Pendekatan Masalah Sumber dan Jenis Data Analisis Data

26 4. Penafsiran Data Tahap ini merupakan tahap dimana teori-teori yang akan diterapkan di dalam suatu data sehingga akan terjadi diskusi antara data di satu pihak dan teori di pihak lain yang pada akhirnya akan diharapkan dan ditemukan beberapa asumsi yang dapat dijadikan dasar untuk mendukung toeri-teori yang sudah ada. V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa 1. Hak untuk beribadah dalam hal ini pelaksanaan perizinan pembangunan rumah ibadat Vihara Tri Dharma Kelurahan Kedamaian Kecamatan Tanjung Karang Timur Bandar Lampung dalam hubungannya dengan rumah ibadah, tidak hanya mencakup hak mendirikan rumah ibadah, tetapi juga bagaimana hak untuk menjalankanmenjaga rumah ibadah tersebut. Kewajiban untuk mendaftarkan perijinan rumah ibadah sering kali dipakai oleh pemerintah untuk mengontrol keberadaan rumah ibadah dan dilakukan dengan cara-cara yang sangat diskriminatif. 2. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan perizinan pembangunan rumah ibadat Vihara Tri Dharma Kelurahan Kedamaian Kecamatan Tanjung Karang Timur Bandar Lampung, sistem perizinan itu dalam kasus-kasus tertentu menimbulkan masalah, hal ini berkaitan dengan kepastian hukum, yang dalam Asas Umum Pemerintahan yang Baik, masuk kategori fair play. Keadaan dan syarat-syarat izin sudah terpenuhi maka tidak ada alasan untuk menunda atau memberikan perizinan tersebut, siapapun pihak yang mengajukannya atau dari pemeluk agama apapun juga. Persoalan tersebut sudah merupakan masalah penerapan hukum yang diselenggarakan dalam tingkat teknis birokrasi.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran-saran yang dapat diberikan oleh peneliti antara lain: 1. Persoalan teknis birokrasi tersebut tidak boleh menghambat atau membelokkan maksud ditetapkannya kebijakan perizinan pendirian rumah ibadat, karena bagaimanapun prinsipnya hal itu dilakukan justru utamanya untuk melindugi HAM, khususnya kebebasan beragama. Sebagai ketetapan pemerintah, izin bukan sumber kewenangan baru melainkan keputusan yang menimbulkan hubungan hukum baru. Izin merupakan keputusan yang bersifat konstitutif yaitu melahirkan adanya hubungan hukum yang tercermin dalam hak dan kewajiban yang baru. 2. Pemohon yang semula belum diperkenankan mendirikan rumah ibadat, dengan IMB rumah ibadat menjadi berhak atau dapat mendirikannya. Oleh karena itu izin sering disebut ”keputusan mencipta.” Sistem perizinan dalam pendirian rumah ibadat tidak bertentangan dengan HAM. Bahkan, secara yuridis merupakan salah satu instrumen pemerintahan yang berfungsi untuk terpenuhinya HAM itu sendiri. Oleh karena itu, prinsip itu tidak boleh dicederai dengan adanya persoalan-persoalan teknis birokratis yang dapat menyayat-nyayat makna dan tujuan tersebut. I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan sarana dan prasarana ibadat tersebut terutama dilakukan atas peran serta masyarakat yang mencerminkan besarnya kesadaran beragama masyarakat. Atas prakarsa dan swadaya masyarakat yang makin meningkat, jumlah tempat peribadatan terus bertambah sehingga diharapkan akan semakin memudahkan dan memberikan perasaan nyaman dan khusus bagi setiap umat dalam menunaikan ibadahnya. Dengan meningkatnya jumlah sarana dan prasarana ibadat tersebut, maka kesempatan umat beragama untuk menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agama masing-masing makin luas. Dalam rangka membina kerukunan hidup antar umat beragama sehingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa yang harmonis, kegiatan musyawarah antar umat beragama terus ditingkatkan. Kegiatan yang dilakukan meliputi antara lain musyawarah antar umat beragama, musyawarah antara umat berbagai agama, dan musyawarah cendekiawan berbagai agama. Pembangunan rumah ibadat tidaklah semata-mata untuk keperluan ibadat ritual saja, tetapi juga untuk melakukan aktivitas sosial yang dianggap senafas dengan pemahaman agama itu sendiri. Jadi, sekali lagi, dalam konteks ini, masalah pendirian rumah ibadat dipandang sebagai persoalan hak asasi manusia HAM karena termasuk wahana memanifestasikan agama dan keyakinan. Namun, secara faktual juga harus dipahami bahwa pendirian tempat ibadat tidaklah berada dalam ruang kosong. Ia harus menjadi bagian dari sebuah komunitas sosial yang kadang- kadang tidak identik dengan “pemeluknya”, tetapi lebih luas lagi, ini berada dalam tatanan ruang social dan psikologis sekaligus karena menyangkut “hajat hidup orang banyak.” Pendirian rumah ibadat secara fisik berkaitan dengan kepentingan umum, terutama peruntukkan sebuah lokasi dikaitkan dengan berbagai kepentingan, termasuk tata ruang. Menurut Mieke Komar 2004, pengaturan tata ruang sepenuhnya bersifat publik atau menjadi bagian integral dari aspek yuridis kenegaraan maupun kemasyarakatan. Adanya keperluan nyata dan sungguh- sungguh berdasarkan komposisi jumlah penduduk bagi pelayanan umat beragama yang bersangkutan menjadi logis karena subyek penataan ruang pada dasarnya menyangkut pemerintah, orang seorang, kelompok orang atau badan hukum. Menurut Prasetijo Rijadi 2005 syarat dukungan sosiologis di atas diterjemahkan dalam bentuk persyaratan administratif antara lain mencakup persyaratan yang bersifat khusus, sebagaimana diatur di dalam Pasal 14 ayat 2 Permen yang pada intinya mencakup: daftar nama dan KTP pengguna rumah ibadat minimal 90 orang yang disahkan oleh pejabat setempat sesuai dengan tingkat batas wilayah penduduk ditentukan batas wilayah kelurahan, dukungan masyarakat setempat minimal 60 orang yang disahkan oleh lurahkepala desa, rekomendasi tertulis kepala kantor departemen agama kabupatenkota. Masalah perizinan pendirian rumah ibadat terjadi di Bandar Lampung. Masyarakat Kelurahan Kedamaian Kecamatan Tanjungkarang Timur TkT yang menolak pembangunan Vihara Tri Dharma terancam menemui jalan buntu. Hal ini menyusul terbitnya surat edaran SE Pemprov Lampung No: 451.21543II.032010 yang menetapkan pembangunan Vihara Tri Dharma dapat dilanjutkan. Dalam surat yang ditandatangani Sekprov Lampung Irham Djafar Lan Putra tanggal 25 Juni tegas menyatakan jika pembangunan Vihara Tri Dharma dapat dilanjutkan. Berkaitan dengan hal itu, pemkot diminta untuk memfasilitasi perdamaian antara masyarakat kedamaian dan panitia pembangunan Vihara Tri Dharma. Menindaklanjuti pengaduan warga kedamaian menteri dalam negeri menerbitkan SK No: 455.2229.III tanggal 15 Januari. Surat tersebut meminta Gubernur Lampung untuk memfasilitasi dan mengambil penyelesaian secara arif sesuai ketetuan surat keputusan bersama menteri dalam negeri dan menteri agama No: 8- 92006 tentang pendirian rumah ibadat. Menindaklanjuti surat mendagri tersebut gubernur menerbitkan SK pembentukan tim koordinasi penutuasan kasus Vihara Tri Dharma dengan No: 450174II.0312010. Berdasarkan hasil kajian dan penelitian berkas dan rapat gabungan antara dinasinstasi terkait dengan warga kelurahan kedamaian, tim akhirnya mengambil keputusan jika pembangunan Vihara dapat dilanjutkan sebagaimana tertuang dalam SE No: 451.21543II.032010. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul: Pelaksanaan Perizinan Pembangunan Rumah Ibadat Vihara Tri Dharma Kelurahan Kedamaian Kecamatan Tanjung Karang Timur Bandar Lampung .

