EFEKTIVITAS MODEL PLGI PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT NON-ELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN MENYIMPULKAN

ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODEL PLGI PADA MATERI LARUTAN
ELEKTROLIT NON-ELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN
KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN
DAN MENYIMPULKAN

Oleh
ELIA RAHMAH

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model PLGI dalam
meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan menyimpulkan pada materi
pokok larutan elektrolit non-elektrolit. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas X MAN 2 Tanjung Karang Bandar Lampung Tahun Ajaran
2013-2014. Sampel penelitian diambil menggunakan teknik purposive sampling
dan diperoleh kelas X3 dan X8. Penelitian ini menggunakan metode kuasi
eksperimen dengan Non Equivalent (Pretest and Posttest) Control Group Design.
Efektivitas pembelajaran PLGI diukur berdasarkan perbedaan n-Gain yang
signifikan.

Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata n-Gain keterampilan mengkomunikasikan untuk kelas kontrol dan eksperimen masing-masing 0,40 dan 0,57
dan rata-rata n-Gain keterampilan menyimpulkan untuk kelas kontrol dan

eksperimen masing-masing 0,70 dan 0,79. Hal ini menunjukkan bahwa model

Elia Rahmah

PLGI efektif dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan
menyimpulkan pada materi larutan elektrolit non-elektrolit.

Kata kunci: model PLGI, elektrolit non-elektrolit, keterampilan
mengkomunikasikan, keterampilan menyimpulkan.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 13 Juni 1990, anak ketiga
dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Muhammad Fauzi dan Ibu Silsilawati.

Pendidikan formal diawali pada tahun 1995 di Taman Kanak-Kanak (TK) ALMuhajirin Panjang diselesaikan tahun 1996. Tahun 1996 diterima di Sekolah
Dasar (SD) Muhammadiyah Panjang diselesaikan tahun 2002. Pada tahun yang
sama masuk di MTs Negeri 1 Tanjung Karang diselesaikan pada tahun 2005, dan
pada tahun yang sama melanjutkan ke MAN 1 (MAN Model) Bandar Lampung
yang diselesaikan tahun 2008. Tahun 2008 diterima di Program Studi Pendidikan

Kimia Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung melalui jalur Ujian Masuk Mandiri.

Selama menjadi mahasiswa pernah mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ke
Jakarta-Bandung pada tahun 2011. Pada tahun yang sama juga mengikuti
Program Pengalaman Lapangan (PPL) di MA GUPPI Banjit serta Kuliah Kerja
Nyata (KKN) Tematik di desa Argomulyo, Kecamatan Banjit, Kabupaten Way
kanan.

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang
telah memberikan kekuatan serta hidayah-Nya sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan. Dengan kerendahan hati ku persembahkan
tulisan ini kepada:

Teristimewa Ayah dan Ibu tercinta, yang selalu tak henti-hentinya
mendoakanku. Terimakasih atas support, kasih sayang dan materi
serta harapan atas keberhasilan studiku.


 Kakak-kakak ku tersayang…
Terimakasih atas semangat dan dukungan yang telah diberikan.

Teman-teman seperjuangan Pendidikan Kimia 2008 terimakasih

atas kebersamaan, motivasi, dukungan, dan do’a dalam menyelesaikan
masa studyku
Almamater tercinta Universitas Lampung

MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
(QS.AL Insyirah : 6)

Jenius adalah 1% inspirasi dan 99% keringat. Tidak ada yang
dapat menggantikan kerja keras. Keberuntungan adalah
sesuatu yang terjadi ketika kesempatan bertemu dengan
kesiapan.
( Thomas A.Edison)


SANWACANA

Puji dan syukur penulis haturkan sebesarnya kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, hingga dapat diselesaikan skripsi yang berjudul
“Efektivitas Model PLGI Pada Materi Larutan Elektrolit-Nonelektrolit Dalam
Meningkatkan Keterampilan Mengkomunikasikan dan Menyimpul-kan.

Sepenuhnya disadari bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis terbatas, maka
adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini disampaikan terima kasih kepada:
1.

Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan FKIP Unila.

2.

Bapak Dr. Caswita, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

3.

Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia.


4.

Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik dan
Pembimbing I, atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, waktu, saran,
dan kritik di sela-sela kesibukkannya, dalam proses penyelesaian kuliah dan
penyusunan skripsi ini.

5.

Bapak Drs. Tasviri Efkar, M.S, selaku Pembimbing II atas kesediaan, keikhlasan,
dan kesabarannya memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses
penyusunan skripsi ini.

6.

Ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si, selaku Penguji Bukan Pembimbing atas
waktu, kesediaan, keikhlasan, dan kesabarannya memberikan bimbingan, saran,
dan kritik dalam proses penyusunan skripsi ini.


7. Seluruh Dosen Pendidikan Kimia dan Staf Administrasi P.MIPA Unila.
8.

Bapak Drs.M.Iqbal selaku kepala MAN 2 Tanjung Karang Bandar Lampung,
atas izin yang diberikan untuk melaksanakan penelitian. Dan ibu Dra.Rita
Indrayati selaku guru mitra atas kerja sama dan bimbingannya.

9.

Sahabatku Amelia terimakasih atas dukungan, doa, dan semangat yang diberikan.

10. Teman-teman di Program Studi Pendidikan Kimia angkatan 2008 mandiri,
kakak, dan adik tingkat, serta semua pihak yang tidak dapat ditulis satu persatu,
atas dukungan, bantuan, kerjasama, dan semangat yang telah kalian berikan.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini menjadi bahan rujukan penelitian, dan
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Menyadari
bahwa dalam penulisan ini banyak kekeliruan, sumbangsih dan masukan pembaca
menjadi permintaan penulis untuk karya selanjutnya


Bandar Lampung, Juni 2014
Penulis,

Elia Rahmah

ii

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
I.

II.

PENDAHULUAN ..................................................................................

1


A. Latar Belakang ..................................................................................

1

B. Rumusan Masalah .............................................................................

5

C. Tujuan Penelitian ..............................................................................

5

D. Manfaat Penelitian ...........................................................................

5

E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................

6


TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................

