ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI LADA DI KECAMATAN GUNUNG LABUHAN KABUPATEN WAY KANAN

(1)

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI LADA DI KECAMATAN GUNUNG LABUHAN

KABUPATEN WAY KANAN

(Skripsi)

Oleh

Saut Manason Togatorop

JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(2)

ABSTRACT

ANALYSIS OF INCOME AND WELFARE OF PEPPER

FARMERS IN GUNUNG LABUHAN SUBDISTRICT OF

WAY KANAN REGENCY

By

Saut Manason Togatorop

The purposes of this study were to analyze: (1) the pepperfarmers’income and (2) the level ofhousehold’swelfare by household expenditure of pepper farmers at Gunung Labuhan Sub-district of Way Kanan Regency. This research location was choosen purposively. Sixty three pepper farmers from Way Tuba and Gunung Sari villages were drawn by a simple random sampling method. The data was analyzed by quantitative and descriptive qualitative methodo. The result of this research showed that: (1) the average of pepper farmers’income at Gunung Labuhan Sub-district of Way Kanan Regency was Rp30.559.802,- per year; in which Rp 9.841.199,-(32,20%) was gotten from the pepper farming and (2) based on the BPS indicator, 95,2 percent of the pepper farmers were categorized as prosperous and the rest of 4,8 percent were not properous.


(3)

ABSTRAK

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI LADA DI KECAMATAN GUNUNG LABUHAN

KABUPATEN WAY KANAN Oleh

Saut Manason Togatorop

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) pendapatan usaha tani lada di Kecamatan Gunung Labuhan Kabupaten Way Kanan (2) tingkat kesejahteraan petani lada di Kecamatan Gunung Labuhan Kabupaten Way Kanan. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Pengambilan data dilaksanakan pada

Bulan Juli 2013 sampai dengan Agustus 2013. Data yang digunakan dalam

penelitian adalah data primer dan data sekunder. Banyaknya sampel pada

penelitian ini adalah 63 petani, berasal dari Desa Way Tuba dan Desa Gunung Sari, yang dipilih dengan menggunakan metode acak sederhana. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif untuk menghitung pendapatan rumah tangga petani, dan metode deskriptif kualitatif untuk mengetahui tingkat kesejahteraan petani. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) pendapatan usahatani lada sebesar 32,20 persen dari total pendapatan rumah tangga, dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp. 9.841.199,- /tahun, (2) berdasarkan kriteria BPS rumah tangga petani lada di Kecamatan Gunung Labuhan yang masuk dalam kategori sejahtera sebanyak 95,2 persen dan sisanya 4,8 persen rumah tangga di Kecamatan Gunung Labuhan masuk dalam kategori belum sejahtera.


(4)

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI LADA DI KECAMATAN GUNUNG LABUHAN

KABUPATEN WAY KANAN

Oleh

Saut Manason Togatorop

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

pada

Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(5)

Judul Skripsi :ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI LADA DI KECAMATAN GUNUNG LABUHAN KABUPATEN WAY KANAN

Nama Mahasiswa :Saut Manason Togatorop

Nomor Pokok Mahasiswa : 0914023145

Jurusan : Agribisnis

Program Studi : Agribisnis

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dr.Ir. Dwi Haryono, M.S Novi Rosanti, S.P, M.E.P

NIP 196112251987031005 NIP 198111182008122003

2. Ketua Jurusan Agribisnis

Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.S.


(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua :Dr.Ir. Dwi Haryono, M.S ...

Sekretaris :Novi Rosanti, S.P, M.E.P ...

Penguji

Bukan Pembimbing :Dr.Ir. Wuryaningsih DS, M.S ...

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. H. Wan Abbas Zakaria, M.S.

NIP 19610826 198702 1 001


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada 12 Maret 1990 sebagai anak pertama dari empat bersaudara, pasangan Bapak G Togatorop dan Dewi Anita Sianturi. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) di TK Fransiskus Tanjung Karang pada tahun 1996, pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Fransiskus Tanjung Karang pada tahun 2002, pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Fransiskus Tanjung Karang pada tahun 2005, dan

pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Immanuel Bandar Lampung pada tahun 2008. Penulis pernah menjalani studi selama satu tahun di Universitas Darmajaya, Jurusan Akuntansi pada tahun 2008. Pada tahun 2009 penulis

melanjutkan studi di Universitas Lampung melalui jalur Ujian Mandiri (UM), dan terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Pertanian Jurusan Agribisnis.

Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) pada tahun 2012 selama tiga puluh hari di PT Indokom Samudra Persada. Pada tahun yang sama penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 40 hari di Desa Gunung Sari Kecamatan Gunung Labuhan Kabupaten Way Kanan. Selama menjadi

mahasiswa, penulis pernah menjadi pengurus di UKM-Kristen Universitas Lampung, dan menjabat sebagai Ketua Divisi 1 UKM-Kristen Universitas Lampung periode 2012-2013.


(8)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah mencurahkan kasih karunia dan damai sejahtera sehingga penulis mampu

menyelesaikan penulisan skripsiyang berjudul, “Analisis Pendapatan dan Tingkat

Kesejahteraan Petani Lada di Kecamatan Gunung Labuhan Kabupaten Way Kanan”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar -besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu penelitian dan penulisan skripsi ini:

1. Dr.Ir. Dwi Haryono, M.S selaku Pembimbing pertama yang telah banyak

memberikan pengarahan, ilmu, bimbingan, dukungan dan semangat kepada penulis. Terima kasih atas saran, serta nasehat dalam penulisan skripsi.

2. Novi Rosanti, S.P, M.E.P selaku Pembimbing kedua sekaligus pembimbing

akademik, yang telah banyak memberikan pengarahan, ilmu, bimbingan, dukungan dan semangat kepada penulis. Terima kasih atas saran, serta nasehat dalam penulisan skripsi.

3. Dr.Ir. Wuryaningsih DS, M.S selaku Dosen Pembahas atas saran, bahasan,

dan arahan yang diberikan untuk kesempurnaan skripsi ini.

4. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.


(9)

5. Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.S.selaku Ketua Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

6. Seluruh staf administrasi Jurusan Agribisnis, Mbak Iin, Mas Boim, Pak Margono, Mas Kardi, dan Mbak Aii, atas bantuan yang telah diberikan.

7. Kedua orang tua penulis tercinta, Bapak G Togatorop dan Ibu Dewi Anita

Sianturi yang selalu memberikan semangat dan doa, serta adik-adik penulis Holong O Togatorop, Samuel Togatorop, Mauli E Togatorop atas perhatian dan semangat yang telah diberikan.

8. Sahabat seperjuangan : Edi, Rama, Wayan, Mamet dan Rinal untuk

kebersamaan baik suka maupun duka selama penulis menjadi mahasiswa 9. Sahabat sekaligus partner selama perjuangan menyelesaikan skripsi : Felicia,

Melisa, Quen dan Atika

10. Keluarga Besar UKM-Kristen Universitas Lampung: Adatua, Beny, Indra, Fany, Nindy, Andreasa, Evi, Uli, Bety, dan lain-lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, untuk kebersamaan baik suka maupun duka yang telah kita lalui bersama.

11. Teman-teman Agribisnis: Ongki, Habil, Hilman, Dedeh, Tasya, Bejo, Arin, Rani, Adries, pepy, Inke, Meyka, Novi, Peni, Yesica, dede, Yunica, Eka, Feby, Syani, Firgen, dan teman-teman Agribisnis 2009 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih untuk kebersamaannya dan sukses menyertai kita senantiasa.

12. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.


(10)

Semoga Tuhan Yesus melimpahkan balasan atas kebaikan dan perhatian yang diberikan kepada penulis, serta semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat.

Bandar lampung, 8 Juli 2014


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... III

DAFTAR GAMBAR... VI

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Tujuan Penelitian ... 7

C. Kegunaan Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 9

A. Tinjauan Pustaka ... 9

1. Tinjauan Agronomis Lada ... 9

2. Konsep Usahatani ... 15

3. Teori Pendapatan ... 16

4. Konsep Tingkat Kesejahteraan ... 22

5. Kajian Penelitian Terdahulu ... 28

B. Kerangka Pemikiran ... 31

III. METODE PENELITIAN... 35

A. Konsep Dasar Batasan Operasional ... 35

B. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian ... 40

C. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ... 42

D. Metode Analisis ... 42

1. Pendapatan Rumah Tangga petani ... 43


(12)

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 49

A. Keadaan Umum Kabupaten Way Kanan ... 49

B. Keadaan Umum Kecamatan Gunung Labuhan... 51

C. Monografi Desa Way Tuba dan Desa Gunung Sari... 52

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Karakteristik Petani ... 54

B. Keragaan Usahatani Lada di Daerah Penelitian ... 58

C. Biaya Usahatani lada ... 61

D. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Lada... 64

E. Pendapatan rumah Tangga Petani dan Kontribusi terhadap Total Pendapatan Rumah Tangga Petani ... 67

F. Analisis Kesejahteraan Rumah Tangga Petani ... 71

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 83

B. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 85


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Luas areal tanaman perkebunan rakyat (ha) menurut kecamatan dan

jenis tanaman di Kabupaten Way Kanan 2011 ... 4

2. Banyaknya keluarga menurut pentahapan keluarga per kecamatan di

Kabupaten Way Kanan 2011 ... 6

3. Spesifikasi persyaratan mutu lada hitam menurut SNI 01 -0005 -1995

... 14 4. Spesifikasi mutu lada hitam standar basis permintaan Eksportir ... 15 5. Indikator tingkat kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik,

Susenas (2007) disertai variabel, kelas, dan skor ... 44

6. Realisasi penerimaan dan pengeluaran daerah menurut jenisnya di

Kabupaten Way kanan 2012 ... 49

7. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut lapangan usaha di

Kabupaten Way kanan tahun 2009-2011 (dalam jutaan rupiah ... 49

8. Luas areal dan produksi tanaman perkebunan menurut komoditi di

Kecamatan Gunung Labuhan tahun 2012 ... 50

9. Panjang jalan menurut jenis/kondisi jalan di Kecamatan Gunung

Labuhan tahun 2012 ... 51

10. Sebaran petani berdasarkan kelompok umur di Kecamatan Gunung

Labuhan 2013 ... 54

11. Sebaran petani berdasarkan tingkat pendidikan di Kecamatan


(14)

ii

12. Sebaran petani berdasarkan pengalaman dalam berusahatani di

Kecamatan Gunung Labuhan 2013 ... 55

13. Sebaran petani berdasarkan jumlah anggota keluarga di Kecamatan

Gunung Labuhan 2013 ... 56

14. Luas lahan garapan petani di Kecamatan Gunung Labuhan 2013 ... 57

15. Rata-rata penggunaan pupuk pada usahatani lada di Kecamatan

Gunung Labuhan 2013 ... 61

16. Rata-rata penggunaan pestisida oleh petani di Kecamatan Gunung

Labuhan 2013 ... 62

17. Rata-rata penggunaan tenaga kerja pada usahatani lada di Kecamatan

Gunung Labuhan 2013 ... 63 18. Rata-rata penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani lada di

Kecamatan Gunung Labuhan 2013 ... 65 19. Rata-rata pendapatan petani dari usahatani non lada di Kecamatan

Gunung Labuhan 2013 ... 67 20. Pendapatan petani responden melalui aktivitasoff farmdi Kecamatan

Gunung Labuhan 2013 ... 68

21. Rata -rata pendapatan rumah tangga petani lada di Kecamatan

Gunung Labuhan 2013 ... 69

22. Skor perolehan untuk indikator kependudukan rumah tangga petani

Lada di kecamatan gunung labuhan 2013 ... 71 23. Skor perolehan untuk indikator kesehatan dan gizi rumah tangga

petani Lada di kecamatan Gunung Labuhan 2013 ... 72 24. Skor perolehan untuk indikator pendidikan rumah tangga petani lada

di Kecamatan Gunung Labuhan 2013 ... 73

25. Skor perolehan untuk indikator ketenagakerjaan rumah tangga petani

Lada di Kecamatan Gunung Labuhan 2013... 74

26. Skor perolehan untuk indikator pola konsumsi rumah tangga petani


(15)

iii

27. Skor perolehan untuk indikator perumahan dan lingkungan rumah

tangga petani lada di Kecamatan Gunung Labuhan 2013... 76 28. Skor perolehan untuk indikator sosial dan lain-lain rumah tangga

petani lada di Kecamatan Gunung Labuhan 2013 ... 77 29. Tingkat kesejahteraan rumah tangga petani lada di Kecamatan

Gunung Labuhan 2013 ... 78

30. Rata-rata pengeluaran pangan dan non pangan petani responden per


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Perkembangan ekspor lada oleh negara-negara produsen tahun

2006-2010 ... 2 2. Bagan alur pemikiran analisis pendapatan dan tingkat kesejahteraan


(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Indonesia sebagai negara agraris mempunyai peluang yang cukup besar dalam mengembangkan ekspor produk pertanian, khususnya komoditas dari subsektor perkebunan. Besarnya potensi ekspor subsektor perkebunan tersebut didukung oleh iklim yang cocok untuk tanaman perkebunan seperti kelapa sawit, kopi, coklat, tembakau dan lada serta tersedianya tenaga kerja yang cukup banyak. Lada (Piper nigrum L.) merupakan salah satu komoditas ekspor di subsektor perkebunan yang dapat memberikan kontribusi bagi devisa Indonesia selain kelapa kelapa sawit, karet, kopi, dan teh.

