Peranan Dan Pola Komunikasi Kelompok Dalam Mensosialisasikan Bahasa Dan Kesenian Batak (Studi Pada Ikatan Muda-Mudi Batak Kristen Dosroha Bandar Lampung)

(1)

ABSTRAK

Peranan dan Pola Komunikasi Kelompok Dalam Mensosialisasikan Bahasa dan Kesenian Batak

(Studi Pada Ikatan Muda-Mudi Batak Kristen Dosroha Bandar Lampung)

Oleh

Febrycha Manullang

Sosialisasi kebudayaan khususnya bahasa dan kesenian perlu dilakukan kepada generasi muda saat ini, hal ini dilakukan guna menjaga agar kebudayaan tersebut tidak punah. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan menganalisis bagaimana peranan dan pola komunikasi kelompok dalam mensosialisasikan bahasa dan kesenian Batak oleh Ikatan Muda-Mudi Batak Kristen (IMBK) Dosroha Bandar Lampung. Tipe penelitian dalam penelitian ini adalah tipe penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data diperoleh melalui observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi dengan informan sebanyak 9 orang. Adapun teori yang mendukung dalam penelitian ini adalah model komunikasi ABX Newcomb.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: ada dua alasan bergabung di IMBK Dosroha yakni yang pertama untuk bertemu sesama pemuda-pemudi Batak yang ada di Bandar Lampung dan yang kedua karena diajak oleh teman bermain. Berdasarkan model komunikasi ABX Newcomb, komunikasi yang terjalin merupakan komunikasi positif. Proses sosialisasi bahasa dan kesenian Batak dilakukan oleh agen-agen sosialisasi seperti keluarga, teman, sekolah, dan masyarakat. Namun peran agen-agen tersebut masih minim, sehingga ada organisasi terstruktur dalam masyarakat yang berperan dalam proses sosialisasi bahasa dan kesenian Batak yakni perkumpulan IMBK Dosroha. Peranan IMBK Dosroha melalui proses komunikasi kelompok di kegiatan-kegiatan yang ada dinilai efektif karena melalui komunikasi kelompok dapat terlihat langsung reaksi dari setiap anggota. Dan para anggota yang terlibat di IMBK Dosroha mengungkapkan bahwa IMBK Dosroha memberikan masukan memberikan masukan tentang hal-hal yang berhubungan dengan sosialisasi budaya batak seperti pengetahuan mengenai aturan bertingkah laku, pengetahuan mengenai marturur, dan juga mereka saling berbincang tentang kebudayaan Batak. Namun, mereka mengakui bahwa pengajaran yang diberikan kepada pemuda-pemudi dilakukan secara tidak sengaja. Berdasarkan sosiometri jaringan komunikasi IMBK Dosroha berbentuk rangka manusia. Dan berdasarkan sosiometri tersebut terdapat tiga pola komunikasi yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu pola


(2)

Kata kunci: Sosialisasi Budaya, Bahasa Batak, Kesenian Batak, Pola Komunikasi Kupu-kupu, Pola Komunikasi Kotak, Pola Komunikasi Segitiga.


(3)

ABSTRACT

Role and Patterns Of Group Communication in Socializing Of Language and Batak Culture

(Study on the Association of Christian Batak Youth Dosroha Bandar Lampung) By

Febrycha Manullang

Socialization of culture especially languages and culture is needed to youth to keep the culture alive. The purpose of this study is to describe and analyze how the roles of group communication to communicate the culture of Batak by the Association of Christian Batak Youth Dosroha Bandar Lampung. The type of the research is qualitative. The data have collected through observation, interviews with 9 members and documentation. The research uses model ABX Newcomb communication.

The results show that there are two reasons to join in IMBK Dosroha. The first is to meet fellow youth Batak in Bandar Lampung and the second is to improve friendship among youth Batak. Based on the model of ABX Newcomb, communication among the members of organization is positive. The process of socialization Batak language and culture has done by agents of socialization such as family, friends, school, and community. However, the role of these agents is still minimum, so there is a structured organization in the community to share about the culture and languages, which is IMBK Dosroha. The role of IMBK Dosroha through group communication in many activities is very effective because through group communication it can be seen the reaction of each members directly. And the members involved in IMBK Dosroha revealed that IMBK Dosroha provide input about matters that have relation with socialization of Batak culture such as attitude, knowledge of martutur, and also they discuss Batak culture. However, they share the culture unpurposely. Based on the sociometry, communication network IMBK Dosroha shaped skeleton. And based on the sociometry there are three communication patterns found in this study. Those are the pattern of communication among friends which is a butterfly, communication pattern among seniors which is a box, and pattern of communication among the managerial organization which is a triangle.

Keywords: Cultural Socialization, Batak Language, Batak Culture, Communication Pattern Butterfly, Communication Pattern Box, Communication Pattern Triangle.


(4)

PERANAN DAN POLA KOMUNIKASI KELOMPOK DALAM MENSOSIALISASIKAN BAHASA DAN KESENIAN BATAK (Studi Pada Ikatan Muda-Mudi Batak Kristen Dosroha Bandar Lampung)

Oleh

FEBRYCHA MANULLANG

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ILMU KOMUNIKASI

Pada

Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

(6)

(7)

(8)

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis adalah Febrycha Manullang. Lahir di Kedaton, Bandar Lampung pada tanggal 01 Februari 1992 sebagai anak ketiga dari lima bersaudara dari hasil cinta kasih pasangan Ayah Bangun Simanullang dan Ibu Linda Munthe. Jenjang pendidikan yang telah dijalani oleh penulis dimulai dari Taman Kanak-kanak Sejahtera I Kedaton, Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 1998, Sekolah Dasar Swasta Sejahtera I Kedaton, Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2004. Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya di Sekolah Menengah Pertama Negeri 22 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 13 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2010.

Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama menjadi mahasiswi, penulis turut aktif dalam kepengurusan organisasi kemahasiswaan universitas, yaitu Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Republica UNILA pada periode 2012-2013. Penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pekon Menggala , Kabupaten Tanggamus pada tahun 2013.


(9)

PERSEMBAHAN

Karya ini ku persembahkan untuk yang terkasih

Bapak

dan Mama” kedua kakakku Yanche Nova

Ria Manullang dan Sulastry Marnitta Manullang

serta kedua adikku Yesica Manullang dan Jeremi

Romulus Simanullang.

Sahabat dan seluruh teman

temanku, terimakasih

untuk kebersamaan, kerjasama, serta bantuan


(10)

MOTO

SEGALA SESUATU AKAN INDAH PADA WAKTUNYA…

(Febrycha Manullang)

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi

nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam

doa dan permohonan dengan ucapan syukur (Filipi 4:6)

Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah

bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan

akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan

tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan (Yesaya 41:10)

Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan

menuai dengan bersorak-sorai (Mazmur 126:5)


(11)

SANWACANA

Puji syukur kepada Tuhan Yesus yang telah melimpahkan kasih dan berkatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peranan dan Pola Komunikasi Kelompok Dalam Mensosialisasikan Bahasa dan kesenian Batak (Studi Pada Ikatan Muda-Mudi Batak Kristen Dosroha Bandar Lampung)”. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sebagai perbaikan pada skripsi ini.

Penulis menyadari selain kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki terdapat juga peran serta dan bantuan dari berbagai pihak dalam penyusunan skripsi sehingga dapat diterima sedemikian adanya. Tanpa bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak mungkin terselesaikan. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung


(12)

3. Ibu Dr. Nina Yudha Aryanti, S.Sos, M.Si selaku pembimbing akademik sekaligus Dosen Pembimbing yang telah meluangkan banyak waktu, memberikan banyak sekali masukan, saran serta bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih untuk segala kebaikan hati, canda, tawa, ilmu dan segala bantuan selama penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Dhanik Sulistyarini, S.Sos. M.Comn&Media.St selaku Dosen Penguji yang telah bersedia membahas skripsi dan meluangkan waktunya. Dengan sabar membimbing, memberikan masukan, saran, kritik serta selalu membantu penulis.

5. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang berharga bagi penulis.

6. Seluruh staff, administrasi dan karyawan FISIP UNILA, khususnya Jurusan Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu penulis.

7. Seluruh keluarga besar Ikatan Muda-Mudi Batak Kristen Dosroha Bandar Lampung yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan pembuatan skripsi ini.

8. Kedua Orangtuaku Bapak B.Simanullang dan Ibu Linda Munthe yang selalu mendukungku dalam doa, kasih sayang, motivasi, dukungan, nasehat, semangat, dan juga dana untuk aku dalam perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.


(13)

9. Untuk kedua kakakku Yanche Nova Ria Manullang dan Sulastry Marnitta Manullang serta kedua adikku Yesica Manullang dan Jeremi Romulus Simanullang, terima kasih atas segala bantuan, doa, dan semangatnya selama ini. Dan juga untuk kedua tanteku Rentaria Munthe dan Ewis Darlya Munthe yang selalu memberikan semangat dan mendoakanku. 10.Untuk Bapak dan Ibu gembala GPdI Eben Heazer Om Michael dan tante

Veronika yang selalu mendoakan penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini. Juga untuk seluruh pemuda-pemudi GPdI Eben Heazer Kak Juli yang selalu memberikan waktu untuk membantu penulis menggambar pola-pola aneh ini, Bang Jupe, Kak Ida, Kak Netti, Kak Anggi, Kak Heddy, Cyntia, Anju, Ratna, Dinda, Ester, Stefanus, Lewi terima kasih atas segala bantuan, doa, dan semangatnya.

11.Untuk sahabat seperjuangan teman kumpul, teman curhat, teman nonton, pokoknya teman susah dan senang bersama Bella Virlanda dan Sayu Putu Wira Andriani. Terima kasih untuk empat tahun ini, tawa canda, suka dan dukanya semua, terima kasih atas persahabatannya dan semoga kita bisa sukses bersama.

12.Untuk sahabat di masa SMA Mukti Arum Kusumadewi, Fatima Fahurian, Saptaning Fajaringtyas, dan Christina Damayanti, semoga kita semua menjadi orang yang sukses.

13.Teman-teman seperjuangan Ilmu Komunikasi angkatan 2010.

14.Kakak-kakak dan adik tingkat Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008, 2009, 2011, dan 2012.


(14)

BandarLampung, 11 Februari 2015 Penulis,


(15)

i DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK HALAMAN JUDUL PERSETUJUAN PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN RIWAYAT HIDUP PERSEMBAHAN MOTTO SANWACANA DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Penelitian Terdahulu ... 8

2.2 Tinjauan Tentang Pola Komunikasi ... 9

2.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Kelompok ... 12

2.3.1 Definisi Komunikasi Kelompok ... 12

2.3.2 Jenis-Jenis Komunikasi Kelompok ... 14

2.3.3 Fungsi Komunikasi Kelompok ... 16

2.4 Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Pribadi ... 18

2.5 Tinjauan Tentang Komunikasi verbal dan nonverbal... 21

2.6 Tinjauan Tentang Komunikasi Organisasi ... 24

2.7 Tinjauan Tentang Kebudayaan ... 26

2.7.1 Definisi Kebudayaan ... 26

2.7.2 Unsur-Unsur Kebudayaan ... 27

2.7.3 Bahasa Batak ... 29


(16)

2.7.5 Kesenian Batak ... 32

2.7.6 Kesenian dalam Konteks Komunikasi ... 34

2.8 Model Komunikasi ABX Newcomb ... 35

2.9 Kerangka Pikir ... 38

BAB III. METODE PENELITIAN ... 41

3.1 Tipe Penelitian ... 41

3.2 Fokus Penelitian ... 42

3.3 Penentuan Informan ... 43

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 44

3.5 Teknik Analisis Data ... 45

BAB IV. GAMBARAN UMUM ... 47

4.1 Sejarah Singkat IMBK Dosroha ... 47

4.2 Visi, Misi, dan Tujuan IMBK Dosroha ... 48

4.2.1 Visi IMBK Dosroha ... 48

4.2.2 Misi IMBK Dosroha ... 48

4.2.3 Tujuan IMBK Dosroha ... 48

4.3 Hak dan Kewajiban Anggota ... 48

4.3.1 Hak Anggota ... 49

4.3.2 Kewajiban Anggota ... 49

4.4 Kegiatan-kegiatan IMBK Dosroha ... 49

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 52

5.1 Penyajian Hasil Penelitian ... 52

5.1.1 Identitas Informan ... 52

5.1.2 Hasil Penelitian ... 54

5.1.2.1 Hasil Observasi Penelitian ... 54

5.1.2.2 Hasil Wawancara Informan ... 58

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 92

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 117

6.1 Kesimpulan ... 117

6.2 Saran ... 118 DAFTAR PUSTAKA


(17)

i

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Penelitian Terdahulu ... 8

2. Contoh Kata dalam Bahasa Batak Toba ... 30

3. Contoh Kalimat dalam Bahasa Batak Toba ... 30

4. Identitas Informan Penelitian ... 53


(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Model Komunikasi ABX Newcomb ... 36

2. Bagan Kerangka Pikir Penelitian ... 40

3. Model Komunikasi ABX Newcomb Alasan Bertemu Muda-Mudi Batak untuk Bergabung dengan IMBK Dosroha ... 93

4. Model Komunikasi ABX Newcomb Alasan Teman Sepergaulan Bergabung di IMBK Dosroha ... 94

5. Minim Sosialisasi Bahasa dan Kesenian Batak Berbentuk Bunga.. 99

6. Pola Peranan Dalam Proses Sosialisasi Bahasa dan Kesenian Batak Berbentuk Bunga dengan Satu Daun ... 106

7. Sosiometri Komunikasi IMBK Dosroha ... 107

8. Sosiometri Jaringan Komunikasi IMBK Dosroha Berbentuk Rangka Manusia ... 109

9. Klik 1 (Hubungan Pertemanan) Berbentuk Kupu-Kupu ... 111

10. Pola Komunikasi Roda ... 112

11. Klik 2 (Hubungan Antar Senior) Berbentuk Kotak ... 113

12. Pola Komunikasi Bintang ... 113


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Batak merupakan salah satu suku bangsa yang terdapat di Indonesia yang banyak berdomisili di daerah Sumatera Utara. Etnik Batak ini terdiri dari enam sub etnik yaitu Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola, dan Batak Mandailing. Sistem kekerabatan dalam etnik Batak sangat kuat, sehingga kebudayaan yang dimiliki masih dijaga dan dilestarikan. Sekalipun masyarakat etnik Batak berada di daerah rantau, etnik Batak tersebut selalu peduli dengan identitas sukunya.

Bahasa dan kesenian merupakan unsur kebudayaan. Manusia mempergunakan bahasa dan kesenian sebagai sarana komunikasi dalam hidup. Pada hakekatnya bahasa dan kesenian digunakan oleh para penuturnya dalam berinteraksi. Melalui bahasa dan kesenian, seseorang mampu mengutarakan pikiran dan perasaannya kepada orang lain, sehingga orang lain mengetahui informasi yang disampaikan.

Bahasa dan kesenian merupakan alat yang digunakan oleh manusia dalam berkomunikasi dan berhubungan dengan sesamanya. Kemampuan menggunakan bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai alat komunikasi maupun sebagai alat untuk mengungkapkan informasi


(20)

dan ide yang bermakna. Dalam konteks etnik, bahasa dan kesenian daerah selain sebagai alat untuk berkomunikasi juga merupakan identitas masyarakat daerah tersebut. Bahasa dan kesenian daerah merupakan bagian dari kebudayaan nasional, sehingga dengan mempelajari kedua hal tersebut merupakan bagian dari upaya untuk melestarikan kebudayaan.

Permasalahan yang melatar belakangi penelitian ini adalah kecenderungan adanya pergeseran nilai-nilai adat dan budaya oleh masyarakat Batak Toba, khususnya di kalangan generasi muda yang berdomisili di wilayah perkotaan, sebagai akibat dari adanya globalisasi dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi. Pergeseran tersebut di antaranya dapat dilihat dengan mulai menurunnya pemahaman generasi muda terhadap nilai-nilai adat dan budaya lokal sebagai warisan dan aset budaya nasional. Salah satu warisan kebudayaan Batak yang mulai ditinggalkan oleh generasi muda saat ini adalah bahasa dan kesenian Batak Toba. Remaja Batak Toba yang tinggal di Bandar Lampung cenderung tidak bisa dan tidak mau menggunakan bahasa daerah mereka dalam percakapan sehari-hari.

Beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab kecenderungan remaja etnik Batak Toba di Bandar Lampung tidak mau dan tidak bisa menggunakan bahasa daerah mereka karena terjadi pergeseran pemahaman remaja terhadap nilai-nilai dan kebudayaan lokal, sebagai akibat dari arus globalisasi yang tidak mengenal batas-batas kewilayahan. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang semakin pesat turut berperan dalam mempercepat penyampaian nilai-nilai


(21)

3

kebudayaan luar sehingga berpotensi menggeser dan bahkan menghilangkan kebudayaan lokal, termasuk bahasa dan kesenian Batak Toba.

Proses pewarisan kebudayaan dalam bentuk bahasa dan kesenian Batak Toba merupakan hal yang sangat mungkin untuk dilakukan, karena kebudayaan manusia pada hakikatnya dapat diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Proses pewarisan bahasa dan kesenian Batak Toba tersebut dapat dilakukan oleh agen sosialisasi seperti keluarga, teman, sekolah, dan masyarakat. Namun pada kenyataannya proses sosialisasi tersebut masih minim dilakukan. Terutama proses pewarisan bahasa dan kesenian Batak Toba seharusnya dilakukan di dalam keluarga karena keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan remaja dan tempat belajar untuk menyatakan diri sebagai makhluk sosial.

Namun pada kenyataannya bahasa dan kesenian Batak Toba di dalam keluarga kurang berfungsi sebagai penghubung antar anggota keluarga dalam melaksanakan berbagai fungsi keluarga. Keluarga etnik Batak Toba jarang menggunakan bahasa Batak Toba di dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukan bahwa telah terjadi pergeseran nilai-nilai kebudayaan di dalam masyarakat Batak Toba, yaitu menurunnya upaya untuk melestarikan bahasa Batak Toba yang seharusnya dimulai dari keluarga. Oleh karena itu, para remaja etnik Batak Toba mencari wadah atau tempat untuk mereka mempelajari bahasa dan kesenian daerahnya. Seperti dengan mengikuti perkumpulan IMBK/ Ikatan Muda-Mudi Batak Kristen Dosroha Bandar Lampung.


(22)

IMBK Dosroha merupakan kelompok kecil yang mencoba melestarikan budaya Batak melalui organisasi. Organisasi ini berdiri karena latar belakang kurangnya pengenalan akan sesama pemuda yang memiliki sama kultur, budaya dan yang berasal dari tanah Batak. Oleh karena itu timbul keinginan untuk membentuk wadah kepemudaan di Bandar Lampung. Kelompok ini dapat menjadi tempat informasi dan komunikasi, membantu serta menambah wawasan akan budaya Batak melalui koridor keimanan Kristen dengan tidak memandang perbedaan usia, status ekonomi, pendidikan dan tidak mengarah kepada satu ajaran Gereja.

Sejarah IMBK Dosroha ini sudah berdiri selama 12 tahun dan tepatnya pada tanggal 30 September 2014 genap berusia 13 tahun. Kata Dosroha yang digunakan oleh IMBK ini memiliki arti dalam bahasa Indonesia yakni sehati, yang bermakna kumpulan orang-orang khususnya muda-mudi Batak untuk menciptakan kesehatian antar anggota dan sesama.

Kelompok IMBK Dosroha dalam mensosialisasikan bahasa dan kesenian Batak Toba kepada para anggotanya dilakukan melalui beberapa kegiatan. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain Kegiatan-kegiatan kerohanian, Kegiatan-kegiatan budaya yang terdiri dari tahun baru ceria, seminar budaya Batak dan pesta budaya Batak serta ada juga kegiatan rutin yakni rapat dan olahraga. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan bentuk sosialisasi bahasa dan kesenian Batak yang mengenalkan tarian tor-tor dan kain adat ulos yang digunakan dalam kegiatan-kegiatan besar. Dan menyanyikan lagu-lagu Batak yang mereka lakukan ketika selesai kebaktian bulanan.


(23)

5

Sosialisasi bahasa dan kesenian Batak yang dilakukan IMBK Dosroha merupakan proses pengenalan kebudayaan Batak pada pemudi sehingga pemuda-pemudi tersebut memahami dan mengerti tentang kebudayaan Batak. Dari kegiatan sosialisasi bahasa dan kesenian Batak ini diharapkan agar pemuda-pemudi lebih mengerti dan memahami tentang bahasa dan kesenian Batak sehingga mendorong mereka untuk mencintai kebudayaan daerahnya. Tujuan akhir dari sosialisasi bahasa Batak ini adalah mempersiapkan dan membuat individu memahami tentang kebudayaan Batak dan hal tersebut harus dipertahankan.

Berkembang atau punahnya kebudayaan suatu daerah itu tergantung bagaimana remaja sadar dan tahu pentingnya kebudayaan daerah dan pentingnya pelestarian budaya yang merupakan kekayaan bangsa. Sebagai elemen dari kebudayaan, bahasa dan kesenian harus dirawat. Hal ini karena nilai-nilai positif dalam kebudayaan penting dalam membangun karakter bangsa yang berkualitas, berdaya saing tinggi, bertanggung jawab, dan bermoral baik.

Alasan pemilihan IMBK Dosroha sebagai objek penelitian yaitu karena berdasarkan hasil pra riset diketahui bahwa perkumpulan Batak yang ada di Bandar Lampung masih kurang dalam memberikan pemahaman kepada para anggotanya akan kebudayaan Batak terutama tentang bahasa dan kesenian Batak. Khususnya bagi generasi muda Batak Toba yang tinggal di Bandar Lampung. Sehingga pemahaman akan bahasa dan kesenian Batak Toba kurang dipahami. Jadi, dengan mengikuti IMBK Dosroha ini sosialisasi akan bahasa dan kesenian bisa disalurkan.


(24)

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas yang menjadi minat penelitian dalam hal ini adalah bagaimanakah peranan dan pola komunikasi kelompok yang dilakukan oleh IMBK Dosroha guna mensosialisasikan bahasa dan kesenian Batak bagi anggotanya. Dengan mengambil judul “Peranan dan Pola Komunikasi Kelompok Dalam Mensosialisasikan Bahasa dan Kesenian Batak (Studi Pada Ikatan Muda-Mudi Batak Kristen Dosroha Bandar Lampung).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah peranan dan pola komunikasi kelompok dalam mensosialisasikan bahasa dan kesenian Batak oleh IMBK Dosroha Bandar Lampung?”

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan dan menganalisis peranan dan pola komunikasi kelompok dalam mensosialisasikan bahasa dan kesenian Batak oleh IMBK Dosroha Bandar Lampung.

1.4 Kegunaan Penelitian


(25)

7

1.4.1 Kegunaan Teoritis:

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sumbangan yang berarti bagi khasanah kajian ilmu sosial dan bagi mahasiswa yang tertarik pada penelitian ilmiah yang berhubungan dengan ilmu komunikasi.

1.4.2 Kegunaan Praktis :

1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan bahan masukan bagi berbagai pihak yang akan melakukan penelitian dengan kajian komunikasi kelompok dalam sebuah organisasi atau suatu perkumpulan.

2. Penelitian ini diharapkan berguna bagi IMBK Dosroha yang merupakan objek penelitian peneliti agar dapat melakukan komunikasi kelompok yang lebih baik lagi sehingga kegiatan sosialisasi kebudayaan tersebut dapat bermanfaat bagi para anggotanya.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penulis akan melakukan penelitian yang berjudul : “Peranan dan Pola Komunikasi

Kelompok Dalam Mensosialisasikan Bahasa dan Kesenian Batak (Studi Pada Ikatan Muda-Mudi Batak Kristen Dosroha Bandar Lampung)”. Sebagai bahan pertimbangan maka penulis mencantumkan referensi dalam penulisan skripsi yang terdapat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Penelitian Terdahulu

Peneliti Manzully Arwan (2009)

Judul penelitian Peranan Komunikasi Orangtua Dalam Mensosialisasikan Aksara Lampung Kepada Anak (Studi Pada Keluarga Suku Lampung Pepadun yang Mempunyai Anak Sekolah Dasar di Lingkungan 1 dan 2 Kelurahan Jagabaya II Kecamatan Sukabumi Bandarlampung)

Hasil Penelitian Peranan KAP dalam memberikan pemahaman aksara Lampung pada anak dapat dinilai efektif karena melalui KAP orangtua dapat melihat langsung reaksi/feedback dari anak baik itu pada saat orangtua memberikan pembelajaran dan pemahaman tentang pelajaran aksara Lampung dan anak dapat menerima tujuan orangtuanya tentang hal yang ingin disampaikan sehingga komunikasi yang berlangsung


(27)

9

dapat diketahui arah yang hendak dicapai. Kontribusi pada

penelitian

Menjadi referensi bagi penelitian penulis serta membantu dalam proses penyusunan penelitian. Perbedaan penelitian Penelitian ini meneliti bagaimana peranan orangtua

dalam mensosialisasikan aksara lampung kepada anak, sedangkan penelitian penulis meneliti bagaimana peranan komunikasi kelompok dalam mensosialisasikan bahasa dan kesenian Batak.

Peneliti Radhit Gugi Nogroho (2013)

Judul penelitian Pola Komunikasi Kelompok Dalam Tradisi Masu Babuy (Studi Pada Kelompok Pemburu Pekon Lombok Kecamatan Lumbok Seminung Kabupaten Lampung Barat)

Hasil Penelitian Pola komunikasi yang terbentuk pada objek penelitian berbentuk menyerupai kotak dengan tiap informannya berinteraksi pada tingkatan interaksi kelompok besar pemasu. Dan proses komunikasi yang terjadi pada tingkatan kelompok kecil pemasu membentuk pola komunikasi bentuk cakar ayam. Kontribusi pada

penelitian

Menjadi referensi bagi penulis sekaligus menjadi pedoman penyusunan penelitian.

Perbedaan penelitian Objek yang diteliti merupakan kelompok yang masih belum terstruktur dengan rapi dan jelas, sedangkan penelitian yang akan disusun objek penelitiannya merupakan kelompok yang memang sudah terstruktur.

2.2 Tinjauan Tentang Pola Komunikasi

Pola komunikasi merupakan model dari proses komunikasi, sehingga dengan adanya berbagai dari proses komunikasi akan dapat ditemukan pola yang cocok


(28)

dan mudah digunakan dalam komunikasi. Menurut Widjaja (2000: 102) pola komunikasi dibagi menjadi 4 (empat) model, yaitu:

1. Pola komunikasi Roda

Pola komunikasi roda menjelaskan pola komunikasi satu orang kepada orang banyak, yaitu (A) berkomunikasi kepada (B), (C), (D), dan (E).

Contoh ilustrasi:

Seseorang, biasanya pemimpin, menjadi fokus perhatian. Ia dapat berhubungan dengan semua anggota kelompok, tetapi setiap anggota kelompok hanya bisa berhubungan dengan pemimpinnya.

2. Pola Komunikasi Rantai

Pola komunikasi ini, seseorang (A) berkomunikasi dengan orang lain (B) seterusnya ke (C), (D), dan ke (E).

Contoh ilustrasi:

A dapat berkomunikasi dengan B, B dapat berkomunikasi dengan dengan C, C dapat berkomunikasi dengan dengan D, dan begitu seterusnya.

A B C D E

A C

E

B


(29)

11

3. Pola Komunikasi Lingkaran

Pola komunikasi lingkaran ini hampir sama dengan pola komunikasi rantai, namun orang terakhir (E) berkomunikasi kembali pada orang pertama (A).

Contoh ilustrasi :

Setiap orang hanya dapat berkomunikasi dengan dua orang, di samping kiri dan kanannya. Dengan perkataan lain, dalam model ini tidak ada pemimpin.

4. Pola Komunikasi Bintang

Pada pola komunikasi bintang ini, semua anggota saling berkomunikasi satu sama lainnya.

Contoh ilustrasi :

Disebut juga jaringan komunikasi semua saluran/all channel, setiap anggota dapat berkomunikasi dengan semua anggota kelompok yang lain.

A

D C

B E

A

D C

B E


(30)

Pola komunikasi yang dimaksud di sini adalah gambaran tentang bentuk atau cara yang digunakan seseorang atau sekelompok orang dalam menyampaikan pesan baik secara langsung maupun melalui media dalam konteks hubungan dan interaksi yang berlangsung dalam masyarakat.

2.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Kelompok 2.3.1 Definisi Komunikasi Kelompok

Menurut Effendy (2002: 75), komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang. Dalam komunikasi kelompok, orang yang menjadi komunikan bisa sedikit maupun banyak, apabila jumlah orang dalam kelompok itu sedikit berarti disebut dengan kelompok kecil, komunikasi yang berlangsung disebut komunikasi kelompok kecil (small group communication), jika jumlahnya banyak dinamakan kelompok besar (large group communication).

Komunikasi kelompok (group communication) adalah: komunikasi antara seseorang (komunikator) dengan sejumlah orang (komunikan) yang berkumpul bersama-sama dalam bentuk komunikasi. Effendy (2002: 75).

Sedangkan menurut Burgoon dan Ruffner (dalam Sendjaja 1999: 99) komunikasi kelompok adalah interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu, guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki, seperti berbagi informasi, pemelihara diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat. Jadi dari


(31)

13

beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi kelompok adalah komunikasi antara seorang dengan sejumlah orang yang dititikberatkan perhatiannya tertuju pada tingkah laku tiap individu dalam kelompok tersebut.

Selanjutnya menurut Sendjaja (1999: 93), proses yang terjadi di dalam komunikasi kelompok dalam bentuk yang terorganisir melalui tahapan atau prosedur yang cukup kompleks, di antaranya adalah melalui tahapan perencanaan oleh anggota-anggota kelompok inti di dalam kelompok, mengadakan prosedur pertemuan (meeting procedure) pendahuluan mengenai kegiatan organisasi untuk mengkomunikasikan pesan kepada seluruh anggota kelompok, tahapan pelaksanaan kegiatan dan evaluasi yang dilakukan oleh anggota-anggota kelompok untuk membahas kegiatan komunikasi kelompok yang sudah dilaksanakan oleh organisasi kelompok.

Ada empat elemen yang tercakup dalam definisi di atas, yaitu:

1. Interaksi tatap muka, jumlah partisipan yang terlibat dalam interaksi, maksud atau tujuan yang dikehendaki dan kemampuan anggota untuk dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya.

2. Terminologi tatap muka (face to face) mengandung makna bahwa setiap anggota kelompok harus dapat melihat dan mendengar anggota lainnya dan juga harus dapat mengatur umpan balik secara verbal maupun nonverbal dari setiap anggotanya. Batasan ini tidak berlaku atau meniadakan kumpulan individu yang sedang melihat proses pembangunan gedung/bangunan baru. Dengan demikian, makna tatap muka tersebut


(32)

berkaitan erat dengan adanya interaksi di antara semua anggota kelompok. Jumlah partisipan dalam komunikasi kelompok berkisar antara 3 sampai 20 orang. Pertimbangannya, jika jumlah partisipan melebihi 20 orang, kurang memungkinkan berlangsungnya suatu interaksi di mana setiap anggota kelompok mampu melihat dan mendengar anggota lainnya. Dan karenanya kurang tepat untuk dikatakan sebagai komunikasi kelompok. 3. Maksud atau tujuan yang dikehendaki sebagai elemen ketiga dari definisi

di atas, bermakna bahwa maksud atau tujuan tersebut akan memberikan beberapa tipe identitas kelompok. Kalau tujuan kelompok tersebut adalah berbagi informasi, maka komunikasi yang dilakukan dimaksudkan untuk menanamkan pengetahun (to impart knowledge). Sementara kelompok yang memiliki tujuan pemeliharaan diri (self-maintenance), biasanya memusatkan perhatiannya pada anggota kelompok atau struktur dari kelompok itu sendiri.

4. Elemen terakhir adalah kemampuan anggota kelompok untuk menumbuhkan karateristik personal anggota lainnya secara akurat. Ini mengandung arti bahwa setiap anggota kelompok secara tidak langsung berhubungan dengan satu sama lain dan maksud / tujuan kelompok telah terdefinisikan dengan jelas, di samping itu identifikasi setiap anggota dengan kelompoknya relatif stabil dan permanen.

2.3.2 Jenis-jenis Komunikasi Kelompok

Menurut Effendy (2002: 76), jenis komunikasi kelompok ada dua yaitu komunikasi kelompok kecil (small group communication) dan komunikasi


(33)

15

kelompok besar (large group communication), masing-masing jenis komunikasi kelompok tersebut memiliki ciri-ciri atau karakteristik yang berbeda. Di bawah ini akan dijelaskan karakteristik dari kedua jenis komunikasi kelompok tersebut.

1. Komunikasi kelompok kecil, disebut juga small group communication, adalah komunikasi yang ditujukan pada kognisi komunikan dan proses berlangsungnya secara dialogis. Dalam komunikasi kelompok kecil, komunikator menunjukan pesannya kepada benak atau pikiran komunikan, misalnya kuliah, ceramah, diskusi, seminar, rapat, musyawarah, dan sebagainya. Dalam komunikasi ini logika berperan penting, komunikan akan menilai logis atau tidak uraian komunikator. Ciri lain komunikasi kelompok kecil adalah prosesnya berlangsung secara dialogis, tidak linier, melainkan sirkular. Umpan balik terjadi secara verbal. Komunikan dapat menanggapi uraian komunikator, bisa bertanya bila tidak mengerti, dapat menyanggah apabila tidak setuju dan sebagainya.

2. Komunikasi kelompok besar, disebut juga large group communication, adalah komunikasi yang ditujukan pada afeksi komunikan dan prosesnya tidak berlangsung secara linear. Pesan yang disampaikan komunikator dalam situasi komunikasi kelompok besar ditujukan pada afeksi atau perasaan khalayak. Contoh untuk komunikasi kelompok besar misalnya adalah rapat raksasa yang dilakukan di lapangan. Jika komunikan pada komunikasi kelompok kecil adalah homogen (antara lain sekelompok orang yang sama jenis kelaminnya, sama pendidikannya, atau sama status sosialnya), komunikan dalam komunikasi kelompok besar bersifat


(34)

heterogen (mereka terdiri dari individu-individu) yang berbeda jenis kelamin, usia, pendidikan, jenis pekerjaan, agama dan sebagainya.

2.3.3 Fungsi Komunikasi Kelompok

Keberadaan suatu kelompok dalam masyarakat dicerminkan oleh adanya fungsi-fungsi yang akan dilaksanakannya. Fungsi-fungsi-fungsi tersebut mencakup fungsi-fungsi sosial, pendidikan, persuasi, pemecahan masalah dan pembuatan keputusan, serta fungsi terapi. Semua fungsi ini dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat, kelompok, dan para anggota kelompok itu sendiri. Adapun fungsi komunikasi kelompok (Djuarsa, 2003: 26) adalah sebagai berikut:

1. Fungsi pertama dalam kelompok adalah hubungan sosial, dalam arti bagaimana suatu kelompok mampu memelihara dan memantapkan hubungan sosial di antara para anggotanya, seperti bagaimana suatu kelompok secara rutin memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk melakukan aktivitas yang informal, santai, dan menghibur.

2. Pendidikan adalah fungsi kedua dari kelompok, dalam arti bagaimana sebuah kelompok secara formal maupun informal bekerja untuk mencapai dan mempertukarkan pengetahuan. Melalui fungsi pendidikan ini, kebutuhan-kebutuhan dari para anggota kelompok, kelompok itu sendiri, bahkan kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi. Namun demikian, fungsi pendidikan tergantung pada tiga faktor, yaitu jumlah informasi baru yang dikontribusikan, jumlah partisipan dalam kelompok, serta frekuensi interaksi di antara para anggota kelompok. Fungsi pendidikan ini akan sangat efektif jika setiap anggota kelompok membawa pengetahuan yang


(35)

17

berguna bagi kelompoknya tanpa pengetahuan baru yang disumbangkan masing-masing anggota, mustahil fungsi edukasi ini akan tercapai.

3. Fungsi persuasi, seorang anggota kelompok berupaya memersuasi anggota lainnya supaya melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Seseorang yang terlibat usaha-usaha persuasif dalam suatu kelompok, membawa resiko untuk tidak diterima oleh para anggota lainnya. Misalnya, jika usaha-usaha persuasif tersebut terlalu bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam kelompok, maka justru orang yang berusaha memersuasi tersebut akan menciptakan suatu konflik, dengan demikian akan membahayakan kedudukannya dalam kelompok.

4. Fungsi problem solving, kelompok juga dicerminkan dengan kegiatan-kegiatannya untuk memecahkan persoalan dan membuat keputusan-keputusan. Pemecahan masalah (problem solving) berkaitan dengan penemuan alternatif atau solusi yang tidak diketahui sebelumnya, sedangkan pembuatan keputusan (decision making) berhubungan dengan pemilihan antara dua atau lebih solusi. Jadi, pemecahan masalah menghasilkan materi atau bahan untuk pembuatan keputusan.

5. Fungsi terapi. Kelompok terapi memiliki perbedaan dengan kelompok lainnya, karena kelompok terapi tidak memiliki tujuan. Objek dari kelompok terapi adalah membantu setiap individu mencapai perubahan personalnya. Tentunya, individu tersebut harus berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya guna mendapatkan manfaat, namun usaha utamanya adalah membantu dirinya sendiri, bukan membantu kelompok mencapai konsensus. Contoh dari kelompok terapi ini adalah kelompok


(36)

konsultasi perkawinan, kelompok penderita narkotika, kelompok perokok berat, dan sebagainya. Tindak komunikasi dalam kelompok-kelompok terapi dikenal dengan nama pengungkapan diri (self disclosure). Artinya, dalam suasana yang mendukung, setiap anggota dianjurkan untuk berbicara secara terbuka tentang apa yang menjadi permasalahannya. Jika muncul konflik antar anggota dalam diskusi yang dilakukan, orang yang menjadi pemimpin atau yang memberi terapi yang akan mengaturnya.

2.4 Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi (KAP) didefinisikan dalam Budyatna dan Ganiem (2011: 7) sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan yang terjadi apabila seseorang mendasarkan prediksinya tentang reaksi orang lain dengan data psikologis. Asumsi dasar komunikasi antar pribadi adalah bahwa setiap orang yang berkomunikasi akan membuat prediksi pada data psikologis tentang efek atau perilaku komunikasinya, yaitu bagaimana pihak yang menerima pesan memberikan reaksinya. Jika menurut persepsi komunikator reaksi komunikan menyenangkan maka ia akan merasa bahwa komunikasinya telah berhasil.

Menurut sifatnya, komunikasi antar pribadi dapat dibedakan atas dua macam, yakni komunikasi diadik dan komunikasi kelompok kecil. Komunikasi diadik adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka. Komunikasi kelompok kecil adalah proses komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap muka, di mana anggota-anggotanya saling berinteraksi satu sama lain.


(37)

19

Secara umum komunikasi antar pribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi, di mana komunikasi terjadi secara tatap muka antara dua individu. Ada persamaan antara komunikasi kelompok dan komunikasi antar pribadi, yaitu sama-sama bisa berkomunikasi langsung secara tatap muka atau face to face dan pastinya saling bertukar informasi atau untuk memecahkan masalah tertentu. Komunikasi antar pribadi dan komunikasi kelompok memiliki hubungan yang sangat erat, sebab dalam komunikasi kelompok di dalamnya ada komunikasi antar pribadi.

Menurut Richard L. Weaver II (dalam Budyatna 2011: 15), menyebutkan terdapat delapan karakteristik dalam komunikasi antar pribadi, yaitu:

1. Melibatkan paling sedikit dua orang.

Komunikasi antar pribadi melibatkan paling sedikit dua orang. Jumlah dua individu bukanlah jumlah yang sembarangan. Jumlah tiga dapat dianggap sebagai kelompok yang terkecil. Apabila kita mendefinisikan komunikasi antar pribadi dalam arti jumlah orang yang terlibat, haruslah diingat bahwa komunikasi antar pribadi sebetulnya terjadi antara dua orang yang merupakan bagian dari kelompok yang lebih besar.

2. Adanya umpan balik atau feedback.

Umpan balik merupakan pesan yang dikirim kembali oleh penerima kepada pembicara. Dalam komunikasi antar pribadi hampir selalu melibatkan umpan balik langsung. Sering kali bersifat segera, nyata, dan berkesinambungan. Hubungan yang langsung antara sumber dan penerima merupakan bentuk yang unik bagi komunikasi antar pribadi.


(38)

3. Tidak harus tatap muka

Bagi komunikasi antar pribadi yang sudah terbentuk, adanya saling pengertian antara dua individu, kehadiran fisik dalam berkomunikasi tidaklah terlalu penting. Tetapi menurut Weaver bahwa komunikasi tanpa interaksi tatap muka tidaklah ideal walaupun tidak harus dalam KAP. Menurutnya, kehilangan kontak langsung berarti kehilangan faktor utama dalam umpan balik, sarana penting untuk menyampaikan emosi menjadi hilang. Bentuk idealnya memang adanya kehadiran fisik dalam berinteraksi secara antar pribadi, walaupun tanpa kehadiran fisik masih dimungkinkan.

4. Tidak harus bertujuan.

Komunikasi antar pribadi tidak harus selalu disengaja atau dengan kesadaran. Orang-orang mungkin mengkomunikasikan segala sesuatunya itu tanpa sengaja atau sadar, tetapi apa yang dilakukannya itu merupakan pesan-pesan sebagai isyarat yang mempengaruhi anda. Dengan kata lain, telah terjadi penyampaian pesan-pesan dan penginterpretasian pesan-pesan tersebut.

5. Menghasilkan beberapa pengaruh atau effect.

Untuk dapat dianggap sebagai komunikasi antar pribadi yang benar, maka sebuah pesan harus menghasilkan atau memiliki efek atau pengaruh. Efek atau pengaruh itu tidak harus segera dan nyata, tetapi harus terjadi.

6. Tidak harus melibatkan atau menggunakan kata-kata.

Kita dapat berkomunikasi tanpa kata-kata seperti pada komunikasi non verbal. Pesan-pesan non verbal seperti menatap dan menyentuh atau


(39)

21

membelai kepada seorang anak atau kepada seorang kekasih memiliki makna yang jauh lebih besar daripada kata-kata.

7. Dipengaruhi oleh konteks.

Konteks merupakan tempat di mana pertemuan komunikasi terjadi termasuk apa yang mendahului dan mengikuti apa yang dikatakan. Konteks mempengaruhi harapan-harapan para partisipan, makna yang diperoleh para partisipan, dan perilaku mereka selanjutnya.

8. Dipengaruhi oleh kegaduhan atau noise.

Kegaduhan atau noise ialah setiap rangsangan atau stimulus yang mengganggu dalam proses pembuatan pesan. Kegaduhan/kebisingan atau noise dapat bersifat eksternal, internal, atau semantik.

2.5 Tinjauan Tentang Komunikasi Verbal dan Non Verbal

Dalam komunikasi ada dua kategori menurut Wahjono (2010: 222), yaitu:

1. Komunikasi verbal (bahasa) yaitu dengan ucapan kalimat, pesan lisan maupun tulisan dan gambar. Pesan verbal atau simbol adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal. Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.

Menurut Larry L.Barker (dalam Mulyana, 2005), bahasa mempunyai tiga fungsi: penanaman, interaksi, dan transmisi informasi.


(40)

a. Penanaman atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi.

b. Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.

c. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilah yang disebut transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi informasi yang lintas waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita.

2. Komunikasi non verbal (non bahasa) yaitu komunikasi yang disampaikan dengan gerakan tubuh, air muka, dan jarak fisik antara pengirim dan penerima pesan dengan istilah lain disebut kinesika. Istilah non verbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis komunikasi non verbal dan verbal dapat dipisahkan. Namun dalam kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling terkait, saling melengkapi dalam komunikasi yang kita gunakan sehari-hari.

Rakhmat (1994) mengelompokkan pesan-pesan non verbal sebagai berikut:


(41)

23

a. Pesan kinesik. Pesan non verbal yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti, terdiri dari tiga komponen utama: (1) Pesan fasial, menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat menyampaikan paling sedikit sepuluh kelompok makna: kebahagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan, kemuakan, pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad. (2) Pesan gestural, menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasi berbagai makna. (3) Pesan postural, berkenaan dengan keseluruhan anggota badan, makna yang dapat.

b. Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain.

c. Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang sering berperilaku dalam hubungan dengan orang lain sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya (body image). Erat kaitannya dengan tubuh ialah upaya kita membentuk citra tubuh dengan pakaian, dan kosmetik.

d. Pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan cara mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama dapat menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan secara berbeda.


(42)

e. Pesan sentuhan dan bau-bauan. Alat penerima sentuhan adalah kulit, yang mampu menerima dan membedakan emosi yang disampaikan orang melalui sentuhan. Sentuhan dengan emosi tertentu dapat mengkomunikasikan: kasih sayang, takut, marah, bercanda, dan tanpa perhatian. Bau-bauan, terutama yang menyenangkan (wewangian) telah berabad-abad digunakan orang, juga untuk menyampaikan pesan untuk menandai wilayah mereka, mengidentifikasikan keadaan emosional, pencitraan, dan menarik lawan jenis.

2.6 Tinjauan Tentang Komunikasi Organisasi

West dan Turner (2007: 38) menyatakan bahwa komunikasi organisasi mencakup komunikasi yang terjadi di dalam dan di antara lingkungan yang besar dan luas. Jenis komunikasi ini sangat bervariasi karena komunikasi organisasi juga meliputi komunikasi interpersonal (percakapan antara atasan dan bawahan), kesempatan berbicara di depan publik (presentasi yang dilakukan oleh para eksekutif dalam perusahaan), kelompok kecil (kelompok kerja yang mempersiapkan laporan), dan komunikasi dengan menggunakan media (e-mail dan konferensi jarak jauh). Oleh karenanya, organisasi terdiri atas kelompok yang diarahkan oleh tujuan akhir yang sama.

Muhammad (2005: 65) menyatakan bahwa terdapat beberapa persepsi mengenai komunikasi organisasi antara lain:


(43)

25

1. Menurut Redding dan Sanborn

Redding dan Sanborn mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks, yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward atau komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang sama level atau tingkatnya dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan menulis dan komunikasi evaluasi program.

2. Menurut Katz dan Kahn

Katz dan Kahn mengatakan bahwa komunikasi organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti didalam suatu organisasi.

Pada dasarnya komunikasi organisasi di dalam organisasi, terbagi menjadi tiga bentuk:

1. Komunikasi vertikal, bentuk komunikasi ini merupakan bentuk komunikasi yang terjadi dari atas ke bawah dan sebaliknya. Artinya komunikasi yang disampaikan pimpinan rapat kepada anggota rapat, dan dari anggota rapat kepada pimpinan rapat secara timbal balik.

2. Komunikasi horizontal, komunikasi secara mendatar di antara sesama anggota organisasi. Komunikasi horizontal sering kali berlangsung tidak formal.


(44)

3. Komunikasi diagonal, bentuk komunikasi ini sering disebut juga komunikasi silang. Berlangsung dari seseorang kepada orang lain dalam posisi yang berbeda. Dalam arti pihak yang satu tidak berada pada jalur struktur yang lain.

2.7 Tinjauan Tentang Kebudayaan 2.7.1 Definisi Kebudayaan

Kebudayaan (culture) adalah produk dari seluruh rangkaian proses sosial yang dijalankan oleh manusia dalam masyarakat dengan segala aktivitasnya. Dengan demikian, maka kebudayaan adalah hasil nyata dari sebuah proses sosial yang dijalankan oleh manusia bersama masyarakatnya.

Soemardjan dan Soemardi (dalam Soekanto, 1982: 167), merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. (a) Karya, masyarakat menghasilkan material culture seperti teknologi dan karya-karya kebendaan atau budaya materi yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya, sehingga produk dari budaya materi dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. (b) Rasa, adalah spiritual culture, meliputi unsur mental dan kejiwaan manusia. Rasa menghasilkan kaidah-kaidah, nilai-nilai sosial, hukum, dan norma sosial atau yang disebut dengan pranata sosial untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan. (c) Cipta, merupakan immaterial culture, yaitu bukan budaya spiritual culture yang menghasilkan pranata sosial namun cipta yang menghasilkan gagasan, berbagai teori, wawasan, dan semacamnya yang bermanfaat bagi manusia. (d) Karsa adalah kemampuan untuk menempatkan karya, rasa, dan cipta pada tempatnya agar sesuai dengan kegunaan dan


(45)

27

kepentingannya bagi seluruh masyarakat. Dengan demikian, karsa adalah kecerdasan dalam menggunakan karya, rasa, dan cipta secara fungsional sehingga menghasilkan sesuatu yang bermanfaat lebih bagi manusia dan masyarakat secara luas.

2.7.2 Unsur-unsur Kebudayaan

Kebudayaan dari setiap bangsa atau masyarakat, terdiri dari unsur-unsur besar maupun unsur-unsur kecil yang merupakan bagian-bagian dari suatu kebulatan yang bersifat sebagai kesatuan. Menurut Koentjaraningrat (dalam Soekanto 1982: 170), menguraikan ada tujuh unsur kebudayaan yang dianggap sebagai cultural universals, yaitu:

1. Sistem Religi

Kepercayaan manusia terhadap adanya Sang Maha Pencipta. Sistem religi meliputi kepercayaan, nilai, pandangan hidup, komunikasi keagamaan dan upacara keagamaan.

2. Sistem Organisasi Kemasyarakatan

Sistem yang muncul karena kesadaran manusia bahwa meskipun diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna namun tetap memiliki kelemahan dan kelebihan masing – masing antar individu sehingga timbul rasa untuk berorganisasi dan bersatu. Sistem organisasi kemasyarakatan meliputi kekerabatan, organisasi politik, norma atau hukum, perkawinan, kesatuan hidup dan perkumpulan.


