Analisis Potensi Pasar dan Upaya Peningkatan Kualitas Bahan Olah Karet (Bokar) Menggunakan Asap Cair Sebagai Koagulan Studi Kasus Di Desa Mulya Kencana Kabupaten Tulang Bawang Barat

(1)

ANALISIS POTENSI PASAR DAN STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS BAHAN OLAH KARET MENGGUNAKAN ASAP CAIR SEBAGAI KOAGULAN (STUDI KASUS DI DESA MULYA KENCANA

KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT)

Oleh

AJI PURNAWAN

Selama ini petani karet membuat bokar masih menggunakan koagulan yang dapat merusak mutu karet seperti : cuka para, pupuk TSP, tawas dan air perasan gadung / nenas, koagulan tersebut mempunyai sifat asam tetapi tidak mempunyai sifat anti bakteri dan antioksidan sehingga memacu berkembangnya bakteri perusak antioksidan alami didalam bokar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : (1) mengetahui potensi pasar bahan olah karet (bokar) di Kabupaten Tulang Bawang Barat, Kecamatan Tulang Bawang Tengah, (2) mengetahui cara atau upaya peningkatan kualitas Bahan Olah karet (Bokar) yang ada di Desa Mulya Kencana, Kecamatan Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei di lapangan dengan mengumpulkan data primer dan sekunder, lalu dianalisis dengan menggunakan teori analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kabupaten Tulang Bawang Barat, Kecamatan Tulang Bawang Tengah memiliki potensi pasar yang cukup besar, luas areal kebun karet rakyat seluas 2.797 Ha dengan tingkat produktivitas 770 Kg/Ha dan jumlah produksi 1.091 Ton per tahun. Upaya peningkatan kualitas produk bahan olah karet, yaitu : (1) meningkatkan teknologi pengolahan bokar dengan menggunakan asap cair sebagai koagulan, (2) kerjasama dengan tim peneliti bokar yang menggunakan asap cair.


(2)

ABSTRACT

THE ANALYSIS OF MARKET POTENTIAL AND STRATEGY IN IMPROVING QUALITY OF RUBBER RAW MATERIAL BY USING

LIQUID SMOKE AS COAGULANT (A CASE STUDY IN MULYA KENCANA VILLAGE OF WEST TULANG BAWANG DISTRICT)

By

AJI PURNAWAN

Rubber farmer currently still producing rubber raw material by using coagulant wich can spoil rubber quality including formic acid, TSP fertilizer, alum, and pineapple/gadung fruit extract. These coagulants have acid characteristics, which may accelerate depelovment of bacteria wich spoil natural antioxidant in the rubber raw material. The objective of this research was to find out : (1) the market potential of rubber raw material in Central Tulang Bawang sub district of West Tulang Bawang district, (2) method for improving rubber raw material quality in Mulya Kencana village of Central Tulang Bawang sub district in West Tulang Bawang district. This research was conducted with field survey method by collecting primary and secondary data, and then analyzed by using SWOT analysis. The research results showed that Central Tulang Bawang sub district of West Tulang Bawang district had big market potential with people rubber plantation width of 2,797 Ha with productivity level of 770 Kg/Ha and production amounting 1,091 tons annually. Efforts in improving rubber raw material were : (1) increasing bokar processing technology using liquid smoke as coagulant (2) cooperating with rubber raw material research team who used liquid smoke.

Keywords : liquid smoke, rubber raw material, quality, market potential, SWOT analysis.


(3)

(STUDI KASUS DI DESA MULYA KENCANA KABUPATEN

TULANG BAWANG BARAT)

Oleh

Aji Purnawan

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar MAGISTER SAINS

Pada

Program Pascasarjana Magister Teknologi Industri Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG


(4)

ANALISIS POTENSI PASAR DAN STRATEGI

PENINGKATAN KUALITAS BAHAN OLAH KARET

MENGGUNAKAN ASAP CAIR SEBAGAI KOAGULAN

(STUDI KASUS DI DESA MULYA KENCANA KABUPATEN

TULANG BAWANG BARAT)

(Tesis)

Oleh

AJI PURNAWAN

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG


(5)

lh

,qroShdi

m6

ta

t,Ir.

Tuto

.. qn !.

r-

t96S08071993m&


(6)

(7)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama

:

Aji Purnawan

NPM

:

1224051001

Dengan ini menyatakan batrwa apa yang tertulis dalam karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri yang berdasarkan pada pengetahuan dan informasi yang telah saya dapatkan. Karya ilmiah

id

tidak berisi materi yang telah dipublikasikan sebelumnya atau dengan kata lain bukan hasil plagiat karyaorang lain.

Demikianlatr pernyataan ini saya buat dan dapat dipertanggungiawabkan. Apabila

dikemudian hari terdapat kecurangan dalam karya ini, maka saya siap mempertang gungi awabkan.

Bandar Lampung Agustus 2015 Pembuat pemyataan

ENAM


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 19 Agustus 1983, merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari keluarga Bapak H. Drs. Ahmad Husnan Aksa. M.S. dan Hj.Emmalia Ridwan S.Pd.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Persit pada tahun 1995. Sekolah Menengah Pertama di SMPN 9 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 1998, kemudian melanjutkan pendidikan ke SMK Telkom Sandhy Putra Jakarta sampai tahun 2001.

Tahun 2002 melanjutkan pendidikan di Universitas Islam Bandung pada Fakultas Teknik Program Studi Teknik dan Manajemen Industri. Agustus 2008 penulis memperoleh gelar Sarjana Teknik dengan Tugas Akhir yang berjudul “Usulan Perbaikan Proses Penanganan GangguanDrop CallDengan Menggunakan MetodeSix SigmaDalam Standar Pengukuran Performansi Kualitas Layanan PT. Rekatama Global Dimensi”.

Bulan Oktober 2008 penulis memulai karir di PT. XL Axiata, Tbk sebagaiField Operation Engineer hingga September 2011. Pada September 2011 mengawali karir baru sebagaiSales Engineerdi PT. Daya Kobelco Construction Machinery Indonesia. Pada tahun 2012 penulis diterima sebagai mahasiswa Pascasarjana Program Studi Magister Teknologi Industri Pertanian.


(9)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas nikmat, petunjuk serta ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul “Analisis Potensi Pasar Dan Upaya Peningkatan Kualitas Bahan Olah Karet Menggunakan Asap Cair Sebagai Koagulan Studi Kasus Di Desa Mulya Kencana Kabupaten Tulang Bawang Barat”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.Si. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

2. Bapak Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Lampung.

3. Bapak Dr. Ir. Tanto Pratondo Utomo, M.Si. selaku pembimbing pertama dan pembimbing akademik atas saran dan bimbingannya dalam penelitian dan penyelesaian tesis.

4. Bapak Dr. Erdi Suroso, S.T.P., M.T.A. selaku pembimbing kedua atas saran dan bimbingannya dalam penelitian dan penyelesaian tesis.

5. Bapak Dr. Ir. M. Irfan Affandi, M.Si. selaku pembahas atas saran, bimbingan, dan evaluasinya terhadap penyelesaian tesis.


(10)

6. Ibu Prof. Ir. Neti Yuliana, M.Si.,P.hD. selaku Ketua Program Studi Magister Teknologi Industri Pertanian atas saran dan bimbingan terhadap penyelesaian tesis.

7. Staf pengajar, staf administrasi, dan Pranata Laboratorium Pendidikan Program Magister Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

8. Ayahanda, Ibunda dan adik-adikku yang tercinta yang telah memberikan dukungan dan doa hingga tesis ini dapat selesai.

9. Istri dan anakku tercinta atas dukungan dan doanya.

10. Rekan-rekan seangkatan Magister Teknologi Industri Pertanian tahun 2012 atas bantuan dan dukungannya.

Semoga Allah SWT membalas segala amal dan kebaikan semua pihak dan semoga tesis ini bermanfaat bagi penulis dan pihak lain.

Bandar Lampung, 19 Agustus 2015


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL………. iii

DAFTAR GAMBAR……… v

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang………. 1

B. Rumusan Masalah……… 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……… 4

D. Kerangka Pemikiran………. 4

E. Hipotesis……….. 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karet Alam……… 7

B. Bahan Olah Karet (BOKAR)……… 8

C. Lateks……… 10

D. Asap Cair……….. 11

1. Komponen Asap Cair……… 12

2. Pirolisis……….. 17

E. Pengertian Potensi Pasar dan Pemasaran……….. 21

F. Pengertian Kualitas……… 21

G. Analisis SWOT……….. 22

III.METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian……….. 26

B. Metode Pengumpulan Data………. 26


(12)

ii

1. Analisis Internal……….. 29

2. Analisis Eksternal………... 30

3. AnalisisStrengths,Weaknesses,Oppportunities, Threats(SWOT)………. 31

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tataniaga Bahan Olah Karet………. 33

