Tipe dan Karakteristik Spora FMA

penyerapan P dalam bentuk tidak tersedia. Songachan dan Kayang 2011 menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian ini, yaitu persentase kolonisasi 30,11; 43,77 dan 35,21; 29,51 sedang masing-masing diperoleh pada kadar P 0,15 dan 0,47 sangat rendah. Selain P, eksudat akar juga mempengaruhi kolonisasi FMA secara tidak langsung. Bonfante dan Genre 2010 menyatakan bahwa eksudat yang dilepaskan oleh akar tanaman dapat menginduksi percabangan hifa sebagai faktor utama untuk meningkatkan kemungkinan kolonisasi. Faktor lain yang juga mempengaruhi kolonisasi adalah curah hujan. Pada saat pengambilan sampel, curah hujan bulanan 269 mm yang berarti tergolong sedang karena berada di antara 101-300 mm BMKG, 2013. Hal ini menunjukkan adanya serapan air ke dalam tanah yang cukup untuk perkecambahan spora sehingga meningkatkan produksi hifa yang akan mengkolonisasi akar.

4.4. Tipe dan Karakteristik Spora FMA

Spora FMA yang diperoleh dari lapangan dan trapping memiliki tipe dan karakteristik yang berbeda. Perbedaannya dilihat berdasarkan morfologi, yaitu bentuk, warna, tekstur permukaan dan dinding, serta ada tidaknya struktur yang menempel pada spora. Dalam penelitian ini, spora FMA yang diperoleh dari lapangan hanya 1 genus, yaitu Glomus 18 tipe. Spora FMA hasil trapping diperoleh 2 genus, yaitu Glomus 35 tipe dan Acaulospora 3 tipe. Adapun variasi tipe dan karakteristik spora FMA dari lapangan dan trapping disajikan pada Tabel 3. Universitas Sumatera Utara Tabel 3. Tipe dan karakteristik spora FMA dari lapangan dan trapping Tipe Spora Karakteristik Morfologi Reaksi dengan Melzer’s Lapangan Trapping Glomus sp. 1 - Spora bulat, berwarna coklat kekuningan, permukaannya halus, berdinding tebal, dan mempunyai hyphal attachments. Tidak bereaksi Glomus sp. 2 Spora bulat, berwarna coklat, permukaannya halus, berdinding tebal, dan tidak mempunyai hyphal attachments. Tidak bereaksi Glomus sp. 3 - Spora bulat, berwarna coklat kehijauan, permukaannya halus, berdinding sangat tebal, dan tidak mempunyai hyphal attachments. Tidak bereaksi Glomus sp. 4 Spora bulat, berwarna coklat kemerahan, permukaannya kasar, berdinding tebal, dan tidak mempunyai hyphal attachments. Tidak bereaksi - Glomus sp. 5 Spora bulat, berwarna coklat kekuningan, permukaannya kasar, berdinding tipis, dan tidak mempunyai hyphal attachments. Tidak bereaksi Glomus sp. 6 Spora bulat, berwarna coklat, permukaannya relatif halus, berdinding tebal, dan tidak mempunyai hyphal attachments. Tidak bereaksi Glomus sp. 7 Spora bulat, berwarna coklat kemerahan, permukaannya relatif halus, berdinding tebal, dan tidak mempunyai hyphal attachments. Tidak bereaksi Glomus sp. 8 Spora bulat, berwarna coklat kekuningan, permukaannya kasar, berdinding tebal, dan tidak mempunyai hyphal attachments. Tidak bereaksi Universitas Sumatera Utara Lanjutan Glomus sp. 9 Spora bulat, berwarna coklat kekuningan, permukaannya relatif halus, berdinding tipis, dan tidak mempunyai hyphal attachments. Tidak bereaksi Glomus sp. 10 Spora bulat, berwarna coklat kekuningan, permukaannya relatif halus, berdinding tebal, dan tidak mempunyai hyphal attachments. Tidak bereaksi Glomus sp. 11 Spora bulat, berwarna coklat kekuningan, permukaannya halus, berdinding sangat tebal, dan tidak mempunyai hyphal attachments. Tidak bereaksi Glomus sp. 12 - Spora bulat, berwarna coklat, permukaannya relatif halus, berdinding tebal, dan tidak mempunyai hyphal attachments. Tidak bereaksi Glomus sp. 13 - Spora bulat, berwarna coklat kemerahan, permukaannya relatif kasar, berdinding tebal, dan tidak mempunyai hyphal attachments. Tidak bereaksi Glomus sp. 14 Spora bulat, berwarna coklat kekuningan, permukaannya relatif halus, berdinding tipis, dan tidak mempunyai hyphal attachments. Tidak bereaksi Glomus sp. 15 - Spora bulat lonjong, berwarna coklat kekuningan, permukaannya halus, berdinding