7

A. Pembelajaran Kontruktivisme ..........................................................

7

B. Model Pembelajaran Peer Led Guide Inquiry ..................................

9

C. Keterampilan Proses Sains ...............................................................

12

D. Keterampilan Mengkomunikasikan………………………………...

15


E. Keterampilan Menyimpulkan………………………………………

17

F. Kerangka Berpikir ...........................................................................

18

G. Anggapan Dasar ................................................................................

20

H. Hipotesis Umum ...............................................................................

20

III.

METODOLOGI PENELITIAN .............................................................


21

A. Populasi dan Sampel ........................................................................

21

B. Variabel penelitian ...........................................................................

22

C. Data Penelitian .................................................................................

22

D. Metode dan Desain Penelitian ..........................................................

22

E. Instrumen Penelitian dan Validitas ...................................................

23

F. Pelaksanaan Penelitian ......................................................................

23

G. Teknik Analisis Data ........................................................................

25

Mengubah nilai menjadi skor……………………………….
Perhitungan n-Gain ................................................................
Uji normalitas ........................................................................
Uji homogenitas dua varians ..................................................
Uji perbedaan dua rata-rata ....................................................

25
26
26
26
27

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................

30

A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ....................................................

30

B. Pembahasan .......................................................................................

34

SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................

43

A. Simpulan ...........................................................................................

43

B. Saran ..................................................................................................

43

1.
2.
3.
3.
4.

V.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Silabus Kelas Eksperimen ................................................................. 45
RPP Kelas Eksperimen ..................................................................... 51
Lembar Kerja Siswa……………………………………………….. 77
Kisi-kisi Soal Pretes dan Postes……………………………………. 98
Soal Pretes dan Postes……………………………………………… 100
Rubrik Penilaian Soal........................................................................ 103
Lembar Observasi Guru Mengajar.................................................... 112
Lembar Penilaian Aspek Aktivitas Kelas Eksperimen dan

Kelas kontrol………………………………………………............... 115
9. Data nilai n-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol……………… 127
10. Perhitungan dan Analisis Data . ........................................................ 135

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Tahap pembelajaran PLGI…………………………………………………

11

2. Indikator keterampilan proses sains ...........................................................

14

2. Desain penelitian .........................................................................................

22

3. Data rata-rata nilai pretes, postes, dan n-Gain keterampilan mengkomunikasikan dan menyimpulkan pada kelas ekesperimen dan kontrol ..............

30

4. Uji normalitas keterampilan mengkomunikasikan ....................................

31

5. Uji normalitas keterampilan menyimpulkan ..............................................

31

6. Uji homogenitas keterampilan mengkomunikasikan .................................

32

7. Uji homogenitas keterampilan menyimpulkan ...........................................

32

9. Uji hipotesis (Uji-t) keterampilan mengkomunikasikan ............................

33

10. Uji hipotesis (Uji-t) keterampilan menyimpulkan ....................................

33

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Bagan prosedur pelaksanaan penelitian .....................................................

25

vi

I. PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Ilmu kimia merupakan cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (sains) yang mempelajari struktur, susunan, sifat, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai
perubahan materi. Ilmu kimia itu sendiri berasal dari eksperimen dengan proses
metode ilmiah atau lebih dikenal dengan proses sains. Proses tersebut meliputi
pengamatan (observasi), menyimpulkan (inferensi), mengelompokkan (klasifikasi), menafsirkan (interpretasi), meramalkan (prediksi), dan mengkomunikasikan. Oleh sebab itu, dalam mempelajari ilmu kimia tidak hanya mempelajari isi
atau kontennya saja, tetapi juga prosesnya yang jauh lebih penting. Hal ini sesuai
dengan tujuan penting mata pelajaran kimia di SMA berdasarkan Tim Penyusun
(2006) yakni agar peserta didik menguasai konsep, prinsip, hukum dan teori kimia
serta saling keterkaitannya dan penerapannya untuk memecahkan masalah dalam
ke-hidupan sehari-hari dan teknologi. Proses sains ini menjadi keterampilan yang
harus dimiliki oleh siswa dalam mempelajari ilmu kimia dan keterampilan ini
lebih dikenal dengan Keterampilan Proses Sains (KPS).

KPS pada pembelajaran sains lebih menekankan pembentukan keterampilan
untuk memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan hasilnya. Penting bagi
seorang guru melatihkan KPS kepada siswa, karena dapat membekali siswa

2

dengan suatu keterampilan berpikir dan ber-tindak melalui sains untuk menyelesaikan masalah serta menjelaskan fenomena-fenomena yang ada dalam kehidupannya sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran kimia perlu memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses, produk, dan sikap.

Faktanya, pembelajaran kimia di sekolah cenderung hanya menghafal konsep dan
kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemukan masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki. Akibatnya pembelajaran kimia menjadi kehilangan daya tariknya dan muncul kejenuhan siswa
dalam belajar sains. Hal ini diperkuat oleh hasil observasi dan wawancara dengan
guru kimia di MAN 2 Tanjung Karang Bandar Lampung, pembelajaran kimia
dominan menggunakan metode ceramah, eksperimen dilakukan hanya untuk
membuktikan teori kimia yang sudah diberikan. LKS yang digunakan tidak membimbing siswa menemukan konsep, sehingga KPS tidak dilatihkan dalam memecahkan masalah secara ilmiah, mengemukakan hipotesis, merencanakan suatu
eksperimen untuk menguji hipotesis, dan mengambil suatu kesimpulan dari sekumpulan data yang diperoleh siswa dari pelajaran kimia tersebut. Siswa hanya
mencatat dan menghafal materi sehingga, proses pembelajaran cenderung pasif
dan siswa sulit untuk memahami materi kimia.
Kegiatan pembelajaran tersebut tidak sejalan dengan proses pembelajaran yang
seharusnya diterapkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang
dalam proses pembelajarannya menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran,
sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator. KTSP menuntut siswa untuk memiliki kompetensi khusus dalam semua mata pelajaran