B. Potensi Pasar Bokar Dengan Koagulan Asap Cair………. 33

C. Pengumpulan Data Penelitian………..44

Perumusan Strategi Peningkatan Kualitas Bokar……….37

1.Tahapan Masukan………37

2. Perumusan Strategi Berdasarkan Analisis Matriks IFE dan Matriks EFE………. 44

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan………. 51

B. Saran………... 52

DAFTAR PUSTAKA……….. 53


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Struktur fenol……… 15

2. Senyawa karbonil vanilin………. 15

3. Desain alat pirolisis asap cair………. 20 4. Flow chartpenelitian

5. Tataniaga bahan olah karet………. 33 6. Posisi usaha bokar dengan koagulan asap cair..…………...….. 45 7. Bokar menggunakan koagulan sintetis……… 63 8. Bokar menggunakan koagulan asap cair………. 63 9. Jenis koagulan sintetis………...……..……… 64 10. Kuitansi pembelian bokar oleh PT. Komering Jaya Perdana…..64 11. Wawancara dengan pengepul………...…...………... 65 12. Wawancara dengan petani………...……….. 65 13. Meninjau lokasi penerimaan bokar

dari petani di pengepul…... 66 14. Wawancara dengan ketua kelompok tani


(14)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Spesifikasi persyaratan mutu………... 10

2. Komponen dalam bahan karet mentah……….. 12

3. Komposisi kimia asap cair………... 17

4. Efek suhu terhadap hasil pirolisis……… 21

5. SWOTmatrix……….. 25

6. Internal factor analysis summary(IFAS)………... 29

7. Matixs external factors analysis summary……… 30

8. Mariks Analisis SWOT………... 32

9. Luas areal dan produksi perkebunan rakyat di kabupaten tulang bawang barat kecamatan tulang bawang tengah tahun 2014... 34

10. Luas areal perkebunan besar swasta di kabupaten tulang bawang barat………... 34

11. Matriks EFE (external factor evaluation) bokar dengan koagulan asap cair……….. 38

12. Matriks IFE (internal factor evaluatio) bokar dengan koagulan asap cair………...41

13. Analisis matriks SWOT………. 47

14. Hasil perhitungan rekapitulasi faktor internal (kekuatan)………. 57

15. Hasil perhitungan rekapitulasi faktor internal (kelemahan)…….. 57


(15)

17. Rekapitulasi hasil perhitungan faktor eksternal (ancaman)……. 58 18. Pembobotan SWOT faktor internal dan eksternal………. 59 19. Matriks faktor strategi internal untuk kekuatan (strength)…….. 59 20. Matriks faktor strategi internal

untuk kelemahan (weakness)……….. 60 21. Matriks faktor strategi eksternal

untuk peluang (opportunity)……….……….. 61 22. Matriks faktor strategi eksternal


(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karet menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia sehari-hari, hal ini berkaitan dengan barang yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti : ban kendaraan,conveyor belt, sepatu, sandal karet, dan produk lainnya yang terbuat dari bahan baku karet. Kebutuhan karet alam maupun karet sintetik terus meningkat sejalan dengan meningkatnya standar hidup manusia.

Karet merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan Provinsi Lampung yang tersebar hampir diseluruh kabupten di Provinsi Lampung. Upaya pengembangan agroindustri karet di Lampung menjadi prioritas dalam pembangunan bidang ekonomi di provinsi lampung, karena diharapkan sebagai penggerak perekonomian masyarakat dan sebagai salah satu sub sektor penghasil devisa melalui kegiatan ekspor komoditas perkebunan.Sebagian besar perkebunan karet di Provinsi Lampung diusahakan oleh petani karet rakyat.

Tingginya tingkat kebutuhan akan karet alam nasional maupun di dunia internasional merupakan peluang bagi petani karet di Lampung untuk meningkatkan hasil


(17)

pertaniannya. Petani karet dituntut untuk tidak hanya berorientasi pada kuantitasnya saja (supply), tetapi juga mampu menghasilkan produk yang berkualitas (quality improvement) agar dapat memenuhi standar yang diinginkan oleh konsumen (buyers). Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas karet tersebut adalah dengan cara melakukan inovasi pada proses pembuatan bahan olah karet, tentunya dengan melakukan inovasi tersebut dapat memberikan nilai tambah (added value) bagi para petani karet.

Selama ini petani karet membuat bokar masih menggunakan koagulan yang dapat merusak mutu karet seperti : cuka para, pupuk TSP, tawas dan air perasan gadung / nenas, koagulan tersebut mempunyai sifat asam tetapi tidak mempunyai sifat anti bakteri dan antioksidan sehingga memacu berkembangnya bakteri perusak antioksidan alami didalam bokar.

Pertumbuhan bakteri pembusuk melakukan biodegradasi protein didalam bokar menjadi ammonia dan sulfide yang berbau busuk sehingga menimbulkan polusi udara disekitarnya (Solichin dan anwar, 2006). Oleh karena itu, agar kualitas bokar yang dihasilkan petani memenuhi syarat SNI 06-2047-2002 dan mengurangi polusi udara, maka harus dicari koagulan lateks yang disamping bersifat asam juga antibakteri dan antioksidan. Koagulan yang memenuhi syarat tersebut adalah asap cair, yang mengandung asam-asam organik (bersifat asam) dan antibakteri, serta mengandung berbagai senyawa phenol (Darmadji, 1997).


(18)

3

Lokasi yang dipilih pada penelitian ini adalah Desa Mulya Kencana, Kecamatan Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat Provinsi Lampung.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Seberapa besar potensi pasar (market) produk bahan olah karet di Kabupaten Tulang Bawang Barat, Kecamatan Tulang Bawang Tengah?

2. Bagaimana Strategi peningkatan kualitas Bokar di Desa Mulya Kencana, Kecamatan Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui potensi pasar bahan olah karet (bokar) di Kabupaten Tulang Bawang Barat, Kecamatan Tulang Bawang Tengah.

2. Mengetahui strategi peningkatan kualitas Bahan Olah karet (Bokar) yang ada di Desa Mulya Kencana, Kecamatan Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat.

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat dijadikan referensi bagi petani karet dan pengepul bahan olah karet yang ada di Provinsi Lampung.


(19)

2. Sebagai masukan atau bahan pertimbangan pemerintah daerah maupun propinsi dalam usaha perumusan kebijakan serta program-program pengembangan agroindustri karet di Provinsi Lampung.

D. Kerangka Pemikiran

Potensi sumber daya alam yang menunjang dan tingginya permintaan karet sebagai bahan baku (raw material) bagi industi yang menggunakan bahan baku karet alam menjadi alasan yang kuat untuk mengembangkan komoditas karet ini di propinsi Lampung. Kabupaten Tulang Bawang Barat merupakan salah satu kabupaten yang ada di propinsi Lampung yang mengembangkan karet sebagai komoditas unggulan.

Kabupaten Tulang Bawang Barat memiliki potensi perkebunan karet yang luas dibandingkan 8 kabupaten lain yang ada di propinsi Lampung. Luas areal kebun karet yang sudah digunakan di Kabupaten Tulang Bawang Barat, menurut data Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung tahun 2013 adalah 12.284 Ha. Dengan luas areal kebun karet yang dimiliki oleh Kabupaten Tulang Bawang Barat tersebut menjadi potensi yang mendukung untuk mengembangkan komoditas karet.

Tingginya permintaan akan karet alam dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan pertumbuhan industri yang menggunakan bahan baku karet alam. Industri yang menggunakan bahan baku karet alam tidak hanya menargetkan dalam hal kuantitas (kemampuan suplai dari para petani) tetapi juga kualitas dari karet alam


(20)

5

tersebut menjadi hal yang sangat penting bahkan menjadi standar mutu bagi industri/perusahaan agar dapat menghasilkan produk yang berkualitas. Sebagai upaya peningkatan bahan olah karet, pada penelitian ini akan meneliti tentang bahan olah karet dengan koagulan asap cair. Kelebihan bahan olah karet menggunakan koagulan asap cair diantaranya, yaitu : dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada bokar, menurunkan pH dari bokar sehingga masa simpan lebih lama, tidak menimbulkan bau yang tidak sedap, dan kualitas bokar lebih baik.

Pada penelitian ini juga akan membahas / menganalisa strategi dari bokar yang menggunakan koagulan asap cair tersebut, sebelum melakukan analisa terlebih dahulu dilakukan pengukuran / pengumpulan data, yaitu :

1. Data Kualitas Bokar yang ada di Desa Mulya Kencana, Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang Bawang Barat.

2. Data potensi pasar karet menggunakan koagulan asap cair yang ada di Kabupaten Tulang Bawang Barat Provinsi Lampung.

3. Data kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari Bahan Olah Karet yang menggunakan koagulan asap cair.

Setelah data tersebut diperoleh langkah selanjutnya adalah melakukan analisa terhadap data tersebut. Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.

Analisis SWOT dilakukan secara kualitatif deskriptif menggunakan, yaitu analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (Strenghts, Weaknesses, Opportunities, threats). Analisis SWOT merupakan identifikasi yang bersifat sistematis dari faktor


(21)

faktor kekuatan dan kelemahan agroindustri karet nasional serta peluang dan ancaman lingkungan luar dan strategi dan kombinasi terbaik diantara ke empatnya.

Setelah diketahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, langkah selanjutnya dapat menentukan strategi dengan memanfaatkan kekuatan yang dimilikinya untuk memperoleh keuntungan dari peluang tersebut dan meminimalisasi kelemahan yang ada.

E. Hipotesis

Strategi peningkatan kualitas Bahan Olah Karet dengan menggunakan koagulan asap cair dapat meningkatkan potensi pasar, sehingga produktivitas hasil pertanian karet yang ada di Desa Mulya Kencana, Kecamatan Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat akan meningkat.