tebal, dan tidak mempunyai hyphal attachments. Tidak bereaksi Glomus sp. 16 - Spora bulat, berwarna coklat kehijauan, permukaannya sangat halus, berdinding tebal, dan tidak mempunyai hyphal attachments. Tidak bereaksi Universitas Sumatera Utara Lanjutan Glomus sp. 17 - Spora bulat, berwarna coklat kehijauan, permukaannya relatif halus, berdinding sangat tebal, dan mempunyai hyphal attachments. Tidak bereaksi Glomus sp. 18 - Spora bulat, berwarna coklat, permukaannya halus, berdinding tebal, dan tidak mempunyai hyphal attachments. Tidak bereaksi - Glomus sp. 19 Spora bulat, berwarna coklat kehitaman, permukaannya halus, berdinding tebal, dantidak mempunyai hyphal attachments. Tidak bereaksi - Glomus sp. 20 Spora bulat, berwarna coklat kehijauan, permukaannya kasar, berdinding tebal, dan tidak mempunyai hyphal attachments. Tidak bereaksi - Glomus sp. 21 Spora bulat, berwarna coklat, permukaannya halus, berdinding tipis, dan tidak mempunyai hyphal attachments. Tidak bereaksi - Glomus sp. 22 Spora bulat, berwarna coklat kemerahan, permukaannya relatif halus, berdinding tipis, dan tidak mempunyai hyphal attachments. Tidak bereaksi - Glomus sp. 23 Spora bulat, berwarna coklat kehitaman, permukaannya relatif halus, berdinding tebal, dan tidak mempunyai hyphal attachments. Tidak bereaksi - Glomus sp. 24 Spora bulat, berwarna coklat, permukaannya halus, berdinding tebal, tidak mempunyai hyphal attachments, dan mempunyai tonjolan. Tidak bereaksi Universitas Sumatera Utara Lanjutan - Glomus sp. 25 Spora bulat lonjong, berwarna coklat, permukaannya halus, berdinding tipis, dan tidak mempunyai hyphal attachments. Tidak bereaksi - Glomus sp. 26 Spora bulat lonjong, berwarna coklat, permukaannya halus, berdinding tebal, dan tidak mempunyai hyphal attachments. Tidak bereaksi - Glomus sp. 27 Spora bulat, berwarna coklat kemerahan, permukaannya relatif halus, berdinding tipis, dan tidak mempunyai hyphal attachments. Tidak bereaksi - Glomus sp. 28 Spora bulat, berwarna coklat kekuningan, permukaannya relatif halus, berdinding tipis, dan tidak mempunyai hyphal attachments. Tidak bereaksi - Glomus sp. 29 Spora bulat, berwarna coklat kekuningan, permukaannya halus, berdinding sangat tebal, dan tidak mempunyai hyphal attachments. Tidak bereaksi - Glomus sp. 30 Spora bulat, berwarna coklat kemerahan, permukaannya relatif halus, berdinding sangat tebal, dan tidak mempunyai hyphal attachments. Tidak bereaksi - Glomus sp. 31 Spora bulat, berwarna coklat kehijauan, permukaannya halus, berdinding tebal, dan tidak mempunyai hyphal attachments. Tidak bereaksi - Glomus sp. 32 Spora bulat, berwarna coklat kehijauan, permukaannya relatif halus, berdinding tebal, dan mempunyai hyphal attachments. Tidak bereaksi Universitas Sumatera Utara Lanjutan - Glomus sp. 33 Spora bulat, berwarna coklat kehitaman, permukaannya halus, berdinding tipis, dan tidak mempunyai hyphal attachments. Tidak bereaksi - Glomus sp. 34 Spora bulat, berwarna coklat, permukaannya halus, berdinding tipis, dan tidak mempunyai hyphal attachments. Tidak bereaksi - Glomus sp. 35 Spora bulat, berwarna coklat pekat, permukaannya relatif kasar, berdinding tebal, dan tidak mempunyai hyphal attachments. Tidak bereaksi - Glomus sp. 36 Spora bulat, berwarna coklat kekuningan, permukaannya kasar, berdinding sangat tebal, dan mempunyai hyphal attachments. Tidak bereaksi - Glomus sp. 37 Spora bulat, berwarna coklat kehitaman, permukaannya kasar, berdinding tebal, dan tidak mempunyai hyphal attachments. Tidak bereaksi - Glomus sp. 38 Spora bulat, berwarna coklat kekuningan, permukaannya kasar, berdinding tebal mengkilat, dan tidak mempunyai hyphal attachments. Tidak bereaksi - Glomus sp. 39 Spora bulat, berwarna coklat kehijauan, permukaannya relatif halus, berdinding tebal, dan tidak mempunyai hyphal attachments. Tidak bereaksi - Glomus sp. 40 Spora bulat, berwarna orange, permukaannya kasar, berdinding