sesuai dengan rumusan masalah diatas tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui:


(20)

a. Bagaimana proses Produksi program berita Dialog TVRI pada pengangkatan tema tentang Penanganan Terorisme dari pra produksi, proses produksi, dan pasca produksi?

b. Bagaimana peran program dialog TVRI dalam menangani masalah

Terorisme?

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah memperkaya kajian ilmu komunikasi, khususnya ilmu jurnalistik mengenai hal-hal yang berkaitan dengan proses produksi program berita pada siaran televisi. Penelitian ini juga dapat digunakan untuk memperluas dan memperkaya wacana pemikiran, serta menjadi tambahan referensi pustaka, khususnya di konsentrasi jurnalistik Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

2. Manfaat Praktis

Penulis mengharapkan semoga hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam memberikan masukan dan gambaran kepada berbagai kalangan, seperti akademisi, dan aktivis penyiaran umumnya. Selain itu juga dapat menjadi motivasi bagi para pengelola stasiun televisi dalam menciptakan sebuah program yang inovatif dan mendidik, serta disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan pemirsa agar tercipta program acara berita yang lebih menarik, diminati dan diterima oleh pemirsa.


(21)

10

E. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan dan Metode Penelitian

Dalam pnelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif dilakukan dalam situasi yang wajar (natural setting) dan data yang dikumpulkan umumnya bersifat kualitatif. Peneliti tidak menggunakan angka dalam mengumpulkan data dan dalam memberikan

penafsiran terhadap hasil penelitian.6 Menurut Bogdan dan Taylor, penelitian

kualitatif adalah prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif,

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan prilaku yang diamati.7 Alasan

penulis menggunakan pendekatan kualitatif yaitu karena penulis lebih memanfaatkan landasan teori sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”. Berbeda dengan penelitian kuantitatif Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan.

Sementara metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis digunakan untuk

menghimpun data aktual dengan memaparkan realitas yang ada. Kegiatan

6

Jumroni dan Suhaimi, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2006), h. 41.

7

Lexi, J. Moleong, Metode Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2002), cet. Ke-23, h. 4.


(22)

pengumpulan data dilakukan dengan melukiskan sebagaimana adanya, tidak diiringi dengan ulasan atau pandangan atau analisis dari penulis.8 Sedangkan Jalaluddin Rakhmat mendefinisikan metode deskriptif sebagai metode yang hanya memaparkan situasi dan peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau

menjelaskan hubungan, tidak menguji atau membuat prediksi.9

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah sebagai berikut.

a. Data Primer

Data primer digunakan sebagai acuan pertama untuk pembahasan

penelitian ini dengan melakukan:

1) Observasi

Observasi adalah kegiatan mengamati secara langsung suatu objek untuk melihat dengan dekat kegiatan yang dilakukan objek tersabut.10 Teknik observasi yang penulis lakukan adalah observasi langsung, yakni mendatangi lokasi TVRI dengan mengamati secara

sistematis sebuah siaran langsung (live) di studio yang hasilnya

langsung dimasukan ke dalam pembahasan yaitu pada edisi tanggal 23 januari 2013 pada tema penanganan terorisme.

8

Wardi Bachtiar, Metedelogi Penelitian Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), Cet. Ke-1, h. 60 9

Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996 ), h. 24.

10

Rachmat Kriantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: disertai contoh praktis riset media, public relation, advertising, Komunikasi, organisasi, Komunikasi Pemasaran (Jakarta: kencana, 2007), h. 106


(23)

12

2) Wawancara

Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang

digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.11

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini bersifat mendalam (depth interview), yaitu wawancara terperinci yang dilakukan dengan menggunakan petunjuk umum berupa daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya untuk ditanyakan kepada narasumber.

Wawancara ini ditujukan kepada pihak-pihak yang terlibat dalam proses produksi program berita Dialog TVRI untuk mendapatkan data yang akurat, dalam hal ini adalah Produser, karena dalam tahap pra produksi produserlah yang berperan aktif seperti dalam penentuan tema. Kemudian Produser pelaksana, karena seorang produser pelaksana sangat berperan aktif dalam proses produksi. Lalu seorang Redaktur, yang mana seorang redaktur sangat membantu dalam proses pra produksi hingga pasca produksi pada program dialog TVRI, dan yamg terakhir pembawa acara karena program ini bersifat siaran langsung (live) dan pasca produksinya adalah penayangan program itu sendiri maka pembawa acara penulis anggap penting untuk diwawancarai.

11

Rachmat Kriantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: disertai contoh praktis riset media, public relation, advertising, Komunikasi, organisasi, Komunikasi Pemasaran (Jakarta: kencana, 2007), h. 96


(24)

3) Dokumen

Dokumen diperoleh dari sejumlah referensi yang ada atau

menggunakan studi pustaka, yaitu dengan mempelajari bahan-bahan

tertlis yaitu seperti CV, Rundown acara, Design Program Dialog

TVRI dan buku Cetak biru kebijakan umum TVRI tahun 2006.

3. Teknik Pengolahan Data

Setelah data-data terkumpul untuk realibilitas dan validitas data tersebut penulis menggunakan teknik tringulasi yaitu menggunakan, Pakar dimana penulis menggunakan teori dari Fred Wibowo, Informan yaitu seorang produser program diluar program dialog TVRI bertujuan untuk melihat kebenaran data sebelumnya dan yang terakhir Observasi, yaitu catatan lapangan hasil dari pengamatan secara langsung untuk mengkroscek data-data sebelumnya.

4. Analisis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis kualitatif, yakni cara melaporkan data dengan memberi gambaran atau melukiskan mengenai proses produksi program berita Dialog TVRI edisi 23 Januari 2013 yang di tayangkan di TVRI, khususnya pada tema

berita mengenai “Penanganan Terorisme”. Penelitian dilakukan dengan

menganilisis data primer yang dikumpulkan dari hasil observasi dan wawancara penulis dengan narasumber. Dari data-data yang dikumpulkan, penulis lalu melakukan analisis dan menyimpulkan pembahasan dalam penelitian ini.


(25)

14

5. Pedoman Penulisan

Penulisan dalam penelitian ini mengacu kepada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

F. Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan skripsi ini, penulis meninjau beberapa tulisan, buku hasil penelitian, maupun skripsi-skripsi yang ada di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ada beberapa contoh judul yang menjadi inspirasi untuk penulis. Beberapa skripsi

yang menginspirasi penulis untuk memfokuskan penelitian pada “ Produksi

Program Berita Dialog TVRI Pada Tema Penanganan Terorisme” diantaranya

adalah:

1. Skripsi karya Ais Ramadhan Rasyid, mahasiswa Jurusan Komunikasi

Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi tahun 2011, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “ Analisis Program Tabir

Sunnah di Trans TV”, dalam penelitian yang dilakukannya sama dengan

peneliti yaitu untuk mengetahui bagaimana proses produksinya, namun berbeda dalam penggunaan teori dimana dalam penelitianya menggunakan teori Helbert Blumer dan Elihu Katz yang lebih menekankan peran media

dalam suatu program terhadap pemirsanya sedangkan penulis

menggunakan teori Fred Wibowo yang lebih menekankan bagaimana suatu produksi program dilaksanakan dari pra produksi, produksi, dan pasca produksi.


