b. Biaya tidak tetap Biaya tidak tetap terdiri dari:
1. Biaya listrik RpKwh 2. Biaya perbaikan alat. Biaya perbaikan ini dapat dihitung dengan
persamaan 9. 3. Biaya Operator
Biaya operator tergantung pada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji bulanan atau gaji pertahun dibagi dengan total jam kerjanya.
2. Break event point
Manfaat perhitungan titik impas break event point adalah untuk mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang
dikelola masih layak untuk dijalankan. Pada kondisi ini income yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional tanpa adanya keuntungan. Untuk
menentukan produksi titik impas BEP maka dapat dihitung berdasarkan Persamaan 10.
3. Net present value
Net present value adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan. Hal ini dapat dihitung berdasarkan Persamaan
11. Dengan kriteria :
a. NPV 0, berarti usaha menguntungkan, layak untuk dilaksanakan dan dikembangkan.
Universitas Sumatera Utara
b. NPV 0, berarti sampai dengan t tahun investasi proyek tidak menguntungkan dan tidak layak untuk dilaksanakan serta dikembangkan.
c. NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang dikeluarkan.
4. Internal rate of return
Untuk mengetahui kemampuan untuk dapat memperoleh kembali investasi yang sudah dikeluarkan dapat dihitung dengan menggunakan IRR. Hal
ini dapat dihitung berdasarkan Persamaan 14 dan 15.
Universitas Sumatera Utara
28
HASIL DAN PEMBAHASAN
Alat Pemasak Lemang Listrik Tipe Vertikal
Alat pemasak lemang listrik tipe vertikal didesain untuk mempermudah memasak lemang secara modern dan tanpa diperlukan keahlian khusus dalam
proses pembuatannya. Alat ini dirancang dengan menggunakan heater sebagai elemen pemanasnya dan bekerja berdasarkan prinsip pindah panas secara
konveksi. Komponen pada alat pemasak lemang listrik tipe vertikal terdiri dari
bagian: 1. Rangka alat
Rangka alat pada alat pemasak lemang ini berupa plat stainless steel yang dilas pada dinding luar reaktor sebanyak 8 buah. Terdapat 4 buah pada bagian atas dan
4 buah pada bagian bawah. 2. Tabung lemang
Tabung lemang terdiri atas:
- Tabung cetakan lemang.
Tabung cetakan lemang pada alat ini berdimensi tinggi 25 cm dan berdiameter 5 cm. Tabung cetakan lemang ini berbahan stainless steel dan di lengkapi dengan
handel agar mempermudah pengangkatan dan pemisahan dengan sarung tabung cetakan.
- Sarung tabung cetakan.
Sarung tabung cetakan pada alat ini berdimensi tinggi 5,09 cm dengan diameter 25,8 cm.
Universitas Sumatera Utara
3. Reaktor Reaktor pada alat ini dimensi tinggi 25,7 cm berdimeter 15,7 cm dan dilengkapi
dengan 3 heater, 6 sarung tabung cetakan dan 6 tabung cetakan lemang berbahan stainless steel.
4. Heater
Heater yang digunakan pada alat ini merupakan jenis catrige heater dan band and nozzel heater atau heater gelang dengan masing-masing heater berdaya 300
watt. 5. Thermostat
Thermostat yang digunakan meupakan termostart analok dengan kapasitas maksimum 120
O
C dan di lengkapi dengan lampu indikator yang berfungsi untuk menandakan bahwa adanya aliran listrik dan pemanasan yang berlangsung secara
konstan. 6. Isolator
Isolator yang digunakan pada alat ini merupakan jenis Glasswoool yang di letakan pada bagian bawah dan keliling dinding luar reaktor.
