Model Van Meter dan Van Horn

berpengaruh terhadap suatu organisasi dalam mengimplementasikan kebijakan: 1 kompetensi dan ukuran staf suatu badan, 2 tingkat pengawasan hierarkis terhadap keputusan-keputusan sub-unit dan proses-proses dalam badan-badan pelaksana, 3 sumber-sumber politik suatu organisasi, 4 vitalitas suatu organisasi, 5 tingkat komunikasi-komunikasi terbuka, yang didefenisikan sebagai jaringan kerja komunikasi horizontal dan vertikal secara bebas serta tingkat kebebasan yang secara relatif tinggi dalam komunikasi dengan individu-individu diluar organisasi, 6 kaitan formal dan informal suatu badan pembuat keputusan atau pelaksana keputusan. Winarno, 2012: 166 5 Kondisi Ekonomi, Sosial, dan Politik Kondisi ini mengacu pada, sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan kebijakan publik yang telah diterapkan. Lingkungan sosial, ekonomi, politik yang tidak kondusif dapat menjadi sumber kegagalan kinerja implementasi kebijakan publik. Karena itu, upaya untuk mengimplementasikan kebijakan harus pula memperhatikan kekondusifan kondisi lingkungan eksternal. Agustino, 2008: 144. 6 Sikap kecenderungan para pelaksana Sikap penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana banyak mempengaruhi keberhasilan kinerja implementasi kebijakan publik. Hal ini sangat mungkin terjadi, karena kebijakan yang dilaksanakan bukan hasil formulasi kebijakan warga setempat yang memahami permasalahan di area tersebut. Van Meter Van Horn memandang bahwa terdapat tiga macam elemen respons yang dapat mempengaruhi kemampuan dan kemauannya untuk melaksankan suatu kebijakan, yaitu: 1 pengetahuan cognition, pendalaman dan pemahaman comprehension and understanding terhadap kebijakan. 2 Arah respon mereka, apakah menerima, netral atau menolak acceptance, neutrality, or rejection. 3 Intensitas tanggapan terhadap kebijakan. Bila para pelaksana menolak untuk melaksankan suatu kebijakan, maka menurut Van Meter Van Horn ada beberapa alas an penyebabnya, yakni: tujuan-tujuan kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya mungkin bertentangan dengan system nilai pribadi-pribadi para pelaksana, kesetiaan-kesetiaan ekstra organisasi, perasaan akan kepentingan diri sendiri, atau karena hubungan-hubungan yang ada dan yang lebih disenangi Winarno, 2012: 168. Keunggulan model ini dapat menawarkan kerangka berpikir untuk menjelaskan dan menganalisa proses implementasi kebijakan, dan memberikan penjelasan- penjelasan bagi pencapaian-pencapaian dan kegagalan program. Model ini menitikberatkan pada sikap, perilaku dan kinerja para pelaku di dalam implementasi kebijakan.

b. Model Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier

Model implementasi yang ditawarkan mereka disebut dengan A Framework for Policy Implementation Analysis. Kedua ahli ini berpendapat bahwa peran penting dari implementasi kebijakan publik adalah kemampuannya dalam mengidentifikasikan variabel-variabel yang mempengaruhi tercapainya tujuan- tujuan formal pada keseluruhan proses implementasi. Dan variabel-variabel yang dimaksud dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori besar yaiut: 1. Mudah atau Tidaknya Masalah yang akan Digarap, meliputi: a. Kesukaran-kesukara Teknis b. Keberagaman Perilaku yang Diatur c. Persentase Totalitas Penduduk yang Tercakupmdalam Kelompok Sasaran d. Tingkat dan runag lingkup perubahan perilaku yang dikehendaki 2. Kemampuan Kebijakan Menstruktur Proses Implementasi Secara Tepat Para pembuat kebijakan mendayagunakan wewenang yang dimilikinya untuk menstruktur proses implementasi secara tepat melalui beberapa cara: a. Kecermatan dan kejelasan penjenjangan tujuan-tujuan resmi yang akan dicapai b. Keterandalan teori kausaliats yang diperlukan c. Ketetapan alokasi sumberdana d. Keterpaduan hirarki di dalam lingkungan dan diantara lembaga-lembaga atau instansi-instansi pelaksana e. Aturan-aturan pembuat keputusan dari badan-badan pelaksana f. Kesepakatan para pejabat terhadap tujuan yang termaktub dalam undang- undang g. Akses formal pihak-pihak luar 3. Variabel-variabel diluar Undang-Undang yang Mempengaruhi Implementasi a. Kodisi sosial-ekonomi dan teknologi b. Dukungan politik c. Sikap dan sumber-sumber yang dimiliki kelompok masyarakat d. Kesepakatan dan kemampuan kepemimpinan para pejabat pelaksana

c. Model George C. Edward III

George C.Edwards III yang menyatakan bahwa variabel yang mempengaruhi implementasi kebijakan adalah Komunikasi, Sumber daya, Disposisi dan Struktur birokrasi Agustino 2006:149. 1. Komunikasi Menurut George C. Edwards, komunikasi sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan implementasi kebijakan publik. Implementasi yang efektif terjadi apabila para pembuat keputusan sudah mengetahui apa yang akan mereka kerjakan. Pengetahuan atas apa yang akan mereka kerjakan dapat berjalan bila komunikasi berjalan dengan baik sehingga setiap keputusan kebijakan dan peraturan implementasi harus ditransmisikan dikomunikasikan kepada bagian personalia yang tepat. Komunikasi diperlukan agar pembuat keputusan di dan para implementor akan semakin konsisten dalam melaksanakan setiap kebijakan yang akan diterapkan dalam masyarakat. Terdapat tiga indikator yang dapat dipakai dalam mengukur keberhasilan variabel komunikasi Agustino 2006:150 yaitu : a. Transmisi: penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu implementasi yang baik pula. Seringkali yang terjadi dalam penyaluran komunikasi adalah adanya salah pengertian miskomunikasi, hal tersebut disebagiankan karena komunikasi telah melalui beberapa tingkatan birokrasi, sehingga apa yang diharapkan terdistorsi ditengah jalan. b. Kejelasan: komunikasi yang diterima oleh para pelaksana kebijakan haruslah jelas dan tidak membingungkan tidak ambigumendua. Ketidakjelasan pesan kebijakan tidak selalu menghalangi implementasi, pada tataran tertentu, para pelaksana membutuhkan fleksibilitas dalam melaksanakan kebijakan. Tetapi pada tataran lain hal tersebut justru akan menyelewengkan tujuan yang hendak dicapai oleh kebijakan yang telah ditetapkan. c. Konsistensi: perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu komunikasi haruslah konsisten dan jelas untuk diterapkan dan dijalankan. Karena jika perintah yang diberikan sering berubah-ubah, maka dapat menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di lapangan. 2. Sumber Daya Ketersediaan dan kelayakan sumberdaya dalam implementasi kebijakan memegang peranan penting, karena implementasi kebijakan tidak akan efektif bilamana sumber-sumber yang dibutuhkan tidak cukup memadai. Indikator Sumber-sumber daya dalam mengimplementasikan kebijakan menurut George C. Edwards III adalah : a Staf, b Informasi, c Wewenang merupakan otoritas atau legitimasi bagi para pelaksana dalam melaksanakan kebijakan yang ditetapkan secara politik, d Fasilitas Agustino, 2006: 151. 3. Disposisi Disposisi sebagaimana dijelaskan oleh Subarsono AG 2005:91 diartikan sebagai watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementator, seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratik. Disposisi implementator ini mencakup tiga hal penting, yang meliputi :