(26)

2. Skripsi karya Nurita, mahasiswa Konsentrasi Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi tahun 2013, UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dengan judul “ Analisis Produksi Program Suara Anda di Metro

TV”antara penelitian ini dan penelitian sebelumnya sama-sama meneliti bagaimana suatu acara diproduksi. Namun berbeda dalam penggunaan teorinya, penilitian sebelumnya menggunakan teori model alir dua tahap milik Paul Lazarfeld yang lebih menekankan pada pengaruh media yang ditularkan melalui opinian leader sedangkan penelitian ini menggunakan teori Fred Wibowo yang lebih menekankan bagaimana suatu produksi program dilaksanakan dari pra produksi, produksi, dan pasca produksi.

3. Skripsi karya Anne Chrisnasari Syahman, mahasiswa Jurusan Komunikasi

Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi tahun 2010, yang berjudul “Analisis Produksi Program Forum Kerukunan Umat

Beragama di TVRI”. Yang membahas bagaimana sebuah proses produksi

sebuah program. Anne menggunkan teori Maxine K, dan Reed yang menjelaskan bahwa proses produksi memiliki kewajiban merubah konsep atau ide, berbeda dengan penulis yang memilih menggunakan teori Fred Wibowo walaupun objeknya sama yang lebih menekankan bagaimana suatu produksi program dilaksanakan dari pra produksi, produksi, dan pasca produksi.

Meskipun penulis melakukan tinjauan terhadap skripsi tersebut di atas, penelitian yang dilakukan penulis tetaplah berbeda. Dalam hal ini penulis sama-sama membahas proses produksi suatu program yang ditayangkan di televisi dengan objek penelitian dan hasil penelitian yang


(27)

16

berbeda dan peneliti memilih menggunakan teori dari Fred Wibowo yang berbeda dengan teori-teori yang digunakan oleh skripsi-skripsi diatas. Maka penulis mengambil kesimpulan bahwa belum ada mahasiswa yang

meneliti tentang “ Analisis Produksi Program Berita Dialog TVRI Pada

Tema Penanganan Terorisme ”.

G. Sistematika Penulisan

Dalam skripsi ini penulis membagi menjadi 5 Bab dan ditambah beberapa lampiran-lampiran. Dalam Bab satu yaitu Pendahuluan, Penulis menguraikan latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

Bab dua yaitu Landasan Teori, Penulis menguraikan teori-teori yang menjadi landasan dalam kerangka pemikiran dalam penelitian ini. Berisi tentang, definisi analisis, produksi program televisi, berikut juga konsep berita, pengertian berita,nilai berita, komposisi berita, kategori berita.

Bab tiga yaitu Profile Stasiun TVRI, Pada bab ini penulis menguraikan gambaran umum sejarah perkembangan TVRI, visi dan misi, program-program TVRI, struktur organisasi TVRI, serta program berita Dialog TVRI sebagai masalah penelitian.

Bab empat yaitu Temuan Data dan Analisis, Bab ini berisi deskriptif hasil

penelitian dan pembahasan mengenai proses produksi program berita Dialog TVRI serta proses produksi pada edisi 23 januari 2013 tentang “ Penanganan Terorisme”.


(28)

Bab lima yaitu Penutup, Penulis memberikan kesimpulan dan saran terhadap apa yang telah diteliti dalam skripsi ini, dan juga beberapa lampiran yang didapat.


(29)

18

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Analisis Produksi

1. Produksi Program Televisi

Berita sebelum disajikan kepada masyarakat mengalami suatu

proses. Dalam bahasa latin, proses adalah processus yang berarti

geraknya, jalannya, kemajuan, berhasil yang dalam bahasa inggris procession berarti gerakan, maju, prosesi. Produksi adalah

pelaksanaan pengubah bentuk naskah menjadi bentuk auditif dan

visual, sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku bagi Pertelevisian.1

Produksi juga bias diartikan, barang yang dihasilkan atau kegiatan yang menghasilkan suatu barang atau jasa. Menurut Anton Moeliono proses adalah rangkaian tindakan, perbuatanatau pengelolaan yang dihasilkan.2

Sedangkan pengertian analisis produksi adalah tahap menganalisa atau memeriksa sebuah proses produksi, sehingga dapat mengetahui hasil dari analisis tersebut. Hal ini dilakukan karena produksi televisi merupakan sebuah proses pembuatan program yang nantinya ditayangkan di televisi dan memerlukan perjalanan panjang dan melewati berbagai tahapan, melibatkan banyak sumber daya

1

Darwanto Sastro Soebroto, Televisi Sebagai Media Pendidikan (Yogyakarta: Duta Wacana, 1995), h. 125.

2

Anton M. Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 703


(30)

manusia dengan berbagai keahlian dan peralatan penunjang serta biaya yang besar.

Produksi program televisi memiliki berbagai macam format dan materi, beberapa di antaranya terkadang memiliki prosedur atau tata laksana kerja yang berbeda. Setiap materi program mendapatkan perlakuan khusus berdasarkan karakteristik dan spesifikasinya. Produksi siaran merupakan salah satu bagian dari organisasi penyiaran

yang bertugas menangani produksi mata acara atau program acara.3

Merencanakan sebuah produksi program televisi, seorang produser professional akan dihadapkan pada lima hal sekaligus yang memerlukan pemikiran mendalam, yaitu materi produksi, sarana produksi (equipment), biaya produksi (financial), organisasi pelaksana

produksi, dan tahapan pelaksanaan produksi.4

Berfikir tentang produksi program televisi bagi seorang produser professional, berarti mengembangkan gagasan bagaimana materi produksi itu, selain menghibur, dapat menjadi suatu sajian yang bernilai, dan memiliki makna.

Produksi yang bernilai atau berbobot hanya dapat diciptakan oleh seorang produser yang memiliki visi. Namun, apakah visi itu tumbuh dari suatu acuan mendalam yang bermuara pada orientasi, ideology, religi, dan pemikiran-pemikiran kritis atas sarana yang

3

Fred Wibowo, Dasar-dasar Produksi Siaran Televisi (Jakarta: Grasindo, 1997), cet. Ke-1, h. 24.

4

Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi (Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2007), cet. I, h. 23


(31)

20

dipakai untuk menampilkan materi produksi. Atau, visi itu sekedar mengikuti arus yang mengalir.

Bertolak dari dorongan kreativitas, seorang produser yang menghadapi materi produksi akan membuat seleksi. Dalam seleksi ini intelektualitas dan mana yang tidak. Kemudian akan lahir yang menunjang ide ini, akan tercipta konsep berupa naskah untuk produksi. Naskah ini merupakan bahan dasar yang perlu dipikirkan oleh seorang produser ketika ia akan mulai berproduksi.

1. Materi Produksi

Bagi seorang produser, materi produksi dapat berupa apa saja. Kejadian, pengalaman, hasil karya, benda, binatang, dan manusia merupakan bahan yang dapat diolah menjadi produksi yang bermutu.

Suatu kejadian yang istimewa biasanya merupakan materi produksi yang baik untuk program-program documenter atau sinetron. Tentu saja kejadian itu masih harus dilengkapi dengan latar belakang kejadian dan hal-hal lain yang perlu untuk menjadikan program itu sebuah program yang utuh. Untuk itu, masih diperlukan riset yang lebih mendalam agar semua data yang bersangkut paut dengan materi hasil produksi itu lengkap.