Proses Pemasakan Lemang Listrik Tipe Vertikal
Pada proses pemasakan lemang ini terlebih dahulu dilakukan sanitasi pada alat, hal ini bertujuan untuk menjaga kebersihan sebelum alat digunakan
kemudian disiapkan bahan-bahan pemasakan seperti beras ketan putih, santan murni, air, garam dan daun pisang muda. Sebelum dilakukan pemasakan, beras
ketan putih terlebih dahulu dicuci hingga bersih dan kemudian ditiriskan. Setelah semua bahan terkomposisi daun pisang muda dimasukan ke dalam
tabung cetakan lemang dengan cara digulung. Tidak lupa bahan yang telah
Universitas Sumatera Utara
terkomposisi lalu dimasukan perlahan hingga semua tabung lemang terisi. Perlu diperhatikan pada proses pencampuran bahan, santan harus berada diatas
permukaan ketan ± 2 cm. Tahap selanjutnya di hidupkan alat dan diatur suhu menggunakan
thermostat sebesar 100
o
C hal ini bertujuan agar pemanasan pada alat berlangsung secara konstan. Pemasakan ini merupakan proses pemasakan pindah panas secara
konduksi yang berasal dari heater kemudian dirambatkan ke seluruh tabung lemang. Pada waktu 26 menit suhu pada thermostat akan mecapai suhu stabil dan
lampu indikator akan menyala kemudian alat pemasakan lemang akan mengelurkan asap dan aroma khasnya, santan pada permukaan akan mendidih dan
daun pisang muda yang digunakan perlahan-lahan layu. Setelah mencapai waktu 1 jam asap akan berhenti dan santan pada permukaan perlahan-lahaan mengalami
kejenuhan namun lemang belum bisa di katakan matang karena ketan masih keras. Setelah 30 menit akhir tampak daun bagian atas mengering, santan mengalami
kejenuhan dan terlihat minyak pada permukaan lemang, warna ketan yang tadinya putih berubah menjadi bening. Dengan terlihatnya ciri-ciri seperti yang disebutkan
diatas maka lemang dapat dikatakan matang. Setelah lemang matang diatur suhu termostat pada posisi 0
o
C kemudian arus listrik pada alat dimatikan dan lemang siap. Dengan demikian proses
pemasakan berlangsung selama 1 jam 30 menit dengan pengamatan secara langsung pada alat pemasak lemang listrik tipe vertikal.
Kapasitas Alat
Kapasitas alat didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam menghasilkan suatu produk Kg persatuan waktu jam. Dalam hal ini kapasitas
Universitas Sumatera Utara
efektif alat dihitung dari perbandingan antara berat lemang yang dihasilkan kg dengan waktu yang dibutuhkan selama proses pemasakan. Kapasitas efektif alat
dapat dilihat dari Tabel 3 di bawah ini. Tabel 2. Kapasitast alat
Ulangan Berat lemang
Kg Waktu
I II
III 2,11
2,15 2,13
90 menit 90 menit
90 menit Rataan
2.13 90 menit
Pada penelitian ini diproleh berat lemang pada alat pemasak lemang tipe
vertikal pada ulangan I sebesar 2,11 kg, ulangan II sebesar 2,15 kg dan ulangan III sebesar 2,13 kg, sehingga diperoleh rata-rata berat lemang sebesar 2,13 kg dengan
lama waktu pemasakan 90 menit. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Lampiran. 4, diperoleh kapasitas efektif alat pemasak lemang tipe vertikal
sebesar 1,42 kgjam.
Uji Organoleptik
Tabel 3. Uji organoleptik
Panelis Warna
Bentuk Aroma
Rasa Keempukan
Panelis 1 3
4 3
3 4
Panelis 2 3
3 3
4 4
Panelis 3 3
3 4
4 4
Panelis 4 3
3 3
4 3
Panelis 5 3
4 2
3 4
Panelis 6 2
3 4
4 3
Panelis 7 2
3 3
2 4
Panelis 8 3
3 2
3 3
Panelis 9 3
3 3
3 3
Panelis 10 4
2 2
3 3
Rataan 2,9
3,1 2,9
3,3 3,5
Pada penelitian uji organoleptik yang telah dilakukan diperoleh bahwa pada rata-rata tingkat warna sebesar 2,9 suka, bentuk pada skala 3,1 suka,
Universitas Sumatera Utara
aroma pada skala 2,9 suka, rasa pada skala 3,3 suka, keempukan dan pada skala 3,5 empuk.
Analisis Ekonomi Biaya pemakaian alat
Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat
diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat diperhitungkan. Umumnya setiap investasi bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan. Namun ada juga investasi yang bukan bertujuan untuk keuntungan, misalnya investasi dalam bidang sosial kemasyarakatan atau investasi untuk
kebutuhan lingkungan, tetapi jumlahnya sangat sedikit. Dari analisis ekonomi
yang dilakukan lampiran 6 diperoleh biaya untuk memproduksi lemang sebesar
Rp. 4.113,2kg. Artinya, untuk memproduksi lemang sebanyak 6 batang atau setara dengan 2,13 kg dibutuhkan biaya sebesar Rp. 4.113,2.