3

setelah proses pembelajaran. Oleh karena itu, menjadi tugas bagi guru untuk mencari strategi alternatif dalam pembelajaran kimia baik di dalam maupun di luar
kelas guna menjembatani siswa dengan konsep dan lingkungan sekitarnya agar
siswa lebih mudah memahami dan pembelajaran yang dilakukan menjadi lebih
bermakna bagi siswa.
Berdasarkan Kurikulum KTSP, siswa harus menguasai standar kompetensi pada
setiap jenjang pendidikannya dan standar kompetensi ini dijabarkan dalam bentuk
Kompetensi Dasar (KD). Salah satu KD yang harus dicapai siswa kelas X semester genap adalah mengidentifikasi sifat-sifat larutan elektrolit-nonelektrolit berdasarkan data hasil percobaan. Pada materi larutan elektrolit-nonelektrolit, siswa
diajak untuk mengamati fenomena yg terjadi dalam kehidupan sehari-hari mengenai larutan elektrolit-nonelektrolit. Misalnya, pada kegiatan nelayan memancing ikan disungai dengan menggunakan alat setrum listrik yang menyebabkan ikan mati, ketika tersengat kabel beraliran arus listrik dan penggunaan aki
dalam kendaraan bermotor. Namun yang terjadi selama ini siswa mengandalkan
seluruh informasi dari guru, sehingga siswa mengalami kesulitan untuk menghubungkannya dengan apa yang terjadi di lingkungan sekitar, dan tidak merasakan manfaat dari pembelajaran larutan elektrolit-nonelektrolit, sehingga keterampilan proses sains siswa rendah.

Berdasarkan hal tersebut, salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan
dan diharapkan mampu meningkatkan keterampilan proses sains siswa adalah
model pembelajaran Peer Led Guided Inquiry (PLGI) merupakan salah satu
pembelajaran kontruktivisme yang dapat digunakan dalam pembelajaran kimia

4

yang meliputi langkah-langkah yaitu merumuskan masalah/pertanyaan oleh guru,
mengembangkan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat
suatu kesimpulan. Pembelajaran PLGI merupakan pembelajaran kelompok yang
di dalam kelompoknya terdapat tutor sebaya yang dapat bertindak sebagai
motivator bagi siswa lainnya, sehingga peran guru sebagai motivator dapat terbantu. Selain itu, dalam kerja kelompok siswa melakukan kerja sama dalam belajar, perasaan yang timbul untuk mempertahankan nama baik kelompok menjadi
pendorong yang kuat dalam melakukan kegiatan belajar dengan baik.

Hal ini diperkuat dengan dengan hasil penelitian yang mengkaji tentang Pengaruh
Penerapan Tutor Sebaya Pada Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses
Sains Siswa Pada Subkonsep Sistem Pernapasan Hewan (Widya Yustika, 2011)
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Tutor Sebaya
Pada Inkuiri Terbimbing dapat membuat siswa lebih aktif dan termotivasi untuk
merumuskan, menyimpulkan konsep-konsep pelajaran, serta memudahkan siswa
memahami konsep dan sedikit demi sedikit siswa bisa menghubungkan konsep
dari penjelasan yang diberikan oleh tutor sebaya.
Model PLGI diharapkan menjadi salah satu model yang dapat digunakan untuk
memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan menyimpulkan pada siswa. Dalam upaya meningkatkan hasil belajar
siswa tersebut, khususnya pada materi pokok larutan elektrolit-nonelektrolit.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dilakukan suatu penelitian yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran PLGI pada Materi Larutan

5

Elektrolit-Nonelektrolit dalam Meningkatkan Keterampilan Mengkomunikasikan
dan Menyimpulkan”.

B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:
Bagaimana model pembelajaran PLGI pada materi larutan elektrolit-non
elektrolit efektif dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan
menyimpulkan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan:
Mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran PLGI pada materi larutan
elektrolit-nonelektrolit dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan
dan menyimpulkan.

D.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat antara lain:
1.

Dengan penerapan model PLGI pada pembelajaran kimia materi larutan
pokok larutan elektrolit dan non elektrolit, siswa lebih mudah memahami
materi pelajaran kimia dan melatih keterampilan mengkomunikasikan dan
menyimpulkan.

6

2.

Memberikan informasi dan sumbangan pemikiran bagi guru dalam hal pemilihan model pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan proses sains
khusunya keterampilan mengkomunikasikan dan menyimpulkan.

3.

Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan
mutu pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Model Pembelajaran PLGI dikatakan efektif apabila secara statistik
keterampilan mengkomunikasikan dan menyimpulkan siswa kelas eksperimen
dan kelas kontrol ada perbedaan n-Gain yang signifikan.
2. Pembelajaran PLGI (Peer Led Guided Inquiry) merupakan proses pembelajaran terbimbing yang terdiri dari kelompok-kelompok kecil dengan dipimpin
oleh tutor sebaya. Langkah-langkah pembelajaran ini yaitu; mengajukan
permasalahan, membuat hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data,
dan membuat kesimpulan.
3. Keterampilan mengkomunikasikan dan menyimpulkan merupakan bagian dari
Keterampilan Proses Sains (KPS).
4. Indikator keterampilan mengkomunikasikan yang diukur adalah siswa mampu
memberikan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dalam bentuk
tabel, membaca tabel, dan menjelaskan hasil percobaan.
5. Indikator keterampilan menyimpulkan yang diukur adalah siswa mampu menjelaskan hasil pengamatan, menyimpulkan dari fakta yang terbatas.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Konstruktivisme

Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran siswa itu. Berdasarkan suatu teori belajar, diharapkan suatu pembelajaran dapat lebih meningkatkan perolehan siswa sebagai hasil belajar. Teori-teori baru dalam psikologi
pendidikan dikelompokkan dalam teori pembelajaran konstruktivis (constructivist
theories of learning). Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu
tidak lagi sesuai. Ciri atau prinsip dalam belajar menurut Suparno (1997) sebagai
berikut:
1. Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa
yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami. Konstruksi makna adalah
proses yang terus menerus,
2. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru. Belajar
bukanlah hasil perkembangan tetapi perkembangan itu sendiri,
3. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia
fisik dan lingkungannya,
4. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, subjek
belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan
bahan yang sedang dipelajari.