Dari hasil riset materi produksi, muncul gagasan atau ide yang kemudian akan diubah menjadi tema untuk program documenter atau sinetron (film televisi). Mungkin juga gagasan itu langsung menjadi konsep program. Tema ataupun konsep program kemudian


(32)

diwujudkan menjadi treatment. Treatment adalah langkah pelaksanaan perwujudan gagasan menjadi program. Oleh karena itu, treatment untuk setiap format program berbeda-beda.

Dari treatment akan diciptakan naskah (script) atau langsung dilaksanakan produksi program. Bobot atau muatan sebuah program sebetulnya sudah tampak ketika gagasan diwujudkan menjadi treatment. Dari sinilah penyempurnaan konsep program dapat dilaksanakan sehingga menghasilkan naskah atau program yang baik.

2. Sarana produksi

Sarana produksi adalah sarana yang menjadi penunjang terwujudnya ide menjadi konkret, yaitu hasil produksi. Tentu saja diperlukan kualitas allat standar yang mampu menghasilkan gambar dan suara secara bagus.

Ada tiga unit pokok peralatan yang diperlukan sebagai alat produksi, yaitu unit peralatan perekam gambar, unit peralatan perekam suara, dan unit peralatan pencahayaan. Kualitas standar dari ketiga unit peralatan ini menjadi pertimbangan utama seorang produser ketika ia mulai dalam perencanaan produksinya. Selebihnya berfungsi sebagai peralatan penunjang produksi. Seperti alat transportasi untuk produksi luar studio dan unit studio dengan dekorasi untuk produksi dalam studio.


(33)

22

3. Biaya produksi

Tidak terlalu sederhana merencanakan biaya untuk suatu program produksi. Dalam hal ini, seorang produser dapat memikirkan sampai sejauh mana produksi itu kiranya akan memperoleh dukungan financial dari suatu pusat produksi atau stasiun televisi. Oleh karena itu, perencanaan budget atau biaya produksi dapat didasarkan pada

dua kemungkinan, yaitu:5

a. Financial Oriented

Prenecanaan biaya produksi yang didasarkan pada

kemungkinana keuangan yang ada. Kalau keuangan terbatas berarti tuntutan-tuntutan tertentu untuk kebutuhan produksi harus pula dibatasi. Misalnya: tidak menggunakan artis yang pembayarannya mahal, menggunakan lokasi shooting yang tidak terlalu jauh, konsumsi yang tidak terlalu mewah. Segala sesuatunya didasari atas kemungkinan keuangan.

b. Quality Oriented

Perencanaan biaya produksi yang didasarkan atas tuntutan kualitas hasil produksi yang maksimal. Dalam hal ini, tidak ada masalah keuangan. Produksi dengan orientasi badget semacam ini biasanya produksi prestige. Produksi yang diharapkan mendatangkan keuntungan besar, baik dari segi nama maupun financial. Untuk

5


(34)

menghasilkan kualitas yang paling tinggi dari produksi itu, produser boleh melibatkan semua orang nomor satu dibidangnya.

Menentukan biaya produksi suatu program televisi dengan video bagi produser atau manager siapa pun merupakan hal yang rumit. Banyak factor tidak terduga yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Oleh karena itu, membuat perencanaan anggaran produksi seolah-olah mengharuskan mata dan pikiran kita melihat hal-hal tersembunyi atau yang sekiranya tidak ketahuan dan yang mungkin memerlukan biaya. Estimasi biaya yang tertera dalam rencana anggaran, paling tidak dapat membuat batasan-batasan yang baik ketika pelaksanaan produksi dan mencegah pemborosan. Bagaimanapun tidak ada produksi yang ingin menderita kerugian dan menjadi macet karena kekeliruan dalam melaksanakan rencana anggaran atau membuat estimasi biaya.

4. Organisasi Pelaksanaan Produksi

Suatu produksi program televisi meliatkan banyak orang, misalnya pada artis, crew, dan fungsionaris lembaga penyelenggara, polisi, aparat setempat dimana lokasi shooting dilaksanakan, dan pejabar yang bersangkut paut dengan masalah perijinan. Supaya pelaksanaan shooting dapat berjalan lancer, produser harus memikirkan juga penyusunan organisasi pelaksana produksi yang serapi-rapinya. Dalam hal ini, produser dapat dibantu oleh asisten


(35)

24

produser atau sering disebut produser pelaksana atau production manager. Ia mendampingi sutradara dalam mengendalikan organisasi..

Produser pelaksana membawahi bendahara dan kasir yang mengatur keuangan dan membayar kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan. Sementara itu, secretariat mengerjakan hal-hal yang berhubungan dengan surat menyurat, kontrak, dan perijinan. Tanggung jawab untuk pelaksanaan dari organisasi yang bersifat lapangan ini dipikul oleh bagian yang disebut unit manager. Bagian ini menanggung tugas dari dua sisi sekaligus; sisi organisasi dan sisi artistic. Bidang yang langsung dibawah koordinasi pelaksana unit manager, misalnya perijinan, transportasi, konsumsi, dan akomodasi. Lokasi, setting/dekorasi, property (perlengkapan), kostum dan make-up, pelaksanaan lapangan berada dalam koordinasi unit manager, tetapi segi artistic sepenuhnya dibawah tanggung jawab art designer atau art director.

Sutradara dibantu sepenuhnya oleh art designer dan director of photography (kamerawan). Sementara kamerawan membawahi bagian pencahayaan (lighting) dan suara (sound). Sutradara adalah penanggung jawab penuh suatu produksi.

Pelaksanaan produksi untuk produksi program televisi di studio memiliki nama yang berada pula. Sutradara disebut pengarah program atau program director (PD). Fungsi dan tugasnya mirip dengan sutradara. Hanya ia bekerja di belakang meja control di ruang


(36)

control. Asisten sutradara disebut floor Director(FD) tugasnya membantu sutradara mengarahkan pemain dan crew didalam studio rekaman gambar. Pembantu pengarah program yang lain adalah switcher. Ia bertugas membantu pengarah cara men-switch kamera melalui tombol di meja control. Pelaksana produksi lain sama dengan pelaksana produksi shooting lapangan. Bedanya pada jumlah cameramen. Dengan multikamera diperlukan dua sampai empat kamerawan sekaligus.

5. Tahap Pelaksanaan Produksi

Suatu produksi program televisi yang melibatkan banyak peralatan, orang dan dengan sendirinya biaya yang besar, selain memerlukan suatu organisasi yang rapi juga perlu suatu tahap pelaksanaan produksi yang jelas efisien. Tahapan produksi terdiri dari tiga bagian di televisi yang lazim disebut standart operasion procedure

(SOP), seperti berikut:6

a. Pra – Produksi (Perencanaan dan Persiapan)

Tahap ini sangat penting sebab jika tahap ini dilaksanakan dengan rinci dan baik, sebagian pekerjaan dari produksi yang

direncanakan sudah beres. Tahap pra –produksi meliputi tiga bagian,

sebagai berikut:

6


(37)

26

1) Penemuan Ide

Tahap ini dimulai ketika seorang produser menemukan ide atau gagasan, membuat riset dan menuliskan naskah atau meminta penulis naskah mengembangkan gagasan menjadi naskah sesudah riset.

2) Perencanaan

Tahap ini meliputi penetapan jangka waktu kerja (time schedule), penyempurnaan naskah, pemilihan artis, lokasi, dan crew. Selain estimasi biaya, penyediaan biaya dan rencana alokasi merupakan bagian dari perencanaan yang perlu dibuat secara hati-hati dan teliti.

