Pengaruh Komunikasi Interpersonal terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Pengaruh Komunikasi Interpersonal terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar

5.1.1. Pengaruh Keterbukaan terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Dolok Kabupaten Deli Serdang Hasil penelitian tentang variabel keterbukaan ditemukan ibu yang menyatakan adanya keterbukaan dari petugas kesehatan dengan persentase lengkap imunisasi dasar bayinya sebesar 85,7. Uji statistik menunjukkan variabel keterbukaan berpengaruh terhadap kelengkapan imunisasi dasar. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan semakin tinggi keterbukaan komunikasi interpersonal petugas kesehatan kepada ibu maka akan meningkat kelengkapan imunisasi dasar. Keterbukaan penting karena merupakan dasar dari mengertinya orang dalam hal menerima informasi dapat lebih mudah diterima dan diadopsi pada orang. Dalam hal ini keterbukaan komunikasi interpersonal petugas kesehatan masih kurang dapat kita lihat dari 66 orang ibu, yang menyatakan ada keterbukaan komunikasi interpersonal petugas kesehatan terhadap ibu sebanyak 28 orang 42,4. Keterbukaan petugas kesehatan yang diterima oleh ibu akan berpengaruh terhadap kelengkapan imunisasi dasar, dengan keterbukaan yang diperolehnya, akan berusaha untuk lebih mengetahui tentang imunisasi dasar dan lebih berupaya mencari informasi tentang jenis dan manfaat jenis imunisasi dasar. Keterbukaan akan membuat seseorang ingin lebih mengetahui lebih banyak hal yang diperlukan dan Universitas Sumatera Utara lebih tanggap terhadap informasi serta peka melihat perubahan-perubahan yang terjadi. Pada penelitian ini masih banyak ibu yang menyatakan petugas kesehatan tidak ada keterbukaan saat melakukan komunikasi interpersonal tentang kelengkapan imunisasi dasar yaitu petugas kesehatan tidak menjelaskan jadwal pemberian imunisasi DPT sebesar 51,5, petugas kesehatan tidak menjelaskan jadwal pemberian campak sebesar 54,5, petugas kesehatan tidak menjelaskan manfaat dari pemberian imunisasi polio sebesar 51,5 dan petugas kesehatan tidak menjelaskan efek samping setiap pemberian imunisasi yang diberikan sebesar 54,5. Keterbukaan yang dilakukan oleh petugas kesehatan terhadap ibu yang mempunyai balita saat melakukan komunikasi interpersonal adalah dengan terbuka menjelaskan semua jenis-jenis imunisasi dasar dan kegunaannya masing-masing, menjelaskan secara terbuka jadwal pemberian setiap jenis imunisasi, menjelaskan secara jelas manfaat dan efek samping setiap imunisasi dasar. Selain itu komunikasi interpersonal yang dilakukan petugas kesehatan adalah dengan menjelaskan semua yang berhubungan dengan imunisasi dasar secara terperinci dan jelas dan petugas kesehatan menunjukkan sudah memberikan segala informasi yang penting tentang imuniasasi dasar kepada ibu. Dengan komunikasi interpersonal antara petugas kesehatan dengan ibu dapat membantu dan mendorong keinginan ibu untuk lebih mengikuti jadwal pemberian imunisasi dasar. Universitas Sumatera Utara Hal ini sesuai Sedarmayanti 2001 yang dikutip oleh Hardywinoto 2007, keterbukaan akan mendorong individu untuk mengungkapkan segala sesuatu yang akan dibicarakan dan merupakan salah satu unsur penting yang dapat memengaruhi seseorang untuk bertindak yang lebih bagus. Komunikasi interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi dan sebaiknya harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan orang lain. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan dan kita berhak mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk dari pada ketidak acuhan, bahkan ketidak sependapatan jauh lebih menyenangkan. Kita memperlihatkan keterbukaan spontan terhadap orang lain. Hasil penelitian tentang variabel empati ditemukan ibu yang menyatakan adanya empati dari petugas kesehatan dengan persentase lengkap imunisasi dasar Menurut Deborah 1996, bahwa seni komunikasi adalah mengidentifikasikan isyarat orang lain, mengenali bagaimana isyarat-isyarat tersebut digunakan, dan memahami apa artinya. Mereka yang hubungannya akrab akan menyadari bahwa mengenali isyarat-isyarat orang lain memerlukan waktu yang sangat lama dan seringkali membutuhkan kesabaran. Jika kita ingin benar-benar memahami apa yang dimaksud seseorang, bukan sekadar mengerti apa yang dikatakan atau dilakukannya, kita harus mengenal ada keterbukaan dalam berkomunikasi. 5.1.2. Pengaruh Empati terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Dolok Kabupaten Deli Serdang Universitas Sumatera Utara sebesar 92,9. Uji statistik menunjukkan variabel empati berpengaruh terhadap kelengkapan imunisasi dasar. Hal ini sesuai sesuai menurut Devito 1997 bahwa empati merupakan sebagai ”kemampuan seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu. Dengan adanya empati dari petugas kesehatan, maka petugas kesehatan akan merasakan apa yang akan dialami oleh ibu yang akan memberi imunisasi dasar pada bayinya. Dalam penelitian ini adanya empati dari petugas kesehatan terhadap sikap ibu serta harapan dan ibu untuk melaksanakan kelengkapan imunisasi dasar. Pada penelitian ini masih banyak ibu yang menyatakan petugas kesehatan tidak ada empati saat melakukan komunikasi interpersonal tentang kelengkapan Menurut Ann Marriner 1996, selama berinteraksi atau tanya jawab dalam komunikasi kita terlibat dan menghargai lawan bicara dengan kemauan untuk memperhatikan bukan sekedar mendengarkan dan memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengutarakan segala topik yang sedang dibicarakan. Empati dari petugas kesehatan berarti penting karena merupakan salah satu dasar dari mengertinya orang dalam hal menerima informasi dapat lebih mudah diterima dan diadopsi pada orang. Dalam hal ini empati saat melakukan komunikasi interpersonal petugas kesehatan masih kurang dapat kita lihat dari 66 orang ibu yang menyatakan ada empati dari petugas kesehatan terhadap ibu saat berkomunikasi dengan ibu sebanyak 28 orang 42,4. Universitas Sumatera Utara imunisasi dasar yaitu petugas kesehatan tidak memiliki kemampuan menyesuaikan diri pada ibu saat berkomunikasi sebesar 50,0, dan petugas kesehatan tidak memberikan tanggapan yang baik pada saat ibu menyampaikan keluhan sebesar 51,5. Empati yang dilakukan petugas kesehatan adalah dengan menempatkan diri secara emosional dan intelektual pada posisi ibu, melibatkan apa yang dirasakan oleh ibu, bagaimana menempatkan diri sebagai orang lain, sehingga petugas kesehatan dapat merasakan apa yang di rasakan ibu. Empati petugas kesehatan memainkan peranan penting dalam melakukan komunikasi interpersonal. Dalam penelitian ini empati yang dilakukan oleh petugas kesehatan saat melakukan komunikasi interpersonal adalah proses mental yang kompleks. Dalam proses empati maka ada hubungan yang saling berinteraksi antara penularan emosi, pengambilan perspektif dan akurasi empati satu sama lain untuk menghasilkan respon adaptif sosial. Ibu yang merasakan tidak ada empati dari petugas kesehatan lebih banyak tidak lengkap imunisasi dasar pada bayinya, hal ini menunjukkan bahwa ibu yang merasakan tidak ada empati dari petugas kesehatan kurang menerima komunikasi interpersonal dari petugas kesehatan tentang kelengkapan imunisasi dasar. Dalam keadaan ini upaya untuk meningkatkan kelengkapan imunisasi dasar pada ibu dapat dilakukan dengan jalan meningkatkan komunikasi interpersonal yang menunjukkan rasa empati dari petugas kesehatan. Peningkatan komunikasi interpersonal empati tentu dapat merubah sikap atau pandangan ibu tentang kelengkapan imunisasi dasar. Universitas Sumatera Utara 5.1.3. Pengaruh Sikap Mendukung terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Dolok Kabupaten Deli Serdang Hasil penelitian tentang variabel sikap mendukung menunjukkan bahwa ibu yang menyatakan adanya sikap mendukung dari petugas kesehatan saat berkomunikasi untuk kelengkapan imunisasi dasar, diperoleh bahwa persentase ibu lengkap imunisasi bayinya sebesar 81,0. Uji statistik menunjukkan variabel sikap mendukung berpengaruh terhadap kelengkapan imunisasi dasar. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan semakin ada sikap mendukung dari petugas kesehatan saat berkomunikasi interpersonal dengan ibu mampu meningkatkan kelengkapan imunisasi dasar. Namun pada penelitian ini walaupun ada sikap mendukung dari petugas kesehatan saat komunikasi interpersonal terhadap ibu masih terdapat tidak lengkap imuninisasi dasar bayi ibu. Pada penelitian ini sikap mendukung yang perlu ditingkatkan petugas kesehatan adalah memberi dorongan kepada ibu sewaktu berkomunikasi tentang imunisasi dasar sebesar 45,5, petugas kesehatan menghargai ibu ketika berkomunikasi sebesar 45,5 dan petugas kesehatan mendukung ketika ibu memutuskan dalam pelaksanaan kelengkapan imunisasi dasar sebesar 63,6. Sikap mendukung dari petugas kesehatan saat melakukan komunikasi interpersonal adalah sikap yang memiliki komitmen untuk mendukung terselenggaranya interaksi secara terbuka tentang pelaksanaan imunisasi dasar. Sikap mendukung dari petugas kesehatan memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap deskriptif dan spontan memberikan dukungan kepada ibu. Universitas Sumatera Utara Hal ini sesuai dengan Sarwono 2003, dukungan adalah suatu upaya yang diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam melaksanakan kegiatan. Selain itu penelitian ini sesuai menurut Wayne Pace 2002, dalam berkomunikasi harus dapat menciptakan tujuan dan memberikan energi dan dukungan bagi perilaku seseorang. Dukungan merupakan dorongan bertindak untuk memenuhi suatu kebutuhan, dirasakan sebagai kemauan, keinginan, yang kemudian terwujud dalam bentuk perilaku nyata. Pada penelitian ini masih banyak ibu yang menyatakan tidak mendapatkan dukungan dari petugas kesehatan dalam kelengkapan imunuisasi dasar. Berdasarkan keadaan ini ibu perlu mendapatkan dukungan dari petugas kesehatan untuk kelengkapan imunisasi bayinya. Untuk meningkatkan kelengkapan imunisasi dasar perlu dilakukan melalui pendekatan komunikasi interpersonal yaitu sikap mendukung dari petugas kesehatan tentang imunisasi dasar dan kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Bandar Dolok Kabupaten Deli Serdang. 5.1.4. Pengaruh Sikap Positif terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Dolok Kabupaten Deli Serdang Hasil penelitian tentang variabel sikap positif menunjukkan bahwa ibu yang menyatakan adanya sikap positif dari petugas kesehatan saat berkomunikasi untuk kelengkapan imunisasi dasar, diperoleh bahwa persentase lengkap imunisasi bayinya sebesar 90,0. Uji statistik menunjukkan variabel sikap positif tidak berpengaruh Universitas Sumatera Utara terhadap kelengkapan imunisasi dasar. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan semakin ada sikap positif dari petugas kesehatan saat berkomunikasi interpersonal dengan ibu maka belum tentu akan meningkatkan kelengkapan imunisasi dasar. Hal ini terjadi variabel lain yang lebih dominan berpengaruh terhadap kelengkapan imunisasi dasar. Penelitian ini menunjukkan walaupun ada sikap positif dari petugas kesehatan saat komunikasi interpersonal terhadap ibu tidak mengakibatkan peningkatan kelengkapan imunisasi dasar. Banyak faktor yang dapat menyebabkan ibu untuk kelengkapan imunisasi dasar bayinya. Petugas kesehatan sebagai komunikator yang paling dekat dengan ibu bukan hanya berperan sebagai tenaga kesehatan saja tetapi juga memiliki peran serta dalam memberikan dukungan