(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Karet Alam

Karet merupakan polimer yang bersifat elastis, sehingga dinamakan pula sebagai elastomer. Saat ini karet tergolong atas karet sintetik dan karet alam. Karet alam (Natural Rubber) diperoleh dengan cara menyadap lateks yakni getah pohon karet (Hevea Brasiliensis).

Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis. Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zona antara 15 o LS dan 15 o LU, curah hujan yang cocok tidak kurang dari 2000 mm. Optimal 2500- 4000 mm/tahun. Tanaman karet tumbuh optimal di dataran rendah yaitu pada ketinggian 200 m dpl sampai 600 m dpl, dengan suhu 25o–23

o

C (Setyamidjaja, 1993).

Karet alam dihasilkan dari lateks kebun, yaitu getah yang dikeluarkan oleh pohon karet. Jenis olahan karet alam yang dikenal secara luas, antara lain bahan olah karet (sit angin, slab tipis, dan lump segar), lateks pekat, karet konvensional (ribbed smoked sheet,white crepe,pale crepe,estate brown crepe,compo crepe, thin brown crepe remills, thick blanket crepe ambers, flat bark crepe, pure blanket crepe, dan off crepe), Karet bongkah (block rubber), Karet spesifikasi teknis (crumb rubber), karet siap olah (tyre rubber), karet reklim (reclaimed rubber) (Hidayati, 2008).


(23)

Kelemahan yang dimiliki karet alam yaitu karet alam merupakan hidrokarbon tidak polar dengan kandungan ikatan tidak jenuh yang tinggi di dalam molekulnya. Struktur karet alam tersebut menyebabkan keelektronegatifannya rendah, sehingga polaritasnya pun rendah. Kondisi demikian mengakibatkan karet mudah teroksidasi, tidak tahan panas, ozon, degradasi pada suhu tinggi, dan pemuaian di dalam oli atau pelarut organik. Berbagai kelemahan tersebut telah membatasi bidang penggunaan karet alam, terutama untuk pembuatan barang jadi karet teknik yang harus tahan lingkungan ekstrim. Hal ini menyebabkan penggunaan karet alam banyak digantikan oleh karet sintetik (Hani, 2009).

B. Bahan Olah Karet (BOKAR)

Bahan olah karet (bokar) adalah lateks dan atau gumpalan yang dihasilkan pekebun kemudian diolah lebih lanjut secara sederhana sehingga menjadi bentuk lain yang bersifat lebih tahan untuk disimpan serta tidak tercampur dengan kontaminan (Direktorat Mutu dan Standarisasi Kementerian Pertanian, 2011).

Menurut Badan Standarisasi Nasional (2002), bokar adalah lateks kebun serta gumpalan lateks kebun yang diperoleh dari pohon karet (Hevea Brasiliensis M.). Beberapa kalangan menyebutkan bokar sebagai bahan olahan karet rakyat dan karet bukan dari perusahaan atau perkebunan besar. Berdasarkan macam-macam pengolahannya, bahan olah karet (bokar) dibagi menjadi 4 macam yaitu lateks kebun, sheet angin, slab tipis, dan lump. Persyaratan kuantitatif bokar mengenai ketebalan (T) dan kebersihan (B) disajikan pada Tabel 1.


(24)

9

Tabel 1. Spesifikasi persyaratan mutu

No Parameter Satuan

Persyaratan Lateks

kebun Sit Slab Lump

1 Karet Kering (KK) (min) Mutu I Mutu II % % 28 20 -2 Ketebalan (T)

Mutu I Mutu II Mutu III Mutu IV mm mm mm mm -3 5 10 -< 50 51–100

101–150

> 150

50 100 150 >150 3 Kebersihan (B) - Tidak

terdapat kotoran Tidak terdapat kotoran Tidak terdapat kotoran

Tidak terdapat kotoran

4 Jenis Koagulan - Asam

semut dan bahan lain yang tidak merusak mutu karet *)

Asam semut dan bahan lain yang tidak merusak mutu karet *) serta

penggumpala n alami

Asam semut dan bahan lain yang tidak merusak mutu karet *) serta

penggumpalan alami

KETERANGAN min = minimal

*) bahan yang tidak merusak mutu karet yang direkomendasikan oleh lembaga penelitian yang kredibel.

Sumber: Badan Standarisasi Nasional (2002)

• Lateks Kebun yaitu cairan getah yang didapat dari bidang tanaman sadap. Cairan getah belum mengalami penggumpalan akibat penambahan koagulan dan tanpa bahan pemantap atau antikoagulan.

Sheetangin adalah bahan olah karet yang dibuat dari lateks yang disaring dan digumpalkan dengan asam semut, berupa karet sheet yang sudah digiling tetapi belum jadi.


(25)

Slab tipis adalah bahan olah karet yang terbuat dari lateks yang sudah digumpalkan dengan asam semut.

Lumpsegar adalah bahan olah karet yang bukan berasal dari gumpalan lateks yang terjadi secara alamiah di dalam mangkuk penampung (Hidayati, 2008).

C. Lateks

Lateks adalah suatu istilah yang dipakai untuk menyebutkan getah yang dikeluarkan dari pohon karet. Lateks terdapat pada bagian kulit, daun dan integumen biji karet. Terdapat sel khusus pada bagian-bagian tersebut yang berbentuk amuba diantara sel korteks (Hidayati, 2008). Lateks merupakan suatu larutan koloid dengan partikel karet dan bukan karet yang tersuspensi dalam suatu media yang mengandung beberapa macam zat. Lateks mengandung 25 40% bahan mentah dan 60 70% serum yang terdiri dari air dan zat terlarut. Kandungan bahan karet mentah dapat dilihat dalam Tabel 2.

Partikel karet tersuspensi (tersebar merata) dalam serum lateks dengan ukuran 0,043 mikron atau 0,2 milyar partikel padat permililiter lateks. Bentuk partikel bulat sampai lonjong. Berat jenis lateks 0,945 (pada 70oF), serum 1,02 dan karet 0,91. Perbedaan berat jenis tersebut menyebabkan timbulnya cream pada permukaan lateks. Lateks membeku pada suhu 32oF karena terjadi koagulasi (Utomo dkk., 2012).


(26)

11

Tabel 2. Komponen dalam bahan karet mentah

Komponen Kadar (%)

Karet murni 9095

Protein 23

Asam lemak 12

Gula 0,2

Garam (Na, K, Mg, P, Ca, Cu, Mn, dan Fe) 0,5 Sumber: Utomo dkk. (2012)

Menurut Zuhra (2006), komposisi lateksHevea brasiliensisyang dapat dilihat jika lateks disentrifugasi dengan kecepatan 18.000 rpm adalah sebagai berikut :

• Fraksi lateks (37%) : karet (isoprene), protein, lipida, dan ion logam.

• FraksiFrey Wissling(13%) : karotenoid, lipida, air, karbohidrat, protein dan turunannya.

• Fraksi serum (48%) : senyawa nitrogen, asam nukleat, dan nukleotida, senyawa organik, ion anorganik, dan logam.

• Fraksi dasar (14%) : air, protein, dan senyawa nitrogen, karet dan karatenoid, lipida dan ion logam.

D. Asap Cair

Asap cair merupakan hasil kondensasi asap pada proses pembakaran atau pirolisis dari kayu atau bahan-bahan yang mengandung karbon serta senyawa-senyawa lain seperti selulosa, hemiselulosa dan lignin. Asap cair dihasilkan dari proses kondensasi asap baik berasal dari tumbuhan, hewan maupun barang tambahan yang menghasilkan arang (karbon) dan asap. Asap cair atau disebut juga cuka


(27)

kayu (wood vinegar) diperoleh dengan cara pirolisis dari bahan baku misalnya batok kelapa, sabut kelapa atau kayu pada suhu 400 600oC selama 90 menit untuk memperoleh asap, lalu diikuti dengan proses kondensasi di dalam kondensor dengan menggunakan air sebagai pendingin (Pszezola, 1995 Irsaluddin, 2010).

Asap cair memiliki banyak manfaat dan telah digunakan pada berbagai industri. Menurut Darmaji dkk (1999), asap cair sampai saat ini memiliki manfaat di industri pangan, perkebunan dan pengawetan kayu. Manfaat asap cair di industri perkebunan, khususnya perkebunan karet memberikan banyak kontribusi yang berarti yaitu sebagai zat koagulan (zat penggumpal lateks), penghilangan bau busuk pada bokar dan mempengaruhi tingkat ketebalan gumpalan bokar yang dihasilkan. Asap cair yang digunakan sebagai koagulan lateks memiliki sifat fungsional seperti anti jamur, antibakteri dan antioksidan sehingga dapat memperbaiki kualitas produk karet yang dihasilkan.

1. Komponen Asap Cair

Asap cair diperoleh melalui pembakaran kayu keras dan kayu lunak yang banyak mengandung komponen selulosa, hemiselulosa dan lignin (Maga, 1988 Luditama, 2006). Menurut (Zaitev et al., 1969 Luditama, 2006), umumnya kayu mengandung selulosa 4060%, hemiselulosa 20 30%, lignin 20 30%. Hasil pirolisis dari senyawa selulosa, hemiselulosa dan lignin diantaranya akan menghasilkan asam organik, fenol dan karbonil yang berbeda dalam proporsi


(28)

13

diantaranya tergantung pada jenis kayu, kadar air kayu dan suhu pirolisis yang digunakan (Yulistyaniet al., 1997).