International Pepper Community(1996), menyebutkan bahwa Indonesia pada tahun 1995 termasuk dalam lima besar negara pengekspor lada dunia. Pada saat itu Indonesia mampu menduduki peringkat pertama pengekspor lada dunia. Prestasi Indonesia sebagai negara pengekspor lada dunia pada saat itu cukup membanggakan, namun saat ini Indonesia mengalami penurunan produksi lada dan mengakibatkan juga ekspor lada Indonesia mengalami penurunan. Faktor tersebut menyebabkan Indonesia hanya mampu menduduki peringkat kedua pengekspor lada dunia. Perkembangan ekspor lada dunia dapat dilihat pada Gambar 1.


(18)

2

Gambar 1. Perkembangan ekspor lada oleh negara-negara produsen tahun 2006-2010

Sumber :International Pepper Community, 2011

Pada Gambar 1 terlihat Indonesia pada tahun 2006 menduduki peringkat ketiga pengekspor lada dunia, namun pada tahun 2007-2010 perkembangan ekspor lada Indonesia mengalami peningkatan, dan mampu menduduki peringkat kedua pengekspor lada dunia setelah negara Vietnam. Kontribusi ekspor lada Indonesia pada tahun 2010 terhadap kebutuhan dunia sebesar 24 persen. Hal ini

menunjukkan potensi dan peluang yang dimiliki Indonesia dalam perdagangan lada di pasar internasional cukup besar. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang paling berkontribusi menjadikan Indonesia sebagai negara produsen utama lada dunia.

Pada tahun 2010, kontribusi produksi lada Lampung terhadap produksi lada di Indonesia sebesar 26,57 persen, lalu diikuti Provinsi Bangka Belitung sebesar 21,97 persen (Direktorat Jenderal Perkebunan,2011). Kontribusi produksi lada hitam yang cukup besar, menjadikan Lampung terkenal diantara negara produsen lada dunia dengan julukanLampung black pepper. Produksi lada di Provinsi

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000

2006 2007 2008 2009 2010

Dunia Vietnam Indonesia Brazil India Malaysia


(19)

3

Lampung dari tahun 2008-2011 berfluktuasi dan cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2008 hasil produksi lada di Lampung 22.164 ton, lalu meningkat di tahun 2009 menjadi 22.311 ton. Penurunan produksi terjadi pada tahun 2010 menjadi 22.236 ton dan tahun 2011 kembali mengalami penurunan sebesar 115 ton ( Dirjen Perkebunan, 2012). Salah satu faktor penyebab

penurunan produksi lada yaitu gangguan organisme penganggu tanaman, seperti penyakit busuk pangkal dan penyakit kuning. Dampak dari penurunan produksi lada tentunya akan berpengaruh terhadap pendapatan petani lada, dan

mengakibatkan penurunan tingkat kesejahteraan petani lada.

Salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang menjadikan lada sebagai

komoditas perkebunan andalan adalah Kabupaten Way Kanan. Pada tahun 2011 Kabupaten Way kanan mampu memberikan kontribusi produksi lada terhadap produksi lada Provinsi Lampung sebesar 13,11 persen, setelah Kabupaten Lampung Barat dengan kontribusi 16,26 persen dan Kabupaten Lampung Utara dengan kontribusi 45,84 persen (Dinas Perkebunan Provinsi Lampung, 2011). Produksi lada di Kabupaten Way Kanan yang dapat bersaing dengan produksi di kabupaten lainnya di Provinsi Lampung, tentunya ditunjang dengan luas areal perkebunan lada yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari luas areal

perkebunan lada di Kabupaten Way Kanan pada tahun 2011 menduduki peringkat ketiga, diantara komoditas perkebunan lain yang dibudidayakan di Kabupaten Way Kanan, setelah komoditas kopi dan karet. Luas lahan perkebunan menurut jenis tanaman dapat dilihat pada Tabel 1.


(20)

4

Tabel 1. Luas areal tanaman perkebunan rakyat (ha) menurut kecamatan dan jenis tanaman di Kabupaten Way Kanan 2011

Kecamatan Karet Kelapa Kelapa sawit

Kelapa dalam

Kopi Lada Kakao Tebu Cengkeh

Banjit 474 67 43 315 9685 956 61 - 426

Baradatu 558 331 85 685 885 2169 59 - 8

Gunung Labuhan

647 245 182 215 1550 5465 93 - 129

Kasui 1052 73 120 387 7637 2667 209 - 454

Rebang Tangkas

660 69 500 145 2500 1001 166 - 48

Blambangan Umpu

7409 868 244 1460 2405 1090 105 -

-Way Tuba 1849 - 214 617 410 339 84 -

-Negeri Agung

4382 120 118 374 341 335 62 78

-Bahuga 5663 618 1460 265 - 2 41 189

-Buay Bahuga

2605 - 571 96 - - 105 -

-Bumi Agung

2639 - 1596 103 23 - 275 47

-Pakuan Ratu

11673 47 389 706 435 - 80 370

-Negara Batin

1287 30 91 1037 122 10 77 417 4

Negara Besar

436 - 88 78 - - 65 47

-Way Kanan 41334 2468 5701 6483 25993 14034 1482 3150 1069

Sumber : Way Kanan dalam angka, 2012

Berdasakan Tabel 1 terlihat Kecamatan Gunung Labuhan memiliki luas areal perkebunan lada terbesar di Kabupaten Way Kanan. Kontribusi produksi lada di Kecamatan Gunung labuhan pada tahun 2011 terhadap produksi lada di

Kabupaten Way Kanan sebesar 35,10 persen, sehingga membuat Kecamatan Gunung Labuhan menjadi sentra penghasil lada dan dikenal dengan julukan “bumi lada”. Namun luas areal perkebunan lada di Kecamatan Gunung Labuhan yang cukup besar tidak diikuti dengan produksi lada yang maksimal di daerah tersebut. Hal ini disebabkan lahan perkebunan lada yang menghasilkan hanya 2.755 ha, sedangkan yang tidak menghasilkan sebesar 2.125 ha dan yang belum


(21)

5

menghasilkan hanya 585 ha, sehingga pada tahun 2011 Kecamatan Gunung Labuhan hanya mampu memproduksi lada sebesar 938 ton (BPS Way Kanan, 2012).

Pengelolaan usaha tani lada yang masih tradisional dengan pengetahuan teknologi yang rendah pada petani, menyebabkan produksi lada di daerah tersebut tidak maksimal baik secara kuantitas maupun kualitas. Di samping itu, skala usahatani di Kecamatan Gunung Labuhan yang umumnya kecil dan tersebar, dan diikuti dengan permodalan yang terbatas juga menimbulkan masalah dalam pembiayaan usahatani lada. Hal ini tentu akan mengakibatkan rendahnya pendapatan dan dapat menurunkan tingkat kesejahteraan petani di Kecamatan Gunung Labuhan.

Pendapatan usahatani lada yang rendah mengakibatkan banyak petani di daerah tersebut melakukan peralihan komoditas ke komoditas yang lebih

menguntungkan. Komoditas karet banyak dipilih di daerah tersebut karena dapat dipanen beberapa kali dalam seminggu, dibandingkan dengan tanaman lada yang hanya satu kali dalam satu tahun. Peralihan komoditas ini dilakukan dengan harapan meningkatkan pendapatan mereka dan pada akhirnya tingkat

kesejahteraan petani di daerah tersebut akan ikut meningkat. Berdasarkan data BPS di Kecamatan Gunung Labuhan terdapat 5.136 rumah tangga yang tergolong pra sejahtera. Jumlah tersebut menempatkan Kecamatan Gunung labuhan berada pada urutan ketiga untuk keluarga pra sejahtera yang ada di Kabupaten Way Kanan. Jumlah rumah tangga pra sejahtera dan sejahtera dapat dilihat pada Tabel 2.


(22)

6

Tabel 2. Banyaknya rumah tangga menurut pentahapan rumah tangga per kecamatan di Kabupaten Way Kanan, 2011

Kecamatan Pra

Sejahtera

Rumah tangga Sejahtera

I II III III Plus

Banjit 6.727 5.731 1.061 37 11

Baradatu 5.172 1.447 1.815 55

-Gunung Labuhan 5.136 3.738 2.205 439

-Kasui 3.489 2.240 2.086 1.961

-Rebang Tangkas 1.604 537 398 190 3

Blambangan Umpu 3.255 5.747 780 45

-Way Tuba 3.548 2.901 1.968 176

-Negeri Agung 2.286 1.553 1.236 982

-Bahuga 3.645 1.649 959 -

-Buay Bahuga 4.185 1.127 1.833 561

-Bumi Agung 3.285 2.735 2.041 112

-Pakuan Ratu 2.256 2.149 647 849

-Negeri Batin 1.839 1.121 2.335 241 1

Negeri Besar 3.742 1.642 1.014 477

-Way kanan 50.169 34.317 20.378 6.125 15

Sumber : BPS Kabupaten Way Kanan, 2012

Tingginya angka rumah tangga yang tergolong pra sejahtera di Kecamatan Gunung Labuhan yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, membuat peran sektor pertanian dalam meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat kembali dipertanyakan. Padahal sebagian besar

masyarakat di Kecamatan Gunung Labuhan menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan. Pada tahun 2011 jumlah total luas lahan pertanian di Kecamatan Gunung Labuhan sebesar 11.522 ha, yang di mana untuk jenis lahan kering memiliki luas lahan sebesar 11.253 ha (BPS Way Kanan, 2012).

Jenis lahan kering di daerah tersebut menurut penggunaannya, lebih mendominasi pada tanaman perkebunan khususnya komoditas lada (Tabel 1). Oleh karena itu perlu adanya perhatian dari pemerintah Kabupaten Way Kanan khususnya instansi yang terkait,untuk menciptakan solusi terbaik agar julukan “Bumi Lada” tetap


(23)

7

dipertahankan, dengan mengupayakan peningkatan nilai tambah yang secara keseluruhan menguntungkan petani lada. Hal ini tentunya akan memicu semangat petani untuk meningkatkan produksi lada, baik secara kuantitas maupun kualitas. Produksi lada yang meningkat pada akhirnya akan berdampak terhadap

peningkatan pendapatan petani, dengan harapan angka keluarga pra sejahtera di Kecamatan Gunung Labuhan berkurang.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan tersebut, dapat dirumuskan beberapa masalah yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian ini yaitu :

1. Berapa besar pendapatan usahatani lada di Kecamatan Gunung Labuhan Kabupaten Way Kanan?

2. Bagaimana tingkat kesejahteraan petani lada di Kecamatan Gunung Labuhan Kabupaten Way Kanan ?

B. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian adalah :

1. mengetahui pendapatan usahatani lada di Kecamatan Gunung Labuhan Kabupaten Way Kanan dan

2. mengetahui tingkat kesejahteraan petani lada di Kecamatan Gunung Labuhan Kabupaten Way Kanan.