kepada ibu sejak ibu melakukan imunisasi dasar bayinya. Pada penelitian ini masih banyak ibu yang menyatakan petugas kesehatan tidak bersikap positif saat melakukan komunikasi interpersonal tentang kelengkapan imunisasi dasar yaitu petugas kesehatan tidak menginformasikan efek samping pemberian imunisasi kepada ibu sebesar 54,5 dan petugas kesehatan tidak membantu ibu untuk mengambil keputusan keputusan sebesar 83,3 Hal ini membuat ibu tidak lengkap imunisasi dasar bayinya. Berdasarkan keadaan ini perlu meningkatkan pemahaman bagi petugas kesehatan bahwa ibu perlu mendapatkan sikap positif dari petugas kesehatan untuk melaksanakan imunisasi dasar bayi. Universitas Sumatera Utara Sikap positif petugas kesehatan terhadap ibu adalah secara positif mendorong ibu yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif petugas kesehatan mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi. Menurut Devito 1997, dalam melakukan komunikasi interpersonal petugas kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan sedikitnya dua cara: 1 menyatakan sikap positif dan 2 secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri dan perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Untuk meningkatkan kelengkapan imunisasi dasar dapat dilakukan melalui pendekatan komunikasi interpersonal dari petugas kesehatan tentang imunisasi dasar yang dilakukan oleh petugas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Bandar Dolok Kabupaten Deli Serdang. Pada komunikasi interpersonal tersebut ditekankan bahwa petugas kesehatan sebagai tenaga kesehatan atau mediator yang paling dekat dengan ibu harus memiliki peran serta dalam memberikan sikap positif kepada ibu. Universitas Sumatera Utara 5.1.4. Pengaruh Kesetaraan terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Dolok Kabupaten Deli Serdang Hasil penelitian tentang variabel kesetaraan ditemukan ibu yang menyatakan adanya kesetaraan dari petugas kesehatan dengan persentase lengkap imunisasi dasar bayinya sebesar 88,9. Uji statistik menunjukkan variabel kesetaraan tidak berpengaruh terhadap kelengkapan imunisasi dasar. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan adanya kesetaraan komunikasi interpersonal petugas kesehatan dengan ibu maka tidak meningkatkan kelengkapan imunisasi dasar. Hal ini menunjukkan bahwa kesetaraan saat berkomunikasi interpersonal petugas kesehatan terhadap ibu kurang bermanfaat dalam berkomunikasi interpersonal. Hal ini tidak sesuai menurut Devito 1997, bahwa dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan, ketidak-sependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain, kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Menurut Roger 1995, dalam berkomunikasi harus berusaha untuk mengadakan persamaan dengan orang lain. Dengan komunikasi kita berhubungan Universitas Sumatera Utara dan mengajak orang lain untuk mengerti apa yang kita sampaikan. Komunikasi adalah suatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Dalam berkomunikasi seseorang harus memiliki dasar sebagai berikut; niat, minat, pandangan, lekat, libat. Dalam proses komunikasi kita juga harus ingat bahwa ada hambatan yaitu baik dari pengirim, saluran, penerima dan umpan balik serta hambatan fisik dan psikologis. Kesetaraan yang dilakukan oleh petugas kesehatan adalah ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan, Hasil penelitian tentang variabel umur ditemukan ibu dengan umur 20-35 tahun dengan proporsi lengkap imunisasi dasar bayinya sebesar 63,8. Berdasarkan hasil penelitian tidak ada hubungan umur ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar. Mengacu pada hasil tersebut dapat dijelaskan semakin tinggi umur belum tentu akan meningkat kelengkapan imunisasi dasar. Terlepas dari itu, umur penting karena umur ketidak-sependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain. Kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. 