- menciptakan pengawasan ganda oleh apoteker dan perawat, dan
- kerusakan dan kehilangan obat hampir tidak ada.
4 Sistem kombinasi
Rumah sakit besar pada umumnya tidak terpaku pada satu sistem distribusi obat saja tetapi lebih fleksibel, yaitu dengan mengkombinasikan
beberapa sistem di atas, bahkan mungkin menggunakan semua sistem di atas, namun sesuai dengan kebutuhan rumah sakit. Penetapan sistem distribusi pada
setiap rumah sakit tidak harus sama satu dengan lainnya, tergantung pada kebijakan rumah sakit itu sendiri.
2.8.2 Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan
Merupakan pendekatan profesional yang bertanggung jawab dalam menjamin penggunaan obat dan alat kesehatan sesuai indikasi, efektif, aman dan
terjangkau oleh pasien melalui penerapan pengetahuan, keahlian, keterampilan dan perilaku apoteker serta bekerja sama dengan pasien dan profesi kesehatan
lainnya. Kegiatan pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat
kesehatan meliputi: -
mengkaji instruksi pengobatanresep pasien, -
mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat kesehatan,
- mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat
kesehatan, -
memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan, -
memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasienkeluarga,
Universitas Sumatera Utara
- memberi konseling kepada pasienkeluarga,
- melakukan pencampuran obat suntik,
- melakukan penyiapan nutrisi parenteral,
- melakukan penanganan obat kanker,
- melakukan penentuan kadar obat dalam darah,
- melakukan pencatatan setiap kegiatan, dan
- melaporkan setiap kegiatan.
Tujuan kegiatan pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat
kesehatan adalah: -
meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan farmasi di rumah sakit,
- memberikan pelayanan farmasi yang dapat menjamin efektifitas, keamanan,
dan efisiensi penggunaan obat, -
meningkatkan kerjasama dengan pasien dan profesi kesehatan lain yang terkait dalam pelayanan farmasi, dan
- melaksanakan kebijakan obat di rumah sakit dalam rangka meningkatkan
penggunaan obat secara rasional.
2.8.3 Pelayanan farmasi klinis
Pelayanan farmasi klinis adalah pelayanan langsung yang diberikan apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan
meminimalkan risiko terjadinya efek samping obat. Pelayanan farmasi klinis meliputi:
a. Pengkajian dan pelayanan resep
Universitas Sumatera Utara
Interpretasi pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, pengkajian resep, penyiapan perbekalan farmasi termasuk
peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan resep, dilakukan upaya pencegahan terjadinya
kesalahan pemberian obat medication error. Tujuan pengkajian pelayanan dan resep untuk menganalisis adanya
masalah terkait obat, jika ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis resep. Kegiatan yang dilakukan, yaitu apoteker harus
melakukan pengkajian resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat
jalan. Persyaratan administrasi meliputi:
- nama, umur, jenis kelamin dan berat badan serta tinggi badan pasien,
- nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter,
- tanggal resep, dan
- ruanganunit asal resep.
Persyaratan farmasetik meliputi: -
nama obat, bentuk, dan kekuatan sediaan, -
dosis dan jumlah obat, -
stabilitas, dan -
aturan dan cara penggunaan. Persyaratan klinis meliputi:
- ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat,
- duplikasi pengobatan,
Universitas Sumatera Utara
- alergi, interaksi dan efek samping obat, dan
- kontraindikasi.
b. Penelusuran riwayat penggunaan obat
Penelusuran riwayat penggunaan obat adalah proses untuk mendapatkan informasi mengenai seluruh obatsediaan farmasi lain yang pernah dan sedang
digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau data rekam medikpencatatan penggunaan obat pasien.
Tujuan penelusuran riwayat penggunaan obat adalah: -
membandingkan riwayat penggunaan obat dengan data rekam medikpencatatan penggunaan obat untuk mengetahui perbedaan
informasi penggunaan obat, -
melakukan verifikasi riwayat penggunaan obat yang diberikan oleh tenaga kesehatan lain dan memberikan informasi tambahan jika
diperlukan, -
mendokumentasikan adanya alergi dan reaksi obat merugikan, -
mengidentifikasi potensi terjadinya interaksi obat, -
melakukan penilaian terhadap kepatuhan pasien dalam menggunakan obat,
- melakukan penilaian rasionalitas obat yang diresepkan,
- melakukan penilaian terhadap pemahaman pasien terhadap obat yang
digunakan, -
melakukan penilaian adanya bukti penyalahgunaan obat, -
melakukan penilaian terhadap teknik penggunaan obat,
Universitas Sumatera Utara
- mendokumentasikan obat yang digunakan pasien sendiri tanpa
sepengetahuan dokter, dan -
mengidentifikasi terapi lain misalnya suplemen dan pengobatan alternatif yang mungkin digunakan oleh pasien.
