Kemandirian Fiskal TINJAUAN PUSTAKA

25 prasarana dan sarana tertentu untuk periode terbatas, tidak melebihi 3 tiga tahun.

2.3.4 Pinjaman Daerah

Membiayai kebutuhan daerah berkaitan dengan penyediaan prasarana yang dapat menghasilkan pengeluaran modal, daerah juga dapat melakukan pinjaman baik dari dalam negeri Pusat dan Lembaga Keuangan maupun dari luar negeri dengan persetujuan Pusat.

2.3.5 Lain-Lain Pendapatan

Lain-lain pendapatan terdiri atas pendapatan hibah dan pendapatan dana darurat. Hibah kepada daerah, yang bersumber dari luar negeri, dilakukan melalui pemerintah pusat. Pemerintah mengalokasikan dana darurat yang berasal dari APBN untuk keperluan mendesak bencana nasional dan atau peristiwa luar biasa yang tidak dapat diatasi oleh daerah dengan menggunakan sumber APBD.

2.4 Kemandirian Fiskal

Indikator kemandirian fiskal dikenal dengan namaautonomy indicator. Indicator ini mengatur otonomi tingkat kemandirian fiskal dari pemerintah daerah. Sebagai contoh, jika persentase pendapatan atau belanja pemerintah daerah adalah kecil dibandingkan dengan total pendapatan atau belanja Negara, maka tingkat kemandirian daerah tersebut dinilai tinggi jika semua kebutuhan fiskal dibiayai oleh pemerintah daerah sendiri, dalam hal pemerintah tersebut menerapkan kebijakan desentralisasi fiskal. Kebutuhan Fsikal dalam Nordiawan 2008 : 56 merupakan Universitas Sumatera Utara 26 kebutuhan pendanaaan daerah untuk melaksanakan fungsi layanan dasar umum antara lain kesehatan, pendidikan, infrastruktur, dan pengentasan kemiskinan. Setiap kebutuhan pendanaan tersebut diukur secara berturut- turut menggunakan variabel jumlah penduduk, luas wilayah, Indeks Kemahalan Konstruksi, PDRB, dan IPM, sedangkan kepastian fiskal daerah dihitung berdasarkan Pendapatan Asli Daerah dan Dana Bagi Hasil. Kemandirian fiskal dapat diukur dengan indicator otonomi yang terdiri atas berbagai ukuran kemandirian fiskal.Salah satu argumen yang mendasari penggunaan indicator ini adalah suatu daerah dapat memperoleh dana perimbangan yang kecil dari pemerintah pusat, namun pendelegasian fiskal di daerah tersebut akan dipandang cukup tinggi apabila pemerintah daerah mampu mendanai pengeluaran dengan PAD yang dimilikinya. Proxy level kemandirian fiskal dapat dijelaskan dengan rasio antara lain : 1. Rasio total PAD seluruh kabupaten di suatu propinsi terhadap total pendapatan, baik yang memperhitungkan DAU dan DAK. 2. Rasio total PAD seluruh kabupatenkota di suatu propinsi terhadap total pendapatan, tanpa memperhitungkan DAU dan DAK. 3. Rasio PAD terhadap total pengeluaran. 4. Rasio PAD terhadap dana perimbangan. Rasio PAD terhadap total pengeluaran menyajikan tingakt independensi suatu daerah dalam membiayai pengeluaran APBD. Semakin besar rasio PAD terhadap total penegluaran semakin besar pula tingkat otonomi di daerah tersebut. “Semakin besar PAD yang diterima pemerintah daerah maka ketergantungan terhadap pemerintah pusat seyogianya kian mengecil sehingga derajat disentralisasi fiskal semakin baik”. Setiyawati 2007 : 211 Universitas Sumatera Utara 27 DJPK dalam Deskripsi dan Analisis APBD 2011 menjelaskan bahwa kemandirian fiskal dapat diketahui melalui rasio kemandirian daerah yang dicerminkan oleh rasio Pendapatan Asli Daerah terhadap total pendapatan, serta rasio transfer terhadap total pendapatan.Dua rasio tersebut memiliki sifat berlawanan, yaitu semakin tinggi rasio PAD semakin tinggi kemandirian daerah dan sebaliknya untuk rasio transfer.

2.5 Pertumbuhan Ekonomi

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Kemandirian Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Era Disentralisasi Fiskal Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Periode 2008-2012

6 112 101

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Perimbangan terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

2 38 82

Pengaruh Desentralisasi Fiskal dan Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

4 48 105

Analisis Pengaruh Dana Perimbangan dan PAD terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Era Otonomi Daerah.

3 55 57

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

1 40 75

Analisis Pengaruh Desentralisasi Fiskal terhadap Ketimpangan Pembangunan pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

0 31 81

Analisis Pengaruh Transfer Dana Perimbangan, Pendapatan Asli Daerah, dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

3 50 114

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Kemandirian Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Era Disentralisasi Fiskal Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Periode 2008-2012

0 0 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis - Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Kemandirian Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Era Disentralisasi Fiskal Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Periode 2008-2012

0 0 29

KATA PENGANTAR - Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Kemandirian Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Era Disentralisasi Fiskal Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Periode 2008-2012

0 0 14