5.2. Pengaruh Karakteristik Ibu terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar 5.2.1. Pengaruh Umur Ibu terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Dolok Kabupaten Deli Serdang Universitas Sumatera Utara merupakan salah satu faktor yang memengaruhi perilaku seseorang termasuk dalam pelaksanaan imunisasi. Dalam penelitian ini mereka yang berumur tua tidak mempunyai peluang yang lebih besar untuk lengkap imunisasi dasar bayinya dibandingkan dengan yang muda. Umur yang semakin meningkat lebih menjadi alasan utama responden untuk tidak melaksanakan imunisasi dasar. . Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ningrum pada tahun 2008, tentang faktor-faktor yang memengaruhi kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Bayudomo Bayolali. Hasil penelitian ini yaitu tingkat umur mempunyai pengaruh yang positif terhadap kelengkapan imuniasi dasar Menurut Ningrum dan Sulastri 2008, menyatakan semakin tinggi umur ibu ada kecenderungan semakin banyak pengetahuan yang dimilikinya. Menurut Notoatmodjo 2003, mengungkapkan bahwa umur merupakan salah satu faktor yang memengaruhi perilaku seseorang termasuk dalam pelaksanaan imunisasi. Ibu yang berumur tua lebih mempunyai kedewasaan dalam berpikir dalam hal ini lebih memanfaatkan pelayanan kesehatan dibandingkan dengan yang muda. Umur yang semakin meningkat akan lebih memikirkan hal-hal yang sangat penting termasuk untuk melaksanakan imunisasi Notoadmodjo, 2007. 5.2.2. Pengaruh Pendidikan Ibu terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Dolok Kabupaten Deli Serdang Hasil penelitian tentang variabel pendidikan ditemuka n ibu dengan pendidikan menengah dengan proporsi lengkap imunisasi dasar bayinya sebesar 51,6. Berdasarkan hasil penelitian tidak ada hubungan tingkat pendidikan ibu Universitas Sumatera Utara dengan kelengkapan imunisasi dasar. Mengacu pada hasil tersebut dapat dijelaskan semakin tinggi tingkat pendidikan belum tentu akan meningkat kelengkapan imunisasi dasar. Terlepas dari itu, pendidikan penting karena merupakan dasar dari mengertinya orang dalam hal menerima informasi dapat lebih mudah diterima dan diadopsi pada orang yang mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dari pada pendidikan rendah. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ningrum pada tahun 2008, tentang faktor-faktor yang memengaruhi kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Bayudomo Bayolali. Hasil penelitian ini yaitu tingkat pendidikan mempunyai pengaruh yang positif terhadap kelengkapan imuniasi dasar Menurut Ningrum dan Sulastri 2008, menyatakan semakin tinggi tingkat pendidikan ibu ada kecenderungan semakin banyak pengetahuan yang dimilikinya. Menurut Notoatmodjo 2003, bahwa mengungkapkan bahwa seseorang yang tingkat pendidikannya tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut. Ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan. Bahwa penggunaan posyandu dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dapat membuat orang menjadi berpandangan lebih luas berfikir dan bertindak secara rasional sehingga latar belakang pendidikan seseorang dapat mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan Notoadmodjo, 2007. Universitas Sumatera Utara Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin baik pula tingkat pengetahuannya. Ibu dengan pendidikan yang relatif tinggi cenderung memiliki kemampuan untuk menggunakan sumber daya keluarga yang lebih baik dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan rendah, sehingga memberi dampak dalam mengakses pengetahuan khususnya dibidang kesehatan untuk penerapan dalam kehidupan keluarga terutama pada pengasuh anak balita Notoadmodjo, 2007. 