8

Menurut Slavin dalam Trianto (2010) mengemukakan :
Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran kognitif
yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa siswa harus
menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek
informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturanaturan itu tidak sesuai lagi. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat
menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.
Secara sederhana konstruktivisme merupakan konstruksi dari kita yang mengetahui sesuatu. Pengetahuan itu bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan, melainkan suatu perumusan yang diciptakan orang yang sedang mempelajarinya.
Bettencourt menyimpulkan bahwa konstruktivisme tidak bertujuan mengerti hakikat realitas, tetapi lebih hendak melihat bagaimana proses kita menjadi tahu
tentang sesuatu (Suparno, 1997).

Menurut Sagala (2010) Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi)
pendekatan kontekstual yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit, hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak dengan tiba-tiba.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap
untuk diambil dan diingat. Tetapi manusia harus mengkonstruksi pengetahuan
itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk
memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak
mereka sendiri. Landasan berfikir konstruktivisme adalah lebih menekankan
pada strategi memperoleh dan mengingat pengetahuan.

9

Dalam kaitannya dengan pandangan kontruktivisme Suparno (1997) menyatakan
bahwa secara garis besar prinsip dasar kontruktivisme adalah
1.
2.
3.

4.

Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun
sosial.
Pengetahuan tidak dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali dengan
keaktifan siswa sendiri untuk bernalar.
Siswa aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga terjadi
perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai
dengan konsep ilmiah.
Guru berperan membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses
konstruksi siswa berjalan mulus.

B. Pembelajaran Peer Led Guided Inquiry (PLGI)

Sund dan Trowbridge dalam Dewi (2010) mengungkapan beberapa macam model
inkuiri yang dapat digunakan dalam pembelajaran yaitu:

1.

Guided Inquiry

Guided Inquiry atau pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau
petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru,
siswa tidak merumuskan masalah. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru
tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru
harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan
kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berpikir lambat atau siswa yang mempunyai intelejensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang
dilaksanakan dan siswa mempunyai intelejensi tinggi tidak memonopoli kegiatan.

2. Modified Inquiry
Model pembelajaran inkuiri ini memiliki ciri yaitu guru hanya memberikan

10

permasalahan tersebut melalui pengamatan, percobaan, atau prosedur penelitian
untuk memperoleh jawaban. Selain itu , guru merupakan nara sumber yang
tugasnya hanya memberikan bantuan yang diperlukan untuk menghindari
kegagalan dalam memecahkan masalah.

3.

Free Inquiry

Pada model ini siswa harus mengidentifikasikan dan merumuskan macam masalah
yang dipelajari dan dipecahkan. Jenis model inkuiri ini lebih bebas daripada
kedua jenis inkuiri sebelumnya.

Salah satu jenis pembelajaran inkuiri terbimbing adalah model pembelajaran Peer
Led Guided Inquiry (PLGI) merupakan proses pembelajaran yang menciptakan
interaksi antara siswa dalam kelompok-kelompok kecil dengan pemimpin rekan
(tutor sebaya) bertindak sebagai fasilitator. Dalam pembelajaran penemuan terbimbing dengan tutor sebaya, peran siswa cukup besar karena pembelajaran tidak
lagi terpusat pada guru tetapi pada siswa. Pada pembelajaran PLGI kelompok
kecil terdiri dari 3-6 orang siswa dengan anggota kelompok yang heterogen dilatih untuk berinkuiri yang dipimpin oleh pemimpin rekan (Lewis, 2005).

Karakteristik pembelajaran PLGI ( Dewi, 2010) antara lain :
1.
2.
3.

4.

Terdiri dari 3-6 orang siswa dengan kelompok yang heterogen
Pemimpin rekan (tutor sebaya) sudah diajarkan terlebih dahulu tentang
materi kimia di luar jam pelajaran.
Pemimpin rekan (tutor sebaya), seorang siswa yang diambil dari
kelompok ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami materi, serta
menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan materi tersebut.
Pada pembelajaran penemuan terbimbing peran tutor sebaya cukup
besar dan penting yaitu menjelaskan kepada anggota kelompok apa
yang telah didapatkannya dari keterangan guru.

11

Karplus dalam Lewis (2005) mengemukakan bahwa peran pemimpin (tutor sebaya) bukan untuk memperkenalkan materi baru, tetapi untuk mengetahui pemahaman materi dari konsep yang baru di dalam kelompoknya dan mengembangkan konsep-konsep baru yang didapat siswa melalui kegiatan-kegiatan dalam
kelompok. Setiap kelompok pada pembelajaran PLGI terdapat pemimpin rekan
yang akan menjelaskan apa yang telah dipelajarinya kepada anggota kelompok.
Jika siswa belum mengerti atau memahami konsep, maka tutor sebaya akan
mengulangi menjelaskan kepada anggota kelompoknya dengan sabar sampai memahami dengan baik.

Pada pembelajaran PLGI ini siswa lebih bebas untuk bertanya kepada temannya,
sebab biasanya siswa enggan bertanya kepada guru apabila ia mengalami kesukaran dalam memahami suatu permasalahan. Dengan pembelajaran penemuan terbimbing ini, tutor sebaya dan siswa dihadapkan kepada situasi dimana siswa
bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan, guru sebagai petunjuk jalan dan
membantu siswa agar mempergunakan ide, konsep dan keterampilan yang sudah
mereka pelajari untuk menemukan pengetahuan yang baru.

Tahapan pembelajaran PLGI dikemukakan oleh Gulo dalam Trianto (2010) dapat
dijelaskan pada Tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Tahap pembelajaran PLGI
No
Fase
1. Mengajukan
pertanyaan
atau permasalahan

Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Guru membagikan LKS dan Siswa mengidentifikasi mamembimbing siswa
salah yang terdapat dalam
mengidentifikasi suatu
LKS
permasalahan

12

Lanjutan Tabel 1
2.

Membuat
hipotesis

3. Mengumpulkan data

4. Menganalisis
data

5.