Berdasarkan penelitian sebelumnya tentang pirolisis asap cair, diketahui pula bahwa temperatur pembuatan asap cair merupakan faktor yang paling menentukan kualitas asap cair yang dihasilkan. Keberadaan senyawa-senyawa kimia dalam asap cair dipengaruhi oleh kandungan kimia dari bahan baku yang digunakan dan suhu yang dicapai pada proses pirolisis (Djatmiko, 1985).

Menurut Darmadji dkk. (1999), kandungan maksimum senyawa-senyawa fenol, karbonil, dan asam dicapai pada temperatur pirolisis 600oC. Tetapi produk yang diberikan asap cair yang dihasilkan pada temperatur 400oC dinilai mempunyai kualitas organoleptik yang terbaik dibandingkan dengan asap cair yang dihasilkan pada temperatur pirolisis yang lebih tinggi. Adapun komponen-komponen penyusun asap cair meliputi:

• Senyawa-senyawa fenol

Kandungan senyawa fenol dalam asap sangat tergantung pada temperatur pirolisis kayu. Menurut Girard (1992), kuantitas fenol pada kayu sangat bervariasi yaitu antara 10 – 200 mg/kg. Beberapa jenis fenol yang biasanya

terdapat dalam produk asapan adalah guaiakol, dan siringol. Senyawa-senyawa fenol yang terdapat dalam asap kayu umumnya hidrokarbon aromatik yang tersusun dari cincin benzena dengan sejumlah gugus hidroksil yang terikat. Senyawa-senyawa fenol ini juga dapat mengikat gugus-gugus lain seperti aldehid, keton, asam dan ester (Maga, 1987).


(29)

OH

Sumber: Alawiyah dkk. (2013)

Gambar 1. Struktur fenol

• Senyawa-senyawa karbonil

Senyawa-senyawa karbonil dalam asap memiliki peranan pada pewarnaan dan citarasa produk asapan. Golongan senyawa ini mepunyai aroma seperti aroma karamel yang unik. Jenis senyawa karbonil yang terdapat dalam asap cair antara lain adalah vanilin dan siringaldehida (Prananta, 2008).

Sumber: Budimarwanti (2009)

Gambar 2 Senyawa karbonil vanilin OH


(30)

15

• Senyawa-senyawa asam

Senyawa-senyawa asam mempunyai peranan sebagai antibakteri dan membentuk cita rasa produk asapan. Senyawa asam ini antara lain adalah asam asetat, propionat, butirat dan valerat (Prananta, 2008).

• Senyawa hidrokarbon polisiklis aromatis

Senyawa hidrokarbon polisiklis aromatis (HPA) dapat terbentuk pada proses pirolisis kayu. Senyawa hidrokarbon aromatik seperti benzo(a)pirena merupakan senyawa yang memiliki pengaruh buruk karena bersifat karsinogen. Pembentukan berbagai senyawa HPA selama pembuatan asap cair tergantung dari beberapa hal, seperti temperatur pirolisis, waktu dan kelembaban udara pada proses pembuatan asap serta kandungan udara dalam kayu.

Semua proses yang menyebabkan terpisahnya partikel-partikel besar dari asap cair akan menurunkan kadar benzo(a)pirena. Proses tersebut antara lain adalah pengendapan dan penyaringan (Girard, 1992).

Menurut Zaitsev et al. (1969), asap cair mengandung beberapa zat anti mikroba, antara lain adalah asam dan turunannya (format, asetat, butirat, propionate, dan metil ester), alkohol (metil, etil, propel, akil, dan isobutil alkohol), aldehid (formaldehid, asetaldehid, furufral , dan metil furfural), hidrokarbon (silene, kumene, dan simene), keton (aseton, metil etil keton, metil propil keton, dan etil propel keton), fenol, piridin, dan metil piridin. Komposisi kimia asap cair disajikan pada Tabel 3.


(31)

Tabel 3 Komposisi kimia asap cair

Komposisi Kimia Kandungan (%)

Air 1192

Fenol 0,22,9

Asam 2,84,5

arbonil 2,64,6

Tar 117

Sumber: Maga (1988)

2. Pirolisis

Pirolisis adalah proses pemanasan suatu zat tanpa adanya oksigen sehingga terjadi penguraian komponen-komponen penyusun kayu keras. Istilah lain dari pirolisis adalah penguraian yang tidak teratur dari bahan-bahan organik yang disebabkan oleh adanya pemanasan tanpa berhubungan dengan udara luar. Hal tersebut mengandung pengertian bahwa apabila bahan baku berupa kayu dipanaskan tanpa berhubungan dengan udara dan diberi suhu yang cukup tinggi, maka akan terjadi reaksi penguraian dari senyawa-senyawa kompleks yang menyusun kayu keras dan menghasilkan zat dalam tiga bentuk yaitu padatan, cairan dan gas (Widjaya, 1982).

Pirolisis merupakan tahapan awal proses pembakaran dan gasifikasi yang diikuti dengan oksidasi sebagian atau total dari produk utamanya. Pemilihan suhu yang rendah dan waktu yang lama selama proses pirolisis akan menghasilkan banyak arang, sedangkan pemilihan suhu tinggi dan waktu pirolisis yang lama akan meningkatkan konversi biomassa menjadi gas. Sedangkan pemilihan temperatur


(32)

17

yang sedang dan waktu pirolisis yang singkat akan mengoptimumkan cairan yang dihasilkan (Bridgwater, 2004).

Pirolisis menghasilkan cairan sebagai rendemen, arang sebagai sisa reaksi dan gas yang tidak terkondensasi. Proporsi ketiganya sangat tergantung dari parameter reaksi dan teknik pirolisis yang digunakan (Amin dan Asmadi, 2009). Asap terbentuk karena pembakaran yang tidak sempurna, yaitu pembakaran dengan jumlah oksigen terbatas yang melibatkan reaksi dekomposisi bahan polimer menjadi komponen organik dengan bobot yang lebih rendah karena pengaruh panas (Tranggono dkk., 1997). Jika oksigen tersedia cukup, maka pembakaran menjadi lebih sempurna dengan menghasilkan gas CO2, uap air, dan arang,

sedangkan asap tidak terbentuk (Haji dkk., 2007).

Energi panas yang dihasilkan pada proses pirolisis mendorong terjadinya oksidasi sehingga molekul karbon yang komplek terurai sebagian menjadi karbon atau arang. Pirolisis untuk pembentukan arang terjadi pada suhu 150 300oC. Pembentukan arang tersebut biasa disebut dengan dengan pirolisis primer. Arang dapat mengalami perubahan lebih lanjut menjadi karbon monoksida, gas hidrogen dan gas-gas hidrokarbon. Peristiwa ini disebut sebagai pirolisis sekunder (Tarwiyah, 2001).

Proses pirolisa melibatkan berbagai proses reaksi, yaitu dekomposisi, oksidasi, polimerisasi, dan kondensasi. Reaksi-reaksi yang terjadi selama pirolisa kayu adalah penghilangan air dari kayu pada suhu 120 150oC, pirolisa hemiselulosa pada suhu 200 – 250

o

C, pirolisa selulosa pada suhu 280 – 320 o

C, dan pirolisa lignin pada suhu 400oC. Pirolisa pada suhu 400oC ini menghasilkan senyawa


(33)

yang memiliki kualitas organoleptik yang tinggi dan pada suhu lebih tinggi lagi akan terjadi reaksi kondensasi pembentukan senyawa baru dan oksidasi produk kondensasi diikuti kenaikan linier senyawa tar dan hidrokarbon polisiklis aromatis (Girard, 1992). Desain alat pirolisis asap cair disajikan pada Gambar 3.

Sumber: Anshari (2010)

Gambar 3 Desain alat pirolisis asap cair

Menurut Revendran et al. (1996), peristiwa dekomposisi pada proses pirolisis dapat dibagi menjadi lima zona. Zona I pada suhu kurang dari 100oC terjadi evolusi kadar air secara umum; zona II pada suhu 200 250oC bahan baku mulai terdekomposisi; zona III pada suhu 250350oC dekomposisi hemiselulosa secara dominan; zona IV pada suhu 350500oC terjadi dekomposisi selulosa dan lignin; dan zona V pada suhu di atas 500oC terjadi dekomposisi lignin.


(34)

19

Menurut Zhang et al. (2009), suhu yang digunakan pada proses pirolisis akan mempengaruhi banyaknya produk yang dihasilkan. Produk arang yang dihasilkan akan semakin menurun dengan adanya peningktan suhu yakni dari 34,2% pada suhu 400oC sampai 20,2% pada suhu 700oC.