C. Kegunaan Penelitian


(24)

8

1. penambah informasi/ bahan masukan informasi bagi petani tentang pendapatan usahatani lada di Kecamatan Gunung Labuhan Kabupaten Way Kanan dalam mengusahakan usahatani lada

2. penambah wawasan peneliti lain, menambah pemahaman terkait dengan analisis tingkat kesejahteraan petani lada di Kecamatan Gunung Labuhan Kabupaten Way Kanan


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Agronomis Lada

Tanaman lada(Piper nigrum L.)berasal dari daerah barat Ghat, India lalu menyebar ke berbagai negara di Asia termasuk Indonesia. Penyebaran lada di Indonesia pertama kali dilakukan oleh para koloni Hindu yang sedang

melakukan perjalanan dalam misi penyebaran agamanya, setelah itu lada di Indonesia menyebar ke berbagai pulau. Provinsi di Indonesia yang

memproduksi lada selain Lampung dan Bangka diantaranya di daerah Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Aceh, Sumatera Barat dan Jawa Barat yang umumnya merupakan usaha petani rakyat (Widyastuti, 2005).

Ada tiga komponen syarat tumbuh tanaman lada yang saling berhubungan yang tidak bisa dipisahkan, yaitu :

a. Kondisi tanah

Tanah yang cocok bagi pertumbuhan lada yaitu tanah yang netral dengan pH 6,0 -7,0, suhu tanah berkisar antara 14 - 29C. Kemampuan tanah menjaga kelembapan, jika penyerapan airnya antara 0,2–20 cm selama maksimal 1 jam.


(26)

b. Ketinggian tanah

Berdasarkan pemantauan dilapangan, dataran rendah merupakan tempat paling dominan untuk menanam lada dengan ketinggian kurang dari 200 m dpl. Lada yang ditanam di dataran rendah akan menghasilkan

pertumbuhan vegetatif yang terbaik dan berbuah sangat lebat. c. Iklim

Untuk mencapai pertumbuhan yang baik dan hasil produksi yang memuaskan, sebaiknya lada ditanam di daerah beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata 1000-3000 mm per tahun.

Tahapan-tahapan dalam budidaya tanaman lada yang baik adalah sebagai berikut :

a. Persiapan

Menanam tajar lada atau tanaman penegak lada dilakukan satu tahun sebelum penanaman lada. Jenis tajar lada yang baik adalah gamal

(Gliricidia maculata)atau dadap cangkring pucuk merah (Erythrina fuscaL.). Jarak tanam tajar lada sama dengan jarak tanam lada yaitu 2,5 x 2,5 m atau 2,5 x 2 m. Lubang tanam lada ukuran 45x45x45 cm atau 60x60x60 cm dibuat 10-15 cm di sebelah timur tajar lada. Lubang tanam dilakukan 0,5–3 bulan sebelum tanam lada. Tanah galian lubang tanam dipisahkan menjadi dua, tanah bagian atas (top soil) dan tanah bagian bawah (sub soil) ditempatkan terpisah. Tanah bagian atas (top soil) dicampur pupuk organik atau pupuk kandang (5-10 kg), yang telah ditaburi agen hayatiTrichodema harzianumsebanyak 50-100 gr.


(27)

✂✂

b. Penanaman

Bibit lada setelah dilepaskan dari polibag atau setek 5- 7 buku yang sudah tumbuh dan berakar ditanam dengan cara meletakkan miring (30-45) mengarah ke tajar. Selanjutnya 3-4 buku/setek bagian pangkal tanpa daun dibenamkan mengarah ke tajar, sedangkan 2-3 ruas sisanya (berdaun) disandarkan dan diikat pada tajar. Selanjutnya tanah di sekelilingnya yang telah dicampur pupuk organik dipadatkan. Tanah di sekitar tanaman lada dibuat sedikit gundukan agar tidak tergenang air di musim hujan. Setelah ditanam, tanah di sekelilingnya dipadatkan dandi atas tanaman lada diberi naungan yang diikatkan pada tajar agar tanaman lada yang baru ditanam terlindungi dari teriknya sinar matahari.

Naungan dilepas apabila tanaman lada telah tumbuh kuat. c. Pemeliharaan

Apabila pada tanaman lada telah tumbuh 8-10 buku (umur 5-6 bulan), dilakukan pemangkasan pada ketinggian 25- 30 cm dari permukaan tanah. Pemangkasan dilakukan di atas 2-3 buku. tujuan pemangkasan untuk merangsang pembentukan 3 sulur panjat baru. Sulur baru tersebut harus dilekatkan dan diikatkan pada tajar lada. Pengikatan dilakukan menggunakan tali rafia yang dibelah 2-4 bagian agar tali rafia tidak menggangu pertumbuhan lada. Pemangkasan berikutnya dilakukan apabila telah keluar tunas baru dan telah mencapai 7-9 buku pada umur sekitar 12 bulan, yaitu pada buku yang tidak mengeluarkan cabang buah. Pemangkasan berikutnya dilakukan pada umur 2 tahun, sehingga


(28)

✄ ☎

d. Pemupukan

Tanaman lada memerlukan pupuk organik dan anorganik. Pemberiannya dapat dilakukan secara terpisah maupun secara bersama-sama dengan mencampur pupuk organik dan anorganik sebelum diberikan pada

tanaman lada. Tajar dipangkas 7-10 hari sebelum dilakukan pemupukan, agar tidak terjadi kompetisi hara dan memaksimalkan masuknya sinar matahari. Pemberian pupuk dilakukan dengan mengikis/mengangkat permukaan tanah di sekitar tanaman, pupuk disebarkan kemudian ditutup kembali dengan tanah kikisan ditambah tanah dari sekitar tanaman. Tanaman lada berumur >12 bulan, dosis pupuk anorganik 1/8 total (200 g ) NPK Mg, pemberian pupukdiberikan 2 kali/tahun. Tanaman berumur 13-24 bulan diberikan 1/4 dosis total (400 gr /tanaman/tahun), dengan pemberian pupuk 1 kali/tahun ditambah 5-10 kg pupuk kandang pada waktu pemberian pertama.

e. Panen buah lada

Buah lada yang telah siap dipanen untuk lada hitam ditandai dengan warna hijau tua, buah telah berumur 6- 7 bulan. Buah lada siap dipanen apabila dalam satu tandan buah terdiriatas buah lada merah (2 persen), kuning (23 persen) dan hijau tua (75 persen). Buah lada dipanen sekaligus dengan tangkainya (tandan buah) dengan cara dipetik menggunakan tangan. Pemetikan dilakukan sekaligus atau bertahap sesuai perkembangan buah lada. Alat-alat yang digunakan dalam memanen buah lada diantanya, tangga untuk menjangkau buah dan


(29)

✆ ✝

keranjang bambu yang bersih untuk tempat mengumpulkan buah lada yang sudah dipetik (Suprapto,2006).

Setelah pemanenan buah lada maka dilakukan berbagai tahapan pasca panen yang dimana pada akhirnya menghasilkan lada hitam yang siap dipasarkan. Berikut tahapan pengolahan buah lada menjadi lada hitam :

a. Sortasi buah

Lada yang sudah dipetik selanjutnya dihamparkan dan disortir. Buah lada yang busuk dan tidak normal dipisahkan dan dibuang, sedangkan buah yang baik dan mulus dikumpulkan dalam satu tempat untuk diproses lebih lanjut. Proses selanjutnya pemisahan buah dari tangkai (perontokan), proses perontokan dilakukan dengan cara meremas-remas tandan buah lada atau diinjak-injak. Memisahkan buah dari tangkainya juga dapat dilakukan dengan menggunakan alat perontok tipe pedal atau motor yang digerakkan oleh bensin/listrik.

b. Pengeringan

Pengeringan buah lada dilakukan dengan caramenjemur di bawah panas sinar matahari 2-3 hari, sampai kadar air mencapai 15persen yaitu kadar air yang dikehendakipasar. Saat penjemuran dilakukan beberapa kali pembalikan atau ditipiskan, dengan ketebalan tumpukan penjemuran 10 cm menggunakan garu dari kayu agar kekeringan buah lada seragam dalam waktu yang sama.

c. Penampian / sortasi buah

Pemisahan atau sortasi bertujuan untuk memisahkan biji lada hitam yang sudah kering dari kotoran seperti tanah, pasir, daun kering, gagang,


(30)

serat-✞4

serat dan juga sebagian lada enteng. Penampian dilakukan secara manual menggunakan tampah, sortasi juga dapat dilakukan dengan mesin yang digerakkan menggunakan pedal (blower). Alat ini untuk memisahkan buah lada bernas, lada enteng dan kotoran.

d. Pengemasan dan Penyimpanan

Buah lada hitam yang sudah kering dan terlepas dari tangkainya dan telah disortasi antara lada bernas, lada enteng dan kotoran. Kemudian, lada bernas dikemas dengan menggunakan karung plastik. Ruang

penyimpanan buah lada hasil sortasi harus kering (kelembaban ± 70persen) untuk menghindari agar lada tidak berjamur dengan lada enteng dan kotoran. Kualitas lada hitam dapat dipertahankan 3-4 tahun apabila disimpan di ruangan bersuhu 20-28C. Adapun spesifikasi persyaratan mutu lada hitam menurut SNI dan permintaan eksportir, dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4.

Tabel 3. Spesifikasi persyaratan mutu lada hitam menurut SNI 01 0005 -1995.

Jenis uji Persyaratan

Mutu I Mutu II

Cemaran binatang Bebas dariserangga hidupmaupun mati serta

bagian-bagianyang berasal daribinatang

Bebas dari seranggahidup maupun matiserta bagian-bagianyang berasal dari

Binatang Kadar benda asing

(b/b) (persen)

Maks. 1,0 Maks. 1,0 Kadar biji enteng,

(b/b) (persen)

Maks. 2.0 Maks. 3,0 Kadar cemaran

kapang, (b/b) (persen)


(31)

✟ ✠

Tabel 4. Spesifikasi mutu lada hitam standar basis permintaan Eksportir

Jenis uji standart basis Persyaratan

Berat biji lada hitam per 3 liter 1600 gram / 3 liter

Kadar air Maks 19 persen

Kadar debu Maks 4 persen

Sumber : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, tahun 2008

2. Konsep usahatani

Menurut Soekartawi (1989), ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif apabila petani dapat mengalokasikan sumberdaya yang dimilikinya dengan sebaik-baiknya, sedangkan efisien apabila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input). Usahatani merupakan pekerjaan manusia, dimana sekelompok individu melakukan cocok tanam pada suatu wilayah tertentu. Usahatani terdiri dari (1) lahan/tanah di atasnya tumbuh tanaman, ternak, ikan, dan tanah yang dapat berupa kolam. (2) bangunan (rumah, kandang, gudang, dan lantai). (3) alat-alat pertanian (cangkul, parang, gancu, trakto, dan lain-lain). (4) tenaga kerja, dan (5) adanya perencanaan usahatani.

Mubyarto (1989), menyatakan bahwa produktivitas dan produksi pertanian yang lebih tinggi dapat dicapai melalui dua cara :

a. Perbaikan alokasi sumberdaya yang dimiliki petani termasuk dalam

penggunaan lahan dan tenaga kerja. Rendahnya produktivitas akan menentukan pendapatan yang diperoleh petani pada tingkat biaya dan


(32)

✡6

harga produk yang sama, maka pendapatan akan lebih tinggi apabila produktivitasnya lebih tinggi.

b. Memperkenalkan sumberdaya baru dalam bentuk modal dan teknologi.