Membuat
kesimpulan

Guru memberikan
kesempatan pada siswa untuk
berdiskusi dalam membuat
hipotesis. Guru membimbing
siswa dalam menentukan
hipotesis yang relevan
dengan permasalahan dan
memprioritaskan hipotesis
mana yang menjadi prioritas
penyelidikan
Guru membimbing siswa
mendapatkan informasi atau
data-data melalui percobaan
maupun telaah literatur

Siswa bersama tutor sebaya
memberikan pen-dapat dan
menentukan hipotesis yang
relevan dengan
permasalahan

Siswa bersama tutor sebaya
melakukan percobaan
maupun telaah literatur
untuk mendapatkan datadata atau informasi
Guru memberi kesempatan
Siswa bersama tutor sebaya
pada tiap siswa untuk
mengumpulkan dan
menyampaikan hasil analisis menganalisis data serta
menyampaikan hasil pengdata yang terkumpul.
olahan data yang terkumpul
Guru membimbing siswa
Siswa membuat kesimpulan
dalam membuat kesimpulan

Tujuan dari pembelajaran ini adalah untuk memperkaya pengalaman siswa dalam
menyelesaikan permasalahan yang dikerjakan secara kelompok. Hal yang menonjol pada pembelajaran ini adalah adanya kerja sama dalam kelompok untuk
mempelajari atau memahami suatu materi serta memastikan bahwa setiap anggota
kelompok menguasai tugas yang sama diterimanya. Selain itu, mendorong siswa
saling membantu berinkuiri dalam kelompoknya.

C. Keterampilan Proses Sains

Menurut Hariwibowo, dkk. (2009) mengemukakan:
Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai
penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi.

13

Kemampuan-kemampuan mendasar yang telah dikembangkan dan telah
terlatih lama-kelamaan akan menjadi suatu keterampilan.
Untuk dapat memahami hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) secara utuh, yakni
IPA sebagai proses, produk dan aplikasi, siswa harus memiliki kemampuan
Keterampilan Proses Sains (KPS). Dalam pembelajaran IPA, aspek proses perlu
di-tekankan bukan hanya pada hasil akhir dan berpikir benar lebih penting dari
pada memperoleh jawaban yang benar. KPS adalah semua keterampilan yang
terlibat pada saat berlangsung-nya proses sains. KPS terdiri dari beberapa keterampilan yang satu sama lain berkaitan dan sebagai prasyarat. Namun pada setiap jenis keterampilan proses ada penekanan khusus pada masing-masing jenjang
pendidikan (Hartono dalam Fitriani, 2009).

Penerapan keterampilan proses sains merupakan salah satu upaya yang penting
untuk memperoleh keberhasilan belajar yang optimal. Materi pelajaran akan lebih
mudah dikuasai dan dihayati oleh siswa bila siswa sendiri mengalami peristiwa
belajar tersebut. Menurut Usman dan Setiawati (2001) proses ini adalah :
a) Memberikan motivasi belajar kepada siswa karena dalam keterampilan
proses ini siswa dipacu untuk senantiasa berpartisipasi secara aktif dalam
belajar.
b) Untuk lebih memperdalam konsep, pengertian, dan fakta yang dipelajari
siswa karena hakikatnya siswa sendirilah yang mencari fakta dan menemukan konsep tersebut
c) Untuk mengembangkan pengetahuan teori dengan kenyataan hidup dimasyarakat sehingga antara teori dengan kenyataan hidup akan serasi.
d) Sebagai persiapan dan latihan dalam menghadapi kenyataan hidup di
dalam masyarakat sebab siswa telah dilatih untuk berpikir logis dalam
memecahkan masalah
e) Mengembangkan sikap percaya diri, bertanggung jawab dan rasa kesetiakawanan sosial dalam menghadapi berbagai problem kehidupan.
Funk dalam Dimyati dkk (2002) mengutarakan bahwa berbagai keterampilan
proses dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu: keterampilan proses dasar

14

(basic skill) dan keterampilan terintegrasi (integarted skill) antara lain:
1. Keterampilan proses dasar terdiri atas enam keterampilan yakni mengamati,
mengklasifikasikan, memprediksi, mengukur, mengkomunikasikan dan menyimpulkan.
Tabel 2 Indikator keterampilan proses sains dasar
Keterampilan Dasar
Mengamati

Klasifikasi

Memprediksi

Mengukur

Mengkomunikasikan

Menyimpulkan

Indikator
Mampu menggunakan semua indera (penglihatan,
pembau, pendengaran, pengecap, peraba) untuk mengamati, mengidentifikasi suatu hasil dari pengamatan.
Mampu menentukan perbedaan, mengontraskan ciriciri, mencari kesamaan, membandingkan dan
menentukan dasar penggolongan terhadap suatu obyek.
Mampu mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang
belum terjadi berdasarkan fakta dan yang menunjukkan
suatu, misalkan memprediksi kecenderungan atau pola
yang sudah ada menggunakan grafik untuk
menginterpolasi dan mengekstrapolasi dugaan.
Mampu memilih dan menggunakan peralatan untuk
menentukan secara kuantitatif dan kualitatif ukuran
suatu benda secara benar yang sesuai untuk panjang,
luas, volume, waktu, berat dan lain-lain. Dan mampu
mendemontrasikan perubahan suatu satuan pengukuran
ke satuan pengukuran lain.
Memberikan/menggambarkan data empiris hasil
percobaan atau pengamatan dengan grafik/ tabel/
diagram, menyusun dan menyampaikan laporan secara
sistematis, menjelaskan hasil percobaan atau penelitian,
membaca grafik/ tabel/ diagram, mendiskusikan hasil
kegiatan suatu masalah atau suatu peristiwa.
Mampu menjelaskan hasil pengamatan, menyimpulkan
dari fakta yang terbatas.

2. Keterampilan proses terpadu (Intergated Science Proses Skill), meliputi
Keterampilan terintegrasi terdiri atas: mengidentifikasi variabel, tabulasi,
grafik, diskripsi hubungan variabel, perolehan dan proses data, analisis
penyelidikan, menyusun hipotesis mendefenisikan variabel, merancang
penelitian dan melakukan eksperimen.

15

Semiawan (1992) berpendapat bahwa terdapat empat alasan mengapa penerapan
keterampilan proses sains diterapkan dalam proses belajar mengajar sehari-hari,
yaitu:
1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berlangsung semakin
cepat sehingga tidak mungkin lagi guru mengajarkan semua konsep dan
fakta pada siswa
2. Adanya kecenderungan bahwa siswa lebih memahami konsep-konsep
yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh yang konkret
3. Penemuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak
bersifat mutlak 100 %, tapi bersifat relatif.
4. Dalam proses belajar mengajar, pengembangan konsep tidak terlepas dari
pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik.