Break event point
Analisis titik impas umumnya berhubungan dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat
membiayai sendiri self financing, dan selanjutnya dapat berkembang sendiri self growing. Dalam analisis ini keuntungan awal dianggap nol. Manfaat perhitungan
titik impas break even point adalah untuk mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola masih layak untuk
dijalankan. Pada kondisi ini income yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional tanpa adanya keuntungan. Bila pendapatan dari produksi berada
Universitas Sumatera Utara
di sebelah kiri titik impas maka kegiatan usaha akan menderita kerugian, sebaliknya bila di sebelah kanan titik impas akan memperoleh keuntungan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan lampiran 7, alat pemasak lemang listrik tipe vertikal ini akan mencapai break
even point pada nilai 42,13 kgtahun. Hal ini berarti alat ini akan mencapai titik
impas apabila telah memproduksi lemang sebanyak 23 kali pemasakan. Net present value
Net present value adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan. Dalam menginvestasikan modal dalam
penambahan alat pada suatu usaha maka net present value ini dapat dijadikan salah satu alternatif dalam analisis financial. Dari percobaan dan data yang
diperoleh lampiran 8 pada penelitian dapat diketahui besarnya nilai NPV 6
dari alat ini adalah sebesar Rp. 699.840.928. dan NVP 8 dari alat ini adalah sebesar Rp. 211.742.145 Hal ini berarti usaha ini layak untuk dijalankan karena
nilainya lebih besar ataupun sama dengan nol. Hal ini sesuai dengan pernyataan Darun 2002 yang menyatakan bahwa kriteria NPV yaitu:
- NPV 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan; - NPV 0, berarti sampai dengan t tahun investasi usaha tidak menguntungkan;
- NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang dikeluarkan.
Internal rate of return
Internal rate of return IRR ini digunakan untuk memperkirakan kelayakan lama umur pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan
tertentu. Dalam menginvestasikan sampai dimana kelayakan usaha itu dapat
Universitas Sumatera Utara
dilaksanakan. Maka hasil yang didapat dari perhitungan ini adalah sebesar 10,87
lampiran 9. Artinya usaha pemasak lemang listrik ini masih layak untuk
dijalankan jika pengusaha melakukan peminjaman modal di bank pada suku bunga di bawah 10,87. Semakin tinggi bunga pinjaman di bank maka
keuntungan yang diperoleh dari usaha ini semakin kecil.
Universitas Sumatera Utara
35
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Kapasitas efektif alat pemasak lemang listrik tipe vertikal yang digunakan
dalam penelitian sebesar 1,42 kgshift.
2. Biaya pokok yang dikeluarkan untuk memproduksi lemang sebanyak 6 bantang dari alat pemasak lemang listrik tipe vertikal ini adalah
Rp.4.113,2kg.
3. Alat ini akan mencapai break even point titik impas setelah memasak lemang
sebanyak 42,13 kgtahun atau setara dengan 23 kali pemasakan.
4. Net present value 6 dan 8 dari alat pemasak lemang listrik tipe vertikal ini adalah Rp. 699.840.928 dan Rp. 211.742.145 yang artinya usaha ini layak
untuk dijalankan. 5. Internal rate of return dari alat pemasak lemang listrik tipe vertikal ini adalah
10,87. 6. Alat pemasak lemang litrik tipe vertikal ini lebih ramah lingkungan karena
menggunakan tabung stainless steel silinder dan heater sebagai komponen pemanasnya.
Saran
1. Dengan kapasitas alat yang masih rendah perlu dilakukan pengembangan alat untuk meningkatkan kapasitas alat.
2. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai pengendalian suhu dan lama pemasakan pala alat pemasak lemang listrik tipe vertikal.
Universitas Sumatera Utara
36
DAFTAR PUSTAKA
Amanto, H. dan Haryanto, 1999. Ilmu Bahan. Bumi Aksara, Jakarta. Darun, 2002. Ekonomi Teknik. Fakultas Pertanian USU, Medan.