Teknologi dapat berupa perubahan cuaca, jenis tanaman, serta sarana lainnya yang dapat digunakan dalam proses produksi. Suatu teknologi baru dapat diterima petani jika memberikan keuntungan yang berarti dan dengan penerapan teknologi akan terjadi peningkatan pendapatan.

3. Teori Pendapatan

Menurut Hernanto (1994), besarnya pendapatan yang akan diperoleh dari suatu kegiatan usahatani tergantung dari beberapa faktor yang

mempengaruhinya seperti luas lahan, tingkat produksi, identitas pengusaha, pertanaman, dan efisiensi penggunaan tenaga kerja. Dalam melakukan kegiatan usahatani, petani berharap dapat meningkatkan pendapatannya sehingga kebutuhan hidup sehari-hari dapat terpenuhi. Harga dan

produktifitas merupakan sumber dari faktor ketidakpastian, sehingga bila harga dan produksi berubah maka pendapatan yang diterima petani juga berubah (Soekartawi, 1990).

Pendapatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan usahatani dan pendapatan rumah tangga. Pendapatan merupakan pengurangan dari penerimaan dengan biaya total. Pendapatan rumah tangga yaitu pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani ditambah dengan pendapatan yang berasal dari kegiatan diluar usahatani. Pendapatan usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input) yang dihitung


(33)

☛ ☞

dalam per bulan, per tahun, per musim tanam. Pendapatan luar usahatani adalah pendapatan yang diperoleh sebagai akibat melakukan kegiatan di luar usahatani seperti berdagang, mengojek, dll.

a. Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani menurut Gustiyana (2004), dapat dibagi menjadi dua pengertian, yaitu (1) pendapatan kotor, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam usahatani selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan atau pertukaran hasil produksi yang dinilai dalam rupiah berdasarkan harga per satuan berat pada saat pemungutan hasil, (2) pendapatan bersih, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam satu tahun dikurangi dengan biaya produksi selama proses produksi. Biaya produksi meliputi biaya riil tenaga kerja dan biaya riil sarana produksi.

Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur penerimaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah hasil perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran atau biaya yang dimaksudkan sebagai nilai penggunaan sarana produksi dan lain-lain yang dikeluarkan pada proses produksi tersebut (Ahmadi, 2001). Produksi berkaitan dengan penerimaan dan biaya produksi, penerimaan tersebut diterima petani karena masih harus dikurangi dengan biaya produksi yaitu keseluruhan biaya yang dipakai dalam proses produksi tersebut (Mubyarto, 1989).

Menurut Soekartawi (1994), biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam usahatani. Biaya usahatani dibedakan menjadi


(34)

✌8

dua yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang akan dihasilkan, sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh volume produksi.

Secara matematis untuk menghitung pendapatan usahatani dapat ditulis sebagai berikut :

π = Y. Py– ΣXi.Pxi–BTT………...(1)

Keterangan :

π = Pendapatan (Rp)

Y = Hasil produksi (Kg)

Py = Harga hasil produksi (Rp)

Xi = Faktor produksi (i = 1,2,3,….,n)

Pxi = Harga faktor produksi ke-i (Rp)

BTT = Biaya tetap total (Rp)

b. Pendapatan Rumah Tangga

Menurut Mosher (1985), tolok ukur yang sangat penting untuk melihat kesejahteraan petani adalah pendapatan rumah tangga, sebab beberapa aspek dari kesejahteraan tergantung pada tingkat pendapatan petani. Besarnya pendapatan petani itu sendiri akan mempengaruhi kebutuhan dasar yang harus dipenuhi yaitu, pangan, sandang, papan, kesehatan dan lapangan kerja.

Petani di pedesaan khususnya petani kecil sangat tergantung dari pendapatan di sektor non pertanian sehingga kaitan keberhasilan sektor


(35)

✍ ✎

pertanian dan non pertanian di pedesaan menjadi sangat kental

(Soekartawi, 1994). Keluarga pada umumnya terdiri dari seorang kepala keluarga dan beberapa orang anggotanya. Kepala rumah tangga adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap rumah tangga tersebut, sedangkan anggota keluarga atau rumah tangga adalah mereka yang hidup dalam satu atap dan menjadi tanggungan kepala rumah tangga yang bersangkutan.

Tingkat pendapatan rumah tangga merupakan indikator yang penting untuk mengetahui tingkat hidup rumah tangga. Umumnya pendapatan rumah tangga di pedesaan tidak berasal dari satu sumber, tetapi berasal dari dua atau lebih sumber pendapatan. Tingkat pendapatan tersebut diduga dipengaruhi oleh pemenuhan kebutuhan dasar rumah tangga petani.

Hernanto (1994), menyatakan bahwa terdapat dua faktor yang

mempengaruhi keberhasilan usahatani, yaitu faktor internal seperti unsur tanah, air, iklim, tingkat teknologi, manajemen, tenaga kerja, modal, dan jumlah tenaga kerja. Selain faktor internal juga terdapat faktor eksternal, yaitu tersedianya sarana transportasi dan komunikasi, harga, sarana produksi, fasilitas kredit, dan penyuluhan. Tingkat pendapatan yang rendah mengharuskan anggota rumah tangga untuk bekerja atau berusaha lebih giat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendapatan keluarga diharapkan mencerminkan tingkat kekayaan dan besarnya modal yang dimiliki petani. Semakin besar pendapatan keluarga petani cenderung


(36)

✏ ✑

lebih berani menanggung resiko. Pendapatan besar mencerminkan tersedianya dana yang cukup untuk usahatani selanjutnya dan pendapatan yang rendah menyebabkan menurunnya investasi dan upaya pemupukan modal.

Menurut Soekirno (1985), terdapat empat ukuran pendapatan: 1) Pendapatan Kerja Petani

Pendapatan ini diperoleh dengan menghitung semua penerimaan dan kenaikan investasi yang kemudian dikurangi dengan pengeluaran baik tunai maupun bunga modal dan investasi nilai kerja keluarga. 2) Penghasilan Kerja Petani

Pendapatan ini diperoleh dari selisih total penerimaan usahatani setelah dikurangi dengan bunga modal.

3) Pendapatan Kerja Keluarga

Pendapatan yang diperoleh dari balas jasa dan kerja serta pengelolaan yang dilakukan petani dan anggotanya yang bertujuanuntuk menambah penghasilan rumah tangga. 4) Pendapatan Keluarga

Angka ini diperoleh dengan menghitung pendapatan dari sumber-sumber lain yang diterima petani bersama keluarga disamping kegiatan pokoknya.

Sumber pendapatan rumah tangga digolongkan ke dalam dua sektor, yaitu sektor pertanian dan non pertanian. Sumber pendapatan dari sektor pertanian dapat dirincikan lagi menjadi pendapatan dari


(37)

✒ ✓

usahatani, ternak, buruh petani, menyewakan lahan dan bagi hasil. Sumber pendapatan dari sektor non pertanian dibedakan menjadi pendapatan dari industri rumah tangga, perdagangan, pegawai, jasa, buruh non pertanian serta buruh subsektor pertanian lainnya (Sajogyo, 1990).

Menurut Soeratno (1996), ukuran pendapatan yang digunakan untuk tingkat kesejahteraan keluarga adalah pendapatan rumah tangga yang diperoleh dari bekerja. Tiap anggota keluarga berusia kerja di rumah tangga akan terdorong bekerja untuk kesejahteraan keluarganya. Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa anggota keluarga seperti istri dan anak-anak adalah penyumbang dalam berbagai kegiatan baik dalam pekerjaan rumah tangga maupun mencari nafkah.

Menurut Hernanto (1994), pendapatan petani dialokasikan untuk kegiatan:

1) kegiatan produktif, yaitu untuk membiayai kegiatan usahataninya,

2) kegiatan konsumtif, yaitu untuk pangan, papan, kesehatan, pendidikan, rekreasi, dan pajak,

3) pemeliharaan investasi, dan 4) investasi dan tabungan.


(38)

✔✔

4. Konsep Tingkat kesejahteraan

Menurut Arsyad (1992) pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan per kapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah orang yang hidup di bawah garis kemiskinan mutlak tidak naik dan distribusi pendapatan tidak semakin timpang. Pembangunan ekonomi dipandang sebagai kenaikan dalam pendapatan per kapita dan lajunya pembangunan ekonomi ditujukan dengan menggunakan tingkat pertambahan PDB untuk tingkat nasional dan PDRB untuk tingkat wilayah atau regional. Tingkat PDB ini juga ditentukan oleh lajunya pertumbuhan penduduk lebih dari PDRB maka ini menunjukkan perubahan terhadap pendapatan per kapita, maka pertambahan PDRB ini tidak memperbaiki tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat. Pembangunan menyangkut perubahan mendasar dari seluruh struktur ekonomi dan ini menyangkut perubahan-perubahan dalam produksi dan permintaan maupun peningkatan dalam distribusi pendapatan dan pekerjaan. Konsekuensinya adalah diciptakan perekonomian yang lebih beragam.

Menurut Todaro, (2000) tujuan dari pembangunan ekonomi adalah untuk mencapai kesejahteraan masyarakat yang ditunjukkan oleh kecenderungan kenaikan pendapatan per kapita dalam jangka panjang. Tapi ini bukan berarti kenaikan pendapatan per kapita yang terus menerus. Banyak faktor yang dapat menyebabkan perekonomian mengalami stagnan bahkan kemunduran seperti perang, kekacauan politik, dan lain-lain. Apalagi jika kemunduran perekonomian hanya terjadi sementara saja dan perekonomian cenderung meningkat maka dapat dikatakan pembangunan ekonomi sedang berlangsung.


(39)

✕ ✖

Atas dasar inilah maka pembangunan ekonomi perlu dipandang sebagai suatu proses saling keterkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor-faktor yang menghasilkan pembangunan ekonomi. Dengan cara ini maka dapat diketahui peristiwa-peristiwa apa saja yang menimbulkan peningkatan maupun

penurunan kegiatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dalam suatu tahap pembangunan ketahap pembangunan lainnya.

Kesejahteraan atau keadaan tidak miskin merupakan keinginan lahiriah setiap orang. Keadaan semacam ini barulah sekedar memenuhi kepuasan hidup manusia sebagai makhluk individu, padahal di samping makhluk individu, manusia juga merupakan makhluk sosial (Dumairy, 1997).

Tolok ukur mengenai kesejahteraan (sekaligus kemiskinan) penduduk baik yang berpendekatan ekonomi maupun sosial menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) ditetapkan kriteria kemiskinan berdasarkan kriteria keluarga pra sejahtera. Keluarga pra sejahtera adalah apabila :

Menurut BKKBN (Badan koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Kesejahteraan keluarga digolongan kedalam 3 golongan; yaitu : Keluarga Sejahtera Tahap I dengan kriteria sebagai berikut 1. Anggota keluarga melaksanakan ibadah agama

2. Pada umumnya anggota keluarga makan 2 kali sehari atau lebih. 3. Anggota keluarga memiliki pakaian berbeda dirumah / pergi/bekerja /

sekolah.


(40)

✗4

5. Anak sakit ataupun pasangan usia subur (PUS) yang ingin ber KB dibawa ke sarana kesehatan.

Keluarga Sejahtera Tahap II, meliputi :

1. Anggota keluarga melaksanakan ibadah agama secara teratur. 2. Paling kurang sekali seminggu lauk daging / ikan / telur.

3. Setahun terakhir anggota keluarga menerima satu stel pakaian baru. 4. Luas lantai paling kurang 8 m2 untuk tiap penghuni.

5. Tiga bulan terakhir anggota keluarga dalam keadaan sehat dan dapat melaksanakan tugas.

6. Ada anggota keluarga umur 15 tahun ke atas berpenghasilan tetap. 7. Anggota keluarga umur 10–60 th. bisa baca tulis latin.

8. Anak umur 7–15 th. Bersekolah.

9. PUS dengan anak hidup 2 atau lebih saat ini memakai alat kontrasepsi.

Keluarga Sejahtera Tahap III, meliputi

1. Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama. 2. Sebagian penghasilan keluarga ditabung.