Berdasarkan materi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu larutan elektrolit
dan non elektrolit, KPS yang diukur yaitu keterampilan mengkomunikasikan dan
menyimpulkan. Siswa diharapkan dapat lebih mudah dalam mengkomunikasikan
masalah-masalah yang muncul pada materi tersebut dan mampu menyimpulkan
suatu hasil pengamatan berdasarkan fakta yang terbatas dalam kehidupan seharihari serta pendapat-pendapat yang perlu disampaikan.

D.

Keterampilan Mengkomunikasikan

Menurut Nasution (2007) kemampuan berkomunikasi dengan orang lain merupakan dasar untuk segala yang kita kerjakan. Keterampilan mengkomunikasikan
dapat dikembangkan dengan menghimpun informasi dari grafik atau gambar yang
menjelaskan benda-benda serta kejadian-kejadian secara rinci. Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan
prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara visual. Contohcontoh kegiatan dari keterampilan mengkomunikasikan adalah mendiskusikan

16

suatu masalah atau hasil pengamatan, membuat laporan, membaca peta, dan
kegiatan lain yang sejenis.

Menurut Citrobroto (1979) berdasarkan cara penyampaiannya komunikasi dibagi
menjadi dua yaitu komunikasi lisan dan komunikasi tulisan. Hal ini sejalan
dengan apa yang dikemukakan Arifin (2000), mengkomunikasikan sering
disampaikan dalam bentuk lisan atau rekaman. Komunikasi lisan pada saat pembelajaran praktikum dapat terjadi pada saat diskusi kelompok ataupun kelas, sedangkan komunikasi tulisan dapat dilakukan pada saat membuat tabel pengamatan
atau laporan praktikum. Adanya kegiatan dalam kelompok dapat mempermudah
suatu pekerjaan atau malah menghambat pekerjaan tersebut bila tidak terdapat
kerja sama dan komunikasi yang baik diantara anggota kelompok.

Dengan adanya keterampilan berkomunikasi, siswa dapat menyampaikan ide dan
gagasannya dan menerima informasi, gagasan atau ide agar lebih efektif baik secara lisan maupun secara tulisan pada anggota kelompok atau temannya. Dalam
suatu kelompok, individu menjadi bagian yang saling berkaitan dengan individu
lain sebagai anggota kelompok, sedangkan kelompok memiliki sifat-sifat yang
tidak dimiliki individu. Kemampuan berkomunikasi siswa biasanya ditunjukkan
pada saat kegiatan diskusi yang mampu merangsang keberanian dan kreatifitas
siswa dalam mengemukakan gagasan, membiasakan siswa bertukar pikiran
dengan teman, menghargai dan menerima pendapat orang lain serta belajar bertanggung jawab terhadap hasil pemikiran bersama (Rustaman et al, 2003).

17

E. Keterampilan Menyimpulkan

Menyimpulkan dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan
keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep dan prinsip yang
diketahui. Kemampuan menyimpulkan merupakan aspek penting dari keterampilan proses sains yang perlu dilatihkan dalam pembelajaran kimia disekolah,
karena keterampilan ini menuju pada pembuatan kesimpulan mengenai hasil observasi yang didasarkan atas pengetahuan awal siswa (Indrawati, 1999). Tidak
seperti pengamatan yang buktinya langsung terkumpul di sekitar obyek, kesimpulan adalah penjelasan atau tafsiran (interpretasi) yang dibuat berdasarkan pengamatan. Ketika siswa mampu membuat kesimpulan, menafsirkan dan menjelaskan peristiwa-peristiwa di sekitar mereka, siswa memiliki apresiasi yang lebih
baik terhadap lingkungan di sekitar mereka. Para ilmuwan mengemukakan
hipotesis tentang mengapa suatu peristiwa dapat terjadi, didasarkan pada kesimpulannya tentang hasil penyelidikan (investigasi). Siswa perlu diajarkan
bagaimana membedakan antara pengamatan dan kesimpulan. Mereka harus
mampu membedakan dengan bukti yang mereka kumpulkan mengenai alam
antara pengamatan dengan tafsiran mereka berdasarkan pengamatan atau kesimpulan.

Guru dapat membantu siswa membuat perbedaan ini dengan terlebih dahulu mendorong mereka untuk mendeskripsikan pengamatan mereka menjadi rinci.
Kemudian, dengan memberi pertanyaan-pertanyaan siswa tentang pengamatan
me-reka guru dapat mendorong siswa untuk berpikir tentang makna dari pengamatan. Berpikir untuk membuat kesimpulan dengan cara ini mengingatkan siswa

18

untuk mengkaitkan kesimpulan apa yang telah diamati dengan apa yang sudah diketahui dari pengalaman sebelumnya.

Seringkali kesimpulan yang berbeda dapat dibuat berdasarkan pengamatan yang
sama. Kesimpulan kita juga bisa berubah seiring dengan hasil pengamatan
tambahan. Pada umumnya siswa lebih percaya diri tentang kesimpulan siswa
ketika pengamatan yang diperoleh cocok dengan pengalaman masa lalu. Siswa
juga lebih percaya diri tentang kesimpulan saat mengumpulkan lebih banyak bukti
pendukung. Ketika siswa mencoba untuk membuat kesimpulan, mereka sering
harus kembali dan membuat pengamatan tambahan agar menjadi lebih percaya
diri dalam mengambil kesimpulan. Kadang-kadang membuat pengamatan
tambahan akan memperkuat kesimpulan, tapi kadang-kadang informasi tambahan
akan menyebabkan kita untuk memodifikasi atau bahkan menolak kesimpulan
sebelumnya. Dalam ilmu pengetahuan, kesimpulan tentang bagaimana segala
sesuatu bekerja secara terus menerus dibangun, diubah, dan bahkan ditolak berdasarkan pengamatan baru.