Daryanto, 1984. Dasar
–Dasar Teknik Mesin. Bina Aksara. Jakarta. Daywin, F. J., R. G. Sitompul dan I. Hidayat, 2008. Mesin-Mesin Budidaya
Pertanian di Lahan Kering. Graha Ilmu, Yogyakarta. Earley, R. I., 1969. Satuan Operasi dalam Pengolahan Pangan. Penerjemah:
Nasution, Z. Sastra Hudaya, Bogor. Estiasih, T. dan Ahmadi, K., 2009. Teknologi Pengolahan Pangan. Bumi Aksara,
Malang. Faisal F, Yunus F, Harahap F., 2012. Dampak Asap Kebakaran Hutan pada
Pernapasan. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Handaka, 2002. Kontribusi Mekanisasi Pertanian dan Teknologi Pasca Panen
pada Sistem dan Usaha Agribisnis. Badan Litbang Pertanian, Malang. Handayani, T. H. W. dan Marwanri, 2011. Pengolahan Makanan Indonesia.
Kementerian Pendidikan Nasional Universitas Negeri, Yogyakarta. Hardjosentono M. Wijato, Elon R, Badra IW, Dadang T. 1996. Mesin-Mesin
Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta. Hidayat, A. A., 2011. Bahaya Kemasan Plastik. Staf Pengajar Teknik Industri
Universitas Mercu Buana, Jakarta. http:www.pantonanews.comberita 119-bahaya-kemasan-plastik-.html [Diakses Tanggal 26 Maret 2014]
Marwanti, 2000. Pengetahuan Masakan Indonesia. Adicita Karya Nusa, Yogyakarta
Prihatman, K., 2000. Padi Oryza Sativa. Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,
Jakarta. Purba, R., 1997. Analisa Biaya dan Manfaat. PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Rejeki, M. S. W., et al.,2012. Penentuan Kualitas dan Uji Organoleptik.
Fakultas Kedokteran Universitas Dipenogoro, Semarang.
Universitas Sumatera Utara
Ristagustina, 2012. Mengapa Daun Pisang Lebih Baik Digunakan sebagai Pembungkus Makanan dari Plastik.
http:ristagustina.wordpress.com [Diakses Tanggal 14 Maret 2014]. Rizaldi, T., 2006. Mesin Peralatan. USU Press, Medan.
Samsudin, A., Zainal, I. M., dan Taufik, A. M, 1990. Teknologi Baru
Pemprosesan dan pengeluaran Lemang. Malaysia Agricultural Research and Development Institute, Malaysia
Santika, A., dan Rozakurnita, 2010. Teknik Evaluasi Mutu Beras Ketan dan Beras Merah pada Beberapa Galur Padi Gogo. Jurnal: Buletin Teknik Pertanian
hal:15. Satyahadi, A., 2012. Bahan Kemasan yang Baik dan Aman.
http:www.indonesiaprintmedia.com. [Diakses Tanggal 26 Maret 2014] Sembiring, D., 2012. Rancang Bangun Multifucer Tipe Disk Mill pada Berbagai
Komoditi. Skripsi. Fakultas Petanian., Universitas Sumatera Utara, Medan.
Setyamidjaja, D., 1991. Bertani Kelapa Budidaya dan Pengolahannya. Kasinus, Yogyakarta.
Serikat Negara Republik Indonesia, 2010. Peran Teknologi Pertanian dalam Meningkatkan Produktivitas Tanaman Jagung. http:www.setneg.go.id.
[Diakses Tanggal 14 Maret 2014] Soeharno, 2007. Teori Mikroekonomi. Andi Offset, Yogyakarta.
Sugeng, H. R., 2001. Bercocok Tanam Padi. Aneka Ilmu, Semarang. Sukandarrumidi, 2009. Geologi Mineral Logam Untuk Explore Muda. Gajah
Mada University Press, Yogyakarta. Waldiyono, 2008. Ekonomi Teknik Konsep, Teori dan Aplikasi. Pustaka Pelajar,
Yogyakarta. Winarno, F. G., Fardiaz, S., dan Fardiaz, D., Pengantar Teknologi Pertanian.
Gramedia, Jakarta.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Flow chart pelaksaaan penelitian.
Mulai
Dirancang bentuk alat
Digambar dan ditentukan ukuran alat
Dipilih bahan
Diukur bahan yang akan digunakan
Dipotong bahan sesuai ukuran yang sudah
ditentukan Dirangkai alat
Pengelasan
Digerinda permukaan yang kasar
Pengecatan
a b
Universitas Sumatera Utara
a b
Pengujian alat
Layak?