Penurunan banyaknya arang dengan peningkatan suhu disebabkan karena dekomposisi utama yang lebih besar dari biomassa (khususnya lignin) atau dekomposisi kedua dari sisa arang pada temperatur yang lebih tinggi. Cairan yang dihasilkan meningkat dari 48,3% pada suhu 400oC sampai maksimum 56,8% pada suhu 550oC dan kemudian menurun menjadi 54,2% pada suhu 700oC. Penurunan arang mampu meningkatkan bahan-bahan volatil yang akan dikonversi menjadi produk cairan dan gas. Peningkatan suhu yang lebih lanjut, akan menyebabkan pemecahan kedua uap yang dominan sehingga menurunkan yield cairan yang dihasilkan dan menaikkan jumlah gas yang dihasilkan. Efek suhu terhadap hasil proses pirolisis disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Efek suhu terhadap hasil pirolisis

Suhu (oC) Cairan (%) Arang (%) Gas yang Tidak Terkondensasi (%)

400 48,3 34,2 12,1

500 54,4 27,0 13,4

550 56,8 23,2 14,0

600 56,3 22,0 15,6

700 54,2 20,2 21,3


(35)

E. Pengertian Potensi Pasar dan Pemasaran

Potensi pasar menurut Kotler (1997) adalah : batas yang di dekati oleh permintaan ketika pengeluaran pemasaran industri mendekati tak terhingga untuk lingkungan yang telah di tentukan. Dari potensi pasar yang ada, sehingga perusahaan dapat mengetahui peluang pasar yang ada.

Menurut Kotler (1997) pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

F. Pengertian Kualitas

Pemahaman konsep kualitas sangat penting dalam pengembangan aktivitas perusahaan, sebab pertumbuhan suatu perusahaan sangat ditentukan oleh kualitas produk atau jasa yang dihasilkannya. Ketidakpedulian terhadap kualitas akan menyebabkan terjadinya kehilangan peluang menjual produk dan pangsa pasar, yang pada akhirnya berakibat pada penurunan aktivitas dan pertumbuhan perusahaan.

Pengertian kualitas menurut Goetsch dan Davis (2003) adalah : Quality is a dynamic state associated with product, service, people, process, and environment that meet or exceeds expectation. Artinya, kualitas adalah keadaan yang dinamis yang berhubungan dengan produk, pelayanan, proses, dan lingkungan yang sesuai atau melebihi harapan.


(36)

21

G. Analisis SWOT

Menurut Kurtz (2008), SWOT analisis adalah suatu alat perencanaan strategik yang penting untuk membantu perencana untuk membandingkan kekuatan dan kelemahan internal organisasi dengan kesempatan dan ancaman dari external. Menurut Pearce and Robinson (2003), analisis SWOT perlu dilakukan karena analisa SWOT untuk mencocokkan“fit” antara sumber daya internal dan situasi eksternal perusahaan. Pencocokkan yang baik akan memaksimalkan kekuatan dan peluang perusahaan dan meminimumkan kelemahan dan ancamannya. Asumsi sederhana ini mempunyai implikasi yang kuat untuk design strategi yang sukses.

Menganalisa lingkungan internal dan eksternal merupakan hal penting dalam proses perencanaan strategi. Faktor-faktor lingkungan internal di dalam perusahaan biasanya dapat digolongkan sebagai Strength(S) atau Weakness (W), dan lingkungan eksternal perusahaan dapat diklasifikasikan sebagai Opportunities (O) atau Threat (T). Analisis lingkungan strategi ini disebut sebagai analisis SWOT. Menurut Houben et al. (1999), dalam melakukan anaisis SWOT hal yang pertama kali perlu dilakukan adalah mendefinisikan tujuan perubahan yang diharapkan. Tujuan tersebut tidak terlepas dari strategi yang akan ditempuh oleh suatu organisasi. Beberapa penelitian SWOT yang bertujuan untuk menganalisis strategi terbaik yang digunakan oleh suatu perusahaan, yaitu Rao and Awan (2009) dan Lee (2010).

Para analisis SWOT memberikan informasi untuk membantu dalam hal mencocokan perusahaan sumber daya dan kemampuan untuk menganalisa


(37)

kompetitif lingkungan di mana bidang perusahaan itu bergerak. Informasi tersebut dibuat berdasarkan perumusan strategi dan seleksi.

1. Kekuatan/Strength

Sebuah kekuatan perusahaan adalah sumber daya dan kemampuan yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan competitive advantage. Contoh dari kekuatan tersebut meliputi:

•hak paten

•nama merek yang kuat

•reputasi yang baik dimata para pelanggan

•keuntungan biaya operasional

•akses eksklusif dalam sumber daya alam kelas tinggi

•akses yang menguntungkan di jaringan distribusi 2. Kelemahan /Weakness

Kelemahan adalah sesuatu yang menyebabkan satu perusahaan kalah bersaing dengan perusahaan lain. Dalam beberapa kasus, kelemahan bagi satu perusahaan mungkin merupakan suatu kekuatan bagi perusahaan lainnya. Sebagai contoh, berikut ini dapat dianggap sebagaiWeakness:

•kurangnya perlindungan hak paten

•nama merek yang lemah

•reputasi buruk di antara para pelanggan

•struktur biaya tinggi

•kurangnya akses sumber daya alam yang baik


(38)

23

3. Peluang /Opportunities

Analisis lingkungan eksternal dapat membuahkan peluang baru bagi sebuah perusahaan untuk meraih keuntungan dan pertumbuhan. Beberapa contoh kesempatan tersebut adalah:

•kebutuhan pelanggan yang tidak dipenuhi dipasar

•kedatangan teknologi baru

•pelonggaran peraturan

•penghapusan hambatan perdagangan internasional 4. Ancaman /Threat

Perubahan dalam lingkungan eksternal juga dapat menghadirkan ancaman bagi perusahaan. Beberapa contoh ancaman tersebut adalah:

•perubahan selera konsumen dari produk-produk perusahaan

•munculnya produk-produk pengganti

•peraturan baru

•peningkatan hambatan perdagangan

Sebuah perusahaan tidak selalu harus mengejar peluang yang menguntungkan karena dengan mengembangkan competitive advantage, ada kesempatan yang lebih baik untuk meraih kesuksesan dengan cara mengidentifikasi sebuah kekuatan dan kesempatan mendatang. Dalam beberapa kasus, perusahaan dapat mengatasi kelemahannya dengan cara mempersiapkan diri untuk meraih kesempatan yang pasti. Untuk mengembangkan strategi yang mempertimbangkan profil SWOT, SWOTmatriks(juga dikenal sebagai TOWS Matrix) disajikan pada Tabel 5.


(39)

Tabel 5. SWOTMatrix

Strengths Weaknesses

Opportunities

S-O strategies W-O strategies

Threats

S-T strategies W-T strategies

• S-O strategi : mengejar peluang yang sesuai dengan kekuatan perusahaan.

•W-O strategi : mengatasi kelemahan untuk meraih peluang.

• S-T strategi : mengidentifikasi cara untuk perusahaan dapat menggunakan kekuatan untuk mengurangi ancaman luar.

• W-T strategi : membuat rencana pencegahan ancaman luar karena kelemahan dari perusahaan.


(40)

III. METODELOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mulya Kencana Kecamatan Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat Provinsi Lampung, dengan pertimbangan lokasi tersebut merupakan wilayah yang memiliki potensi komoditi karet karet yang cukup tinggi. Waktu penelitian ini adalah bulan Juli sampai Agustus 2014.

B. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, jenis data yang digunakan yaitu data primer yang merupakan data yang diperoleh secara langsung dari responden. Responden yang digunakan yaitu kelompok petani karet yang ada di Kabupaten Tulang Bawang Barat. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi literatur beberapa jurnal atau artikel, laporan/skripsi, tesis dan buku-buku yang berkaitan dengan materi penelitian. Tahapan-tahapan penelitian ini disajikan pada gambar 4.


(41)

Gambar 4.Flow ChartPenelitian

Pengumpulan data keseluruhan dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Wawancara

Responden diwawancara dengan cara tidak terstruktur dengan pertanyaan yang bersifat terbuka sehingga memberikan keleluasaan bagi responden untuk member pandangan secara bebas dan memungkinkan peneliti untuk mengajukan pertanyaan secara mendalam. Informasi yang didapatkan dari responden akan digunakan sebagai data primer.


(42)

27

2. Observasi

Melihat secara langsung proses pembuatan bokar dengan menggunakan koagulan asap cair guna memperoleh informasi tambahan yang dapat mendukung data yang telah ada.

3. Studi Dokumentasi

Menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat dan disimpan berbentuk dokumentasi, seperti : dokumen pemerintah atau swasta, jurnal, website, buku, artikel, dll.

C. Metode Analisis Data

Data primer dan data sekunder yang didapatkan diolah dan dianalisis. Analisis diawali dengan mengukur potensi pasar dari bahan olah karet menggunakan koagulan asap cair. Langkah selanjutnya adalah menentukan strategi peningkatan kualitas bokar dengan menggunakan analisis SWOT.

Analisis SWOT adalah instrumen perencanaan strategi klasik. Dengan menggunakan framework kekuatan (strenghts) dan kelemahan (weakness) serta peluang (oportunities) dan ancaman (threats), intrumen ini mampu mengestimasi cara terbaik dalam mengimplementasikan suatu strategi. Analisis SWOT ini dapat membantu seorang planner untuk mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan (Jackson et al., 2003). Analisis SWOT menggolongkan faktor-faktor yang berpengaruh kedalam faktor lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan) atau sering dikatakan dampak secara langsung dan faktor lingkungan eksternal (peluang dan ancaman) merupakan dampak tidak secara langsung. Kedua faktor tersebut memberikan


(43)

dampak positif yang berasal dari peluang dan kekuatan serta dampak negatif yang berasal dari ancaman dan kelemahan.

Untuk mengetahui strategi peningkatan kualitas bokar yang menggunakan koagulan asap cair di Kabupaten Tulang Bawang Barat perlu dilakukan analisis SWOT, yaitu dengan mengevaluasi dan mengidentifikasi faktor-faktor SWOT yang akan mempengaruhi pemasaran dari produk bokar tersebut. Dalam pembuatan analisis SWOT agar keputusan yang diperoleh lebih tepat, maka perlu melalui tahapan-tahapan proses sebagai berikut (Rangkuti, 2001) :

1. Tahap pengambilan data yaitu evaluasi faktor internal dan eksternal. Tahap ini digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.

2. Tahapan analisis SWOT, yaitu pembuatan matriks eksternal dan internal. 3. Tahapan pengambilan keputusan (penentuan alternatif strategi). Dalam tahap

pengambilan keputusan matriks SWOT ini dilakukan dengan merujuk kembali terhadap Key Succes Factor (KSF) yang memiliki bobot yang paling berpengaruh dalam pencapaian tujuan. Strategi pada matriks hasil SWOT dihasilkan dari penggunaan unsur-unsur kekuatan untuk memanfaatkan peluang (SO), penggunaan peluang yang ada untuk menghadapi ancaman (ST), pengurangan kelemahan dengan memanfaatkan peluang yang ada (WO), dan pengurangan kelemahan untuk menghadapi ancaman yang akan datang (WT).


(44)

29

1. Analisis Internal

Analisis internal dilakukan untuk mendapatkan faktor kekuatan yang akan digunakan dan faktor kelemahan yang akan diantisipasi. Untuk mengevaluasi faktor tersebut digunakan matriks IFAS (Internal Factor Analysis Summary). Penentuan faktor strategi internal dilakukan sebelum membuat matrik IFAS. Cara pembuatan matrik IFAS seperti pada Tabel 6.

Tabel 6. Internal Factor Analysis Summary(IFAS)

Faktor-faktor Internal Bobot Peringkat Skor

kekuatan :

1. ……….

2. ……….

dst

Kelemahan :

1. ………. 2. ……….

dst

Total 1,0

1. Susunan dalam kolom 1 kekuatan dan kelemahan Bokar menggunakan koagulan asap cair.

2. Pemberian bobot masing-masing faktor menggunakan metode perbandingan berpasangan, sehingga total bobot nilai sama dengan satu.

3. Hitung rating (kolom 3) masing-masing faktor dengan skala 4 (sangat baik) sampai dengan 1 (sangat kurang) berdasar pengaruh faktor tersebut terhadap strategi pemasaran Bokar. Pemberian rating untuk faktor yang bersifat positif (kekuatan) diberi nilai 1 (sangat kurang) sampai dengan 4 (sangat baik). Faktor yang bersifat negatif (kelemahan) diberi nilai 4 (kelemahan kecil) sampai 1 (kelemahan besar).


(45)

4. Perhitungan skor pembobotan dengan mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3. Jumlah skor pembobotan pada kolom 4 untuk memperoleh total skor pembobotan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana strategi pemasaran Bokar terhadap faktor-faktor strategisnya.

2. Analisis Eksternal

Analisis eksternal dilakukan untuk mengembangkan faktor peluang yang kiranya dapat dimanfaatkan dan faktor ancaman yang perlu dihindari. Dalam analisis ini ada dua faktor lingkungan eksternal, yaitu: faktor lingkungan makro (politik, ekonomi, sosial budaya, dan teknologi) dan lingkungan eksternal mikro (lingkungan usaha, distribusi, infrastruktur, sumber daya manusia). Hasil analisis eksternal dilanjutkan dengan mengevaluasi guna mengetahui apakah strategi yang dipakai selama ini memberikan respon terhadap peluang dan ancaman yang ada. Untuk maksud tersebut digunakan matrik EFAS (External Factors Analysis Summary), seperti disajikan dalam tabel 7.

Tabel 7.Matixs External Factors Analysis Summary

Faktor-faktor Eksternal Bobot Peringkat Skor

Peluang :

1. ………. 2. ……….

dst

Ancaman :

1. ………. 2. ……….

dst


(46)

31

Mengidentifikasi faktor-faktor peluang dan ancaman :

1. Faktor yang ada akan diberikan bobot dengan menggunakan metode perbandingan berpasangan, sehingga total nilai sama dengan satu.

2. Memberikan peringkat 1 sampai dengan peringkat 4 untuk tiap peluang dan ancaman, peringkat 4 (sangat baik), peringkat 3 (respon diatas rata-rata), 2 (rata-rata), dan satu adalah respon kurang atau di bawah rata-rata.

3. Lakukan pengalian antara bobot dengan peringkat untuk memperoleh skor tertimbang.

4. Kemudian jumlahkan skor tertimbang untuk memperoleh skor total tertimbang.

3. AnalisisStrengths,Weaknesses,Oppportunities,Threats(SWOT)

Berdasarkan analisis matrik SWOT dapat dirumuskan berbagai kemungkinan alternatif strategi dalam pemasaran bahan olah karet (Bokar) menggunakan koagulan asap cair. Kombinasi komponen-komponen SWOT seperti : strategi Strengths Opportunities(SO), Strengths Threats (ST), Weaknesses Opportunities (WO) danWeaknesses Threats(WT) .

Tabel 8. Mariks Analisis SWOT IFAS EFAS

Strengths (S)

Tentukan 5 – 10 faktor

kekuatan internal

Weaknesses (W)

Tentukan 5 - 10 faktor kelemahan Internal

Opportunities(O) Tentukan faktor peluang Eksternal

Strategi SO

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi WO

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang

Threats(T) Tentukan faktor ancaman Eksternal

Strategi ST

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Strategi WT

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman


(47)

Keterangan :

- Strategi SO, yaitu memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

- Strategi ST, yaitu menggunakan kekuatan yang dimiliki dari produk dan layanan.

- Strategi WO, yaitu pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

- Strategi WT, yaitu kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Setelah strategi dirumuskan dilanjutkan dengan perumusan program yang merupakan suatu rencana aksi (action plan).


(48)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Kabupaten Tulang Bawang Barat, Kecamatan Tulang Bawang Tengah

memiliki potensi pasar yang cukup besar, dengan luas areal kebun karet rakyat seluas 2.797 Ha dengan tingkat produktivitas 770 Kg/Ha dan jumlah produksi 1.091 Ton per tahun. Dengan terus meningkatnya permintaan karet tentunya menjadi peluang untuk meningkatkan potensi pasar bokar dengan menggunakan koagulan asap cair dengan kualitas lebih baik dibandingkan dengan menggunakan koagulan sintetis.

2. Upaya peningkatan kualitas produk bahan olah karet, yaitu : meningkatkan teknologi pengolahan bokar dengan menggunakan asap cair sebagai koagulan dan kerjasama dengan tim peneliti bokar yang menggunakan asap cair. Posisi usaha bokar menggunakan koagulan asap cair berada pada kuadran III (Turn Arround), artinya memiliki peluang yang cukup besar tetapi memiliki kendala di internal. Fokus usaha ini adalah meminimalkan masalah internal sehingga dapat merebut peluang dari eksternal dengan baik.


(49)

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka saran yang diajukan sebagai berikut :

1. Perlu dilakukan penyuluhan kepada para petani karet rakyat tentang Bokar yang menggunakan koagulan asap cair.

2. Perlu dilakukan studi banding dengan daerah / propinsi lain tentang Bokar yang menggunakan koagulan asap cair.

3. Perlu peningkatan teknologi pengolahan Bokar yang menggunakan koagulan asap cair.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Ali Hasan, 2008.Marketing. Medpress. Yogyakarta.

Amin, N.A.S, dan M. Asmadi. 2009. Optimization of Empty Palm Fruit Bunch Pyrolysis Over HZSM-5 Catalyst for Production of Bio-Oil. Universiti Teknologi Malaysia. Johor.

Asni, N., L. Yanti., L. Yanti, dan D. Novalinda. 2009. Peningkatan Kualitas Bokar Melalui Penggunaan Bahan Pembeku Asap Cair Deurob Pada Perkebunan Karet Rakyat di Provinsi Jambi. Jurnal DD-2. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.

Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2002. SNI 06-2047-2002: Bahan Olah Karet. BKPM Indonesia Investment Coordinating Board. 2013. Potensi Karet di Tulang Bawang Barat.

http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/commodityarea.php?ic= 4&ia=1811. Diakses pada Hari Rabu 3 Juni 2015 pukul 08.05.

Boone, Louis E. Kurtz, David L. (2007). Pengantar Bisnis Kontemporer. Buku 2. Salemba Empat, Jakarta.

Bridgwater, A.V. 2004.Biomass Fast Pyrolisis, Thermal Science, 8 (2), 21-49. Budimarwati, C. 2009. Sintesis Senyawa

4-Hidroksi-5-Dimetilaminometil-3-Metoksibenzil Alkohol dengan Bahan Dasar Vanilin Melalui Reaksi Mannich. Makalah dalam Seminar Nasional Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta dengan Tema “Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Penelitian Kimia Menyongsong UNY Sebagai World Class University”.

BUMN. 2014. Potensi dan Perkembangan Pasar Ekspor Karet Indonesia di pasar Dunia.http://www.bumn.go.id/ptpn5/berita/10699/Potensi.dan.Perkembang an. Pasar.Ekspor. Karet.Indonesia.di.pasar.Dunia. Diakses tanggal 13Mei 2015

Darmadji P., K. R. Wulandari, dan U. Santoso. 1999. Sifat Antioksidatif Asap Cair Hasil Redistilasi Selama Penyimpanan. Prosiding Seminar Nasional Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi UGM. Yoyakarta.


(51)

Dalimunthe, R. 1983. Kandungan Lateks serta Keterkaitannya dengan Pembuatan Barang Jadi. Medan.

Direktorat Mutu dan Standarisasi Kementerian Pertanian. 2011. Bahan Olahan Karet(BOKAR). Pedoman Teknis Pengawasan Mutu Bahan Olahan Karet (BOKAR). Jakarta.

Djatmiko, B.,S. Ketaren dan Setyakartini. 1985. Arang Pengolahan dan Kegunaannya. Departemen Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Durianto, Sugiarto dan Tony Sitinjak, 2001. Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Girrad, J.P.1992. Technology of Meat and Meat Product. Ellis Horwood. New

York.

H. Saputra., Maria.A., dan Yudha.A.R, 2011. Uji Penggunaan Berbagai Jenis Koagulan Terhadap Kualitas Bahan Olah Karet (Hevea Brasiliensis). Jurnal Agri Peat. Vol.12. No.2.

Hani, 2009. Komposisi Kimia Lateks Karet Alam.

http://www.scribd.com/doc/94027758/Komposisi-Kimia-Lateks-Karet-Alam. Diakses pada tanggal 10 Mei 2014.

Hermawan Kartajaya, 2002. Hermawan Kartajaya On Marketing. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Houben, GK Lenie and K Vanhoof. 1999. A Knowledge-Based SWOT-Analysis System as an Instrument for Strategic Planning in Small and Medium Sized Enterprises.Journal of Decision Support Systems, Vol. 26, pp 125-135.

Jackson, SE Joshi, A and Erhardt, NL 2003. Recent Research on Team and Organizational Diversity : SWOT Analysis and Implication. Journal of ManagementVol. 29, No. 6, pp. 801-830.

Kotler, Philip, 1997.Manajemen Pemasaran. Prenhallindo. Jakarta.

Kotler, Philip. 2004. Manajemen Pemasaran. Edisi Millenium. PT. Prenhallindo. Jakarta.

Lee, C H. 2010, Selecting Technologies for Constantly Changing Application Markets. Journal of Research Technology Management, Vol. 10, pp 44-54.


(52)

55

Marsantia G., Suroso E., dan Utomo.T.P. 2014. Kajian Strategi Kebijakan Industri Olahan Karet Ribbed Smoked Sheet (RSS) Berbahan Baku Lateks Kebun Dalam Upaya Peningkatan Mutu Produk, Jurnal Teknologi dan Industri Hasil PertanianVol 19, No.1. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Oktavia Vevi., Suroso E., dan Utomo.T.P. 2014. Kajian Strategi Optimalisasi Bahan Baku Lateks Pada Industri Karet JenisRibbed Smoked Sheet (RSS), Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Vol 19, No.2. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Pszezola, D.E.1995. Tour Highlights Production and uses of smoke of

smoke-based flavors. Liquid Smoke Natural Aqueous Condensate of Wood Smoke Provides Various Advantages In Addition to Flavors and Aroma. Journal Food Tech. 1: 70-74.

Rangkuti, F. 2003.Riset Pemasaran. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Rao, A and Awan, M A. 2009, ‘Analysis of Strategic Issues at Bewari.com: A B2B Case Study in the Middle East’,Journal of International Academy for Case Studies, Vol. 15, No. 4, pp 25–32.

Reveendran, K., A. Ganesh, and K.C. Khilar. 1996. Pyrolisis Characteristics of Biomass and Biomass Components.Journal of Fuel. Vol 75 no.8, PP. 987-998.

Robinson dan Pearce,2003.Manajemen Strategik : Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian Jilid I. Bhinarupa aksara. Jakarta.

Setyamidjaja, D. 1993.Karet Budidaya dan Pengolahannya. Kanisius. Jakarta. Solichin, M., S. Hendratno., A. Vachlepi, dan M. Darmawi. 2007. Manfaat

Aplikasi Asap Cair, Deurob Sebagai Penggumpal Lateks Untuk Petani Karet, Pedagang dan Pabrik Karet Remah. (Studi Kasus di desa Ayunan Papan, kecamatan Lok Paikat, Kabupaten Tapin, Propinsi Kalimantan Selatan).

Suroso, Erdi, Utomo, T. P., Miswanto. 2014, Profil Koagulasi Lateks Kebun Studi Kasus : Petani Karet di Kabupaten Tulang Bawang Barat, Propinsi Lampung.Jurnal AgripeatVol. 15 No.2

Tranggono, Suhardi, B. Setiadji, P. Darmadji, Supranto, dan Sudarmanto. 1996. Identifikasi Asap Cair Dari Berbagai Jenis Kayu dan Tempurung Kelapa. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan.


(53)

Utomo, T. P., U. Hasanudin., dan E. Suroso. 2012.Agroindustri Karet Indonesia. PT. Sarana Tutorial Nurani Sejahtera. Bandung.

Yulistiani,R. 1997. Kemampuan Penghambatan Asap Cair Terhadap Pertumbuhan Bakteri Patogen dan Perusak Pada Lidah Sapi (Tesis). Yogyakarta: Program Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada.

Yulita, Eli. 2012, Pengaruh Asap Cair Serbuk Kayu Limbah Industri Terhadap Mutu Bokar.Jurnal Riset Industri. Vol. VI. No.1 Hal 13-22.

Zaitsev, I., I. Kzeveter, L. Lacunov, T. Makarova, L. Mineer, dan V. Podsevalor. 1969.Fish Curing and Processing. Mir Publishers. Moskow.

Zuhra, C. F. 2006. Karet. Karya Ilmiah. Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Universitas. Sumatera Utara.


(54)

63

Gambar 7. Bokar Menggunakan Koagulan Sintetis


(55)

Gambar 9. Jenis Koagulan Sintetis


(56)

65

Gambar 11. Wawancara Dengan Pengepul


(57)

Gambar 13.Meninjau Lokasi Penerimaan Bokar Dari Petani Di Pengepul


(58)

✁7

Tabel 14. Hasil Perhitungan Rekapitulasi Faktor Internal (Kekuatan)

Tabel 15. Hasil Perhitungan Rekapitulasi Faktor Internal (Kelemahan)

Faktor Kekuatan

Nilai bobot dari responden

Total Rata-rata

Nilai rating dari responden

Total Rata-rata

Total

Skor Ranking Petani K.Tani Pengepul Petani K.Tani Pengepul

A 0.210 0.180 0.260 0.650 0.217 3 1 1 5.25 1.750 0.379 2

B 0.200 0.220 0.120 0.540 0.180 4 1 1 6.00 2.000 0.360 3

C 0.150 0.160 0.220 0.530 0.177 3 1 1 5.25 1.750 0.309 5

D 0.190 0.200 0.200 0.590 0.197 3 1 1 5.25 1.750 0.344 4

E 0.250 0.240 0.200 0.690 0.230 2 3 1 6.00 2.000 0.460 1

Total 1.853

Faktor Kelemahan

Nilai bobot dari responden

Total Rata-rata

Nilai rating dari responden

Total Rata-rata

Total

Skor Ranking Petani K.Tani Pengepul Petani K.Tani Pengepul

A 0.135 0.120 0.120 0.375 0.125 4 4 2 10.00 3.333 0.417 5

B 0.195 0.260 0.280 0.735 0.245 4 4 3 11.00 3.667 0.898 1

C 0.210 0.220 0.240 0.67 0.223 2 2 3 7.00 2.333 0.521 3

D 0.215 0.160 0.160 0.535 0.178 3 3 3 9.00 3.000 0.535 2

E 0.245 0.240 0.200 0.685 0.228 2 2 2 6.00 2.000 0.457 4


(59)

Tabel 16. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Faktor Eksternal (Peluang)

Tabel 17.Rekapitulasi Hasil Perhitungan Faktor Eksternal (Ancaman) Faktor

Peluang

Nilai bobot dari responden

Total Rata-rata

Nilai rating dari responden

Total Rata-rata

Total

Skor Ranking Petani K.Tani Pengepul Petani K.Tani Pengepul

A 0.155 0.160 0.280 0.595 0.198 2 3 4 9.00 3.000 0.595 4

B 0.240 0.260 0.160 0.660 0.220 4 4 4 12.00 4.000 0.880 1

C 0.170 0.220 0.120 0.510 0.170 3 3 4 10.00 3.333 0.567 5

D 0.225 0.220 0.200 0.645 0.215 4 4 4 12.00 4.000 0.860 2

E 0.210 0.140 0.240 0.590 0.197 3 3 4 10.00 3.333 0.656 3

Total 3.557

Faktor Ancaman

Nilai bobot dari responden

Total Rata-rata

Nilai rating dari responden

Total Rata-rata

Total

Skor Ranking Petani K.Tani Pengepul Petani K.Tani Pengepul

A 0.155 0.160 0.280 0.595 0.198 2 3 4 9.00 3.000 0.595 4

B 0.240 0.260 0.160 0.660 0.220 4 4 4 12.00 4.000 0.880 1

C 0.170 0.220 0.120 0.510 0.170 3 3 4 10.00 3.333 0.567 5

D 0.225 0.220 0.200 0.645 0.215 4 4 4 12.00 4.000 0.860 2

E 0.210 0.140 0.240 0.590 0.197 3 3 4 10.00 3.333 0.656 3


(60)

✄9

Tabel 18. Pembobotan SWOT Faktor Internal dan Eksternal

Uraian

Faktor Internal FaktorEksternal

Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman

Total Skor 1,853 2,828 3,557 2,594

Selisih -1,024 0,963

Tabel 19. Matriks Faktor Strategi Internal Untuk Kekuatan (Strength)

Kekuatan Total Bobot Total Rating Total Skor Rangking

Kadar air bokar sedikit 0.217 1.750 0.379 2

Aroma bokar khas asap

(tidak berbau busuk) 0.180 2.000 0.360 3

KKK lebih tinggi 0.177 1.750 0.309 5

Ketebalan bokar lebih kecil

(mutu semakin baik) 0.197 1.750 0.344 4

Bokar yang dihasilkan memiliki daya simpan lebih lama


(61)

Tabel 20. Matriks Faktor Strategi Internal Untuk Kelemahan (Weakness)

Kelemahan Total Bobot Total Rating Total Skor Rangking

Volume bokar lebih kecil

(bobot bokar rendah) 0.125 3.333 0.417 5

Penurunan volume (susut bobot) bokar tidak selalu sama pada setiap hari penyimpanan

0.245 3.667 0.898 1

Warna bokar coklat

kehitaman 0.223 2.333 0.521 3

Koagulum tidak menggumpal sempurna jika pencampuran lateks dan koagulan tidak merata

0.178 3.000 0.535 2

Aroma khas asap pada bokar terkadang sangat menyengat danterkadan gsedikit bau

asap(kandungan fenol tiap bahan baku asap cair berbeda-beda)


(62)

61

Tabel 21. Matriks Faktor Strategi Eksternal Untuk Peluang (Opportunity)

Peluang Total Bobot Total Rating Total Skor Rangking

Upaya peningkatan mutu

bokar 0.198 3.000 0.595 4

Peningkatan ekonomi

petani rakyat 0.220 4.000 0.880 1

Penerimaan dan minat petani rakyat yang besar (jenis koagulan alami)

0.170 3.333 0.567 5

Meminimalisasi penggunaan koagulan sintetik yang dapat membahayakan produktivitas tanaman

0.215 4.000 0.860 2

Pengelolaan dan tata niagabokar yang stabil, karena daya simpan bokar yang lama


(63)

Tabel 22. Matriks Faktor Strategi Eksternal Untuk Ancaman (Threat)

Ancaman Total Bobot Total Rating Total Skor Rangking

Penerapan dan sosialisasi terhadap masyarakat (petani karet rakyat)

0.197 4.000 0.787 2

Ketakutan industri pengolah bokar terhadap produk yang dihasilkan

0.180 1.333 0.240 5

Pemenuhan target dari

perusahaan 0.167 1.667 0.278 4

Harga jual bokar yang tidak

stabil (cenderung menurun) 0.230 1.667 0.383 3

Kurangnya pengetahuan petani mengenai teknologi produksi asap cair sebagai koagulan lateks


(1)

Tabel 14. Hasil Perhitungan Rekapitulasi Faktor Internal (Kekuatan)

Tabel 15. Hasil Perhitungan Rekapitulasi Faktor Internal (Kelemahan)

Faktor

Kekuatan

Nilai bobot dari responden

Total Rata-rata

Nilai rating dari responden

Total Rata-rata

Total

Skor Ranking

Petani K.Tani Pengepul Petani K.Tani Pengepul

A 0.210 0.180 0.260 0.650 0.217 3 1 1 5.25 1.750 0.379 2

B 0.200 0.220 0.120 0.540 0.180 4 1 1 6.00 2.000 0.360 3

C 0.150 0.160 0.220 0.530 0.177 3 1 1 5.25 1.750 0.309 5

D 0.190 0.200 0.200 0.590 0.197 3 1 1 5.25 1.750 0.344 4

E 0.250 0.240 0.200 0.690 0.230 2 3 1 6.00 2.000 0.460 1

Total 1.853

Faktor Kelemahan

Nilai bobot dari responden

Total Rata-rata

Nilai rating dari responden

Total Rata-rata

Total

Skor Ranking

Petani K.Tani Pengepul Petani K.Tani Pengepul

A 0.135 0.120 0.120 0.375 0.125 4 4 2 10.00 3.333 0.417 5

B 0.195 0.260 0.280 0.735 0.245 4 4 3 11.00 3.667 0.898 1

C 0.210 0.220 0.240 0.67 0.223 2 2 3 7.00 2.333 0.521 3

D 0.215 0.160 0.160 0.535 0.178 3 3 3 9.00 3.000 0.535 2

E 0.245 0.240 0.200 0.685 0.228 2 2 2 6.00 2.000 0.457 4


(2)

Tabel 16. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Faktor Eksternal (Peluang)

Tabel 17.Rekapitulasi Hasil Perhitungan Faktor Eksternal (Ancaman) Faktor

Peluang

Nilai bobot dari responden

Total Rata-rata

Nilai rating dari responden

Total Rata-rata

Total

Skor Ranking

Petani K.Tani Pengepul Petani K.Tani Pengepul

A 0.155 0.160 0.280 0.595 0.198 2 3 4 9.00 3.000 0.595 4

B 0.240 0.260 0.160 0.660 0.220 4 4 4 12.00 4.000 0.880 1

C 0.170 0.220 0.120 0.510 0.170 3 3 4 10.00 3.333 0.567 5

D 0.225 0.220 0.200 0.645 0.215 4 4 4 12.00 4.000 0.860 2

E 0.210 0.140 0.240 0.590 0.197 3 3 4 10.00 3.333 0.656 3

Total 3.557

Faktor Ancaman

Nilai bobot dari responden

Total Rata-rata

Nilai rating dari responden

Total Rata-rata

Total

Skor Ranking

Petani K.Tani Pengepul Petani K.Tani Pengepul

A 0.155 0.160 0.280 0.595 0.198 2 3 4 9.00 3.000 0.595 4

B 0.240 0.260 0.160 0.660 0.220 4 4 4 12.00 4.000 0.880 1

C 0.170 0.220 0.120 0.510 0.170 3 3 4 10.00 3.333 0.567 5

D 0.225 0.220 0.200 0.645 0.215 4 4 4 12.00 4.000 0.860 2

E 0.210 0.140 0.240 0.590 0.197 3 3 4 10.00 3.333 0.656 3


(3)

Tabel 18. Pembobotan SWOT Faktor Internal dan Eksternal

Uraian

Faktor Internal FaktorEksternal

Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman

Total Skor 1,853 2,828 3,557 2,594

Selisih -1,024 0,963

Tabel 19. Matriks Faktor Strategi Internal Untuk Kekuatan (Strength)

Kekuatan Total Bobot Total Rating Total Skor Rangking

Kadar air bokar sedikit 0.217 1.750 0.379 2

Aroma bokar khas asap

(tidak berbau busuk) 0.180 2.000 0.360 3

KKK lebih tinggi 0.177 1.750 0.309 5

Ketebalan bokar lebih kecil

(mutu semakin baik) 0.197 1.750 0.344 4

Bokar yang dihasilkan memiliki daya simpan lebih lama


(4)

Tabel 20. Matriks Faktor Strategi Internal Untuk Kelemahan (Weakness)

Kelemahan Total Bobot Total Rating Total Skor Rangking

Volume bokar lebih kecil

(bobot bokar rendah) 0.125 3.333 0.417 5

Penurunan volume (susut bobot) bokar tidak selalu sama pada setiap hari penyimpanan

0.245 3.667 0.898 1

Warna bokar coklat

kehitaman 0.223 2.333 0.521 3

Koagulum tidak menggumpal sempurna jika pencampuran lateks dan koagulan tidak merata

0.178 3.000 0.535 2

Aroma khas asap pada bokar terkadang sangat menyengat danterkadan gsedikit bau

asap(kandungan fenol tiap bahan baku asap cair berbeda-beda)


(5)

Tabel 21. Matriks Faktor Strategi Eksternal Untuk Peluang (Opportunity)

Peluang Total Bobot Total Rating Total Skor Rangking

Upaya peningkatan mutu

bokar 0.198 3.000 0.595 4

Peningkatan ekonomi

petani rakyat 0.220 4.000 0.880 1

Penerimaan dan minat petani rakyat yang besar (jenis koagulan alami)

0.170 3.333 0.567 5

Meminimalisasi penggunaan koagulan sintetik yang dapat membahayakan produktivitas tanaman

0.215 4.000 0.860 2

Pengelolaan dan tata niagabokar yang stabil, karena daya simpan bokar yang lama


(6)

Tabel 22. Matriks Faktor Strategi Eksternal Untuk Ancaman (Threat)

Ancaman Total Bobot Total Rating Total Skor Rangking

Penerapan dan sosialisasi terhadap masyarakat (petani karet rakyat)

0.197 4.000 0.787 2

Ketakutan industri pengolah bokar terhadap produk yang dihasilkan

0.180 1.333 0.240 5

Pemenuhan target dari

perusahaan 0.167 1.667 0.278 4

Harga jual bokar yang tidak

stabil (cenderung menurun) 0.230 1.667 0.383 3

Kurangnya pengetahuan petani mengenai teknologi produksi asap cair sebagai koagulan lateks