F. Kerangka Pemikiran

Pelajaran kimia sering dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit untuk dimengerti. Kesulitan ini disebabkan karena model yang digunakan dalam pembelajaran kimia masih belum bisa membuat siswa meningkatkan keterampilan
mengkomunikasikan dan menyimpulkan. Pembelajaran melalui model pembelajaran PLGI pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit dilakukan secara
bertahap. Pada tahap permasalahan, dalam pembelajaran guru akan menunjukkan

19

suatu fenomena yang terjadi dikehidupan sehari-hari sebagai bentuk permasalahan, kemudian siswa diminta untuk mendiskusikan permasalahan yang telah di
berikan oleh guru. Tahap kedua siswa bersama tutor sebaya diberikan kesempatan
untuk menuliskan hipotesis atau jawaban sementara dari hasil diskusi kelompok.
Dalam kegiatan ini siswa akan menemukan penyelesaian dari permasalahan yang
telah diberikan guru bersama tutor sebaya. Kemudian tahap ketiga, guru membimbing siswa untuk mengumpulkan data yang dapat diperoleh dari melakukan
percobaan atau telaah literatur.

Pada tahap empat adalah menganalisis data, tahap ini tutor sebaya yang sudah di
bekali materi larutan elektrolit dan nonelektrolit di luar jam pelajaran, dapat menjelaskan materi kepada siswa lain, siswa dalam kelompok mendengarkan penjelasan dari tutor sebaya dengan mengacu pada LKS dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada pada LKS, bila siswa tidak mengerti dapat bertanya langsung
pada tutor sebaya. Siswa yang lain dilatih untuk memaparkan hasil pengamatan
mereka serta menjelaskannya. Dalam kegiatan ini siswa diharapkan dapat menerapkan keterampilan mengkomunikasikan dengan memberikan atau menggambarkan data empiris hasil pengamatan dengan tabel, menjelaskan hasil percobaan, mendiskusikan hasil kegiatan suatu masalah atau suatu peristiwa. Berdasarkan keseluruhan kegiatan yang telah dilakukan maka akhirnya siswa dapat
membuat kesimpulan berdasarkan proses yang dilakukan, sehingga dalam tahap
menganalisis data ini siswa juga diharapkan dapat menerapkan keterampilan menyimpulkan.
Dalam penelitian ini akan diuji apakah pembelajaran PLGI efektif dalam meningkatkan kemampuan sisawa dalam mengkomunikasikan dan menyimpulkan

20

pada materi larutan elektrolit-nonelektrolit. Pada kelas eksperimen akan diterapkan model pembelajaran PLGI, dan untuk kelas kontrol akan diterapkan
pembelajaran konvensional. Pembelajaran PLGI memiliki lima tahapan, yaitu:
(1) Mengajukan permasalahan ; (2) Membuat hipotesis; (3) Mengumpulkan data;
(4) Menganalisis data; (5) Membuat kesimpulan.

G. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dari penilitian ini adalah:
1.

Siswa kelas X MAN 2 Tanjung Karang Bandar Lampung Tahun 2013-2014
yang menjadi sampel penelitian mempunyai kemampuan akademik yang
sama.

2.

Perbedaan keterampilan mengkomunikasikan dan keterampilan menyimpulkan siswa kelas X semester genap MAN 2 Tanjung Karang Bandar Lampung
pada materi larutan elektrolit-nonelektrolit semata-mata karena perbedaan
perlakuan dalam proses pembelajaran.

H. Hipotesis Umum

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah:
a. Model pembelajaran PLGI efektif dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan pada materi larutan elektrolit-nonelektrolit.
b. Model pembelajaran PLGI efektif dalam meningkatkan keterampilan
menyimpulkan pada materi larutan elektrolit-nonelektrolit.

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah semua siswa kelas X MAN 2 Tanjung Karang
Bandar Lampung tahun pelajaran 2013-2014 yang berjumlah sebanyak 303 siswa
dan tersebar dalam delapan kelas. Pembagian siswa pada tiap kelas dilakukan secara heterogen, sehingga proporsi jumlah siswa yang memiliki kemampuan akademik yang tinggi, sedang maupun kurang dalam tiap kelasnya hampir sama
antara salah satu kelas dengan kelas yang lainnya.

Teknik pemilihan sampel yang digunakan yaitu teknik purposive sampling (pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan). Berdasarkan masukan guru bidang
studi kimia yang memahami karakteristik populasi tersebut, dengan pertimbangan
tingkat kognitif yang sama, maka diperoleh kelas X3 dan X8 sebagai sampel penelitian. Berdasarkan pengundian, kelas X8 sebagai kelas eksperimen yang
menggunakan model pembelajaran PLGI, sedangkan kelas X3 sebagai kelas
kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional.

22

B. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang menggunakan
model pembelajaran Peer Led Guided Inquiry dan pembelajaran konvensional.
b. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan mengkomunikasikan dan menyimpulkan.

C. Data Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersifat
kuantitatif yaitu data hasil tes sebelum pembelajaran diterapkan pretes dan hasil
tes setelah pembelajaran diterapkan postes siswa. Adapun data pendukung penelitian yang diperlukan yaitu, data kinerja guru dan aktivitas belajar siswa.

D. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen. Desain penelitian
yang digunakan adalah Non equivalent control group design yaitu desain kuasi
ekperimen dengan melihat perbedaan pretes maupun postes antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol (Sugiyono, 2002) yang ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Desain penelitian
Kelas
Kelas eksperimen
Kelas kontrol

Pretes
O1
O1

Perlakuan
X
-

Postes
O2
O2

Keterangan :
O1 : Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi pretes

23

X:
O2 :

Pembelajaran kimia dengan menggunakan pembelajaran PLGI
Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi postes

E. Instrumen Penelitian

Arikunto (2005) menyatakan bahwa instrumen penelitian merupakan fasilitas
yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian atau pekerjaan
agar lebih mudah dan mendapatkan hasil yang lebih baik, dalam arti cermat, lengkap, sistematis sehingga lebih mudah dianalisis dan diolah.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah :
a.

Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan
Standar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

b.

LKS kimia materi pokok larutan elektrolit dan non elektrolit yang menggunakan model PLGI sejumlah 3 LKS.

c.

Soal pretes dan postes yang berjumlah 5 soal essay.

d.

Lembar observasi kinerja guru dan lembar aktivitas siswa,

F. Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.

Observasi pendahuluan
a.

Meminta izin melakukan penelitian ke kepala MAN 2 Tanjung Karang

b.