3) Persiapan

Tahap ini meliputi pemberesan samua kontrak, perijinan dan surat menyurat. Latihan para artis dan pembuatan setting, meneliti dan melengkapi peralatan yang diperlukan.

Keberhasilan sebuah produksi program televisi sangat ditentukan oleh keberesan tahap perencanaan dan persiapan. Oleh karena itu, pada tahap ini harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya agar dalam tahap produksinya pun berjalan dengan baik dan lancar.

b. Produksi

Sesudah perencanaan dan persiapan selesai betul, pelaksanaan produksi dimulai. Sutradara bekerja sama dengan para artis, crew mencoba mewujudkan apa yang direncanakan dalam kertas dan


(38)

tulisan (shooting script) menjadi gambar, susunan gambar yang dapat bercerita.

Dalam pelaksanaan produksi ini, sutradara menentukan jenis shoot yang akan diambil dalam adegan (scene). Berikut ini adalah posisii kamera (camera position), yang apabila terangkaikan akan menjadi

suatu cerita yang hidup:7

1. Shoot jauh (long shoot)

Suatu pengambilan objek oleh kamera dari jarak yang jauhnya cukup untuk dapat mengambil pemandangan yang lengkap dari suatu adegan.

2. Shoot dekat (close shoot)

Suatu pengambilan objek dari bahu ke atas. Close shoot dalam naskah kamera disingkat CS.

3. Shoot agak dekat (medium shoot)

Suatu pengambilan objek oleh kamera dari dada ke atas. Dalam naskah kamera istilah itu disingkat MCS.

4. Shoot sewajah (close-up)

Suatu pengambilan objek untuk menghasilkan gambar wajah seseorang sebatas dagu ke atas. Istilah ini disingkat CU.

7

Sunandar, Telaah Format Program Keagamaan di Televisi: Studi Deskriptif Analisis Televisi Pendidikan Indonesia, Tesis(Yogyakarta: IAIN Sunan Kali Jaga, 1998)


(39)

28

5. Shoot terdekat (big close-up)

Pengambilan sebuah objek secara khusus oleh kamera untuk menampilkan salah satu bagian dari tubuh manusia atau suatu benda tertentu sehingga tampak amat sangat jelas. Big close-up yang lazim disingkat BCU, kadang-kadang disebut juga extra close-up dan Extreme close-up. Dengan big close-up dapat ditampilkan mata, hidung, bibir, dan lain-lain secara khusus untuk memberikan kesan tertentu pada pemirsa.

6. Shoot sedang (medium shoot)

Suatu pengambilan objek oleh kamera sebatas pinggang ke atas. Dalam naskah kamera, shoot tersebut disingkat MS.

7. Shoot agak jauh (medium long shoot)

Suatu pengambilan objek oleh kamera sebatas lutut ke atas. Shoot yang sering kali disingkat MLS ini dinamakan juga shoot lutut (knee shoot).

8. Shoot dua (two shoot)

Pengambilan objek oleh kamera yang menampilkan dua orang sebatas dada keatas.

9. Shoot kelompok (group shoot)

Pengambilan objek oleh kamera yang menampilkan sejumlah orang sebatas dada keatas.


(40)

10. Shoot udara (aerial shoot)

Pengambilan objek oleh kamera dari udara untuk menghasilkan suatu pemandangan yang mengesankan.

11. Shoot lebar (wide shoot)

Pengambilan suatu objek yang tidak terlalu jauh, suatu pengambilan gambar oleh kamera yang melingkupi area yang luas.

12. Shoot amat jauh (very long shoot)

Suatu pengambilan objek dari kamera yang melingkupi area yang amat luas dimana terdapat suatu objek.

Semua shoot yang dibuat dicatat oleh bagian pencatat shoot dengan mencatat time code pada saat mulai pengambilan, isi shoot dan time code pada akhir pengambilan adegan. Kode waktu (time code) adalah nomor pada pita. Nomor itu berputar ketika kamera dihidupkan dan terekam dalam gambar. Catatan kode waktu ini nanti akan berguna dalam proses editing.

Biasanya gambar hasil shooting dikontrol setiap malam di akhir shooting hari itu untuk melihat apakah hasil pengambilan gambar sungguh baik. Apabila tidak maka adegan tersebut perlu diulang pengambilan gambarnya. Sesudah semua adegan di dalam naskah

selesai diambil maka hasil gambar asli (original material/row

foot-age) dibuat catatannya (logging) untuk kemudian masuk dalam proses


(41)

30

c. Pasca-Produksi

Pasca produksi memiliki tiga langkah utama, yaitu editing offline, editing online, dan mixing. Dalam hal ini, terdapat dua macam editing, yaitu: pertama, yang disebut editing dengan teknik analog atau linier. Kedua, editing dengan teknik digital atau nion linier dengan

computer.8

(1) Editing Offline dengan teknik analog

Setelah shooting selesai, script boy/girl membuat logging, yaitu mencatat kembali hasil shooting berdasarkan catatan shooting dan gambar. Kemudian berdasarkan catatan itu sutradara akan membuat editing kasar yang disebut editing offline (dengan copy video VHS supaya murah) sesuai gagasan yang ada dalam synopsis dan treatment. Materi hasil shooting langsung dipilih dan disambung-sambung dalam pita VHS. Sesudah editing kasar ini jadi, hasilnya dilihat dengan seksama dalam screening. Apalbila masih perlu ditambah atau diedit lagi, pekerjaan ini dapat langsung dikerjakan sampai hasilnya memuaskan. Sesudah hasil editing offline ini dirasa pas dan memuaskan barulah dibuat editing script. Naskah editing ini sudah dilengkapi uraian untuk narasi dan bagian-bagian yang perlu diisi dengan ilustrasi music. Naskah editing ini formatnya sama dengan skenario.

8

Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi (Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2007), cet. I, h. 42


(42)

(2) Editing Online dengan teknik analog

Berdasarkan naskah editing, editor mengedit hasil shooting asli. Sambungan-sambungan setiap shoot dan adegan (scene) dibuat tepat berdasarkan catatan time-code dalam naskah editing. Demikian pula sound asli dimasukan dengan level yang seimbang dan sempurna. Setelah editing online ini siap, proses berlanjut dengan mixing.

(3) Mixing (pencampuran gambar dengan suara)

Narasi yang sudah direkam dan ilustrasi music yang juga sudah direkam, di masukkan kedalam pita hasil editing online sesuai dengan petunjuk atau ketentuan yang tertulis dalam naskah editing. Keseimbangan antara sound effect, suara asli, suara narasi dan music harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak saling mengganggu tak terdengar jelas..

(4) Editing Offline dengan teknik digital atau non-linier

Editing non-linier atau editing digital adalah editing yang menggunakan computer dengan peralatan khusus untuk editing.alat editing tersebut bermacam-macam nama, jenis, fasilitasnya, misalnya :

Pinacle – matrox – canupus, dll. Tahapan pertama, yang harus

dilakukan adalah memasukan seluruh hasil shoot (gambar) yang dalam catatan atau logging memperoleh OK, kedalam hardisk. Proses ini disebut capturing atau digitizing, yaitu mengubah hasil gambar dalam pita menjadi file, yang ketika diperlukan dapat dipanggil untuk disusun berdasarkan urutan yang diinginkan sutradara. Sesudah


(43)

32

tersusun baik baru diuritkan kemudian dipersatukan agar shoot-shoot yang sudah disambung dapat dilihat secara utuh, proses ini disebut render. Setelah render dapat dilakukan screening. Apabila dalam screening masih perlu koreksi, maka koreksi dapat dikerjakan dengan menambah, mengurangi, atau menyisipi shoot yang diperlukan.