3. Keluarga makan bersama paling kurang sekali sehari untuk berkomunikasi. 4. Keluarga sering ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat

tinggal.

5. Keluarga rekreasi bersama paling kurang sekali dalam enam bulan. 6. Keluarga memperoleh berita dari surat kabar/majalah/TV/radio. 7. Anggota keluarga menggunakan sarana transportasi setempat.


(41)

✘ ✙

Keluarga Sejahtera Tahap III Plus, meliputi : 1. Keluarga secara teratur memberikan sumbangan.

2. Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus yayasan / institusi Masyarakat.

Kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik (2007) adalah suatu kondisi dimana seluruh kebutuhan jasmani dan rohani dari rumah tangga tersebut dapat dipenuhi sesuai dengan tingkat hidup. Dimensi kesejahteraan rakyat disadari sangat luas dan kompleks, sehingga suatu taraf kesejahteraan rakyat hanya dapat terlihat melalui suatu aspek tertentu. Oleh karena itu,

kesejahteraan rakyat dapat diamati dari berbagai aspek yang spesifik yaitu:

a. Kependudukan

Penduduk merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam proses pembangunan, karena dengan kemampuannya mereka dapat mengelola sumber daya alam sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidup bagi diri dan keluarganya secara berkelanjutan. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi potensi tetapi dapat pula menjadi beban dalam proses pembangunan jika berkualitas rendah. Oleh sebab itu, dalam menangani masalah kependudukan, pemerintah tidak saja mengarahkan pada upaya pengendalian jumlah penduduk, tetapi juga menitikberatkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusianya. Di samping itu, program perencanaan pembangunan sosial di segala bidang harus mendapat prioritas utama untuk peningkatan kesejahteraan penduduk.


(42)

✚6

b. Kesehatan dan gizi

Kesehatan dan gizi merupakan bagian dari indikator kesejahteraan penduduk dalam hal kualitas fisik. Kesehatan dan gizi berguna untuk melihat gambaran tentang kemajuan upaya peningkatan dan status kesehatan masyarakat dapat dilihat dari penolong persalinan bayi, ketersediaan sarana kesehatan, dan jenis pengobatan yang dilakukan.

c. Pendidikan

Maju tidaknya suatu bangsa terletak pada kondisi tingkat pendidikan masyarakatnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka akan semakin majulah bangsa tersebut. Pemerintah berharap tingkat pendidikan anak semakin membaik, dan tentunya akan berdampak pada tingkat

kesejahteraan penduduk.

d. Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek penting untuk

menunjukkan kesejahteraan masyarakat dengan indikator keberhasilan pembangunan ketenagakerjaan diantaranya adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT).

e. Konsumsi atau pengeluaran rumah tangga

Pengeluaran rumah tangga juga merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran keadaan kesejahteraan penduduk. Semakin tinggi pendapatan, maka porsi pengeluaran akan bergeser dari

pengeluaran untuk makanan ke pengeluaran bukan makanan. Pergeseran pola pengeluaran terjadi karena elastisitas permintaan terhadap makanan


(43)

✛ ✜

pada umumnya rendah, sebaliknya elastisitas permintaan terhadap barang bukan makanan pada umumnya tinggi.

f. Perumahan dan lingkungan

Manusia membutuhkan rumah disamping sebagai tempat untuk berteduh atau berlindung dari hujan dan panas juga menjadi tempat berkumpulnya para penghuni yang merupakan satu ikatan keluarga. Secara umum, kualitas rumah tinggal menunjukkan tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga, dimana kualitas tersebut ditentukan oleh fisik rumah tersebut yang dapat terlihat dari fasilitas yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai fasilitas yang mencerminkan kesejahteraan rumah tangga tersebut diantaranya dapat terlihat dari luas lantai rumah, sumber air minum, dan fasilitas tempat buang air besar. Kualitas perumahan yang baik dan penggunaan fasilitas perumahan yang memadai akan

memberikan kenyamanan bagi penghuninya. g. Sosial, dan lain-lain

Indikator sosial lainnya yang mencerminkan kesejahteraan adalah persentase penduduk yang melakukan perjalanan wisata, persentase penduduk yang menikmati informasi dan hiburan meliputi menonton televisi, mendengarkan radio, membaca surat kabar, dan mengakses internet. Selain itu, persentase rumah tangga yang menguasai media informasi seperti telepon,handphone, dan komputer, serta banyaknya rumah tangga yang membeli beras murah/miskin (raskin) juga dapat dijadikan sebagai indikator kesejahteraan.


(44)

✢8

Wisata dapat menunjukkan tingkat kesejahteraan seseorang, karena kegiatan tersebut menunjukkan pemanfaatan waktu luang yang tidak hanya digunakan untuk mencari nafkah. Sedangkan kepemilikan dan akses terhadap media informasi merupakan basis perkembangan pengetahuan seseorang yang dapat merubah pandangan dan cara hidupnya ke arah yang lebih baik. Dengan demikian, kepemilikan dan akses terhadap media informasi juga dapat menunjukkan tingkat kesejahteraan seseorang. Selain itu, persentase rumah tangga yang membeli raskin menunjukkan seberapa banyak rumah tangga yang memanfaatkan program pemerintah dalam mensejahterakan rumah tangga miskin.

5. Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian Sahara, Yusuf, dan Suhardi (2003) tentang peningkatan pendapatan petani lada melalui perbaikan sistem usaha tani, yang dilakukan di Desa Mowila dan Lakomea, Kecamatan Landano Kabupaten Kendari. Penelitian ini menyimpulkan bahwa tingkat produksi lada yang diperoleh petani yang berusahatani secara terpadu antara lada dengan ternak kambing berbeda 156,63 persen atau berbeda 379,81 kg/ha dengan produksi petani lada

monokultur. Dengan demikian pendapatan yang diperoleh dari usahatani lada berbeda 341,85 persen atau secara nominal sebesar Rp 5.536.919,23 per tahun. Usaha ternak kambing pada sistem usahatani lada dapat menekan biaya produksi usahatani lada sebesar Rp 1.942.400,00 per tahun atau 50,54 persen dari total biaya produksi. Meskipun masih merupakan usaha sampingan


(45)

✣ ✤

ternak kambing mampu memberikan kontribusi pendapatan sebesar 27,18 persen dari total pendapatan petani.

Marlinda (2008) melakukan penelitian tentang analisis daya saing lada Indonesia di pasar internasional. Penelitian ini menyimpulkan bahwa

komoditi lada Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam perdagangan lada di pasar internasional. Hal ini ditunjukkan melalui nilaiRevealed

Comparative Advantage(RCA) yang lebih dari satu. Meskipun Indonesia memiliki keunggulan komparatif, tetapi daya saing komoditi lada Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan Vietnam sebagai negara produsen dan eksportir lada nomor satu di dunia. Kondisi internal komoditi lada Indonesia memiliki keunggulan kompetitif pada faktor sumberdaya alam. Pada faktor sumberdaya manusia, ketersediaan dan peran sumber daya

manusianya cukup mendukung, tetapi terdapat kekurangan dalam hal kualitas tenaga kerja terutama dalam pemanfaatan dan penerapan IPTEK serta bibit unggul yang belum maksimal.

Amiruddin (2003) melakukan penelitian analisis pendapatan usahatani lada di Kecamatan Palangga Kabupaten Konawe Selatan. Hasil penelitian

menunjukkan pendapatan bersih (Net Income) usahatani diketahui bahwa pendapatan usaha tani lada memiliki peluang untuk meningkatkan taraf hidup petani lada, dimana untuk petani dengan luas lahan kurang dari 0,5 ha dapat memperoleh pendapatan bersih rata-rata sebesar Rp 6.896.100,-. Petani dengan luas lahan antara 0,5–1,0 ha dapat memperoleh pendapatan bersih


(46)

✥ ✦

rata-rata sebesar R p 25.400.200,-. Petani yang memiliki luas lebih dari 1,0 ha dapat memperoleh keuntungan bersih rata-rata sebesar Rp 81.778.600,-.

Lebih lanjut hasil penelitian yang dilakukan oleh Andarini (1989) tentang analisis finansial dan pendapatan usaha tani petani peserta proyek PRPTE (Peremajaan, Rehabilitasi dan Perluasan Tanaman Ekspor) lada di Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara. Dari hasil perhitungan diperoleh pendapatan usaha tani lada peserta proyek PRPTE pada tahun 1987/1988 sebesar Rp 706.444,84,-. Efisiensi ekonomi R/C rasio memberikan nilai sebesar 2,14, yang berarti bahwa dari setiap rupiah yang dikeluarkan untuk usaha tani lada akan diperoleh penerimaan sebesar Rp 2,14 dalam jangka waktu setahun. Pendapatan usaha tani lada nonproyek lebih rendah sebesar Rp 135.794,17 atau sebesar 19,22 persen dibandingkan dengan pendapatan usaha tani peserta proyek. Namun jika dilihat dari efisiensi ekonomi,usaha tani lada non proyek lebih efisien. Nilai R/C rasio usaha tani lada nonproyek adalah 2,19 yaitu lebih besar dibandingkan dengan R/C rasio usaha tani lada proyek. Walaupun demikian, nilai R/C rasio usaha tani lada yang dihasilkan oleh petani peserta dan petani non peserta proyek lebih besar dari 2. Hal ini menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan akan mampu memberikan pemasukan yang lebih besar.

Berdasarkan hasil kajian penelitian terdahulu yang meneliti tentang komoditas lada di berbagai daerah di Indonesia, ternyata komoditas lada memiliki beberapa keunggulan. Keunggulan tersebut diantaranya Indonesia memiliki potensi cukup yang besar dalam perdagangan lada internasional,


(47)

✧ ★

walaupun masih terdapat kekurangan dalam hal kualitas tenaga kerja terutama dalam pemanfaatan dan penerapan IPTEK serta bibit unggul yang belum maksimal. Selain itu pendapatan yang diperoleh petani dari usahatani lada, memiliki peluang untuk meningkatkan taraf hidup petani lada, apalagi jika usahatani lada dibarengi dengan usaha ternak kambing yang terbukti dapat menekan biaya produksi usahatani lada dan dapat meningkatkan pendapatan petani lada. Pendapatan petani yang meningkat ternyata tidak selalu diikuti dengan peningkatan kesejahteraan petani, karena kesejahteraan petani juga tergantung pada nilai pengeluaran yang harus dibelanjakan keluarga petani. Berdasarkan pernyataan tersebut membuat penelitian ini tidak hanya menganalisis pendapatan usahatani lada, tetapi juga ingin mengetahui

bagaimana tingkat kesejahteraan petani lada di Kecamatan Gunung Labuhan.

B. Kerangka Pemikiran

Pada dasarnya usahatani lada ditujukan untuk mencapai keuntungan yang maksimum dengan pengolahan yang sebaik-baiknya. Keuntungan usahatani lada sebagaimana usaha komersil lainnya ditentukan oleh besarnya

penerimaan. Peningkatan produksi lada akan dapat meningkatkan

pendapatan usahatani jika kombinasi input-input yang digunakan optimal. Di dalam kegiatan usahatani lada, faktor produksi (input) yang umum digunakan adalah lahan, modal, tenaga kerja dan saprodi.

Lahan merupakan faktor produksi utama yang menentukan tingkat keberhasilan usahatani dengan asumsi tingkat kesuburan, lokasi, dan


(48)

✩ ✪

topografi seragam. Kepemilikan lahan dan biaya produksi sangat

mempengaruhi perkembangan usahatani lada. Hal ini dikarenakan semakin luas lahan serta semakin besar modal yang dimiliki oleh petani maka akan semakin besar potensi petani tersebut untuk mengembangkan usahatani ladanya.