Kegiatan yang dilakukan meliputi penelusuran riwayat penggunaan obat kepada pasienkeluarganya dan melakukan penilaian terhadap pengaturan
penggunaan obat pasien. Informasi yang harus didapatkan adalah nama obat termasuk obat non resep, dosis, bentuk sediaan, frekuensi penggunaan
indikasi dan lama penggunaan obat, ROTD termasuk riwayat alergi dan kepatuhan terhadap regimen penggunaan obat jumlah obat yang tersisa.
c. Pelayanan Informasi Obat PIO
PIO adalah kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif yang
dilakukan oleh apoteker kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar rumah sakit.
Tujuan PIO adalah menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan rumah sakit dan pihak lain di luar rumah
sakit, membuat kebijakan yang berhubungan dengan obatperbekalan farmasi, terutama bagi komitesub komite farmasi dan terapi, menunjang penggunaan
obat yang rasional. d.
Konseling Konseling merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi
dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat- obatan pada pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.
Universitas Sumatera Utara
Konseling bertujuan memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan mengenai nama obat, tujuan pengobatan,
jadwal pengobatan, cara menggunakan obat, lama penggunaan obat, efek samping obat, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan obat dan penggunaan
obat-obat lain. Kegiatan yang dilakukan dalam konseling meliputi:
- membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien,
- mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penggunaan obat
melalui three prime questions, -
menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat,
- memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah
penggunaan obat, -
melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek pemahaman pasien, dan
- dokumentasi.
Faktor yang perlu diperhatikan dalam memberikan konseling adalah: -
kriteria pasien, -
pasien kondisi khusus pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan ginjal, ibu hamil dan menyusui,
- pasien dengan terapi jangka panjangpenyakit kronis TB, DM,
epilepsi, -
pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi khusus,
Universitas Sumatera Utara
- pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit,
- pasien yang menggunakan banyak obat polifarmasi,
- pasien yang memiliki riwayat kepatuhan penggunaan obat rendah,
- sarana dan prasarana,
- ruangan atau tempat konseling, dan
- alat bantu konseling kartu pasiencatatan konseling.
e. Visite
Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati
kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait obat, memantau terapi obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki, meningkatkan
terapi obat yang rasional dan menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien serta profesional kesehatan lainnya.
Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar rumah sakit atas permintaan pasien yang biasa disebut dengan pelayanan kefarmasian di
rumah home pharmacy care. Sebelum melakukan kegiatan visite apoteker harus mempersiapkan diri dengan mengumpulkan informasi mengenai kondisi
pasien dan memeriksa terapi obat dari rekam medis atau sumber lain. f.
Pemantauan Terapi Obat PTO PTO adalah suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan
terapi obat yang aman, efektif, dan rasional bagi pasien. Tujuan PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan resiko ROTD. Kegiatan
yang dilakukan meliputi pengkajian pemilihan obat dosis, cara pemberian obat, respon terapi, ROTD, pemberian rekomendasi penyelesaian masalah
Universitas Sumatera Utara
terkait obat dan pemantauan efektivitas dan efek samping terapi obat. Tahapan pemantauan terapi obat yaitu pengumpulan data pasien, identifikasi masalah
terkait obat, rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat, pemantauan dan tindak lanjut.
Kegiatan yang dilakukan dalam PTO meliputi: -
pengkajian pemilihan obat, dosis, cara pemberian obat dan respon terapi,
- pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat, dan
- pemantauan efektivitas dan efek samping terapi obat.
Tahapan yang dilakukan dalam PTO adalah: -
pengumpulan data pasien, -
identifikasi masalah terkait obat, -
rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat, -
pemantauan, dan -
tindak lanjut. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam PTO adalah:
- kemampuan penelusuran informasi dan penilaian kritis bukti terkini dan
terpercaya, -
kerahasiaan informasi, dan -
kerjasama dengan tim kesehatan lain dokter dan perawat. g.
Monitoring Efek Samping Obat MESO Monitoring efek samping obat merupakan kegiatan pemantauan terhadap
respons obat yang tidak dikehendaki ROTD yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis, dan terapi.
Universitas Sumatera Utara
Efek samping obat adalah reaksi obat yang tidak dikehendaki yang terkait dengan kerja farmakologi.
Tujuan dilakukan MESO adalah: -
menentukan efek samping obat ESO yang berbahaya dan jarang terjadi, menentukan frekuensi ESO, dan meminimalkan ESO,
- ESO yang ditemukan dicatat dalam format dan laporkan ke pusat
monitoring efek samping obat nasional, -
mengenal semua faktor yang mungkin dapat
menimbulkanmempengaruhi angka kejadian dan hebatnya efek samping obat,
- meminimalkan resiko kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki, dan
- mencegah terulangnya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki.