(5) Editing online dengan teknik digital

Editing online dengan teknik digital sebenarnya tinggal penyempurnaan hasil editing offline dalam computer, sekaligus mixing dengan music ilustrasi atau efek gambar (misalnya perlu animasi atau wipe efek) dan suara (sound effect atau narasi) yang harus dimasukan. Sesudah semua sempurna, hasil online ini kemudian dimasukan kembali dari file menjadi gambar pada pita betacam SP atau pita dengan kualitas broadcast standart. Setelah program dimasukan pita, boleh dikatakan pekerjaan selesai dan kelanjutannya adalah bagian dari pekerjaan distasiun televisi.

Kelima langkah utama pasca produksi tersebut merupakan hal yang sangat penting bagi seorang produser, penulis naskah, dan sutradara. Karena, hal tersebut dapat mengahsilkan sebuah tayangan yang menarik dan enak ditonton.

2. Media Sebagai Intitusi Budaya

Media massa secara teoritis memiliki fungsi sebagai saluran informasi, saluran pendidikan dan daluran hiburan, namun kenyataanya media massa memberi efektif lain diluar fungsinya itu.


(44)

Efek media massa bukan hanya mempengaruhi sikap seseorang namun dapat pula mempengaruhi perilaku, bahkan pada tataran yang lebih jauh efek media massa dapat mempengaruhi sistem-sistem sosial maupun sistem budaya masyarakat. Dengan kata lain media massa dapat membentuk budaya di masyarakat.

Denis McQuail menjelaskan, bahwa efek media massa memiliki typology yang mana terdiri dari empat bagian yang besar. Pertama, efek efek media merupakan efek yang direncanakan, sebagai sebuah efek yang diharapkan terjadi baik oleh media massa sendiri maupun orang yang menggunakan media massa untuk kepentingan berbagai

penyebaran informasi. Kedua, efek media massa yang tidak

direncanakan atau tidak dapat diperkirakan, sebagai efek yang benar-benar diluar kontrol media, di luar kemampuan media ataupun orang lain yang menggunakan media untuk penyebaran informasi melalui

media untuk mengontrol terjadinya efek media massa. Ketiga, efek

media massa terjadi dalam waktu pendek namun secara cepat, instan,

dan keras memengaruhi seseorang atau masyarakat. Keempat, efek

media massa berlangsung dalam waktu yang lama, sehingga memengaruhi sikap- sikap adopsi inovasi, kontrol sosial sampai dengan perubahan kelembagaan, dan persoalan- persoalan perubahan

budaya.9

9

Prof. Dr. H. M. Burhan Bungin, S, sos., M.Si. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus, Teknologi Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: KENCANA, 2008), Cet. 3, hal. 317-318.


(45)

34

Media berperan dalam pengembangan kebudayaan,bukan saja seni dan simbol, melainkan juga dalam pengertian pengembangan tata cara, mode, gaya hidup dan norma-norma melalui proses komunikasi.

B. Televisi

1. Pengertian Televisi

Televisi dari segi etimologis berasal dari kata “tele” yang artinya jauh dan “vision” yang berarti penglihatan. Segi jauhnya

diusahakan oleh prinsip radio dan penglihatannya oleh gambar.10

Dalam kamus besar bahasa Indonesia terbitan balai pustaka, televisi adalah pesawat system penyiaran gambar obyek yang bergerak yang disertai dengan bunyi (suara) melalui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya(gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar, digunakan untuk

penyiaran pertunjukan berita dan sebagainya.11

Sedangkan, dalam ensiklopedi Nasional Indonesia, televisi mempunyai pengertian pengubahan gambar (serta suara) menjadi sinyal listrik kemudian disalurkan dengan perantara kabel atau gelombang elektromagnetik untuk diubah menjadi bentuk semula oleh pesawat penerima. Karena televisi merupakan peranti yang mengubah

10

Latief Rosyidi, Dasar-dasat Retorika Komunikasi dan Informasi (Medan: Firma Rimbow, 1989). Cet. II, h. 221

11

Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa


(46)

pantulan cahaya objek menjadi deretan pulsa-pulsa listrik, tabung kamera tersedia

Dalam berbagai bentuk dan jenis. Namun, pada umumnya mempunyai dua bagian penting, yakni: permukaan peka cahaya berfungsi untuk mengubah pantulan cahaya obyek menjadi muatan

listrik membentuk citra elektris (electrical image). Berkas

dibangkitkan oleh penembak electron kemudia dipindahkan keseluruh

permukaan bermuatan listrik.12

Televisi mempunyai daya tarik yang kuat tak perlu dijelaskan lagi. Kalau radio mempunyai daya tarik yang kuat disababkan unsur-unsur kata-kata, music dan sound effect, maka televisi selain ketiga unsur tersebut juga memiliki unsur visual berupa gambar. Dan gambar ini bukan gambar mati, melainkan gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan yang mendalam pada penonton. Daya tarik ini selain melebihi radio, juga melebihi film bioskop, sebab segalanya dapat dinikmati dirumah dengan aman dan nyaman, sedang pesawat yang kecil mungil itu dapat menghidangkan selain film juga program yang menarik lainnya.

Televisi sebagai suatu alat merupakan bagian dari suatu system yang besar, sehingga meskipun televisi merupakan kotak hitam ajaib, tetapi apabila gelombang elektromagnetik dari suatu pemancar televisi, berhubungan langsung dengan televisi tadi yang ditekan tombolnya, maka dengan serta merta akan merubah kearah fungsi

12Ensiklopedi Nasional Indonesia,


(47)

36

sebenarnya, dimana kita akan dapat menikmati acara yang ditayangkan dari stasiun penyiaran yang bersangkutan. Televisi sebagai suatu alat dapat dimanfaatkan untuk mengkomunikasikan informasi, dengan menggunakan bayangan gambar dan suara

demikian halnya dengan video dan film.13

Televisi adalah media yang mampu mempersatukan gambar dan bahasa. Secara keseluruhan, bahasa yang ada dalam materi acara terdiri dari bahasa asing, bahasa sehari-hari dan bahasa Indonesia. Ini

tampak dalam film asing maupun local, sinetron, music, serta iklan.14

Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa televisi merupakan media komunikasi jarak jauh dengan penayangan gambar dan pendengaran suara, baik melalui kawat maupun secara elektromagnetik tanpa kawat.

2. Program Siaran Televisi

Program siaran televisi dapat di definisikan sebagai satu bagian atau segmen dari isi siaran radio atau televisi secara keseluruhan. Sehingga memberikan pengertian bahwa, dalam siaran keseluruhan terdapat beberapa program yang diudarakan. Atau dapat dikatakan bahwa, siaran keseluruhan satu stasiun penyiaran tersusun

dari beberpa program siaran.15

13

Darwanto Sastro Subroto, Produksi Acara Televisi (Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 1994), h. 1-2

14

Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Isi Media Televisi (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996), cet. I, h. 5

15

Hidajanto Djamal dan Andi Fachrudin, Dasar-dasar Penyiaran: Sejarah, Organisasi, Operasional dan Regulasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 159-160


(48)

Program siaran televisi di Indonesia pada umumnya di produksi oleh stasiun televisi yang bersangkutan.16 Namun pada saat ini sudah banyak stasiun-stasiun televisi yang mulai tidak memproduksi program-programnya secara mandiri seperti pada segmen hiburan, sinetron dan lain-lain yang biasanya mereka membeli dari sebuah production house.