Petani memerlukan tenaga kerja sebagai faktor produksi untuk melakukan berbagai kegiatan mulai dari pengolahan lahan sampai dengan pemasaran. Tenaga kerja yang digunakan dapat berasal dari dalam keluarga petani

maupun luar keluarga petani. Curahan tenaga kerja diduga akan berpengaruh terhadap produksi lada.

Sarana produksi seperti bibit, pupuk, pestisida, serta upah tenaga kerja yang digunakan di dalam usahatani lada akan memiliki pengaruh terhadap produksi atau output yang dihasilkan. Penggunaan berbagai sarana produksi tersebut haruslah efektif dan efisien sehingga akan dapat mengurangi biaya produksi tetapi tetap meningkatkan hasil produksi/output.

Output atau produksi yang dihasilkan dari usaha tani lada jika dikalikan dengan harga jual akan menghasilkan penerimaan usaha tani. Biaya produksi merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan petani selama kegiatan usahatani dalam satu kali musim tanam. Besarnya pendapatan usahatani lada yang diperoleh petani merupakan selisih antara penerimaan dan biaya.

Pendapatan lain yang diterima petani selain dari usahatani lada diantaranya berasal darion farm(non lada), off farmdannon farm.


(49)

✫✫

Pendapatan yang diperoleh oleh petani umumnya dialokasikan untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya untuk konsumsi pangan dan non pangan. Konsumsi pangan adalah pengeluaran untuk beras, lauk pauk, makanan lain, dan lain-lain yaitu rokok dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Konsumsi nonpangan yaitu pengeluaran untuk rehab rumah, bahan bakar, listrik, telepon, pakaian, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain yang terdiri dari aneka barang dan jasa, pajak, keperluan pesta, dan lain-lain. Besar kecilnya kebutuhan rumah tangga petani ditentukan oleh besar kecilnya anggota keluarga yang menjadi tanggungan petani lada. Semakin besar jumlah tanggungan keluarga petani, maka makin besar proporsi pengeluaran per kapita yang dikeluarkan petani lada untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

Demikian hubungan antara pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga akan menentukan tingkat kesejahteraan petani lada. Besarnya pendapatan dan pengeluaran ditambah indikator lainnya, termasuk di dalamnya kondisi sosial ekonomi merupakan dasar untuk mengukur tingkat kesejahteraan rumah tangga petani. Berdasarkan indikator kesejahteraan dari BPS yang meliputi informasi tentang kependudukan, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, konsumsi, perumahan, dan sosial budaya digunakan untuk melihat tingkat kesejahteraan.

Kerangka pemikiran analisis pendapatan dan tingkat kesejahteraan petani lada di Kecamatan Gunung Labuhan Kabupaten Way Kanan di sajikan pada Gambar 2.


(50)

✬4

Gambar 2. Bagan alur pemikiran analisis pendapatan dan tingkat kesejahteraan petani lada di Kecamatan Gunung Labuhan Kabupaten Way Kanan.

Faktor produksi  Lahan  Modal  Tenaga kerja  Saprodi

Proses produksi Output (Lada hitam)

Biaya produksi Penerimaan

Pendapatan usaha tani lada (On farm)

Off farm  Buruh

pertanian  Jual beli

kayu

Non farm

 Perdagangan  PNS

Pendapatan Rumah Tangga

Tingkat Kesejahteraan

Indikator-indikator kesejahteraan :

 Kependudukan  Kesehatan  Pendidikan  Konsumsi  Perumahan  Ketenagakerjaan  Sosial dan lain-lain Pengeluaran Rumah Tangga

On farm (Non lada)  Kopi

 Karet  Kelapa sawit  Kemiri  Pisang  Sawah


(51)

III. METODE PENELITIAN

A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan tujuan penelitian.

Usahatani adalah suatu proses atau aktivitas produksi pertanian dengan mengkombinasikan berbagai faktor sumberdaya alam, tenaga kerja, dan modal sesuai dengan kondisi lingkungan untuk mencapai pendapatan maksimal.

Usahatani lada adalah suatu usaha untuk mengelola lahan untuk penanaman tanaman lada

Usahatani non lada adalah suatu usaha untuk mengelola lahan untuk penanaman tanaman selain komoditas lada

Analisis usahatani lada adalah suatu analisis yang mengenai struktur biaya dan produksi dari suatu usahatani lada

Analisis usahatani non lada adalah suatu analisis yang mengenai struktur biaya dan produksi dari suatu usahatani selain tanaman lada.


(52)

36

Usia adalah jumlah umur yang dihitung sejak seseorang lahir sampai saat penelitian ini, diukur dalam satuan tahun.

Petani adalah individu atau sekelompok orang yang melakukan usaha guna memenuhi kebutuhan sebagian atau secara keseluruhan hidupnya dalam bidang pertanian.

Petani yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah petani yang membudidayakan tanaman lada dan mengolah tanaman lada menjadi lada hitam.

Tanaman lada adalah jenis tanaman merambat yang dapat tumbuh empat meter dengan bertopang pada pohon, tiang, atau teralis. Lada hitam tumbuh di tanah yang tidak terlalu kering atau rentan terhadap banjir, lembab, dan kaya bahan organik.

Lada hitam adalah buah tanamanPiper nigrum Linn, yang dipetik setelah sebagian besar buah lada matang petik untuk lada hitam, dan telah mengalami pengolahan.

Penerimaan adalah nilai hasil yang diterima petani yang dihitung dengan mengalikan jumlah produksi dengan harga produksi di tingkat petani produsen yang diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Penerimaan usahatani lada adalah pendapatan kotor yang diterima dari suatu usahatani lada


(53)

37

Penerimaan usahatani non lada adalah pendapatan kotor yang diterima dari usahatani selain tanaman lada

Rumah tangga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik dan umumnya tinggal bersama serta kepengurusan kebutuhan sehari-hari dikelola secara bersama-sama.

Keluarga adalah sekumpulan orang yang tinggal dalam satu rumah yang masih mempunyai hubungan kekerabatan atau hubungan darah karena perkawinan, kelahiran, adopsi dan sebagainya.

Besar keluarga adalah total anggota keluarga yang menjadi tanggungan keluarga dan tinggal dalam satu rumah, diukur dengan satuan orang.

Pendapatan rumah tangga adalah hasil penjumlahan antara pendapatan usahatani dan pendapatan non usaha tani.

Pendapatan usahatani adalah penerimaan yang diperoleh petani setelah dikurangi biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, dalam hal ini biaya pembelian pupuk, bibit, upah, tenaga kerja, sewa lahan, pajak lahan, dan biaya penyusutan alat-alat pertanian dalam satu kali musim tanam. Pendapatan usahatani diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th).

Usaha nonpertanian (non farm) adalah usaha di luar bidang pertanian yang dilakukan oleh anggota keluarga untuk menambah pendapatan keluarga, biasanya dilakukan oleh anggota keluarga yang berusia kerja, misalnya, berdagang, buruh dan lain-lain.


(54)

38

Usaha di luar budidaya (off farm)adalah usaha yang masih berkaitan di bidang pertanian yang dilakukan oleh anggota keluarga untuk menambah pendapatan keluarga, misalnya buruh tani, penggarap lahan sewaan dan lain-lain.

Pendapatan usaha nonpertanian adalah seluruh pendapatan keluarga petani yang berasal dari usaha nonpertanian setelah dikurangi dengan pengeluaran tunai yang diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th).

Pendapatan keluarga adalah jumlah uang yang diperoleh dari usahatani, dan non pertanian setelah dikurangi dengan biaya, yang diukur dengan satuan rupiah per tahun (Rp/th).

Pengeluaran adalah seluruh biaya pengeluaran yang dikeluarkan oleh seluruh anggota rumah tangga petani, yang meliputi pengeluaran pangan dan non pangan, yang diukur dengan satuan rupiah (Rp/th).

Pengeluaran pangan adalah besarnya uang yang dikeluarkan dan barang yang dinilai dengan uang untuk konsumsi semua anggota keluarga, yang diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th).

Pengeluaran nonpangan adalah besarnya uang yang dikeluarkan dan barang yang dinilai dengan uang untuk konsumsi semua anggota keluarga, yang diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th).


(55)

39

Pengeluaran keluarga adalah jumlah uang yang dikeluarkan oleh keluarga petani untuk keperluan-keperluan konsumsi, yaitu pangan dan nonpangan, yang diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th).

Biaya total adalah jumlah uang yang harus dikeluarkan oleh petani untuk melakukan usahatani meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap/variabel dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th).

Luas lahan adalah areal/tempat yang digunakan untuk melakukan usahatani diatas sebidang tanah, yang diukur dalam satuan hektar (ha).

Jumlah nilai saprotan adalah banyaknya nilai uang saprotan yang digunakan petani dalam berusahatani, yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). Cara menghitungnya adalah setiap jenis saprotan yang digunakan oleh petani dikalikan harganya, kemudian dijumlah.

Jumlah tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi. Penggunaan tenaga kerja diukur dalam satuan hari orang kerja (HOK).

Ongkos angkut adalah jumlah ongkos yang dikeluarkan oleh petani untuk membawa hasil panen. Cara perhitungannya adalah hasil produksi dikalikan dengan ongkos angkut, dalam satuan rupiah (Rp).

Harga panen adalah harga yang diterima oleh petani atas penjualan hasil panen berdasarkan umur tanaman yang diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).


(56)

40

Produksi adalah jumlah hasil tanaman yang dihasilkan dalam satu musim tanam (satu kali proses produksi) yang diukur dalam satuan kilogram (kg).

Lama berusahatani adalah lamanya petani mengusahakan tanaman sampai dilakukan penelitian, yang diukur dalam satuan tahun (th).

Kesejahteraan adalah sesuatu dimana setiap orang mempunyai pedoman, tujuan dan cara hidup yang berbeda-beda pula terhadap faktor-faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan. Tingkat kesejahteraan masing-masing keluarga diukur dengan indikator tingkat kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik 2006, meliputi informasi mengenai kependudukan, kesehatan dan gizi, pendidikan, pola konsumsi rumah tangga, kemiskinan, perumahan dan sosial budaya.

Kemiskinan merupakan suatu kondisi ketidakcukupan/kekurangan akan aset-aset penting dan peluang-peluang dimana setiap manusia berhak

memperolehnya

B. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Gunung Labuhan Kabupaten Way Kanan. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan Kecamatan Gunung Labuhan merupakan sentra

produksi lada hitam terbesar di Kabupaten Way Kanan. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Juli 2013.


(57)

41

Responden penelitian adalah petani yang membudidayakan tanaman lada dan mengolah hasil panen lada menjadi lada hitam. Petani-petani tersebut berada pada dua desa yaitu Desa Way Tuba dan Desa Gunung Sari. Kedua desa ini dipilih secarapurposivekarena dua desa ini merupakan sentra penghasil lada hitam di Kecamatan Gunung Labuhan. Populasi petani lada di Desa Way Tuba adalah 200 petani dan di Desa Gunung Sari adalah 150 petani, sehingga jumlah populasi petani lada di kedua desa adalah 350 petani. Metode

pangambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode acak

sederhana (simple random sampling) dengan pertimbangan bahwa responden

di daerah penelitian cenderung homogen dalam hal penguasaan lahan dan penggunaan input, serta tidak terlalu tersebar secara geografis. Jumlah sampel ditentukan secara proporsional dengan rumus (Sugiarto, 2003).

n = NZ2S2 ...(2) Nd2+ Z2S2

dimana : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

S2 = Variasi sampel (5% = 0,05)

Z = Tingkat kepercayaan (95% = 1,96) d = Derajat penyimpangan (5% = 0,05)

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus pada persamaan (2) maka jumlah sampel adalah :

n = 350 x (1,96)2x (0,05)

(350 x 0,052) + (1,962x 0,05) = 67,2 = 63 Petani


(58)

42

Kemudian dari jumlah sampel tersebut dapat ditentukan alokasi proporsi sampel tiap desa dengan rumus (Nazir, 1988) :

na = Na x nab

Nab...(3)

dimana : na = Jumlah sampel desa A

nab = Jumlah sampel keseluruhan

Na = Jumlah populasi desa A

Nab = Jumlah populasi keseluruhan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus (persamaan 3), maka diperoleh jumlah sampel dari Desa Way Tuba sebanyak 36 petani dan dari Desa Gunung Sari sebanyak 27 petani.

C. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara secara langsung petani yang melakukan usaha tani lada dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disediakan sebagai alat bantu pengumpulan data. Data sekunder diperoleh dari studi literatur, laporan-laporan, publikasi, dan pustaka lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini, serta lembaga/instansi yang terkait dalam penelitian ini, seperti Badan Pusat Statistik, Dinas Perkebunan Propinsi Lampung, dan lain-lain.

D. Metode Analisis

Metode pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif untuk menghitung pendapatan rumah tangga petani, dan metode deskriptif


(59)

43

kualitatif untuk mengetahui tingkat kesejahteraan petani. Data yang diperoleh disederhanakan dalam bentuk tabulasi yang selanjutnya diolah secara komputasi.

1. Pendapatan Rumah Tangga Petani

Pendapatan rumah tangga diperoleh dengan cara menjumlahkan

pendapatan keluarga yang berasal dari usahatani dan pendapatan keluarga yang berasal dari luar usahatani, dengan rumus sebagai berikut :

Prt = Pusahatani+ Pnon usahatani

Keterangan :

Prt = Pendapatan Rumah Tangga

Pusahatani = Pendapatan dari usahatani (on farm+off farm)

Pnon usahatani = Pendapatan dari luar usaha tani (non farm)

Untuk pendapatan dari usaha tani digunakan rumus sebagai berikut :

      

xi i

n

i 1

. .

π

...(4) Keterangan :

π = keuntungan

Y = hasil produksi (kg)

Py = Harga hasil produksi (Rp)

Xi = faktor produksi ke-i

Pxi = harga faktor produksi k-i (Rp/satuan)

BTT = biaya tetap total

2. Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Petani

Berdasarkan Kriteria Badan Pusat Statistik (2007) yakni pendekatan tujuh indikator, pengeluaran rumah tangga merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran keadaan kesejahteraan penduduk. Selain itu, indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan rumah


(60)

44

tangga disesuaikan oleh informasi tentang kependudukan, kesehatan dan gizi, pendidikan, ketenagakerjaan, pola konsumsi atau pengeluaran rumah tangga, perumahan dan lingkungan, dan sosial lainnya. Klasifikasi kesejahteraan yang digunakan terdiri dari dua klasifikasi, yaitu rumah tangga dalam kategori sejahtera dan belum sejahtera. Variabel pengamatan yang diamati dari responden adalah sebanyak 7 variabel indikator kesejahteraan masyarakat. Variabel pengamatan disertai dengan klasifikasi dan skor dapat dilihat pada Tabel 5.

Masing-masing klasifikasi ditentukan dengan cara mengurangkan jumlah skor tertinggi dengan jumlah skor terendah. Hasil pengurangan dibagi dengan jumlah klasifikasi atau indikator yang digunakan. Kesejahteraan masyarakat dikelompokan menjadi dua yaitu sejahtera dan belum sejahtera. Rumus penentuanrange skoradalah :

RS = SkT–SkR ………..(5)

JKl Dimana :

RS =Range skor

SkT = Skor tertinggi ( 7 x 3 = 21 ) SkR = Skor terendah ( 7x 1 = 7)

JKl = Jumlah klasifikasi yang digunakan (2)

Hasil perhitungan berdasarkan rumus di atas diperolehRange Skor(RS sama dengan 7), sehingga dapat dilihat interval skor yang akan

menggambarkan tingkat kesejahteraan rumah tangga. Hubungan antara interval skor dan tingkat kesejahteraan adalah :


(61)

45

Skor antara 7–14 : rumah tangga petani lada belum sejahtera Skor antara 15 -21: rumah tangga petani lada sejahtera.

Untuk tiap-tiap indikator sendiri dapat diketahui tingkat kesejahteraan masing-masing indikator di dalam keluarga apakah rendah, sedang atau tinggi sesuai dengan skor masing-masing indikator tersebut.

Tabel 5. Variabel tingkat kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik, Susenas (2007) disertai indikator, kelas, dan skor.

No Indikator Kesejahteraan Kelas Skor

1 Kependudukan

1. Status sebagai kepala keluarga :

a. suami istri (3) b. duda (2) c. janda (1) 2.Jumlah anggota keluarga yang ikut tinggal :

a.≤ 4 orang (3) b. 5 orang (2) c. ≥ 5 orang 1)

3.Berapa tanggungan dalam keluarga :

a.≤ 4 orang (3) b. 5 orang (2) c. ≥ 5 orang (1)

4.Jumlah orang yang ikut tinggal :

a.≤ 1 orang (3) b. 2 orang (2) c. ≥ 2 orang (1)

Baik (10-12) Cukup (7-9) Kurang (4-6) 3 2 1

2 Kesehatan dan gizi

1. Pendapat mengenai gizi selain karbohidrat :

a. perlu (3) b. kurang perlu (2) c. tidak perlu (1) 2. Anggota keluarga mengalami keluhankesehatan:

a. tidak (3) b. kadang-kadang (2) c. ya (1) 3. Keluhan kesehatan menurunkan aktivitas sehari-hari: a.

tidak (3) b. kadang-kadang (2) c. ya (1) 4. Keluarga setiap bulannya menyediakan dana untuk

kesehatan :

a. ya (3) b. kadang-kadang (2) c. tidak pernah (1) 5. Sarana kesehatan yang ada :

a. rumah sakit (3) b. puskesmas (2) c. posyandu (1) 6. Tenaga kesehatan yang biasa digunakan keluarga :

a. dokter (3) b. bidan (2) c. dukun (1) 7. Tempat persalinan bayi :

a. bidan (3) b. dukun (2) c. rumah (1) 8. Tempat keluarga memperoleh obat :

a. puskesmas (3) b. dukun (2) c. obat warung (1) 9. Biaya berobat :

a. terjangkau (3) b. cukup terjangkau (2) c. sulit terjangkau (1)

Baik (26-33) Cukup (18-25) Kurang (10-17) 3 2 1


(1)

137

(Ha) (Kg) (Rp/Kg) (Rp) urea(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) obatan (Rp)

1 Mulkan 2,000 50 50.000 2.500.000 0 0 0 0 150000

2 Asmunif 1,5 100 45.000 4.500.000 0 0 0 0 252000

3 Hermansyah 1 30 47.000 1.410.000 100000 250000 0 0 100000

4 Aris wasito 1 400 55.000 22.000.000 200000 500000 0 0 66000

5 Barnawi 1 400 60.000 24.000.000 100000 375000 0 0 16000

6 Jusmail 1,5 80 50.000 4.000.000 0 0 0 0 189000

7 Yusuf 2,5 150 70.000 10.500.000 400000 1000000 0 0 350000

8 Hj Samsun 2 200 60.000 12.000.000 0 0 0 0 15000

9 Yastalon 1 100 58.000 5.800.000 100000 250000 0 0 316000

10 Anhar 2 180 60.000 10.800.000 0 0 0 0 30000

11 Amir 1 100 58.000 5.800.000 100000 0 0 0 250000

12 Muhdani 1 200 55.000 11.000.000 200000 0 600000 0 252000

13 Ruslan 1,5 150 55.000 8.250.000 0 0 0 0 300000

14 Muldan 1 150 60.000 9.000.000 0 0 0 0 150000

15 Untung 1 350 60.000 21.000.000 100000 0 0 1000000 252000

16 Epen 1 100 60.000 6.000.000 0 0 0 0 300000

17 Julias 1,5 250 60.000 15.000.000 0 0 300000 0 252000

18 Ruslan 1,5 150 55.000 8.250.000 0 0 0 0 0

19 Basri 2 350 60.000 21.000.000 0 0 450000 1000000 200000

20 Hassanuddin M G 1 300 55.000 16.500.000 0 0 225000 1000000 200000

21 Ruwet 1,5 80 50.000 4.000.000 0 0 0 0 150000

22 Supriyadi 2 100 54.000 5.400.000 100000 0 300000 0 630000

23 Jumahir basir 1,5 80 50.000 4.000.000 0 0 0 0 189000

24 Junaidi 2 450 60.000 27.000.000 400000 0 0 2000000 50000

25 Anuar 2 200 60.000 12.000.000 300000 750000 0 0 15000

26 Saparuddin 2 150 58.000 8.700.000 0 0 0 0 300000

27 Husen 1 40 50.000 2.000.000 0 0 0 0 100000

28 Mahidin 2 400 55.000 22.000.000 0 0 450000 2000000 66000

29 Sukri 1,5 80 50.000 4.000.000 0 0 0 0 189000

30 Pahit 2 500 60.000 30.000.000 0 0 0 0 250000

31 Ajiswan 2 100 70.000 7.000.000 400000 0 0 0 350000

32 Sutarman 2 400 60.000 24.000.000 0 0 0 2000000 252000


(2)

138

Tabel 45. Lanjutan

No Nama Responden Biaya TKDK (Rp)

Biaya TKLK (Rp)

Biaya transportasi

(Rp) Pajak (Rp)

Total biaya produksi (Rp)

Total biaya tunai (Rp)

Total pendapatan (Rp)

Total pendapatan tunai (Rp)

1 Mulkan 585000 0 5000 17000 757.001 172.000 1.742.999 2.328.000

2 Asmunif 90000 692500 2000 17000 1.053.502 963.500 3.446.498 3.536.500

3 Hermansyah 560000 0 6000 5000 1.021.003 461.000 388.997 949.000

4 Aris wasito 1200000 150000 6000 45000 2.167.004 967.000 19.832.996 21.033.000

5 Barnawi 1067500 112500 3000 17000 1.691.005 623.500 22.308.995 23.376.500

6 Jusmail 660000 0 5000 17000 871.006 211.000 3.128.994 3.789.000

7 Yusuf 892500 210000 4000 7400 2.863.907 1.971.400 7.636.093 8.528.600

8 Hj Samsun 0 995000 0 5000 1.015.008 1.015.000 10.984.992 10.985.000

9 Yastalon 315000 280000 8000 17000 1.286.009 971.000 4.513.991 4.829.000

10 Anhar 635000 210000 3000 0 878.010 243.000 9.921.990 10.557.000

11 Amir 270000 70000 8000 17000 715.011 445.000 5.084.989 5.355.000

12 Muhdani 890000 150000 4000 17000 2.113.012 1.223.000 8.886.988 9.777.000

13 Ruslan 470000 90000 5000 0 865.013 395.000 7.384.987 7.855.000

14 Muldan 330625 90000 2000 0 572.639 242.000 8.427.361 8.758.000

15 Untung 817500 225000 10000 0 2.404.515 1.587.000 18.595.485 19.413.000

16 Epen 266250 210000 8000 17000 801.266 535.000 5.198.734 5.465.000

17 Julias 660000 350000 0 17000 1.579.017 919.000 13.420.983 14.081.000

18 Ruslan 525000 105000 0 0 630.018 105.000 7.619.982 8.145.000

19 Basri 927500 175000 4000 20000 2.776.519 1.849.000 18.223.481 19.151.000

20 Hassanuddin M G 656250 350000 6000 25000 2.462.270 1.806.000 14.037.730 14.694.000

21 Ruwet 365000 70000 5000 17000 607.021 242.000 3.392.979 3.758.000

22 Supriyadi 522500 67500 12000 0 1.632.022 1.109.500 3.767.978 4.290.500

23 Jumahir basir 430000 30000 6000 0 655.023 225.000 3.344.977 3.775.000

24 Junaidi 1695000 350000 12000 45000 4.552.024 2.857.000 22.447.976 24.143.000

25 Anuar 0 955000 7000 5000 2.032.025 2.032.000 9.967.975 9.968.000

26 Saparuddin 986250 78750 6000 17000 1.388.026 401.750 7.311.974 8.298.250

27 Husen 318750 0 0 5000 423.777 105.000 1.576.223 1.895.000

28 Mahidin 873750 180000 9000 17000 3.595.778 2.722.000 18.404.222 19.278.000

29 Sukri 595000 0 6000 17000 807.029 212.000 3.192.971 3.788.000

30 Pahit 1616250 656250 0 20000 2.542.530 926.250 27.457.470 29.073.750

31 Ajiswan 693750 120000 13000 7400 1.584.181 890.400 5.415.819 6.109.600

32 Sutarman 1456250 300000 10000 10000 4.028.282 2.572.000 19.971.718 21.428.000


(3)