Analisis data Pengukuran parameter
Data
Selesai
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Spesifikasi alat pemasak lemang listrik tipe vertikal 1. Dimensi
a. Dimensi alat Diameter
= 23,5 cm Tinggi
= 31,8 cm b. Dimensi reaktor
Diameter = 15,7 cm
Tinggi = 25,7 cm
c. Dimensi sarung tabung cetakan Diameter
= 5,09 cm Tinggi
= 23,8 cm d. Dimensi tabung cetakan
Diameter = 5 cm
Tinggi = 25 cm
2. Bahan Tabung reaktor
= Stainless steel Tabung sarung cetakan = Stainless steel
Tabung cetakan = Stainless steel
Rangka = Stainless steel
Peredam panas = Glass wool
3. Pemanas Sumber Panas
= Heater pemanas elektrik 4. Suhu
Pengatur suhu = Thermostat
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Rancang teknis komposisi alat pemasak lemang listrik tipe vertikal Diketahui:
- Panjang tabung = 25 cm
- Panjang tabung efektif = 24 cm 2,4 dm
- Diameter tabung = 5 cm
- Jari-jari r
2
= 2,5 cm 0,25 dm - Jumlah tabung pada alat
= 6 tabung - Jarak ketan dengan air
= 2 cm 20 ml - Larutan santan1:1
= Santan kental : Air 1 liter = 910 gr
Maka : - Volume tabung
= 428,61 gr - Total volume tabung pada alat
= 2571,66 gr - Massa ketan pada tabung
= 195,65 gr - Total massa ketan pada tabung
= 1173,9 gr - Massa larutan santan pada tabung
- Santan kental = 117,5 mL
- Air = 117,5 mL
Total Massa larutan santan pada tabung - Total santan kental
= 705 mL - Total air
= 705 mL
Universitas Sumatera Utara
Perhitungan: a. Volume tabung
= .t
= =
= =
= b. Total volume tabung pada alat
= volume tabung x jumlah tabung
= c. Massa ketan pada tabung
=
[ ]
=
[ ]
= 0,235 - 2 cm
= 235 mL – 20 mL
=215 x 10
-3
L x 910 gr = 195,65 gr
d. Total massa ketan pada tabung = Massa ketan x jumlah tabung
= 195,65 gr x 6 tabung = 1173, 9 gr
Universitas Sumatera Utara
e. Massa larutan santan pada tabung =
[ ]
=
[ ]
=
0,235 = 235 mL
- Santan kental = [ = [
= 117,5 mL - Air
= [ = [
= 117,5 mL f. Total massa larutan santan pada tabung
- Total santan kental = Santan kental x jumlah tabung = 117,5 x 6 tabung
= 705 mL - Total air
= Air x jumlah tabung = 117,5 x 6 tabung
= 705 mL Jadi, dapat disimpulkan komposisi bahan pada alat pemasak lemang listrik tipe
vertikal yakni, ketan seberat 1.173,9 gr, santan kental sebanyak 705 mL dan air sebanyak 705 mL.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Data pengamatan kapasitas alat
Tabel kapasitas alat Ulangan
Berat lemang Kg
Waktu Kapasitas Alat
I II
III 2,11
2,15 2,13
90 menit 90 menit
90 menit 1,41
1,43 1,42
Rataan 2,13
90 menit 1,42
⁄
⁄
= 1,42 KgJam
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Biaya pemakaian alat Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus
dikeluarkan saat produksi menggunakan suatu alat. Dengan analisis ekonomi dapat diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat
diperhitungkan.
Unsur produksi
1. Biaya pembuatan alat P = Rp. 5.250.000
2. Umur ekonomi n = 5 tahun
3. Nilai akhir alat S = Rp. 525.000
4. Jam kerja = 10 jamhari
5. Lama pemasakan = 1,5 jam
6. Produksihari = 14,2 kghari
7. Biaya operator = Rp. 50.000 hari 1 jam=Rp.5.000
8. Biaya listrik = Rp. 300,6 jam
9. Biaya perbaikan = Rp. 171,81 jam
10. Bunga modal dan asuransi = Rp. 567.000 tahun
11. Biaya sewa gedung = Rp. 525.000 tahun
12. Pajak = Rp. 105.000 tahun
13. Jam kerja alat per tahun = 3000 jamtahun asumsi 300 hari
efektif berdasarkan tahun 2014
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Biaya produksi
1. Biaya tetap BT