3. Program Karya Jurnalistik (Current Affairs)

Current Affairs atau Curreant Event adalah satu kategori atau format dalam jurnalis penyiaran yang dicirikan pada penekanan analisis satu peristiwa yang baru terjadi atau seang berlangsung ketika topik berita ini disiarkan, yang meliputi persoalan politik, atau

kontroversi kebijakan publik. Current Affairs tidak dimasukan dalam

siaran berita reguler yang disiarkan pada jadwal rutin berita stasiun penyiaran seperti “Warta Berita” (TVRI), “Liputan 6” (SCTV), “Reportase Pagi” (Trans TV), “Topik Malam” (ANTV). Perbedaan dengan berita reguler adalah pada penekanan ulasanya, yaitu kedalaman analisis, sementara berita reguler hanya merupakan reportase sederhana berdasarkan fakta yang harus disiarkan segera dan minim analisis.17

16

Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), h. 7

17

Hidajanto Djamal dan Andi Fachruddin, Dasar- Dasar Penyiaran: Sejarah, Organisasi, Operasional, dan Regulasi (Jakarta: Kencana, 2011). Cet. I, h. 164-165


(49)

38

C. Berita

1. Pengertian Berita

Mitchel V. Charney seperti dikutip Uchjana dalam bukunya Ilmu, Teori dan filsafat komunikasi menyatakan bahwa berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau opini yang mengandung hal yang menarik minat atau penting, atau kedua-duanya, bagi sejumlah besar

penduduk.18

Sudirman tebba dalam bukunya jurnalistik baru memaparkan

secera singkat definisi berita secara singkat bahwa berita adalah jalan cerita tentang peristiwa.19

Pendapat lain dikemukakan oleh AS Haris Sumadiria menyatakan bahwa berita adalah semua hal yang terjadi didunia, apa yang dituliskan dalam surat kabar, apa yang disiarkan diradio, dan apa yang ditayangkan oleh televisi. Berita menampilkan fakta, tetapi tidak semua fakta merupakan berita, berita menyangkut orang-orang tetapi tidak semua menjadi berita, dan berita merupakan sejumlah peristiwa

yang terjadi didunia, tetapi sebagian kecil yang dilaporkan.20

Williard C. Bleyer dalam bukunya Newspaper and Editing mendefinisikan berita sebagai suatu yang termasa yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar, karena menarik minat atau

18

Suhaimi dan Ruli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 27.

19

Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru (Ciputat: Kalam Indonesia, 2005), h.55. 20

A.S Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktisi Jurnalis Profesional, (Bandung: PT. Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 63.


(50)

mempunyai makna bagi pembaca surat kabar, atau karena dapat

menarik para pembaca untuk membaca berita tersebut.21

Sebuah pernyataan sederhana mendefinisikan berita, yaitu : sebuah berita sudah pasti sebuah informasi, tetapi sebuah informasi belum tentu sebuah berita. Hal itu karena informasi baru dapat dikatakan berita apabila informasi itu memiliki unsur-unsur yang mempunyai „nilai berita‟ atau nilai jurnalistik dan disebar luaskan

kepada khalayak.22

Banyak pendapat para ahli yang mendefinisikan berita dengan beragam pendapat, namun dari sekian macam pengertian itu belum ada satupun definisi berita yang menjadi tolak ukur. Namun penulis menyimpulkan pengertian berita sebagai sebuah informasi sebuah fakta Atau peristiwa aktual yang kemudian disebar luaskan melalui media massa, seperti surat kabar, televisi, radio maupun media online. 2. Jenis-jenis Berita

a. Jenis berita berdasarkan jenis peristiwa dan penggalian data, jenis berita ini dapat diklasifikasikan kedalam dua kategori, yaitu:

1) Hard News (berita berat) adalah segala informasi penting atau

menarik yang harus segera disiarkan oleh media

penyiarankarena sifatnya yang harus segera di tayangkan agar dapat diketahui khalayak audien secepatnya. Yang termasuk

21

A.S Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktisi Jurnalis Profesional, (Bandung: PT. Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 64.

22

Jani Yosep, To Be Journalist: Menjadi Jurnalis TV, Radio, dan Surat Kabar yang Profesional (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 22.


(51)

40

dalam berita hard news yaitu strarightnews, feature, dan

infotainment.23

2) Soft News (berita ringan) adalah segala informasi yang penting

dan menarik yang disampaikan secara mendalam (indepth),

namun tidak bersifat harus segera ditayangkan.Berita yang

masuk dalam kategori berita ringan seperti magazine, current

affair, documentar, dan talk show.

3) Investigative Reports ( laporan penyelidikan atau investigasi) adalah jenis berita yang eksklusif. Karena data yang didapat tidak bias diperoleh di permukaan seperti berita pada umumnya, tetapi harus melalui penyelidikan. Dalam penyajian berita ini membutuhkan waktu yang lama dan tentu akan menghabiskan energy reporternya.

b. Jenis berita berdasarkan sifat kejadiannya

1. Berita diduga adalah peristiwa yang direncanakan atau sudah

diketahui sebelumnya, seperti lokakarya, pemilihan umum, peringatan hari-hari bersejarah.

2. Berita tak terduga adalah peristiwa yang sifatnya tiba-tiba,

tidak direncanakan, tidak diketahui sebelumnya. Seperti peristiwa kereta api terguling, gedung perkantoran terbakar, bus tabrakan, kapal tenggelam, pesawat dibajak anak-anak

23


(52)

sekolah di sandera, atau terjadinya ledakan bom di pusat

keramaian.24

c. Jenis berita berdasarkan lokasi kejadian

1. Indoor News adalah berita yang terjadi di tempat tertutup, siding cabinet, seminar, pengadilan adalah semua jenis berita yang berlangsung ditempat tertutup. Berita jenis ini umumnya masuk dalam kategori berita ringan (soft news), karena berita tersebut tidak sampai mengguncangkan perhatian serta tidak menimbulkan dampak yang luas terhadap masyarakat.

2. Outdoor news adalah berita yang terjadi di tempat terbuka. Berita tentang kerusuhan, bencana alam, peperangan adalah berita yang terjadi ditempat terbuka dan jenis berita ini

umumnya masuk dalam kategori berita berat (hard news).25

d. Jenis berita berdasarkan isinya

Dilihat dari cakupan isinya, berita jenis ini terbagi pada berita politik, ekonomi, kebudayaan, pendidikan, hokum, seni, agama, kejahatan, olahraga, militer, laporan ilmu pengetahuan dan teknologi.26

3. Nilai Berita

Nilai pada berita adalah acuan yang dapat digunakan oleh para jurnalis untuk dapat memilih dan memutuskan berbagai fakta yang dianggap pantas dijadikan berita dan memilih mana yang lebih baik

24

A.S Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktisi Jurnalis Profesional, (Bandung: PT. Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 66.

25

A.S Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktisi Jurnalis Profesional, (Bandung: PT. Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 66-67.

26


(53)

42

untuk diangkat. Dengan kriteria tersebut, seorang reporter dapat dengan mudah mendeteksi mana peristiwa yang harus diliput dan dilaporkan. Begitu juga dengan editor, kriteris umum nilai berita

membantu editor untuk mempertimbangkan, memilih dan

memutuskan berita terbaik dan terpenting untuk dipublikasikan pada khalayak lewat media massa.

