Pengolahan Data METODOLOGI PENELITIAN

60 Lintasan C- C’ memotong lintasan A-A’ dan lintasan B-B’ berarah Barat Laut-Tenggara dan melintasi dua mata air panas, Sepporaki dan Riso. Setelah memasukkan input data ke program Grav2DC, dilakukan pembuatan model dengan memasukkan suatu body dengan densitas tertentu, yang mana harus dicocokkan juga pada geologi regiona daerah penelitian. Peta geologi memberikan gambaran geologi secara umum berdasarkan formasi batuan, jenis batuan tersingkap, dan keberadaan patahan pada daerah penelitian. Dengan gambaran-gambaran tersebut, pemodelan struktur bawah permukaan pada metode gayaberat akan menghasilkan respon yang cocok atau fit dengan data lapangan. Input dari Grav3D adalah data anomali residual .grv, dan mesh .txt, sehingga didapatkan output berupa model 3D daerah penelitian yang mendekati keadaan yang sebenarnya. 5. Analisis derivative Analisis derivative yang digunakan untuk mengetahui jenis patahan adalah turunan kedua anomali Bouguer atau Second Vertical Derivative SVD. SVD dalam menentukan jenis patahan dilakukan dengan bantuan peta geologi regional daerah penelitian, yaitu slicing keberadaan patahan yang nampak pada peta geologi. Patahan tersebut merupakan patahan mayor yang dapat menjadi acuan pada pemodelan 2,5D. Pada kontur SVD dibuat berdasarkan prinsip dasar dan teknik perhitungan yang telah dijelaskan oleh Henderson Zietz 1949, Elkins 1951, dan Rosenbach 1953. Namun dalam penelitian kali ini, peneliti menggunakan filter 61 Elkins yang dianggap filter terbaik dari filter lainnya. Berikut adalah filter Elkins 1951 yang dipakai : Gambar 31. Filter Elkins 1951. Kemudian penampang SVD didapatkan dari lintasan pada peta kontur SVD, dimana lintasan yang diambil merupakan lintasan yang sama dengan lintasan pada peta anomali Bouguer.

D. Analisis Struktur dan Model Bawah Permukaan

Analisis yang dilakukan yaitu membandingkan hasil pemodelan 2,5D dan model 3D gayaberat dengan data pendukung peta anomali magnet total, informasi nilai tahanan jenis pada pemodelan inversi 2D magnetotellurik, serta informasi geokimia yang semuanya telah terpublikasi oleh Pusat Sumber Daya Geologi PSDG. Informasi peta anomali magnet total digunakan sebagai informasi tambahan terkait keberadaan patahan, dengan adanya pola anomali positif-negatif. Mengetahui keberadaan batuan penudung cap rock sistem panas bumi Lilli-Sepporaki dengan informasi nilai tahanan jenis pada pemodelan inversi 2D magnetotellurik. Sementara informasi geokimia sebagai konseptual letak reservoir dan juga patahan yang 62 mengontrol Lilli-Sepporaki. Selanjutnya berdasarkan informasi-informasi tersebut, sistem panas bumi Lilli-Sepporaki dapat diinterpretasikan.

E. Diagram Alir

Adapun diagram alir dalam pengolahan data sebagai berikut: Gambar 32. Diagram alir penelitian.

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan, ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Daerah penelitian memiliki nilai anomali Bouguer 44-67 mGal. Anomali rendah dengan rentang nilai 44-51 mGal berada pada bagian Utara daerah penelitian, sedangkan nilai anomali tinggi dengan rentang nilai antara 59- 69 mGal berada pada bagian Selatan daerah penelitian. 2. Analisis SVD pada metode gayaberat menunjukkan patahan mendatar mengontrol Air Panas Riso dan patahan turun mengontol Air Panas Sepporaki, yang mana keduanya berarah Barat Laut-Tenggara. 3. Hasil pemodelan 2,5D menunjukkan: a. Zona alterasi mempunyai nilai densitas rendah 2,27 grcm 3 dan nilai resistivitas 50 m diduga sebagai cap rock yang berasal dari Formasi batuan Vulkanik Tak Terpisahkan Tvt. b. Zona reservoir berasal dari Formasi Andesit Porfir Tp dengan nilai densitas 2,45 grcm 3 , sementara zona heat source diperkirakan berasal dari Formasi batuan Andesit Feldspatoid Tf berumur Tersier kala Eosen dengan nilai densitas 2,95 grcm 3 yang merupakan batuan paling tua pada Formasi ini. 97 4. Analisis geokimia menunjukkan kandungan klorit yang tinggi pada mata air panas Sepporaki APS dan Matangnga APK dengan suhu 190 ○ C- 200 ○ C, sehingga air panas tersebut berasal dari fluida reservoir yang dikontrol oleh patahan. 5. Analisis terpadu geofisika, geologi dan geokimia menunjukkan: a. Daerah prospek berada pada mata air panas Sepporaki APS dengan kedalaman rata-rata 1000 m msl dan ketebalan rata-rata 500 m. b. Sumber panas heat source diperkirakan berada pada kedalaman 3000 m msl.

B. Saran

Penelitian lanjutan gayaberat difokuskan pada area yang lebih luas khususnya di sebelah Utara dan Timur Laut air panas KatimbangAPK daerah Lilli-Sepporaki karena pola patahan yang membuka ke arah Utara memungkinkan terdapatnya prospek panas bumi lainnya serta bukaan patahan yang mengontrol air panas Matangnga APK. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2011. Sesar Turun atau Normal Fault. www.thejugul.wordpress.com , diakses pada 12 Desember 2014. Bakrun. Sumardi, E. dan Kusuma, D.S. 2010. Survei Geofisika Terpadu Daerah Panas Bumi Lili Sepporaki, Kabupaten Polewali Mandar-Provinsi Sulawesi Barat. Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi. 631-641. Blakley, R.J. 1995. Potential Theory in Gravity and Magnetic Applications. Cambridge: Cambridge University Press. Cady, J.W. 1980. Calculation of Gravity and Magnetic Anomalies of Finite- Length Poligonal Prisms. Geophysics. Volume 51. 1494-1498. Cambridge University. Dickson, M.H. dan Mario, F. 2004. What is Geothermal Energy?, www.iga.igg.cnr.it , diakses pada 26 September 2014. Dwikorianto, T. dan Ciptadi. 2006. Exsplorasi, Exsploitasi Pengembangan Panasbumi di Indonesia. Seminar Nasional HM Teknik Geologi UNDIP 2006. Semarang. Elkins, T.A. 1951. The Second Derivative Method of Gravity Interpretation. Geophysics, Volume 23. 97-127. Ellmann, A. 2005. Computational of three stochastic modifications of Stoke’s formula for regional geoid determination. Elsevier Computer Geosciences. 316. 742-755. Grandis, H. 2009. Pengantar Pemodelan Inversi Geofisika. HAGI. Jakarta. Grant, F.S. dan West, G.F. 1965. Interpretation Theory in Applied Geophysics. Mc Graw Hill. New York. Henderson, R.G. dan Zietz, I. 1949. The Computation of Second Vertical Derivative of Geomagnetic Fields. Geophysics. Volume 14, 508 – 516.