Usaha Besar UB Rp. Milyar Usaha Besar UB Rp. Milyar

yang menyatakan bahwa UMKM di Kota Bandar Lampung belum ada yang eksport, pemasaran mereka baru sebatas luar kota salah satunya yaitu usaha kripik pisang “ANDI” yang berlokasi di Kemiling Pra riset pada selasa 17 Maret 2015. Rendahnya daya saing tersebut disebabkan karena masih banyaknya permasalahan. UMKM di Kota Bandar Lampung menghadapi berbagai permasalahan yang masih menurunkan daya saing. Berdasarkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Publik LAKIP tahun 2013 Diskoperindag Kota Bandar Lampung mengidentifikasikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi UMKM di Kota Bandar Lampung diantaranya: keterbatasan modal usaha, terbatasnya keterampilan dan penguasaan teknologi tepat guna para pengrajin industri kecil, sehingga sulit mengembangkan usahanya. Dalam hal pengembangan usaha, modal menjadi salah satu faktor penentu keberlanjutan suatu usaha. Besar kecilnya suatu modal yang dimiliki pelaku usaha menjadi kunci arah perkembangan usahanya. Selanjutnya, permasalahan keterbatasan keterampilan dan penguasaan teknologi. Kurangnya pengetahuan atas teknologi produksi dan quality control yang disebabkan oleh minimnya kesempatan untuk mengikuti perkembangan teknologi serta kurangnya pendidikan dan pelatihan. Beberapa UMKM masih belum mampu mengotimalkan teknologi yang ada, contohnya internet dan unsur teknologi lain yang berkaitan. Keterbatasan sumber daya manusia SDM, kurangnya sumber daya untuk mengembangkan SDM, serta kurangnya pemahaman mengenai keuangan dan akuntansi Nagel, 2013:97. Sehingga berdampak pada kesulitan mengakses modal. Kelemahan terbesar adalah bagaimana mengakses perbankan, mengakses finansial di UMKM. Pembiayaan usaha mikro kecil dan menengah di Indonesia baru mencapai seperlima atau sekitar 20 dari kredit yang disalurkan perbankan http:www.pikiran-rakyat.comnode281009, diakses pada 18 Maret 2015. Dari data pra riset yang diperoleh oleh peneliti, selain permasalahan diatas permasalahan lain yang dihadapi pelaku UMKM adalah minimnya kemampuan pemasaran pra riset penelitian tanggal 23 Maret 2015 pada usaha keripik pisang “Alinda” dan “Karya Mandiri”. Kurangnya pengetahuan atas pemasaran salah satunya disebabkan oleh terbatasnya informasi yang dapat dijangkau oleh UMKM mengenai pasar, selain karena keterbatasan kemampuan UMKM untuk menyediakan barangjasa yang sesuai dengan keinginan pasar. Cara pemasaran UMKM masih dinilai konvensional, padahal dengan memanfaatkan teknologi seperti internet UMKM bisa memperluas jaringan pemasaran produknya. Dalam rangka menghadapi era pasar bebas dari pemberlakuan MEA pada akhir tahun 2015 mendatang UMKM penting dilindungi dan dikembangkan lebih besar untuk menopang pertumbuhan ekonomi masyarakat. UMKM di Kota Bandar Lampung perlu mendapat perhatian yang baik untuk ditingkatkan daya saingnya supaya tidak tergerus oleh liberalisasi perdagangan yang tidak terelakkan. Kemajuan UMKM di Kota Bandar Lampung sangat ditentukan keberpihakan pemerintah. Pemerintah Daerah melalui Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Diskoperindag Kota Bandar Lampung mempunyai tanggungjawab teknis dalam pengembangan sektor UMKM. Strategi yang dipersiapkan akan sangat menentukan nasib UMKM yang ada. Tentunya, implementasi MEA menjadi wahana penting untuk mempromosikan sektor ini, namun harus ditunjang dengan kesiapan dari berbagai pihak. Jika pelaku usaha di Kota Bandar Lampung mampu memproduksi barang berkualitas dan berdaya saing tinggi, maka MEA menawarkan kesempatan berharga untuk menjadikan ekonomi Kota Bandar Lampung berjaya. Demi menjaga daya saing UMKM, peningkatan pembangunan kapasitas capacity building UMKM menjadi sangat penting. Secara umum capacity building merupakan upaya yang dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai macam strategi untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas dan responsivitas dari kinerja. Menurut Grindle dalam Keban 2008:201 capacity building meliputi tiga dimensi yaitu sumber daya manusia, organisasi dan reformasi kelembagaan. Pada era sekarang ini penguatan organisasi menjadi tema yang sangat penting mengingat dalam pertumbuhannya, organisasi menghadapi tuntutan-tuntutan baik internal maupun eksternal yang timbul sejalan dengan keberadaannya. Oleh karena itu, organisasi dihadapkan pada kenyataan bahwa ia harus meningkatkan kemampuan yang selaras dengan tuntutan perubahan tersebut. Dengan demikian penguatan organisasi menjadi penting untuk membangun UMKM yang memiliki daya saing secara nasional maupun internasional. Dengan penguatan organisasi tersebut diharapkan UMKM di Kota Bandar Lampung mampu meningkatkan produktivitasnya sehingga mampu bersaing dalam arus liberalisai dari pemberlakuan MEA. Berdasarkan permasalahan diatas penulis tertarik mengangat tema capacity building UMKM di Kota Bandar Lampung dalam menghadapi MEA 2015 dengan fokus penguatan organisasi UMKM. Agar hasil penelitian ini menjadi rekomendasi bagi pemerintah Kota Bandar Lampung maupun stakeholder lain dalam mengambil kebijakan yang berkaitan dengan UMKM dalam menghadapi arus liberalisasi barangjasa, dan menjadi rekomendasi pula untuk UMKM di Kota Bandar Lampung agar mampu bersaing dalam menghadapi MEA di akhir tahun 2015.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

Bagaimanakah upaya penguatan organisasi UMKM di Kota Bandar Lampung dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN pada akhir tahun 2015?

C. Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Mendeskripsikan dan menganalisis upaya penguatan organisasi UMKM di Kota Bandar Lampung dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN pada akhir tahun 2015.

D. Manfaat penelitian

Adapun kegunaan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan sumbangan referensi bagi Kajian Ilmu Administrasi Negara khususnya pada mata kuliah Pengembangan Organisasi. 2. Secara praktis, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan dan keputusan utamanya bagi Pemerintah dan stakeholders lain yang terkait.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pembangunan Kapasitas Capacity Building

1. Pengertian Pembangunan Kapasitas Capacity Building

Secara alamiah, organisasi selalu berusaha mencapai tujuan, memenuhi visi dan misinya melalui program jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang ditengah arus perubahan lingkungan yang sangat dinamis. Sehubungan dengan dinamika perubahan lingkungan tersebut, organisasi harus memiliki kemampuan untuk beradaptasi terhadap lingkungan. Adaptasi memastikan organisasi tetap dalam koridor pencapaian visi dan misinya dan terlebih lagi untuk mempertahankan eksistensinya. Pembangunan kapasitas capacity building merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghadapi perubahan sesuai dengan tuntutan zaman. Millen dalam laporan Tim Peneliti STIA LAN Makasar 2012:19 menyatakan bahwa kapasitas adalah kemampuan individu, organisasi atau sistem untuk menjalankan fungsi sebagaimana mestinya secara efektif, efisisen dan terus menerus. Lebih lanjut, Millen melihat capacity building sebagai tugas khusus, karena tugas tersebut berhubungan dengan faktor-faktor dalam suatu organisasi atau sistem tertentu pada suatu waktu tertentu. Pembangunan kapasitas merupakan upaya yang dimaksudkan untuk mengembangkan suatu ragam strategi meningkatkan efficiency, effectiveness dan responsiveness kinerja organisasi. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Grindle dalam Haryono,dkk 2012:39: “capacity building is intended to encompass a variety of strategies that have to do with increasing the efficiency, effectiveness, and responsiveness of government performance”pembangunan kapasitas merupakan upaya yang dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai macam strategi yang dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas dan responsivitas dari kinerja pemerintah. Morrison dalam Whardani 2013:19 melihat capacity building sebagai suatu proses untuk melakukan sesuatu atau serangkaian gerakan, perubahan multilevel didalam individu, kelompok-kelompok, organisasi-organisasi dan sistem-sistem dalam rangka untuk memperkuat kemampuan penyesuaian individu dan organisasi sehingga dapat tanggap terhadap perubahan lingkungan yang ada. Pengertian lain mengenai pembangunan kapasitas juga dikemukakan oleh Sensions dalam Haryono,dkk 2012:39 yang memberikan definisi: “capacity building usually is understood to mean helping government, communities and individuals to develop the skills and expertise needed to achieve their goals. capacity building program often designed to strengthen participant’s abilityes to evaluated their policy choices and implement decisions effectivelly, may include education and training, institutional and legal reforms as well as scientific, technological and financial assistance” Pembangunan kapasitas biasanya dipahami sebagai alat untuk membantu pemerintah , komunitas dan individu –individu dalam mengembangkan kemampuan dan pengetahuannya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Program pembangunan kapasitas , dapat didesain untuk memperkuat kemampuan partisipan dalam mengevaluasi pilihan kebijakan dan implementasi kebijakan secara efektif, termasuk pendidikan dan pelatihan, embaga dan reformasi kebijakan, begitu juga pengetahuan, tegnologi, dan membantu perekonomian. Sedangkan Rosalyn dalam Haryono,dkk 2012:40 mengatakan bahwa: “capacity building has been defined as both capabilities connolly and lukas, 2002 and actions blumenthal,2004 to strengthen on organization’s ability to achieve its vision and to sustain itself. The end result of capacity building is improved organizational health and overall effectiveness, resulting in increased impacts and outcomes linnell,2003;newborn,2008 pembangunan kapasitas didefinisikan sebagai gabungan dari kemampuan dan tindakan untuk memperkuat kemampuan organisasi dalam pencapaian visi dan untuk menopang organisasi itu sendiri. Hasil akhir dari pembangunan kapasitas adalah meningkatkan kesehatan organisasi dan keefektifan secara menyeluruh, yang kemudian menghasilkan hasil dan dampak. Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa capacity building adalah proses atau kegiatan memperbaiki kemampuan seseorang, kelompok, organisasi atau sistem agar tercipta kinerja yang lebih baik dan tanggap terhadap perubahan lingkungan sehingga dapat mencapai tujuan. Hal ini sejalan dengan adanya tuntutan-tuntutan dari luar dan dalam sehingga organisasi perlu secara terus menerus harus menentukan sikap yang kondusif untuk menghadapi tantangan yang menggetarkan eksistensinya. Dengan demikian peningkatan kapasitas diarahkan untuk memperkokoh kemampuan adaptasinya demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Tujuan Pembangunan Kapasitas Capacity Building

Adapun tujuan dari capacity building pembangunan kapasitas dapat dibagi menjadi dua Keban, 2008:7 yaitu: a. Secara umum diidentikkan pada perwujudan sustainabilitas keberlanjutan suatu sistem. b. Secara khusus ditujukan untuk mewujudkan kinerja yang lebih baik dilihat dari aspek: