Analsis Konsep Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit

Tabel 1 lanjutan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Larutan elektrolit kuat Larutan yang dapat terionisasi seluruhnya menjadi ion positif dan ion negatif sehingga dapat menghantarkan listrik dengan kuat Konsep berdasar kan prinsip  Larutan elektrolit kuat  Konsentrasi larutan  Kerapatan ion  Larutan elektrolit  Larutan elektrolit lemah  Larutan NaCl  Larutan HCl  Alkohol  Larutan gula  AlOH 3  HCN Larutan elektrolit lemah Larutan non-elek- trolit Larutan yang terionisasi sebagian menjadi ion positif dan ion negatif sehinggadaya hantar listriknya lemah. Larutan yang tidak dapat menghantarkan listrik. Konsep berdasar kan prinsip Konsep berdasar kan prinsip  Larutan elektrolit lemah  Larutan non- elektrolit  Konsentrasi larutan  Kerapatan ion  Larutan elektrolit  Larutan  Larutan elektrolit kuat  Larutan elektrolit  Larutan CH 3 COOH  Larutan NH 4 OH  Urea  Larutan gula  Alkohol  Alkohol  KOH  H 2 SO 4 air aki  Larutan HNO 3  Larutan garam 21 21

F. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tinjauan pustaka yang dikemukakan sebelumnya, diketahui bahwa pembelajaran menggunakan model discovery learning terutama dalam membel- ajarkan materi larutan elektrolit dan non-elektrolit, merupakan pembelajaran yang mengkombinasikan dua cara pengajaran yaitu guru sebagai fasilitator juga aktif membimbing siswa memperoleh pengetahuan dan menempatkan murid bersikap aktif. Langkah-langkah pembelajaran dengan model discovery learning adalah pemberian rangsangan stimulation, pernyataanidentifikasi masalah problem statement dan merumuskanhipotesis, pengumpulan data data collection, pengolahan data data processing, pembuktian verification, dan generalization. Langkah awal pembelajaran menggunakan model discovery learning adalah pemberian rangsangan stimulasi, siswa diberikan suatu fenomena dalam kehidupan sehari-hari yaitu air aki pada kendaraan bermotor yang dihubungkan dengan materi asam basa yakni sifat larutan, visualisasi bentuk submakroskopis suatu larutan elektrolit, visualisasi perbandingan submakroskopis larutan elektrolit dan non-elektrolit. Pada tahap ini, siswa akan terpacu berpikir dan mengaitkan suatu fenomena dengan fenomena lain yang menimbulkan berbagai gagasan Kemudian tahap selanjutnya ialah problem statement, berdasarkan pengamatan siswa akan menemukan hal-hal yang kurang mereka pahami, sehingga dalam diri siswa muncul berbagai pertanyaan dan gagasan yang menimbulkan suatu hipote- sis. Pada tahap inilah kemampuan generating siswa dapat berkembang dengan berani membuat suatu hipotesis dalam suatu permasalahan yang timbul dalam pikirannya. Tahap selanjutnya adalah siswa melakukan pengumpulan data data collection untuk menguji suatu hipotesis seperti merancang suatu per- cobaan. Dalam merancang percobaan, siswa diminta menentukan variabel- variabel percobaan, menyusun prosedur percobaan dan menentukan alat serta bahan yang digunakan dalam percobaan sehingga siswa dapat mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah dan memberikan banyak cara atau saran berkaitan dengan kegiatan tersebut. Selanjutnya siswa melakukan percobaan dengan prosedur yang diberikan guru dan diminta menuliskan hasil percobaan dengan cara mereka sendiri. Langkah berikutnya yaitu pengolahan data data processing dalam hal ini menganalisis data percobaan. Pada tahap ini, siswa diberikan pertanyaan dalam bentuk soal diskusi. Siswa menganalisis data dan informasi yang diperoleh dari langkah-langkah sebelumnya untuk menemu- kan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya sehingga dapat menemu- kan suatu kesimpulan. Pada langkah ini, siswa dilatih untuk mengenali, mema- hami, dan menanggapi suatu masalah dari informasi maupun data yang diperoleh. Selanjutnya siswa diberikan kesempatan untuk melakukan suatu pembuktian dengan membandingkan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Data yang diperoleh keterkaitan satu data dengan data lainnya dan menemukan pola dari keterkaitan informasidata tersebut. Pada tahap ini, siswa dapat mengemukakan banyak gagasannya dalam memproses informasidata maupun dalam menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan. Langkah terakhir yaitu generalization, pada langkah ini siswa mengkomunikasikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil menalar secara lisan, tertulis, atau media lainya. Selain itu, siswa juga mampu menemukan keterkaitan suatu materi dengan materi lainnya yang saling berhubungan. Pada tahap ini kemampuan generating siswa dapat berkembang, siswa dapat menemukan keterkaitan suatu pembelajaran dengan pembelajaran lainnya. Berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas dengan diterapkannya pembelajaran menggunakan model discovery learning, maka akan dapat meningkatkan kemampuan generating siswa pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit. G. Anggapan Dasar Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah: 1. Perbedaan n-Gain kemampuan generating siswa terjadi karena perbedaan perlakuan dalam proses belajar. 2. Faktor-faktor lain di luar perlakuan yang mempengaruhi peningkatan kemampuan generating siswa pada kedua kelas diabaikan.

H. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah model discovery learning pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit efektif dalam meningkatkan kemampuan generating.

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 7 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014-2015 yang berjumlah 341 siswa dan tersebar dalam 10 kelas yaitu kelas X 1 sampai dengan X 10 yang masing-masing berkisar antara 32-35 siswa. Selanjutnya dari populasi tersebut diambil sebanyak dua kelas untuk dijadikan sampel penelitian. Satu kelas sebagai kelas eksperimen yang akan di- beri perlakuan dan satu kelas lainnya sebagai kelas kontrol. Penentuan subyek penelitian didasarkan pada teknik pengambilan sampel purposi- ve sampling. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang di- dasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, ber- dasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya Syaodih, 2009. Dalam pelaksanaannya peneliti meminta bantuan pihak sekolah, yaitu guru bidang studi kimia yang memahami karakteristik siswa di sekolah tersebut untuk menen- tukan kelas yang akan dijadikan sampel dan mendapatkan kelas X 1 dan X 4 sebagai sampel penelitian. Setelah mendapatkan dua kelas tersebut sebagai sampel pene- litian, untuk menentukan kelas yang akan dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan pengundian dengan menggunakan koin. Pengundian tersebut