5.2.3. Pengaruh Pekerjaan terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Dolok Kabupaten Deli Serdang Hasil penelitian tentang variabel pekerjaan ditemuka n ibu yang bekerja dengan proporsi lengkap imunisasi dasar bayinya sebesar 63,2. Berdasarkan hasil penelitian tidak ada hubungan pekerjaan dengan kelengkapan imunisasi dasar. Mengacu pada hasil tersebut dapat dijelaskan ibu yang bekerja lebih banyak lengkap imunisasi dasar anaknya dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja yang seharusnya memiliki waktu yang cukup banyak untuk membawa anak untuk imunisasi. Hal ini terjadi disebabkan ada faktor lain yang lebih dominan yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar. Pada penelitian ini juga diperoleh bahwa ibu yang tidak bekerja mencapai 46,4 tidak lengkap imunisasi dasar bayinya. Hal ini sesuai dengan penelitian Astrianzah 2011 bahwa tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan kelengkapan imunisasi p0,05. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ningrum pada tahun 2008, tentang faktor-faktor yang memengaruhi kelengkapan imunisasi dasar pada Universitas Sumatera Utara bayi di Puskesmas Bayudomo Bayolali. Hasil penelitian ini yaitu pekerjaan ibu tidak mempunyai pengaruh yang positif terhadap kelengkapan imuniasi dasar 5.2.4. Pengaruh Pengetahuan terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Dolok Kabupaten Deli Serdang Hasil penelitian tentang variabel pengetahuan ditemukan ibu pada pengetahuan dengan kategori baik dengan persentase lengkap imunisasi dasar bayinya sebesar 82,1. Uji statistik chi-square menunjukkan variabel pengetahuan berpengaruh terhadap kelengkapan imunisasi dasar. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa tingkat pengetahuan berbanding lurus dengan kelengkapan imunisasi dasar, artinya semakin rendah pengetahuan responden maka imunisasi dasar bayi juga rendah. Demikian juga sebaliknya jika pengetahuan responden tinggi maka kelengkapan imunisasi dasar bayi juga akan meningkat. Pengetahuan ibu yang baik tentang hakekat imunisasi dasar akan memengaruhi mereka dalam melaksanakan kelengkapan imunisasi dasar bayinya termasuk macam imunisasi, jadwal imunisasi dan manfaat setiap jenis imunisasi, sehingga demikian kesadaran mereka tinggi untuk terus memanfaatkan pelayanan imunisasi dasar. Hal ini sesuai dengan pendapat Blum yang dikutip oleh Notatmodjo 2010 yang menyatakan bahwa tindakan seseorang individu termasuk kemandirian dan tanggung jawabnya dalam berperilaku sangat dipengaruhi oleh domain kognitif atau pengetahuan. Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian ini sejalan dengan Purwoko 2000 pengetahuan menyumbangkan peran dalam menentukan pengambilan keputusan untuk melaksanakan imunisasi. Semakin tinggi tingkat pengetahuan tentang imunisasi dasar, maka makin meningkat pula perannya sebagai pengambil keputusan. Hasil penelitian yang sama oleh Wijayanti 2004 melalui wawancara mendalam dan observasi dapat diketahui bahwa ketidaktahuan atau kurangnya pengetahuan masyarakat tentang imunisasi dasar inilah yang merupakan faktor utama penyebab mereka tidak melaksanakan imunisasi dasar pada bayinya. Penelitian ini tidak sesuai dengan Astriazah 2011, bahwa ternyata tidak didapatkan hubungan yang bermakna secara statistik antara tingkat pengetahuan ibu dengan status Imunisasi dasar lengkap pada balita dengan nilai p 0,05 p = 0,749. 