Kriteria umum nilai berita, menurut Brian S. Brooks, George

Kennedy, Darly R. Moen, dan Don Ranly dalam news reporting and

Editing (1980:6-17) menunjuk pada Sembilan hal, namun pakar lain menyebutkan dua hal lain yang juga termasuk dalam kriteria umum

nilai berita, sehingga semuanya terdapat sebelas nilai berita, yaitu:27

1. Keluarbiasaan (unusualness)

News is unusualness. Berita adalah sesuatu yang luar biasa. Dalam pandangan jurnalistik, berita merupakan suatu peristiwa yang luar biasa. Semakin besar suatu peristiwa, semakin besar pula nilai berita yang ditimbulkannya.

2. Kebaruan (newness)

News is new. Berita adalah semua apa yang terbaru. Semua hal yang baru, apapun namanya, pasti memiliki nilai berita.

3. Akibat (impact)

News has impact. Berita adalah segala sesuatu yang berdampak luas. Suatu peristiwa tidak jarang menimbulkan dampak besar dalam kehidupan masyarakat. Semakin besar dampak sosial

27

A.S Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktisi Jurnalis Profesional, (Bandung: PT. Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 81-91.


(54)

budaya ekonomi atau politik yang ditimbulkannya, maka semakin besar nilai berita yang dikandungnya.

4. Aktual (timeliness)

News is timeliness. Berita adalah peristiwa yang sedang atau baru saja terjadi. Aktual berarti menunjuk pada peristiwa yang baru atau yang sedang terjadi. Media massa harus memuat atau menyiarkan berita-berita aktual yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat.

5. Kedekatan (Proximity)

News is nearby. Berita adalah kedekatan, kedekatan yang dimaksud adalah kedekatan yang terjadi, baik berupa pernyataan atau pendapat didekat khalayak dalam bentuk dekat berupa geografis maupun dekat secara emosional agar dapat menarik penonton, pendengar dan pembaca.

6. Information (Information)

News is information. Berita adalah informasi. Menurut Wilbur Schramm informasi adalah segala yang bias menghilangkan ketidakpastian.

7. Konflik (conflict)

News is conflict. Berita adalah konflik atau segala sesuatu yang mengandung unsur atau sarat dengan dimensi pertentangan.


(55)

44

News is about people. Berita adalah tentang orang-orang penting, ternama, pesohor, selebriti, figure public. Orang-orang penting, orang-orang terkemuka, dimanapun selalu membuat berita.

9. Kejutan (Surprising)

News is surprising. Kejutan adalah sesuatu yang datangnya tiba-tiba, diluar dugaan, tidak direncanakan, diluar perhitungan, tidak diketahui sebelumnya.

10.Ketertarikan manusiawi (Human Interest)

News is interesting. Kadang- kadang peristiwa tidak menimbulkan efek berarti pada seseorang, sekelompok orang, atau bahkan lebih jauh lagi pada suatu masyarakat, tetapi telah menimbulkan getaran pada suasana hati, suasana kejiwaan, alam kejiwaan dan alam perasaannya.

11.Seks (sex)

News is sex. Berita adalah seks, seks adalah berita sepanjang sejarah peradaban manusia segala hal yang berkaitan dengan perempuan, pasti menarik dan menjadi sumber berita.

4. Format Berita Televisi

Dunia televisi memiliki banyak istilah yang harus dimengerti oleh setiap orang yang bekerja didalamnya, tanpa istilah ini maka komunikasi akan terputus. Ada sejumlah istilah yang terkait dengan format yang digunakan dalam menyajikan suatu berita. Kelompok istilah ini melihat pada format yang berbeda dan digunakan untuk jenis berita yang berbeda. Salah satu tantangan yang dihadapi


(56)

pengelola berita adalah mencari cara atau format terbaik dalam menyajikan setiap berita.

Dalam program berita televisi dikenal beberapa format berita yaitu cara bagaimana suatu berita itu ditampilkan atau disajikan. Format apa yang akan dipilih tentunya tidak dapat dilakukan sesukanya saja.

Terdapat sejumlah kriteria atau persyaratan untuk menentukan suatu format berita dalam suatu program berita televisi. Suatu format dipilih tentunya karena terdapat alasan untuk itu.. suatu berita dapat disajikan dalam beberapa bentuk yaitu:

1. Reader (RDR)

Sebuah cara paling dasar untuk menyajikan sebuah berita. Reader atau RDR adalah jenis berita yang seluruh narasi atau story-nya dibacakan oleh presenter tanpa didukung dengan gambar. Format seperti ini biasanya hanya digunakan jika sebuah berita penting terjadi pada saat program berita masih ”on air”. Tentu saja belum ada gambar yang tersedia karena tim liputan belum dikirim ketempat kejadian tetapi informasi penting itu harus segera dilaporkan setidaknya pada fakta-fakta dasarnya saja.

Dengan demikian, reader merupakan format berita singkat

yang disampaikan presenter tanpa didukung gambar(video). Format ini biasanya digunakan untuk melaporkan peristiwa penting dan mendadak yang belum ada videonya. Dikenal juga


(57)

46

istilah lain selain reader seperti “berita copy” dan “in vision only

yang memiliki pengertian yang sama dengan Reader.

Laporan dalam format reader dapat dimulai dengan

kata-kata: “ berita yang baru saja kami terima…” atau “Kami baru saja menerima laporan bahwa sebuah pesawat baru saja jatuh…”

format berita reader ini biasanya diakhiri dengan kata-kata:

“…kami akan menyampaikan perkembangan selanjutnya segera setelah kami menerima informasi terakhir.”

2. Voice Over (VO)

Voice Over sering disingkat dengan sebutan VO saja yang mana naskah berita untuk VO dibacakan oleh presenter. Format VO menyajikan video atau gambar pendek (biasanya sekitar satu menit) yang diiringi dengan kata-kata penyiar. Format berita ini biasanya digunakan untuk menceritakan sebuah topic dalam waktu yang singkat.

VO adalah format berita dengan video yang keseluruhan narasinya mulai dari intro hingga kalimat terakhir dibacakan oleh presenter. Presenter tampil didepan kamera (on-cam) setelah itu muncul gambar berita namun suara presenter tetap terdengar mengiringi gambar.

Dalam format ini presenter muncul didepan kamera untuk membacakan intro (kata-kata yang diucapkan oleh presenter untuk mengantarkan sebuah berita) dan diikuti oleh pemutaran gambar video yang biasanya berlangsung sekitar 45 detik


(58)

sementara suara si presenter atau VO terdengar membaca berita mengiringi gambar.

Istilah lain untuk VO adalah out of vision (OOV) atau

underlay. Jika stasiun televisi telah menerima gambar video dari suatu peristiwa maka cara tercepat untuk menyampaikan gambar dan berita itu adalah dengan menggunakan format ini.

3. Reader Sound on Tape (RDR SOT)

Format berita Reader Sound on Tape (RDR SOT) terdiri

dari presenter yang muncul membacakan intro dan kemudian

muncul Soundbite on Tape (SOT) dari narasumber berita. SOT

adalah Cuplikan suara dari narasumber atau cuplikan dari wawancara panjan dengan narasumber.