Dokumen yang terkait

KEBERADAN INDUSTRI TEMPE TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DI KELURAHAN SAWAH BREBES KECAMATAN TANJUNG KARANG TIMUR KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2009

1 13 68

PENGARUH PERHATIAN IBU “SINGLE PARENT” YANG BEKERJA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN KOTABARU KECAMATAN TANJUNG KARANG TIMUR BANDAR LAMPUNG

0 6 19

PENGARUH PERHATIAN IBU “SINGLE PARENT” YANG BEKERJA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN KOTABARU KECAMATAN TANJUNG KARANG TIMUR BANDAR LAMPUNG

0 5 19

HUBUNGAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA YANG DILAKUKAN SUAMI PADA ISTRI DENGAN PERILAKU KEKERASAN IBU PADA ANAK DI WILAYAH KELURAHAN KALIAWI KECAMATAN TANJUNG KARANG PUSAT BANDAR LAMPUNG

2 8 115

PENGARUH KOMUNIKASI KELUARGA TERHADAP PERILAKU REMAJA DALAM CARA BERPACARAN (Study Kasus pada Remaja Di Kelurahan Sawah Brebes, Kecamatan Tanjung Karang Timur, Bandar Lampung).

0 4 4

PENGARUH KOMUNIKASI KELUARGA TERHADAP PERILAKU REMAJA DALAM CARA BERPACARAN (Study Kasus pada Remaja Di Kelurahan Sawah Brebes, Kecamatan Tanjung Karang Timur, Bandar Lampung).

0 9 4

SOSIALISASI PENDIDIKAN SEKS BAGI REMAJA DALAM KELUARGA (Studi Kasus di Kelurahan Penengahan Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung )

0 8 15

NYERUIT DI KEDAMAIAN (KAJIAN KEYAKINAN MAKANAN SERTA PERUBAHANNYA PADA ORANG LAMPUNG DI KELURAHAN KEDAMAIAN, KECAMATAN KEDAMAIAN, BANDAR LAMPUNG)

5 51 77

PROFIL PEDAGANG LESEHAN DI JALAN KARTINI KELURAHAN PALAPA KECAMATAN TANJUNG KARANG PUSAT KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015

1 7 51

POLA AKTIVITAS SAKAI SAMBAYAN DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL DI KELURAHAN KEDAMAIAN KECAMATAN KEDAMAIAN BANDAR LAMPUNG

0 13 66