Mengadakan observasi ke sekolah tempat penelitian untuk mendapatkan
informasi tentang data siswa, karakteristik siswa, jadwal dan sarana
prasarana yang ada di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana
pendukung pelaksanaan penelitian.

24

c.
2.

Menentukan dua kelas sebagai kelas sampel.

Pelaksanaan penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu :
a. Tahap persiapan, menyusun perangkat pembelajaran yang akan digunakan
selama proses pembelajaran, antara lain Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS), serta penyusunan
kisi-kisi butir soal tes.
b. Tahap pelaksanaan penelitian.
Urutan prosedur pelaksanaannya sebagai berikut :
1) Melakukan pretes di kedua kelas;
2) Implementasi pembelajaran PLGI pada kelas eksperimen dan
pembelajaran konvensional pada kelas kontrol;
3) Memberikan postes di kedua kelas
4)

Mengumpulkan data, menganalisis data, dan menarik kesimpulan

25

Secara umum alur penelitian dapat digambarkan melalui bagan berikut:
Observasi Pendahuluan

Menentukan Populasi
dan Sampel

Mempersiapkan instrumen

Validasi instrumen

Kelas Eksperimen

Pretes

Pembelajaran Peer
Led Guided Inquiry

Postes

Kelas Kontrol

Pembelajaran
konvensional

Analisis Data
Kesimpulan
Gambar 1. Prosedur pelaksanaan penelitian.

G. Teknik Analisis Data
Tujuan analisis data yang dikumpulkan untuk memberikan makna atau arti yang
digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah dan
analisis data. Langkah-langkah analisis data sebagai berikut:
1.

Mengubah skor menjadi nilai

Perhitungan nilai pretes atau postes menggunakan rumus sebagai berikut:


26

2.

Perhitungan n-Gain

Untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran PLGI dalam meningkatkan
keterampilan mengkomunikasikan dan menyimpulkan, dilakukan perhitungan
nilai gain ternormalisasi dengan menggunakan rumus n-Gain menurut Meltzer
adalah sebagai berikut :

n - Gain (g) 

nilai postes- nilai pretes

nilai maksimum - nilai pretes

3. Uji hipotesis

a)

Uji normalitas

Hipotesis untuk uji normalitas :
Ho = data penelitian berdistribusi normal
H1 = data penelitian berdistribusi tidak normal
Untuk uji normalitas data digunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :
2

= uji Chi- kuadrat
Oi = frekuensi observasi
Ei = frekuensi harapan
Kriteria : Terima H0 atau data berdistribusi normal jika
b)

2

hitung



2
tabel

Uji homogenitas dua varians

Uji homogenitas dua varians digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok

27

sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak. Untuk uji homogenitas
dua varians ini, rumusan hipotesisnya adalah:
H0 : σ12= σ22 Data n-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians
homogen.
H1 : σ12≠ σ22 Data n-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians
yang tidak homogen.
Keterangan:
varians skor kelompok I
varians skor kelompok II

Untuk menguji homogenitas kedua varians kelas sampel, digunakan uji kesamaan
dua varians, dengan rumusan statistik:

Keterangan :

varians terbesar
varians terkecil
Dengan kriteria : Pada taraf 0,05, terima Ho jika F hitung ≤ Ftabel . Ftabel = F ½
(1,2)
c) Uji perbedaan dua rata-rata

Pengujian perbedaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui keterampilan
mengkomunikasikan dan menyimpulkan pada materi larutan elektrolit-

28

nonelektrolit mana yang lebih tinggi antara pembelajaran PLGI dengan pembelajaran konvensional.
Hipotesis 1 (Keterampilan mengkomunikasikan)
Ho : µ 1y≤ µ2y : Rata-rata n-Gain keterampilan mengkomunikasikan siswa
pada larutan elektrolit-nonelektrolit yang diterapkan pembelajaran PLGI kurang dari atau sama dengan rata-rata n-Gain
keterampilan mengkomunikasikan siswa dengan pembelajaran
konvensional.
H1 : µ 1y> µ 2y : Rata-rata n-Gain keterampilan mengkomunikasikan siswa
pada materi larutan elektrolit-nonelektrolit yang diterapkan
pembelajaran PLGI lebih tinggi dibandingkan rata-rata n-Gain
keterampilan mengkomunikasikan siswa dengan pembelajaran
konvensional.
Hipotesis 2 (Keterampilan menyimpulkan)
H0 : µ 1x≤ µ2x : Rata-rata n-Gain keterampilan menyimpulkan siswa pada
materi larutan elektrolit-nonelektrolit yang diterapkan
pembelajaran PLGI lebih rendah atau sama dengan rata-rata
n-Gain keterampilan menyimpulkan siswa dengan
pembelajaran konvensional.
H1 : µ 1x> µ 2x

:

Rata-rata n-Gain keterampilan menyimpulkan siswa pada
materi larutan elektrolit-nonelektrolit yang diterapkan
pembelajaran PLGI lebih tinggi dari pada rata-rata n-Gain
keterampilan menyimpulkan siswa dengan

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL SIKLUS BELAJAR PDEODE PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PREDIKSI SISWA

1 30 58

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN MENGKOMUNIKASIKAN PADA MATERI POKOK LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT SERTA REDOKS

1 22 43

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENJELASAN SEDERHANA DAN MENYIMPULKAN PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

0 10 48

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI POKOK LARUTAN NON ELEKTROLIT DAN ELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN MENYIMPULKAN

0 6 42

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DISERTAI MEDIA ANIMASI PADA MATERI LARUTAN NON-ELEKTROLIT DAN ELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN DAN PENGUASAAN KONSEP

1 28 56

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAN PADA MATERI LARUTAN NON-ELEKTROLIT DAN ELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN MENYIMPULKAN SISWA KELAS X

1 21 40

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM SOLVING PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN MENGKOMUNIKASIKAN

1 17 48

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR ORISINIL

6 28 47

EFEKTI V ITAS MODEL PEMBELAJARAN INKURI TERBIMBING PADA MA TERI LARUTAN ELEKTROLIT NON - ELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN MENYIMPULKAN

0 7 45

EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBEDAKAN PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT

2 30 57