Istilah lain untuk SOT adalah sync (baca “sing”). SOT

sebaiknya diusahakan pendek dan focus sehingga bias membantu memberikan efek dramatis dari berita yang dibaca sebelumnya. Dalam intro presenter menjelaskan nama sumber dan informasi

singkat SOT-nya, namun tidak boleh sama persis (parroting)

dengan SOT-nya. Format berita semacam ini sering disebut

dengan reader SOT.

4. Voice Over-Sound on Tape (VO/SOT)

VO-SOT adalah format berita yang memadukan antar voice over dengan sound on tape. Yang mana VO mmengenai peristiwa atau isu yang relevan atau ada kaitannya dengan apa yang diungkapkan dalam SOT. Sedangkat SOT adalah bagian


(59)

48

pernyataan sumber yang penting atau spesifik berkaitan dengan

peristiwa (event) atau isu bersangkutan.

5. Reader Grafis (RDR-GRF)

Format berita reader grafis (RDR-GRF) biasanya

digunakan jika sebuah berita penting baru saja terjadi dan stasiun televisi belum mendapatkan akses untuk mengambil gambar dan merekamnya dalam kaset video. Untuk menggantikan gambar video yang belum ada maka digunakan ilustrasi berupa grafis. Pada banyak kasus terutama jenis berita bencana maka grafis yang digunakan adalah berupa peta yang menunjukan dimana lokasi bencana itu terjadi. Grafis dapat pula muncul dalam bentuk foto seseorang, misalnya Dalam menyampaikan berita bahwa seseorang yang terkenal meninggal dunia atau mengundurkan dari suatu jabatan.

Dalam format berita grafis, pertama-tama presenter

muncul membacakan intro (lead berita) dan kemudian muncul

gambar grafis sementara suara presenter terdengar membacakan kelanjutan berita tersebut.

6. Package (PKG)

Paket adalah laporan berita lengkap dengan narasi (voice over) yang direkam kedalam pita kaset. Narasi dalam paket

dibacakan oleh seorang pengisi suara atau dubber yang biasanya

adalah seorang reporter atau penulis berita (writer). Dengan kata


(60)

bersifat komprehensif dengan intro dibacakan presenter sedangkan naskah paket dibacakan atau dinarasikan sendiri oleh

reporter atau pengisi suara (dubber). Jadi berbeda dengan format

VO dimana narasi dibacakan oleh presenter di studio.

Biasanya rata-rata durasi sebuah paket dalam suatu program berita adalah 1,5 menit hingga 2,5 menit. Tentu saja ada paket yang berdurasi lebih lama, misalnya 5 menit atau bahkan 30 menit untuk sebuah laporan khusus.

Dalam sebuah paket biasanya mengandung bagian-bagian sebagai berikut, yaitu: gambar, narasi, suara alami, kutipan langsung narasumber, grafis, dan laporan reporter di depan

kamera (stand up). Paket selalu dimulai dengan presenter

membacakan intro.

7. Laporan langsung (Live)

Jika suatu peristiwa mengandung nilai berita masih berlangsung sementara program berita masih “On air”, maka stasiun televisi dapat menyampaikan berita dengan format laporan

langsung(live report). Hal ini dapat dimungkinkan karena

komunikasi dapat dilakukan melalui hubungan satelit atau microwave. Dalam format seperti ini presenter akan langsung berbicara dengan reporter yang berada dilokasi yang sedang meliput suatu peristiwa.


(61)

50

Laporan langsung akan dimulai dengan layar yang terbagi dua memperlihatkan presenter di studio pada bagian kiri layar dan reporter dari lokasi berita pada bagian kanan layar.

Jika stasiun televisi atau reporter tidak mendapatkan kesempatan untuk melakukan laporan langsung secara visual, maka presenter dapat mewawancarai reporter dari lokasi melalui telepon yang dikenal dengan istilah laporan langsung melalui

telepon live by phone (LBP) atau phono. Dalam format seperti ini

presenter akan tampil bersama dengan grafis yang

memperlihatkan foto reporter yang sedang menyampaikan laporan atau sebuah peta atau gambar lokasi yang sudah terkenal dimana si reporter menyampaikan laporannya, misalnya gambar menara Eiffel jika si reporter melaporkan dari paris, perancis atau gambar gedung putih jika reporter ada di Washington DC Amerika Serikat.

Dalam suatu laporan langsung, narasumber tidak selalu harus reporter tetapi bias saja salah seorang yang sudah benar-benar terlibat dalam berita, yang tentu saja akan memberikan kredibilitas Yang lebih baik daripada sekedar laporan wartawan. Durasi bagi laporan langsung tidak terbatas dan bergantung terhadap peristiwa itu sendiri.

8. Breaking News

Berita yang sangat penting dan harus segera disiarkan, bila memungkinkan bersamaan dengan terjadinya peristiwa tersebut.


(62)

Breaking News merupakan berita yang tidak terjadwal karena dapat terjadi kapan saja. Misalnya berita-berita kecelakaan besar, srangan terror, bencana alam yang mengancam keselamatan jiwa, kerusuhan massa yang berdampak luas, keputusan politik dan ekonomi yang sangat penting dan berdampak pada hajat hidup

orang banyak. Durasi breaking news mulai dari dua menit hingga

tidak terbatas.

9. Laporan khusus

Berita dengan format paket, lengkap dengan narasi dan soundbite dan sejumlah narasumber yang memberikan pendapat dan analisis mereka. Biasanya merupakan laporan panjang yang komprehensif mengenai berbagai peristiwa atau isu seperti politik, hokum, criminal, dan bencana (sering disebut dengan current affair). Laporan khusus biasanya disajikan dalam program tersendiri diluar program berita karenanya memiliki durasi panjang yaitu 30 menit atau lebih.

5. Sumber Berita Televisi

Setiap stasiun TV tidak dapat hanya menunggu berita yang dating. Stasiun TV harus mengejar berita dan untuk mendapatkan berita tersebut Mereka harus memiliki reporter TV. Namun , selain berita stasiun TV juga membutuhkan gambar untuk mendukung berita yang sudah didapat, maka stasiun TV membutuhkan seorang juru


(63)

52

Pada bagian ini akan membahas sumber berita TV yang diperoleh dari beberapa komponen, yaitu:

a. Reporter

Sumber berita terpenting bagi stasiun TV adalah reporter dan juru kamera yang bertugas mencari informasi dan mengambil gambar dilapangan. Seorang reporter atau juru kamera dapat dikategorikan sebagai sumber berita jika mereka melihat langsung atau menjadi saksi mata dari suatu peristiwa bernilai berita. Jika mereka mendapat berita dari pihak lain, maka pihak lain itulah yang menjadi sumber berita bukan si reporter. Stasiun TV juga

memperoleh bahan berita dari reporter dan juru kamera freelance.

Selain itu juga stasiun TV bias juga memperoleh bahan berita dari juru kamera amatir yang kebetulan menyaksikan suatu peristiwa dan meliputnya.

b. Pelayanan darurat

Dalam setiap menjalankan tugasnya seorang reporter harus selalu sigap dan proaktif terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi dimasyarakat. Reporter tidak hanya menunggu penugasan yang akan diberikan kepadanya, namun ia juga harus mencari informasi awal yang dapat menjadi petunjuk dari suatu berita penting. Stasiun TV harus memiliki kontak dengan berbagai unit pelayanan darurat seperti polisi, pemadam kebakaran, rumah sakit (gawat darurat), pusat informasi cuaca, terutama saat musim hujan, badan SAR


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)