(46)

3. Sistem Pengetahuan

Sistem yang terlahir karena setiap manusia memiliki akal dan pikiran yang berbeda sehingga memunculkan dan mendapatkan sesuatu yang berbeda pula, sehingga perlu disampaikan agar yang lain juga mengerti.

4. Sistem Mata Pencaharian Hidup

Sistem mata pencaharian hidup merupakan produk dari manusia sebagai homo economicus yang menjadikan kehidupan manusia terus meningkat. Sistem ini lahir karena manusia memiliki hawa nafsu dan keinginan yang tidak terbatas dan selalu ingin lebih. Sistem mata pencaharian hidup meliputi jenis pekerjaan dan penghasilan.

5. Sistem Teknologi dan Peralatan

Sistem yang timbul karena manusia mampu menciptakan barang-barang dan sesuatu yang baru agar dapat memenuhi kebutuhan hidup dan membedakan manusia dengan makhluk hidup yang lain.

6. Bahasa

Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat. Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat


(47)

29

untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.

7. Kesenian

Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga, sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks. Kesenian meliputi: seni patung/pahat, seni rupa, seni gerak, lukis, gambar, rias, vokal, musik/seni suara, bangunan, kesusastraan, dan drama.

2.7.3 Bahasa Batak

Bahasa Batak Toba merupakan salah satu bahasa daerah yang terutama dipertuturkan di daerah sekitar Danau Toba dan sekitarnya, meliputi Samosir, Humbang Hasundutan, Tapanuli Utara dan Toba Samosir, Sumatera Utara, Indonesia. Bahasa Batak Toba termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia, dan merupakan bagian dari kelompok bahasa-bahasa Batak. Penulisan bahasa ini dalam sejarahnya pernah menggunakan aksara Batak, namun saat ini para penuturnya hampir selalu menggunakan aksara Latin untuk menuliskannya. Herman Neubronner van der Tuuk adalah salah seorang pionir awal penelitian atas Bahasa Batak Toba, yaitu dalam aktivitasnya menulis Alkitab berbahasa


(48)

Batak Toba. Di bawah ini akan diberikan beberapa contoh kata dan kalimat bahasa Batak Toba.

Tabel 2. Contoh Kata dalam Bahasa Batak Toba No Bahasa Indonesia Bahasa Batak

1 Ayah Ama/Amang

2 Ibu Ina/Inong

3 Kakek Oppung

4 Kasih/Cinta/Sayang Holong

5 Tuhan Debata

6 Bisa Boi

7 Aku Ahu

8 Kamu Ho

9 Dia Ibana

10 Bertemu Pajumpang

11 Terimakasih Mauliate

12 Uang Hepeng

13 Tidak Ndang

14 Cepat Hatop

15 Penuh Gok

16 Bisa Boi

17 Yang Na

18 Benar Toho

19 Hati Roha

20 Supaya Asa

Sumber: http://akademik.nommenses-id.org/portal/public_html (diakses tanggal 17 Maret 2014)

Tabel 3. Contoh Kalimat dalam Bahasa Batak Toba

No Bahasa Indonesia Bahasa Batak

1 Agar kamu bisa mengasihi dia Asa boi do ho manghaholongi ibana 2 Ke warung itu lah dia pergi Tu lapo on do ibana laho

3 Tidak ada uangku Ndang adong hepenghu

4 Mengapa kalian cepat pergi? Boasa hatop hamu laho? 5 Kamu terlalu cepat makan Pahatophu do ho mangan 6 Sudah ditunggu kamu sejak tadi Nunga dipainte ho sian nangkin 7 Kakek sudah pergi ke Jakarta Oppung nungnga lao tu Jakarta 8 Tidak ada anaknya di situ Ndang adong gellengna di si 9 Benarkah kamu cinta padaku? Toho do holong roham di ahu? 10 Jangan lupakan berdoa Unang lupahon martangiang

Sumber: http://akademik.nommenses-id.org/portal/public_html (diakses tanggal 17 Maret 2014)


(49)

31

2.7.4 Bahasa dalam Konteks Komunikasi

Bahasa adalah pikiran, perasaan, diwujudkan melalui ucapan yang diucapkan alat ucap manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup berkelompok dan membentuk lingkungan pergaulan yang tentunya mereka tinggal di dalamnya, bekerja dan mencari kebutuhan hidup. Dari sinilah bahasa itu berfungsi sebagai alat komunikasi.

Fungsi bahasa dalam konteks komunikasi adalah sebagai sarana untuk menyampaikan pesan, gagasan dan pemikiran dari seseorang kepada orang lain sehingga tercipta kesamaan makna antara kedua orang yang melakukan komunikasi tersebut. Bahasa juga berfungsi sebagai alat untuk mengekspresikan diri, yaitu untuk mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan, dan perasaan. Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Bahasa mengatur berbagai macam aktivitas masyarakat, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita.

Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang lain. Kita ingin menyampaikan gagasan yang dapat diterima oleh orang lain. Kita ingin membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita. Kita ingin mempengaruhi orang lain. Kita menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran kita. Pada saat kita menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, sebenarnya kita juga sedang mempertimbangkan apakah bahasa yang kita gunakan itu bersifat komunikatif. Bahasa juga merupakan alat komunikasi yang efektif antar manusia.


(50)

Hal ini karena dalam berbagai macam situasi bahasa dapat dimanfaatkan. Kemampuan berbahasa merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa. Kita tidak dapat membayangkan bagaimana keadaan manusia bila tidak ada bahasa yang berperan sebagai alat komunikasi.

Kebudayaan dan peradaban tentunya tidak akan dapat berkembang dengan baik bila tidak ada bahasa. Penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi, memiliki tujuan agar kita dapat dipahami oleh orang lain. Bahasa itu sendiri adalah alat untuk berkomunikasi melalui lisan (bahasa primer) dan tulisan (bahasa sekunder). Berkomunikasi melalui lisan (dihasilkan oleh alat ucap manusia), yaitu dalam bentuk simbol bunyi, dimana setiap simbol bunyi memiliki ciri khas tersendiri. Suatu simbol bisa terdengar sama di telinga kita tapi memiliki makna yang sangat jauh berbeda. Bahasa sebagai sarana komunikasi mempunyai fungsi utama untuk penyampaian pesan atau makna oleh seseorang kepada orang lain. Jadi sebagai alat komunikasi bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita, dan memungkinkan kita dapat bekerja sama antar sesama anggota masyarakat.

2.7.5 Kesenian Batak

Dalam masyarakat Batak Toba sistem kesenian terdiri dari: rumah adat, pakaian adat, dan seni tari. Namun dalam penelitian ini hanya menjelaskan tarian tortor dan kain ulos yang merupakan dua hal yang selalu ada dan selalu digunakan dalam setiap kegiatan besar bagi etnik Batak Toba.


(51)

33

1. Kain Ulos

Ulos adalah kain tenun khas Batak berbentuk selendang, yang melambangkan ikatan kasih sayang antara orang tua dan anak-anaknya atau antara seseorang dan orang lain, seperti yang tercantum dalam filsafat

batak yang berbunyi: “Ijuk pengihot ni hodong” ulos penghit ni halong,

yang artinya ijuk pengikat pelepah pada batangnya dan ulos pengikat kasih sayang di antara sesama. Pada mulanya fungsi ulos adalah untuk menghangatkan badan, tetapi kini ulos memiliki fungsi simbolik untuk hal-hal lain dalam segala aspek kehidupan orang Batak. Ulos tidak dapat dipisahkan dari kehidupan orang Batak. Setiap ulos mempunyai “raksa” sendiri-sendiri, artinya mempunyai sifat, keadaan, fungsi, dan hubungan dengan hal atau benda tertentu.

2. Tarian Tortor

Tortor adalah tarian yang dilakukan dalam setiap upacara dengan iringan gondang sabangunan, secara umum terlihat seperti hiburan. Akan tetapi dalam pemikiran yang asli, kedudukan tortor bagi masyarakat Batak Toba tidaklah merupakan suatu seni hiburan. Pastor A. B. Sinaga menuliskan pada mulanya tortor bukanlah peragaan keindahan estetis melainkan suatu sembah kepada Pengada Adikodrati. Tortor asli Batak bersifat sakral dan merupakan pujaan kepada Sang Maha Tinggi (Sinaga, 1977: 16-19). Dalam pelaksanaannya pola gerak tortor dapat dibagi atas dua bagian: a. Tortor hatopan, suatu pola gerak yang sudah baku dalam setiap

upacara. Antara pria dan wanita memiliki pola-pola tersendiri. Gerakan ini biasanya dilakukan pada setiap awal penyajian gondang,


(52)

setiap penari melakukan gerakan yang sama, menurut pola-pola yang telah baku.

b. Tortor hapunjungan, tortor yang dilakukan sesuai dengan konteks upacaranya. Dengan kata lain, fungsi tortor ini berhubungan dengan upacara tersebut. Tortor ini dilakukan secara pribadi atau sekelompok orang yang memiliki motivasi serupa misalnya tortor untuk kaum muda, atau tortor dalam acara sukacita, tetapi memiliki gerakan yang relatif bebas, setiap penari bebas melakukan gerakan yang sesuai dengan ekspresinya sepanjang masih mengikuti ritme.

2.7.6 Kesenian dalam Konteks Komunikasi

Seni pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu merupakan sinonim dari ilmu. Dewasa ini, seni bisa dilihat dalam intisari ekspresi dari kreativitas manusia. Seni juga dapat diartikan dengan sesuatu yang diciptakan manusia yang mengandung unsur keindahan.

Dilihat dari segi fungsinya seni adalah sarana untuk mengobyektifkan pengalaman batin sehingga dapat dipahami maknanya. Kondisi ini memberikan fungsi lain bagi seni yaitu sebagai media komunikasi yang bersifat simbolik melalui lambang-lambang komunikasi, seni mengekspresikan ide serta pengalaman rasa yang tidak dapat dikomunikasikan melalui media lain seperti bahasa. Sekalipun bahasa juga merupakan media komunikasi simbolik, namun ekspresinya bersifat konseptual dan belum menampung dorongan ekspresi yang bersifat emosional yang justru menjiwai pola kehidupan manusia.