tebal, dan tidak mempunyai hyphal attachments. Tidak bereaksi Universitas Sumatera Utara Lanjutan - Glomus sp. 41 Spora bulat, berwarna coklat, permukaannya relatif kasar, berdinding tebal, dan tidak mempunyai hyphal attachments. Tidak bereaksi - Glomus sp. 42 Spora bulat, berwarna coklat susu, permukaannya halus, berdinding tebal, dan tidak mempunyai hyphal attachments. Tidak bereaksi - Glomus sp. 43 Spora bulat, berwarna coklat kehijauan, permukaannya halus, berdinding tebal, dan tidak mempunyai hyphal attachments. Tidak bereaksi - Glomus sp. 44 Spora bulat, berwarna coklat kehijauan, permukaannya relatif kasar, berdinding tebal, dan tidak mempunyai hyphal attachments. Tidak bereaksi - Acaulospora sp. 1 Spora bulat, berwarna coklat, permukaannya relatif halus, dan berdinding tebal warna kontras. Bereaksi - Acaulospora sp.2 Spora bulat, berwarna kuning, dan berdinding tebal. Permukaannya relatif kasar dan membentuk ornamen seperti kulit jeruk Bereaksi - Acaulospora sp. 3 Spora bulat, berwarna coklat kemerahan, permukaannya relatif halus, dan berdinding tebal warna kontras. Bereaksi Universitas Sumatera Utara Tipe spora yang diperoleh dari hasil trapping lebih beragam dibandingkan lapangan. Hal ini diduga adanya pengaruh faktor jumlah spora yang sebelumnya memang lebih sedikit ditemukan dari lapangan dibandingkan trapping. Jumlah spora yang lebih banyak pada saat isolasi akan memungkinkan kita untuk mendapatkan tipe maupun genus baru pada saat identifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa banyak tipe baru dari Glomus yang muncul setelah dilakukan trapping, bahkan ada satu genus baru yang ditemukan, yaitu Acaulospora. Secara keseluruhan, jumlah tipe spora FMA yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah 47 tipe spora 44 tipe Glomus dan 3 tipe Acaulospora. Banyaknya tipe Glomus yang diperoleh menunjukkan bahwa Glomus mempunyai tingkat penyebaran yang lebih tinggi dibandingkan Acaulospora Tabel 4. Hasil serupa yang menunjukkan bahwa tipe Glomus lebih sering ditemukan daripada tipe lainnya pada areal tanaman karet juga dilaporkan oleh Jayaratne 1982 dan Souza et al. 2010 yang masing-masing memperoleh 6 tipe Glomus, 2 tipe Acaulospora, 3 tipe Gigaspora, 3 tipe Sclerocystis, 3 Complexipes moniliformis dan 4 tipe Glomus, 1 tipe Acaulospora. Tipe Glomus tampaknya sering ditemukan di areal tanaman karet. Deka et al. 1998 memperoleh tipe Glomus dan Gigaspora. Ikram dan Mahmud 1984 dalam Deka et al. 1998 memperoleh Glomus, Acaulospora, dan Sclerocystis. Selain itu, keanekaragaman tipe spora yang didominasi oleh Glomus juga diperoleh dari penelitian lain Karepesina, 2007; Muzakkir, 2010; Hartoyo et al., 2011; Songachan dan Kayang, 2011; Puspitasari et al., 2012; Iritie et al., 2013; dan Nurhandayani et al., 2013. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tingginya tingkat penyebaran Glomus disebabkan oleh kemampuannya yang lebih adaptif di berbagai kondisi lingkungan dibandingkan genus lain. Universitas Sumatera Utara Tabel 4. Kehadiran tipe spora FMA di lapangan dan trapping No. Tipe Spora Lapangan Trapping Afd. 1 Afd. 2 Afd. 4 Afd. 1 Afd. 2 Afd. 4 1. Glomus sp. 1 + - - - - - 2. Glomus sp. 2 + - + + + - 3. Glomus sp. 3 + - - - - - 4. Glomus sp. 4 + + - + + + 5. Glomus sp. 5 + - - - - - 6. Glomus sp. 6 + - - - + - 7. Glomus sp. 7 + - - + + + 8. Glomus sp. 8 + + + + + - 9. Glomus sp. 9 + + - - + - 10. Glomus sp. 10 - + - - - + 11. Glomus sp. 11 - + - + - + 12. Glomus sp. 12 - + + - - - 13. Glomus sp. 13 - + - - - - 14. Glomus sp. 14 - + - - - + 15. Glomus sp. 15 - + - - - - 16. Glomus sp. 16 - - + - - - 17. Glomus sp. 17 - - + - - - 18. Glomus sp. 18 - - + - - - 19. Glomus sp. 19 - - - + - - 20. Glomus sp. 20 - - - + - - 21. Glomus sp. 21 - - - + - - 22. Glomus sp. 22 - - - + + - 23. Glomus sp. 23 - - - + + + 24. Glomus sp. 24 - - - + - - 25. Glomus sp. 25 - - - + - - 26. Glomus sp. 26 - - - + + - 27. Glomus sp. 27 - - - + + + 28. Glomus sp. 28 - - - + + + 29. Glomus sp. 29 - - - + - - 30. Glomus sp. 30 - - - + - - 31. Glomus sp. 31 - - - - + + 32. Glomus sp. 32 - - - - + - 33. Glomus sp. 33 - - - - + - 34. Glomus sp. 34 - - - - + - 35. Glomus sp. 35 - - - - + - 36. Glomus sp. 36 - - - - - + 37. Glomus sp. 37 - - - - - + 38. Glomus sp. 38 - - - - - + 39. Glomus sp. 39 - - - - - + 40. Glomus sp. 40 - - - - - + 41. Glomus sp. 41 - - - - - + 42. Glomus sp. 42 - - - - - + 43. Glomus sp. 43 - - - - - + 44. Glomus sp. 44 - - - - - + 45. Acaulospora sp. 1 - - - + - - 46. Acaulospora sp. 2 - - - - - + 47. Acaulospora sp. 3 - - - - - + Keterangan: + kehadiran FMA, - ketidakhadiran FMA Universitas Sumatera Utara Selain faktor adaptasi, waktu sporulasi pembentukan spora juga mempengaruhi adanya perbedaan jumlah tipe spora dari tiap genus. Hal ini dapat dikaitkan dengan waktu pengambilan sampel yang hanya satu kali sehingga tipe-tipe spora dari genus yang berbeda belum tentu terwakili secara keseluruhan. Corryanti 2011 menyatakan bahwa sebaran tipe FMA yang ditemukan terkait pada periode masa dengan kuantitas minimum atau maksimum spora yang dihasilkan. Oleh karena itu, keanekaragaman tipe spora dari genus yang berbeda akan lebih tinggi jika dilakukan lebih dari satu kali pengamatan. Hal ini telah dilaporkan oleh Delvian 2003 yang menunjukkan adanya variasi tipe spora pada suatu petak ukur selama lima kali pengamatan dengan interval waktu 3 bulan. Faktor lain yang juga mempengaruhi tipe spora FMA adalah tanaman inang. Hal ini dapat dikaitkan dengan sifat FMA yang obligat, yaitu sangat tergantung pada tanaman inang. Tahap FMA yang lebih tergantung pada tanaman inang adalah pada saat pertumbuhan dan perkembangannya setelah berkecambah. Hal ini disebabkan karbon yang diperoleh FMA dari tanaman inang digunakan sebagai kebutuhan energi untuk dapat bertahan hidup. Hal ini memungkinkan untuk menghasilkan tipe spora yang lebih banyak. Delvian 2003 menyatakan bahwa kondisi terbaik bagi pertumbuhan dan perkembangan inang akan memberikan pertumbuhan dan perkembangan terbaik juga bagi FMA. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskula Pada Areal Tanaman Kelapa Sawit (Studi Kasus Di PTPN III Kebun Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan)

7 70 57

Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskula Di Hutan Pantai Sonang, Tapanuli Tengah

3 70 89

Keanekaragaman Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) Berdasarkan Ketinggian Tempat (Studi Kasus Pada Hutan Pegunungan Sinabung Kabupaten Karo)

2 49 52

Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskula Pada Berbagai Varietas Tanaman Kopi

7 135 60

Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskula Pada Areal Tanaman Kelapa Sawit (Studi Kasus Di PTPN III Kebun Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan)

0 0 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) - Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskula Pada Areal Tanaman Kelapa Sawit (Studi Kasus Di PTPN III Kebun Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan)

0 1 8

Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskula Pada Areal Tanaman Kelapa Sawit (Studi Kasus Di PTPN III Kebun Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan)

0 0 15

Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskula Pada Areal Tanaman Karet (Studi Kasus Di PTPN III Kebun Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan)

0 0 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Karet (Hevea brasiliensis) - Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskula Pada Areal Tanaman Karet (Studi Kasus Di PTPN III Kebun Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan)

0 0 7

Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskula Pada Areal Tanaman Karet (Studi Kasus Di PTPN III Kebun Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan)

0 0 15