Kegiatan pemantauan dan pelaporan efek samping obat adalah: -
mendeteksi adanya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki ROTD,
- mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengalami ESO, -
mengevaluasi laporan ESO, -
mendiskusikan dan mendokumentasikan ESO di komitesub KFT, dan -
melaporkan ke pusat MESO. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam monitoring efek samping obat
adalah: -
kerjasama dengan KFT dan ruang rawat, -
ketersediaan formulir MESO, dan
Universitas Sumatera Utara
h. Pengkajian penggunaan obat.
Pengkajian penggunaan obat m erupakan program evaluasi penggunaan
obat yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat-obatan yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien.
Tujuan dari pengkajian penggunaan obat, yaitu: -
mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatandokter tertentu,
- membandingkan pola penggunaan obat pada pelayanan
kesehatandokter satu dengan yang lain, -
penilaian berkala atas penggunaan obat spesifik, dan -
menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengkajian penggunaan obat
adalah: -
indikator peresepan, -
indikator pelayanan, dan -
indikator fasilitas. i.
D ispensing sediaan khusus.
Dispensing sediaan khusus steril dilakukan di instalasi farmasi rumah sakit dengan teknik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan
melindungi petugas dari paparan zat berbahaya serta menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat. Tujuan dilakukan dispensing sediaan khusus adalah
untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk, melindungi petugas dari paparan zat berbahaya dan menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat.
Universitas Sumatera Utara
Dispensing sediaan khusus terdiri atas pencampuran obat suntik, penyiapan nutrisi parenteral dan penanganan sediaan sitotoksik.
Penanganan obat kanker secara aseptis dalam kemasan siap pakai sesuai kebutuhan pasien oleh tenaga farmasi yang terlatih dengan pengendalian pada
keamanan terhadap lingkungan, petugas maupun sediaan obatnya dari efek toksik dan kontaminasi, dengan menggunakan alat pelindung diri,
mengamankan pada saat pencampuran, distribusi, maupun pemberian kepada pasien sampai kepada pembuangan limbahnya. Secara operasional dalam
mempersiapkan dan melakukan harus sesuai prosedur yang ditetapkan dengan alat pelindung diri yang memadai.
Kegiatan yang dilakukan dalam dispensing sediaan khusus meliputi: -
melakukan perhitungan dosis secara akurat, -
melarutkan sediaan obat kanker dengan pelarut yang sesuai, -
mencampur sediaan obat kanker sesuai dengan protokol pengobatan, -
mengemas dalam pengemas tertentu, dan -
membuang limbah sesuai prosedur yang berlaku. Faktor yang perlu diperhatikan pada penanganan obat kanker adalah:
- ruangan khusus yang dirancang dengan kondisi yang sesuai,
- lemari pencampuran biological safety cabinet,
- HEPA filter,
- alat pelindung diri,
- sumber daya manusia yang terlatih, dan
- cara pemberian obat kanker.
j. Pemantauan kadar obat dalam darah PKOD.
Universitas Sumatera Utara
Pemantauan kadar obat dalam darah dilakukan untuk menginterpretasikan hasil pemeriksaan kadar obat tertentu atas permintaan dari dokter yang
merawat karena indeks terapi yang sempit atau atas usulan dari apoteker kepada dokter.
Tujuan pemantauan kadar obat dalam darah PKOD adalah: -
mengetahui kadar obat dalam darah, dan -
memberikan rekomendasi pada dokter yang merawat. Kegiatan yang dilakukan meliputi:
- memisahkan serum dan plasma darah,
- memeriksa kadar obat yang terdapat dalam plasma, dan
- membuat rekomendasi kepada dokter berdasarkan hasil pemeriksaan.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam PKOD adalah: -
alat therapeutic drug monitoringinstrument untuk mengukur kadar obat, dan
- reagen sesuai obat yang diperiksa.
2.9 Central Sterile Supply Department CSSD
Central Sterilization Supply Department CSSD atau Instalasi Pusat Pelayanan Sterilisasi merupakan satu unitdepartemen dari rumah sakit yang
menyelenggarakan proses pencucian, pengemasan dan sterilisasi terhadap semua alat atau bahan yang dibutuhkan rumah sakit dalam merawat melakukan tindakan
kepada pasien dalam kondisi steril. Instalasi CSSD dipimpin oleh seorang apoteker sebagai kepala instalasi yang bertanggung jawab langsung kepada
direktur RSUD.
Universitas Sumatera Utara