139

(Ha) (Kg) (Rp/Kg) (Rp) urea(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) obatan (Rp)

34 Dullah 2 200 60.000 12.000.000 300000 750000 0 0 300000

35 Marwan 1 200 55.000 11.000.000 100000 0 0 0 150000

36 Erwan 2 250 54.000 13.500.000 0 0 0 0 250000

37 Slamat 2 30 54.000 1.620.000 0 0 0 0 0

38 Maryono 1,5 100 50.000 5.000.000 0 0 0 0 750000

39 Mat arif 1 35 55.000 1.925.000 0 0 0 0 0

40 Dulhak 1 200 55.000 11.000.000 50000 0 225000 0 0

41 Saman 1,5 20 50.000 1.000.000 0 0 0 0 206000

42 Idis 2 350 50.000 17.500.000 0 0 450000 2000000 100000

43 Karsudin 1 150 50.000 7.500.000 0 0 0 0 210000

44 Alfian 1,5 350 54.000 18.900.000 0 0 300000 1000000 630000

45 Alfian G 0,5 50 50.000 2.500.000 0 0 0 0 0

46 Yasir 1 200 60.000 12.000.000 50000 0 225000 0 0

47 Iwan 1,5 300 50.000 15.000.000 150000 0 450000 0 100000

48 Hasan Basri 2 100 55.000 5.500.000 0 0 0 0 0

49 Puting marga 1 30 45.000 1.350.000 0 0 0 0 0

50 Busman 2 600 50.000 30.000.000 0 0 450000 2000000 200000

51 Syamsuddin 2 150 50.000 7.500.000 0 0 0 0 200000

52 Topik 2 200 55.000 11.000.000 400000 1000000 0 0 750000

53 Sugendi 1 150 55.000 8.250.000 200000 500000 0 0 300000

54 Ashari 2 200 55.000 11.000.000 0 0 0 0 750000

55 Gunawan 2 250 55.000 13.750.000 200000 0 450000 0 750000

56 Hasan 2 350 54.000 18.900.000 0 0 0 0 424000

57 Wasido 1 150 58.000 8.700.000 100000 375000 0 0 200000

58 Sugianto 2 100 58.000 5.800.000 200000 500000 0 0 200000

59 Lasa 2 200 54.000 10.800.000 0 0 0 0 450000

60 Sakaruddin 1 200 55.000 11.000.000 50000 0 225000 0 100000

61 Wanna 2 60 50.000 3.000.000 0 0 0 0 0

62 Widodo 1 200 55.000 11.000.000 100000 0 225000 0 0

63 Suhada 1,5 20 50.000 1.000.000 0 0 0 0 206000

97 12.065 3.471.000 676.405.000 4.400.000 6250000 5.325.000 14.000.000 13407000 1,54 191,51 55.095,24 10.736.587,30 69.841,27 99.206,35 84.523,81 222.222,22 212.809,52 Jumlah


(4)

140

Tabel 45. Lanjutan

No Nama Responden Biaya TKDK (Rp)

Biaya TKLK (Rp)

Biaya transportasi

(Rp) Pajak (Rp)

Total biaya produksi (Rp)

Total biaya tunai (Rp)

Total pendapatan (Rp)

Total pendapatan tunai (Rp)

34 Dullah 0 967500 20000 18000 2.355.534 2.355.500 9.644.466 9.644.500

35 Marwan 817500 225000 8000 7400 1.307.935 490.400 9.692.065 10.509.600

36 Erwan 986250 78750 0 17000 1.332.036 345.750 12.167.964 13.154.250

37 Slamat 813750 0 6500 32000 852.287 38.500 767.713 1.581.500

38 Maryono 610000 210000 0 20000 1.590.038 980.000 3.409.962 4.020.000

39 Mat arif 292500 0 4000 13750 310.289 17.750 1.614.711 1.907.250

40 Dulhak 940000 87500 0 50000 1.352.540 412.500 9.647.460 10.587.500

41 Saman 551250 0 6500 16000 779.791 228.500 220.209 771.500

42 Idis 990000 210000 0 29000 3.779.042 2.789.000 13.720.958 14.711.000

43 Karsudin 450000 210000 0 29000 899.043 449.000 6.600.957 7.051.000

44 Alfian 940000 315000 15000 6500 3.206.544 2.266.500 15.693.456 16.633.500

45 Alfian G 480000 0 0 10000 490.045 10.000 2.009.955 2.490.000

46 Yasir 680000 180000 6000 20000 1.161.046 481.000 10.838.954 11.519.000

47 Iwan 690000 315000 6000 25000 1.736.047 1.046.000 13.263.953 13.954.000

48 Hasan Basri 597500 43750 0 15000 656.298 58.750 4.843.702 5.441.250

49 Puting marga 475000 0 0 15000 490.049 15.000 859.951 1.335.000

50 Busman 1671250 280000 9000 20000 4.630.300 2.959.000 25.369.700 27.041.000

51 Syamsuddin 930000 75000 4000 20000 1.229.051 299.000 6.270.949 7.201.000

52 Topik 795000 165000 14000 17000 3.141.052 2.346.000 7.858.948 8.654.000

53 Sugendi 770000 75000 8000 17000 1.870.053 1.100.000 6.379.947 7.150.000

54 Ashari 540000 90000 4000 17000 1.401.054 861.000 9.598.946 10.139.000

55 Gunawan 693125 112500 14000 0 2.219.680 1.526.500 11.530.320 12.223.500

56 Hasan 1290000 300000 0 0 2.014.056 724.000 16.885.944 18.176.000

57 Wasido 710000 60000 16000 17000 1.478.057 768.000 7.221.943 7.932.000

58 Sugianto 932500 60000 11000 0 1.903.558 971.000 3.896.442 4.829.000

59 Lasa 705000 105000 0 0 1.260.059 555.000 9.539.941 10.245.000

60 Sakaruddin 1177500 112500 8000 25000 1.698.060 520.500 9.301.940 10.479.500

61 Wanna 585000 0 0 0 585.061 0 2.414.939 3.000.000

62 Widodo 940000 87500 6500 50000 1.409.062 469.000 9.590.938 10.531.000

63 Suhada 551250 0 0 16000 773.313 222.000 226.687 778.000

44.485.000 11.727.500 341.500 958.450 100.896.466 56.409.450 575.508.534 619.995.550 706.111,11 186.150,79 5.420,63 15.213,49 1.601.531 895.388 9.135.056 9.841.199 Jumlah


(5)

141

on farm (Rp) on farm (non lada) (Rp) off farm (Rp) Non farm (Rp) Total pendapatan rumah tangga

(Rp/Tahun)

1 Mulkan 2.328.000 6540000 0 14.400.000 23.268.000

2 Asmunif 3.536.500 0 0 33.300.000 36.836.500

3 Hermansyah 949.000 9180000 0 0 10.129.000

4 Aris wasito 21.033.000 12300000 0 0 33.333.000

5 Barnawi 23.376.500 4500000 0 0 27.876.500

6 Jusmail 3.789.000 11000000 0 33.600.000 48.389.000

7 Yusuf 8.528.600 2880000 0 0 11.408.600

8 Hj Samsun 10.985.000 24000000 0 0 34.985.000

9 Yastalon 4.829.000 21132000 24.000.000 0 49.961.000

10 Anhar 10.557.000 5425000 0 0 15.982.000

11 Amir 5.355.000 42275000 0 0 47.630.000

12 Muhdani 9.777.000 24000000 0 0 33.777.000

13 Ruslan 7.855.000 7500000 0 0 15.355.000

14 Muldan 8.758.000 9600000 0 0 18.358.000

15 Untung 19.413.000 17340000 0 0 36.753.000

16 Epen 5.465.000 22645000 36.000.000 0 64.110.000

17 Julias 14.081.000 14800000 0 0 28.881.000

18 Ruslan 8.145.000 7500000 0 0 15.645.000

19 Basri 19.151.000 16800000 0 0 35.951.000

20 Hassanuddin M G 14.694.000 26310000 0 0 41.004.000

21 Ruwet 3.758.000 6810000 0 0 10.568.000

22 Supriyadi 4.290.500 6400000 1.440.000 14.400.000 26.530.500

23 Jumahir basir 3.775.000 23040000 0 48.000.000 74.815.000

24 Junaidi 24.143.000 25860000 0 0 50.003.000

25 Anuar 9.968.000 26400000 0 0 36.368.000

26 Saparuddin 8.298.250 28650000 0 0 36.948.250

27 Husen 1.895.000 9180000 0 0 11.075.000

28 Mahidin 19.278.000 1500000 0 3.600.000 24.378.000

29 Sukri 3.788.000 24960000 0 24.000.000 52.748.000

30 Pahit 29.073.750 6000000 0 0 35.073.750

31 Ajiswan 6.109.600 2880000 0 0 8.989.600


(6)

142

on farm (Rp) on farm (non lada) (Rp) off farm (Rp) Non farm (Rp) Total pendapatan rumah tangga

(Rp/Tahun)

32 Sutarman 21.428.000 6000000 0 0 27.428.000

33 Johan sari 17.895.000 6400000 0 12.000.000 36.295.000

34 Dullah 9.644.500 8640000 0 4.800.000 23.084.500

35 Marwan 10.509.600 31200000 0 0 41.709.600

36 Erwan 13.154.250 23700000 0 0 36.854.250

37 Slamat 1.581.500 35640000 0 0 37.221.500

38 Maryono 4.020.000 7500000 0 0 11.520.000

39 Mat arif 1.907.250 18420000 0 0 20.327.250

40 Dulhak 10.587.500 42660000 0 0 53.247.500

41 Saman 771.500 16300000 4.800.000 0 21.871.500

42 Idis 14.711.000 10500000 0 0 25.211.000

43 Karsudin 7.051.000 7700000 0 6.000.000 20.751.000

44 Alfian 16.633.500 19200000 0 0 35.833.500

45 Alfian G 2.490.000 11320000 0 7.200.000 21.010.000

46 Yasir 11.519.000 4500000 0 0 16.019.000

47 Iwan 13.954.000 9750000 3.840.000 0 27.544.000

48 Hasan Basri 5.441.250 21600000 0 0 27.041.250

49 Puting marga 1.335.000 7700000 2.880.000 0 11.915.000

50 Busman 27.041.000 4900000 0 0 31.941.000

51 Syamsuddin 7.201.000 26280000 0 0 33.481.000

52 Topik 8.654.000 49225000 18.000.000 0 75.879.000

53 Sugendi 7.150.000 15960000 0 0 23.110.000

54 Ashari 10.139.000 6200000 0 0 16.339.000

55 Gunawan 12.223.500 16620000 0 0 28.843.500

56 Hasan 18.176.000 6000000 0 0 24.176.000

57 Wasido 7.932.000 24090000 0 0 32.022.000

58 Sugianto 4.829.000 16320000 0 0 21.149.000

59 Lasa 10.245.000 21600000 0 0 31.845.000

60 Sakaruddin 10.479.500 17920000 0 7.200.000 35.599.500

61 Wanna 3.000.000 5600000 0 0 8.600.000

62 Widodo 10.531.000 42660000 0 0 53.191.000

63 Suhada 778.000 16300000 0 0 17.078.000

619.995.550 1005812000 90.960.000 208.500.000 1.925.267.550

9.841.199 15.965.270 1.443.810 3.309.524 30.559.802

Rata-rata Jumlah

Tabel 46. Lanjutan

No Nama