5.2.5. Pengaruh Sikap terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Dolok Kabupaten Deli Serdang Hasil penelitian tentang variabel sikap yang lengkap imunisasi dasar pada bayinya dengan persentase tertinggi berada pada sikap baik yaitu sebesar 75,0, sedangkan yang tidak lengkap imunisasi dasar dengan persentase tertinggi berada pada sikap buruk sebesar 65,4. Uji statistik menunjukkan variabel sikap berpengaruh terhadap kelengkapan imunisasi dasar. Menurut penelitian Richa 2009 tentang hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada balita 1-2 tahun di BPS Ny. Syarifah Sriyasmo Bandung bahwa sikap mempengaruhi kelengkapan imunisasi dasar. Universitas Sumatera Utara Hal ini sesuai dengan penelitian Mathilda Albertina 2008, tentang kelengkapan imunisasi dasar anak balita dan faktor-faktor yang berhubungan di poliklinik anak beberapa rumah sakit di Jakarta dan sekitarnya bahwa sikap ibu-ibu berpengaruh terhadap kelengkapan imunisasi. Sikap ibu tentang kelengkapan imunisasi dasar beraneka ragam misalnya pemberian imunisasi boleh dilakukan disetiap tempat pelayanan kesehatan, bayi yang sedang mengalami batuk dan pilek tetap harus di imunisasi, pemberian imunisasi pada bayi harus dilakukan sesuai dengan jadwal, agar jadwal pemberian imunisasi teratur dan sesuai dengan jadwal, bidan harus mengingatkan ibu tentang jadwal imunisasi, alasan ibu tidak membawa bayi untuk diimunisasi karena dapat menimbulkan sakit misalnya demam, imunisasi Campak harus di berikan pada bayi yang berusia 9 bulan dan pemberian imunisasi dasar Hepatitis, BCG, Polio, DPT dan Campak sangat penting diberikan pada bayi. Penelitian lain Christy Adhistiani 2005 yang mengemukakan bahwa sikap dan kepercayaan orang tua terhadap imunisasi hanya sedikit memberikan efek terhadap imunisasi anaknya. Menurut penelitian Fatmawati 2006, bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat sikap ibu dengan cakupan imunisasi dasar lengkap pada balita. Sikap untuk kelengkapan imunisasi dipengaruhi oleh faktor pengaruh sosial yang merupakan sumber utama sikap misalnya peran kader kesehatan yang cukup berhasil dalam melakukan pendidikan kesehatan yang mendorong seseorang untuk Universitas Sumatera Utara berkeyakinan yang positif terhadap imunisasi sehingga sekali keyakinan terbentuk akan melandasi pengetahuan seseorang tentang apa yang diharapkan dari imunisasi, hal ini akan mempunyai dampak positif terhadap kelengkapan. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan

0 8 112

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR BAYI Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bendo Kabupaten Magetan.

0 1 15

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR BAYI Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bendo Kabupaten Magetan.

0 5 12

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR DI Hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar di wilayah kerja puskesmas kartasura kabupaten sukoharjo.

0 1 16

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR DI Hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar di wilayah kerja puskesmas kartasura kabupaten sukoharjo.

0 1 13

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BENDO KABUPATEN MAGETAN

0 0 7

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL PETUGAS KESEHATAN DAN KARAKTERISTIK IBU TERHADAP KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANDAR DOLOK KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013

0 1 53

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi (Communication - Pengaruh Komunikasi Interpersonal Petugas Kesehatan dan Karakteristik Ibu terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Dolok Kabupaten Deli Serdang

0 0 28

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Komunikasi Interpersonal Petugas Kesehatan dan Karakteristik Ibu terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Dolok Kabupaten Deli Serdang

0 1 12

PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL PETUGAS KESEHATAN DAN KARAKTERISTIK IBU TERHADAP KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANDAR DOLOK KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013 TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magist

0 0 20