(53)

35

Seni sebagai media “komunikasi” di maksudkan sebagai alat “pesan” yang ingin

diinformasikan kepada orang lain, kepada masyarakat, baik berbentuk buah pikiran perasaan, keinginan maupun segala harapan. Dapat juga sebagai

pernyataan “kritik” ketidak setujuan atau ketidak sepahaman seperti biasanya

diungkapkan dalam bentuk “kartun”, nyanyian dan drama modern. Seni dapat

digunakan sebagai alat komunikasi seperti, kritik sosial, gagasan, kebijakan dan memperkenalkan produk kepada masyarakat.

2.8 Model Komunikasi ABX Newcomb (Model Keseimbangan)

Salah satu teori atau model yang dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah Model ABX Newcomb dari Theodore Newcomb. Model komunikasi yang dikembangkan Newcomb merupakan model komunikasi antar pribadi. Melalui modelnya ini Newcomb menggambarkan tentang dinamika hubungan komunikasi antara dua individu mengenai suatu objek yang dipersoalkan mereka. Pendekatan Theodore Newcomb terhadap komunikasi adalah pendekatan seorang pakar psikologi sosial berkaitan dengan interaksi manusia.

Dalam Rohim (2009: 88) model dari Newcomb melibatkan 3 unsur, yaitu A dan B, yang mewakili 2 orang individu yang berinteraksi dan X sebagai objek pembicaraan (komunikasi). Menurut Newcomb, tingkah laku komunikasi terbuka antara A dan B dapat diterangkan melalui kebutuhan mereka untuk mencapai keseimbangan atau keadaan simetris antara satu sama lain dan juga terhadap X. komunikasi terjadi karena A harus berorientasi pada B, pada X dan orientasi B pada X. untuk mencari keadaan yang simetris, A berusaha untuk melengkapi


(54)

dirinya dengan informasi tentang orientasi B terhadap X dan ini dapat dilakukan melalui interaksi.

Menurut Goldberg dan Larson (dalam Rohim 2009: 89) keseimbangan atau keadaan simetris perlu dicari, A mungkin terdorong untuk mempengaruhi atau mengubah orientasi B terhadap X, jika A menemukan keadaan yang tidak seimbang di antara mereka. B dengan sendirinya juga akan mempunyai dorongan yang sama terhadap orientasi A. Besarnya pengaruh yang akan ditanamkan oleh A dan B terhadap satu sama lain, serta kemungkinan usaha masing-masing dalam meningkatkan keadaan simetris melalui tindakan komunikasi akan meningkat pada saat daya tarik. Di bawah ini akan digambarkan bentuk model komunikasi ABX Newcomb.

X

+/- +/-

A B

+/-

Gambar 1. Model Komunikasi ABX Newcomb Sumber: Rohim (2009: 89)

Berdasarkan gambar di atas dapat diilustrasikan sebagai berikut. Dalam model Newcomb ada dua individu (A) dan (B) berorientasi terhadap satu sama lain dan terhadap objek, manusia atau benda (X). Model ini merupakan pengembangan dari hasil pemikiran psikolog Heider. Menurut Teori Heider ada dua orang (A) dan (B) yang saling menyukai, di samping itu ada orang ketiga atau benda lain


(55)

37

(X), maka hubungan A dan B disebut balanced atau seimbang. Sebaliknya jika A suka pada B dan B suka pada A, namun A suka pada X tetapi B tidak suka pada X maka hubungan mereka unbalanced atau tidak seimbang. Bila hubungan seimbang maka tiap pihak akan menentang perubahan. Jika hubungan tidak seimbang maka akan timbul usaha-usaha untuk memulihkan keseimbangan tersebut.

Newcomb mengembangkan Teori Heider menjadi hubungan antara dua atau lebih manusia. Newcomb mengembangkan dalil (pendapat yang dikemukakan sebagai kebenaran): tekanan menuju kesamaan. Sebagai akibatnya bidang persamaan pendapat akan meluas dengan mengadakan komunikasi. Newcomb mengemukakan anggapan komunikasi menyelenggarakan fungsi pokok yang memungkinkan dua orang atau lebih memelihara perhatian terus-menerus terhadap satu sama lain dan terhadap objek-objek lingkungan luar mereka. Dengan demikian komunikasi adalah reaksi yang dipelajari terhadap tekanan dan bahwa kita ingin memperoleh lebih banyak kegiatan komunikasi (memberi, mencari dan bertukar informasi) di dalam kondisi ketidakpastian dan ketidakseimbangan.

Model ini mengingatkan kepada diagram jaringan kelompok kerja yang dibuat para psikologi sosial dan merupakan awal formulasi konsistensi kognitif. Menurut

Newcomb, yang kemudian dikenal dengan sebutan “model keseimbangan”, pola

komunikasi yang terjadi antara dua individu mempunyai dua bentuk atau situasi


(56)

apabila dua orang yang berkomunikasi tentang suatu hal/objek sama-sama mempunyai sikap menyukai atau selera yang sama terhadap hal/objek yang dibicarakan. Keadaan tidak seimbang terjadi apabila terdapat perbedaan sikap di antara kedua orang tersebut. Namun, apabila keadaan tidak seimbang ini terjadi, umumnya masing-masing pihak akan berupaya untuk mengurangi perbedaan

sehingga keadaan “relatif seimbang” bisa tercapai.

2.9 Kerangka Pikir

Masyarakat perkotaan yakni di Bandar Lampung merupakan masyarakat yang telah terjadi pemudaran kebudayaan. Hal ini berbeda dengan masyarakat pedesaan dimana kebudayaan masih kental. Pembauran kebudayaan pada masyarakat perkotaan menjadikan proses sosialisasi terhadap budaya asal yakni budaya Batak yang menjadi bahan penelitian ini sebagai suatu yang penting.

Oleh sebab itu, pada masyarakat yang heterogen di Bandar Lampung perlu melakukan proses sosialisasi terhadap kebudayaan agar tetap bertahan menjadi suatu konsep dasar kebudayaan tersebut dan tidak terhalang oleh adanya pembauran budaya. Proses sosialisasi kebudayaan melalui pemberian pengertian dan pengarahan akan bahasa dan kesenian Batak juga penting dalam mempersiapkan generasi muda sebagai penerus agar kebudayaan tersebut tidak punah dan dapat dijadikan filtrasi dalam menghadapi perubahan kebudayaan. Dan juga karena kebudayaan merupakan bagian dari sejarah dan warisan leluhur suatu suku bangsa dan merupakan identitas suatu daerah yang membedakannya dengan yang lain.


(57)

39

Hal inilah yang menjadi dasar permasalahan pada penelitian ini. Adapun komunikasi yang digunakan dalam proses sosialisasi ini yaitu melalui pendekatan komunikasi kelompok. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui komunikasi kelompok secara luas dan mendalam. Penelitian ini mencoba menggambarkan subjek penelitian dan terfokus pada komunikasi kelompok yang dilakukan oleh IMBK DOSROHA Bandar Lampung dalam mensosialisasikan bahasa dan kesenian Batak kepada anggotanya dengan menggunakan model komunikasi ABX Newcomb. Model ini menggambarkan bahwa seseorang (A) mengirim informasi kepada orang lain (B) tentang sesuatu (X).

Berdasarkan uraian di atas maka dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini peranan pola komunikasi kelompok dalam mensosialisasikan bahasa dan kesenian Batak yang dilakukan IMBK DOSROHA Bandar Lampung dapat dilihat dari adanya proses pengiriman informasi yaitu bahasa dan kesenian Batak yang dilakukan dari satu anggota ke anggota lain. Maka kerangka pikir pada penelitian Peranan dan Pola Komunikasi Kelompok Dalam Mensosialisasikan Bahasa dan Kesenian Batak ini dapat digambarkan pada bagan kerangka pemikiran di bawah ini.


(58)

Gambar 2. Bagan Kerangka Pikir Penelitian

PERAN DAN POLA KOMUNIKASI ANGGOTA

MODEL KOMUNIKASI ABX NEWCOMB

SOSIALISASI BAHASA DAN KESENIAN BATAK

PENGURUS SENIOR

KOMUNIKASI KELOMPOK


(59)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan tipe penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan proses penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Penelitian kualitatif didasarkan pada upaya membangun pandangan mereka yang diteliti dengan rinci, dibentuk dengan kata-kata.

Pengertian penelitian kualitatif menurut Denzin dan Lincoln (dalam Mulyana 2008: 5) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat interpretif (menggunakan penafsiran) yang melibatkan banyak metode, dalam menelaah masalah penelitiannya.

Bogdan dan Taylor (dalam Basrowi dan Suwandi 2008: 1) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dari perilaku orang-orang yang diamati. Oleh karena itu penelitian cenderung mengarah pada pendekatan yang bersifat deskriptif dengan penjelasan yang bersifat kualitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode


(60)

dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu satuan kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu peristiwa. Adapun tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta, serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.

3.2 Fokus Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian kualitatif sangat penting adanya fokus penelitian karena fokus penelitian akan membatasi ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan dan memegang peranan yang sangat penting dalam memandu serta menjalankan suatu penelitian. Penetapan fokus juga berfungsi untuk memenuhi kriteria inklusi-eksklusi atau memasukan-mengeluarkan suatu informasi yang baru diperoleh. Dengan bimbingan dan arahan suatu fokus, seorang peneliti tahu persis data mana yang perlu dikumpulkan dan data mana pula yang walaupun mungkin menarik, karena tidak relevan, tidak perlu dimasukkan kedalam sejumlah data yang sedang dikumpulkan (Moleong, 2007: 62).

Fokus pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peranan komunikasi kelompok dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan IMBK Dosroha.

2. Pola komunikasi yang terbentuk dalam proses komunikasi pada kegiatan-kegiatan yang diadakan IMBK Dosroha.


(61)

43

3. Hambatan dan solusi yang ditemui dalam proses komunikasi kegiatan-kegiatan yang diadakan IMBK Dosroha.

3.3 Penentuan Informan

Penelitian kualitatif pada umumnya mengambil jumlah informan yang lebih kecil dibandingkan dengan bentuk penelitian lainnya. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu atau perorangan. Untuk memperoleh informasi yang diharapkan peneliti terlebih dahulu menentukan informan yang akan diminta informasinya.

Menurut Spardly (dalam Faisal 1990: 45) informan harus memenuhi beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan yaitu:

1. Subjek yang telah lama dan intensif menyatu dengan satu kegiatan atau aktivitas yang menjadi sasaran atau perhatian penelitian, dan ini biasanya ditandai oleh kemampuan memberikan informasi di luar kepala tentang sesuatu yang ditanyakan.

2. Subjek masih terikat secara penuh secara aktif pada lingkungan dan kegiatan yang menjadi sasaran penelitian.

3. Subjek memiliki cukup banyak waktu dan kesempatan untuk dimintai informasi.


(62)

Untuk menentukan informan dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik purposive sampling, di mana informan penelitian dipilih secara sengaja berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, yaitu:

1. Sudah menjadi anggota IMBK DOSROHA selama 3 (tiga) tahun.

2. Ikut aktif dan berperan dalam kegiatan yang dilakukan IMBK DOSROHA. 3. Bersedia menjadi informan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data disini berarti pencarian sumber-sumber, penentuan akses ke sumber-sumber dan akhirnya mempelajari dan mengumpulkan informasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara Mendalam

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan metode wawancara mendalam. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara sebagai pengaju/pemberi pertanyaan dan yang diwawancarai sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu (dalam Basrowi dan Suwandi, 2008: 127). Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data yang lengkap dan mendalam

2. Observasi

Menurut Ngalim Purwanto (dalam Basrowi dan Suwandi 2008: 93) observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara


(63)

45

sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung. Metode ini digunakan untuk melihat dan mengamati secara langsung keadaan di lapangan agar peneliti memperoleh gambaran yang lebih luas tentang permasalahan yang diteliti.

3. Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berasal dari data tertulis, arsip, foto, dan lain-lain.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan mengatur secara sistematis transkrip, catatan lapangan dan bahan-bahan lainnya yang ditemukan di lapangan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif. Proses analisis kualitatif akan melalui proses sebagai berikut:

1. Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul

dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, mengorganisasi data dengan cara yang sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi.

2. Display data (Penyajian data). Penyajian data dibatasi sebagai kumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data yang lebih baik merupakan suatu cara yang lebih utama bagi analisis kualitas yang valid. Untuk melihat


(1)

karena selain ibadah, kebaktian padang ini mengadakan permainan dan karaoke bersama lagu Batak.

c. Kunjungan Gerejawi

Kunjungan gerejawi diadakan dua kali dalam setahun. Melalui kunjungan gerejawi, IMBK Dosroha dapat memberikan sumbangan berupa uang ke gereja-gereja yang membutuhkan.

d. Kunjungan Kasih

Kegiatan ini berbentuk kunjungan bilamana salah satu anggota IMBK Dosroha sedang berdukacita yaitu ada anggota keluarga atau orangtua dari anggota yang berduka misalnya meninggal, sakit, atau terkena musibah. Ada juga kunjungan sukacita bilamana salah satu anggota bersukacita misalnya ulangtahun, wisuda, atau menikah.

2. Kegiatan Budaya

Sesuai dengan latar belakang terbentuknya IMBK Dosroha, yaitu untuk melestarikan budaya Batak, maka diadakanlah berbagai kegiatan untuk mendukung kegiatan tersebut yaitu:

a. Tahun Baru Ceria

Tahun baru ceria biasanya diadakan diawal tahun mengikuti tradisi orang batak dari zaman dahulu sampai sekarang, di mana kegiatannya berisi tentang kebaktian, maaf-maafan dan tarian Tor-Tor.


(2)

51

b. Pesta Budaya Batak.

Pesta budaya Batak ini biasanya diadakan tentatif, karena diadakan pada saat ulang tahun IMBK Dosroha, di mana dalam kegiatannya terdiri dari kebaktian, Tor-Tor Batak dari Toba, Simalungun, Karo, dan lain sebagainya. Dalam acara inilah, kebersamaan dan kesatuan muda-mudi Batak terlihat nyata.

c. Seminar Budaya Batak

Seminar budaya Batak ini biasanya diadakan dengan melihat kondisi anggota atau sesuai dengan kebutuhan, yang dimaksud adalah jika anggota baru banyak yang kurang memahami budaya Batak tersebut.

3. Kegiatan Rutin, yang terdiri dari : a. Kegiatan Rapat

Kegiatan ini dilakukan sekali sebulan di minggu terakhir. Biasanya dalam rapat ini membahas kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan seperti jadwal kebaktian bulanan, jadwal kunjungan, dan kegiatan-kegiatan lainnya.

b. Kegiatan Olahraga

IMBK Dosroha juga mengadakan kegiatan olahraga dengan tujuan menjalin kesatuan antar anggota dan kesatuan antar pemuda Batak di Bandar Lampung dengan mengadakan atau mengikuti pertandingan olahraga seperti bola voli, sepakbola, dan catur. Kegiatan ini dilakukan dua kali dalam sebulan.


(3)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pembahasan penelitian mengenai peran dan pola komunikasi kelompok dalam mensosialisasikan bahasa dan kesenian Batak di perkumpulan IMBK (ikatan muda-mudi Batak Kristen) Dosroha Bandarlampung, antara lain:

1. Dalam proses sosialisasi bahasa dan kesenian Batak dilakukan oleh beberapa agen sosialisasi seperti keluarga, teman, sekolah, dan masyarakat. Namun peran mereka dalam proses sosialisasi tersebut masih minim sehingga ada organisasi terstuktur dalam masyarakat yakni perkumpulan IMBK Dosroha yang berperan dalam proses sosialisasi tersebut. Peranan Komunikasi kelompok yang terjadi di setiap kegiatan yang diadakan IMBK dosroha dalam memberikan sosialisasi bahasa dan kesenian Batak pada anggota dapat dinilai efektif karena melalui komunikasi kelompok yang terjadi dapat terlihat langsung reaksi/feedback dari setiap anggota saat proses komunikasi tersebut berlangsung juga komunikasi yang berlangsung dapat diketahui arah yang hendak dicapai. 2. Terdapat tiga pola komunikasi temuan peneliti berdasarkan tipe relasi


(4)

118

pola komunikasi antar senior yang berbentuk kotak, dan pola komunikasi antar pengurus yang berbentuk segitiga.

6.2. Saran

Beberapa saran dan pertimbangan peneliti dalam penelitian ini antara lain:

1. Kepada seluruh keluarga besar IMBK Dosroha Bandar Lampung agar terus mempertahankan setiap kegiatan-kegiatan yang sudah ada, sehingga dengan semakin sering diadakan kegiatan-kegiatan IMBK Dosroha akan membuat anggota saling berinteraksi dengan anggota lainnya guna mensosialisasikan budaya Batak yakni bahasa dan kesenian. Lalu dengan sering diadakannya pertemuan, diharapkan budaya Batak dapat terus dijaga dan dipelihara.

2. Kepada seluruh keluarga besar IMBK Dosroha Bandar Lampung agar dapat mengenalkan perkumpulan IMBK Dosroha ini dengan teman-teman atau saudara mereka, sehingga melalui cara tersebut dapat mempromosikan IMBK Dosroha sehingga nantinya perkumpulan IMBK Dosroha ini dapat lebih berkembang lagi dan memiliki anggota yang semakin bertambah banyak.

3. Hasil penelitian ini tentunya masih belum mencapai kata sempurna dan masih dapat dikembangkan lagi. Untuk itu saran penulis terhadap peneliti lainnya agar karya tulis ini kiranya dapat menjadi acuan dalam mencari permasalahan lainnya yang berhubungan dengan perkumpulan Batak yang ada di Bandar Lampung.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Budyatna, Muhammad dan Ganiem. 2011. Teori Komunikasi Antarpribadi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Djuarsa, Sasa S. 2003. Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka.

Effendi, Onong Uchjana. 2002. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Faisal, Sanapiah dan Spardly. 1990. Penelitian Kualitatif, Dasar dan Aplikasi. Malang: Yayasan Asah Asih Asuh.

Littlejohn, Stephen W dan Karen A. Foss. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika.

Moleong, Lexi J. 2007. Metedologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Muhammad, Arni. 2005. Komunikasi Organisasi. Jakarta: PT Bumi Aksara. Mulyana, Deddy. 2001. Human Communication: Konteks - Konteks Komunikasi.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

2008. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rakhmat, Jalaludin. 1994. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rohim, Syaiful. 2009. Teori Komunikasi:Perspektif, Ragam, dan Aplikasi. Jakarta: PT Rineka Cipta.


(6)

Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali. Wahjono, Sentot Imam. 2010. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu. West, Richard dan Turner, Lynn H. 2007. Pengantar Teori Komunikasi Analisis

dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika.

Widjaja. H. A. W. 2000. Ilmu Komunikasi pengantar Studi. Jakarta: Rineka Cipta

Sumber lain:

Arwan, Manzully. 2009. Peranan Komunikasi Orangtua Dalam Mensosialisasikan Aksara Lampung Kepada Anak (Studi Pada Keluarga Suku Lampung Pepadun yang Mempunyai Anak Sekolah Dasar di Lingkungan 1 dan 2 Kelurahan Jagabaya II Kecamatan Sukabumi Bandar Lampung. Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung.

http://akademik.nommenses-id.org/portal/public_html/MM/VISI-UHN/2008/VISI _Vol_16_No_2-2008/8_Sondang_Manik.doc. Diakses pada 17 Maret 2014

Nogroho, Radhit Gugi. 2003. Pola Komunikasi Kelompok Dalam Tradisi Masu Babuy (Studi Pada Kelompok Pemburu Pekon Lombok Kecamatan Lumbok Seminung Kabupaten Lampung Barat. . Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung.

Sinaga, A. B. 1977. “Martutu Aek Sebagai Permandian Orang Batak:

Penghampiran Theologis.” Kertas Kerja dalam Lokakarya IRAPAS di

Universitas HKBP Nomensen Pematang Siantar. Dalam http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/32722. diakses pada 24 Maret 2014